• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUALITAS

DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KANKER

DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Oleh

BUDIANA YAZID

127046015 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUALITAS

DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KANKER

DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah pada Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Oleh

BUDIANA YAZID

127046015 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 25 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet., MPH

Anggota : 1. Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS

2. Ir. Etti Sudaryati, MKM., Ph.D

(5)
(6)

Judul Tesis : Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan

Tingkat Kecemasan Pasien kanker di RSUP. H. Adam

Malik Medan

Nama Mahasiswa : Budiana Yazid

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Tahun : 2014

ABSTRAK

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap

manusia. Setiap faktor diperlukan untuk membangun dan mempertahankan

hubungan dinamis pribadi seseorang dengan Tuhan. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui pemenuhan kebutuhan spiritualitas, tingkat kecemasan, hubungan

pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pasien kanker di

RSUP. H. Adam Malik Medan. Jenis penelitian yang digunakan dengan studi

pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Dari hasil analisa univariat menunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien kanker

mayoritas kategori baik sebanyak 76 orang (79,2%) dan tingkat kecemasan pasien

kanker mayoritas kategori sedang sebanyak 31 orang (32,3%). Dari hasil analisa

(7)

RSUP. H. Adam Malik Medan dengan nilai p=0,030<0,05 dan nilai PR=0,50 (95% CI=0,27-0,89). Dari hasil analisa multivariat dengan uji multiple correlation menunjukkan bahwa harapan dan kepercayaan mempunyai hubungan dengan

tingkat kecemasan. Disarankan kepada pihak RSUP. H. Adam Malik Medan agar

seluruh perawat yang berada dilingkungan RSUP. H. Adam Malik Medan

benar-benar melakukan pelayanan kebutuhan spiritual dan mendokumentasikannya.

(8)

Thesis Title : Correlation Spiritual Need with Anxiety Level of

Cancer Patients in RSUP. H. Adam Malik Medan

Name : Budiana Yazid

Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization : Medical-Surgical Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Spiritual needs is the basic needs of every human being. Each factor is

needed to develop and maintain one's dynamic relationship with God. The

objective of the research was to find out the correlation of spiritual need, anxiety

level, correlation spiritual need with anxiety level of cancer patients in RSUP. H.

Adam Malik Medan. The type of research with a cross sectional study. The

samples consisted of 96 respondents, taken by using technique purposive

sampling. Based on the result of univariate analysis, it was found that 76

respondents (79.2%) have a spiritual need in the good category, 31 repondents

(32.3%) have a level anxiety in the moderate category. Based on the result of

bivariat analysis with chi square test, it was found that the variable of the spiritual

need, correlated with the level of 0.030 < 0,05 and PR value = 0.50 (95% CI =

0.12-0.92). Based on the results of the multivariate analysis with multiple

correlation test, hope and trust have a correlation with anxiety level. It is

(9)

environment. H. Adam Malik Medan actually doing spiritual needs and document

services.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan

judul “Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan”, disusun untuk memenuhi

sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Keperawatan di

Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan dapat diselesaikan

dengan baik tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, saya ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya

yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk melanjutkan studi ke

jenjang Magister Keperawatan.

2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan USU dan Achmad Fathi, S.Kep, Ns.,

MNS selaku Sekretaris Program Studi atas bantuannya dalam melengkapi

prosedur administrasi di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku ketua komisi pembimbing, Ibu

Siti Zahara Nasution, SKp., MNS selaku anggota komisi pembimbing atas

(11)

memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian dalam penyelesaian

tesis ini

4. dr. Etti Sudaryati, MKM., Ph.D dan Nunung F Sitepu, S.Kep, Ns., MNS

selaku tim penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang

sangat berharga, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.

5. dr. Lukmanul Hakim Nasution, SpKK, M.Kes selaku direktur Utama RSUP.

H. Adam Malik Medan serta jajarannya yang telah memberikan izin

penelitian kepada peneliti.

6. Ayahanda H. Yaziddin dan Ibunda Hj. Ilmiwati Br. Sagala atas segala

dukungan moral dan materil serta doa yang tidak henti-hentinya sehingga

tesis ini dapat diselesaikan.

7. Kakak, Abang dan Adik ku tersayang Razimah Yazid, SKM., Zur Erwina

Yazid, S.Kep, Ns., Heris Sayuti Simatupang, SPd.I., Yasir Mahfudz Siregar,

ST., Sari Purnama Yazid, SKM., Rahmadsyah Yazid Putra, ST dan

Ridhosyah Yazid Putra yang penuh keceriaan, pengertian, perhatian,

kesabaran, doa, motivasi dan dukungan moril agar dapat menyelesaikan

pendidikan ini.

8. Juliandra Harahap, S.St.Pi selaku suami yang telah memberikan motivasi dan

dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan ini.

9. Ketua STIKes Flora Medan atas kesempatan dan dukungan yang diberikan

kepada saya sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.

10. Rekan-rekan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas

(12)

pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu

dan memberi dorongan untuk menyelesaikan laporan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini dan harapan

penulis semoga tesis ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya

profesi keperawatan.

Medan, 25 Agustus 2014

Penulis

(13)

RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Budiana Yazid

Tempat/Tanggal Lahir : Kampung Mesjid/30 Nopember 1986

Alamat : Jl. dr. Hamka No. 58, Rantau Prapat

No. HP :082369681487

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SD Negeri 112147 Bakaran Batu 1998

SLTP SMP N2 Rantau Prapat 2001

SMA SMA Negeri 1 Rantau Prapat 2004

S1 Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

2008

Ners Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

2009

Magister Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

2014

Riwayat Pekerjaan :

Bekerja sebagai staf dosen STIKes Flora Medan mulai 4 April 2010-

(14)
(15)

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 40

3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Independen ... 55

3.6.2. Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 56

4.3.1. Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan ... 63

4.3.2. Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan………. 68

5.1.Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan……….. 85

5.2.Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan………. 87

5.3.Hubungan Harapan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan………. 90

5.4.Hubungan Arti dan Tujuan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan………. 92

5.5.Hubungan Pengampunan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan………. 94

5.6.Hubungan Keyakinan dan Nilai-Nilai dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan……….. 95

5.7.Hubungan yang Harmonis dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan……….. 97

(16)

Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan……….... 100

5.10.Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan………... 101

5.11.Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan……….. ... 104

5.12.Keterbatasan Penelitian……… ... 106

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

6.1. Kesimpulan ... 108

6.2. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien Kanker

di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=20) ... 45

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan Perawat Pada Pasien Kanker

di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=20) ... 46

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tingkat Kecemasan

Pasien Kanker di RSUp. H. Adam Malik Medan (n=20) ... 46

Tabel 3.4. Kerangka Operasional Pemenuhan Kebutuhan Spiritual

Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker………... 48

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96) … 62

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas

Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)……. 63

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik

Medan (n=96)……… 65

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Pernyataan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien Kanker di

RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)……… 66

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Pernyataan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan Perawat

di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)………. 67

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien kanker

di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)……… 68

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Pernyataan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam

(18)

Halaman

Tabel 4.8. Hubungan Harapan dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)….. 71

Tabel 4.9. Hubungan Arti dan Tujuan dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)…. 72

Tabel 4.10. Hubungan Pengampunan dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)… 73

Tabel 4.11. Hubungan Keyakinan dan Nilai – Nilai dengan

Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam

Malik Medan (n=96)………... 73

Tabel 4.12. Hubungan yang Harmonis dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)… 74

Tabel 4.13. Hubungan Kepercayaan dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)…… 75

Tabel 4.14. Hubungan Kreativitas dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)……. 76

Tabel 4.15. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan Perawat dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)……. 77

Tabel 4.16. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas

dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H.

Adam Malik Medan (n=96)……….. 77

Tabel 4.17. Hasil Analisa Bivariat antara Harapan, Arti dan

Tujuan, Pengampunan, Keyakinan dan Nilai-Nilai, Hubungan yang Harmonis, Kepercayaan Terhadap Tuhan, Kreativitas dan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan

Perawat di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)………… 80

(19)

Halaman

Tabel 4.19. Hasil Analisa Multivariat Multiple Correlation antara Harapan, Pengampunan, Keyakinan dan Nilai-Nilai,

Hubungan yang Harmonis, Kepercayaan Terhadap Tuhan dan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan

Perawat di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)……….. 81

Tabel 4.20. Hasil Analisa Multivariat Multiple Correlation antara Harapan, Pengampunan, Hubungan yang Harmonis, Kepercayaan Terhadap Tuhan dan Pemenuhan

Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan Perawat di RSUP.

H. Adam Malik Medan (n=96)……… 82

Tabel 4.21. Hasil Analisa Multivariat Multiple Correlation antara

Harapan, Hubungan yang Harmonis, Kepercayaan Terhadap Tuhan dan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang

Diberikan Perawat di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96) .. 83

Tabel 4.22. Hasil Analisa Multivariat Multiple Correlation antara Harapan, Kepercayaan Terhadap Tuhan dan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan Perawat di RSUP.

H. Adam Malik Medan (n=96)………. 83

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka Konsep Hubungan Pemenuhan Kebutuhan

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 115

a. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 116

b. Kuesioner Data Demografi ... 117

c. Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas ... 118

d. Kuesioner Tingkat Kecemasan ... 121

Lampiran 2 Biodata Expert ... 122

Lampiran 3 Izin Penelitian ... 123

a. Surat Pengambilan Data dari Dekan Fakultas Keperawatan ... 124

b. Surat Persetujuan Etik Peneltian ... 126

(22)

Judul Tesis : Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan

Tingkat Kecemasan Pasien kanker di RSUP. H. Adam

Malik Medan

Nama Mahasiswa : Budiana Yazid

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Tahun : 2014

ABSTRAK

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap

manusia. Setiap faktor diperlukan untuk membangun dan mempertahankan

hubungan dinamis pribadi seseorang dengan Tuhan. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui pemenuhan kebutuhan spiritualitas, tingkat kecemasan, hubungan

pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pasien kanker di

RSUP. H. Adam Malik Medan. Jenis penelitian yang digunakan dengan studi

pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Dari hasil analisa univariat menunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien kanker

mayoritas kategori baik sebanyak 76 orang (79,2%) dan tingkat kecemasan pasien

kanker mayoritas kategori sedang sebanyak 31 orang (32,3%). Dari hasil analisa

(23)

RSUP. H. Adam Malik Medan dengan nilai p=0,030<0,05 dan nilai PR=0,50 (95% CI=0,27-0,89). Dari hasil analisa multivariat dengan uji multiple correlation menunjukkan bahwa harapan dan kepercayaan mempunyai hubungan dengan

tingkat kecemasan. Disarankan kepada pihak RSUP. H. Adam Malik Medan agar

seluruh perawat yang berada dilingkungan RSUP. H. Adam Malik Medan

benar-benar melakukan pelayanan kebutuhan spiritual dan mendokumentasikannya.

(24)

Thesis Title : Correlation Spiritual Need with Anxiety Level of

Cancer Patients in RSUP. H. Adam Malik Medan

Name : Budiana Yazid

Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization : Medical-Surgical Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Spiritual needs is the basic needs of every human being. Each factor is

needed to develop and maintain one's dynamic relationship with God. The

objective of the research was to find out the correlation of spiritual need, anxiety

level, correlation spiritual need with anxiety level of cancer patients in RSUP. H.

Adam Malik Medan. The type of research with a cross sectional study. The

samples consisted of 96 respondents, taken by using technique purposive

sampling. Based on the result of univariate analysis, it was found that 76

respondents (79.2%) have a spiritual need in the good category, 31 repondents

(32.3%) have a level anxiety in the moderate category. Based on the result of

bivariat analysis with chi square test, it was found that the variable of the spiritual

need, correlated with the level of 0.030 < 0,05 and PR value = 0.50 (95% CI =

0.12-0.92). Based on the results of the multivariate analysis with multiple

correlation test, hope and trust have a correlation with anxiety level. It is

(25)

environment. H. Adam Malik Medan actually doing spiritual needs and document

services.

(26)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Spiritualitas merupakan bagian inti dari individu (core of individuals) yang tidak terlihat (unseen, invisible) yang berkontribusi terhadap keunikan dan menyatu dengan nilai-nilai transendental (suatu kekuatan yang maha tinggi/high power dan Tuhan/God) yang memberikan makna, tujuan dan keterhubungan (McEwen, 2003).

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh

setiap manusia. Setiap faktor diperlukan untuk membangun dan mempertahankan

hubungan dinamis pribadi seseorang dengan Tuhan atau sebagimana

didefenisikan oleh individu itu dan keluar dari hubungan itu untuk mengalami

pengampunan, cinta, harapan, kepercayaan, makna dan tujuan dalam hidup.

Kebutuhan spiritual tidak murni terkait dengan agama atau kepercayan terhadap

Tuhan tetapi filosofi semantik terhadap kehidupan atau mencari makna dan tujuan

(Stallwood & Stoll dalam McSherry, 2006).

Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya

pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah

dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan,

kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas

kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual.

(27)

kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara

keyakinan dengan pelayanan kesehatan, dimana kebutuhan dasar manusia yang

diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi

juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat

pasien dalam proses penyembuhan (Hidayat, 2006).

Menurut Heber (1987 dalam Rohman, 2006) hasil riset telah membuktikan

bahwa orang yang spiritualitasnya baik, mempunyai kemungkinan melanjutkan

kehidupan lebih baik. Bagi yang spiritualistasnya tidak baik, menunjukan tujuan

hidup kurang, tidak dicintai, ketidakbebasan dan takut mati. Sementara orang

yang spiritualitasnya baik, tidak takut mati, dan lebih menerima kehidupan. Jika

mereka cemas terhadap kematian disebabkan cemas pada proses bukan pada

kematian itu sendiri. Musick et al (2000 dalam Rohman 2006) menyatakan bahwa

adanya spiritualitas pada kesehatan dan kesejahteraan fisik, diperlihatkan dari

hasil studi menyimpulkan bahwa tingkat spiritualitas yang tinggi berasosiasi

dengan hasil yang positif pada individu dengan penyakit kanker

Penelitian Leeuwen et al (2006) menunjukkan bahwa kebutuhan spiritual

merupakan hal yang umum dalam pelayanan kesehatan. Prevalensi kebutuhan

spiritual telah ditemukan di beberapa pelayanan kesehatan seperti departemen

emergensi, rumah sakit, unit perawatan anak, unit rehabilitasi, perawatan dirumah,

klinik kanker.

Kanker merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat karena

insiden dan angka kematiannya terus meningkat. Kanker merupakan proses

(28)

Deoxyribo Nucleat Acid (DNA) selular (Smeltzer & Bare, 2002). Penyakit kanker kini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang komplek di Indonesia,

yang perlu ditanggulangi secara menyeluruh, terpadu, efisien, ekonomis dan

manusiawi. Kanker dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat. Bahkan di

negara-negara maju, penyakit kanker menduduki urutan kedua setelah penyakit

kardiovaskuler (Brunner & Suddarth, 2005).

Di wilayah Asia Tenggara, pada tahun 2008 diperkirakan terdapat 1,6 juta

kasus kanker baru dan 1,1 juta kematian akibat kanker. Angka ini diproyeksikan

meningkat menjadi 2,8 juta kasus kanker baru dan 1,9 juta kasus meninggal. Pada

laki-laki diperkirakan terdapat 758.000 kasus kanker baru dengan jenis kanker

terbanyak adalah kanker paru, diikuti dengan kanker mulut, kanker faring, kanker

esofagus, kanker lambung, kanker kolorektal, kanker hati dan kanker laring. Pada

perempuan diperkirakan terdapat 831.000 kasus kanker baru dengan jenis kanker

terbanyak adalah kanker serviks dan payudara. Perbedaan jenis kanker ini

menyebabkan jumlah kematian kanker yang lebih tinggi pada pria sebesar

557.000 kematian daripada wanita sebesar 515.000 kematian (International Agency for Research on Cancer, 2008 dalam Ferlay et al 2008

Data dari Kementerian Kesehatan tahun 2012 menyatakan bahwa

prevalensi kanker di Indonesia mencapai 4,3 banding 1.000 orang. Data

sebelumnya menyebutkan bahwa prevalensi kanker 1 banding 1.000 orang. Badan

Kesehatan Dunia dan Serikat Pengendalian Kanker Internasional memprediksi

(29)

tahun 2030. Jumlah tersebut 70 % berada di negara berkembang seperti Indonesia

(Candra, 2013).

Hasil penelitian Oemiati et al (2011) menyatakan bahwa prevalensi kanker

berdasarkan 33 provinsi didapatkan data bahwa ada lima provinsi yang prevalensi

kankernya melebihi prevalensi kanker nasional yaitu lebih dari 5,03 % yaitu

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 9,66 %, Provinsi Jawa Tengah

sebesar 8,06 %, Provinsi DKI Jakarta sebesar 7,44 %, Provinsi Banten sebesar

6,35 %, dan Provinsi Sulawesi Utara sebesar 5,76% sedangkan provinsi Sumatera

Utara sebesar 2,88 %.

Kecemasan merupakan istilah yang menggambarkan keadaan khawatir

dalam kehidupan hari. Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa

sehari-hari yang dapat dialami manusia dan dapat juga dialami oleh siapapun. Ancaman

terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan

individu merupakan sebagai sebab dari terjadinya kecemasan. Kecemasan

menghasilkan peringatan yang berharga dan penting dalam upaya untuk

memelihara keseimbangan dan melindungi diri yang dapat dikomunikasikan

secara interpersonal dan merupakan bagian kehidupan sehari-hari (Suliswati,

2005).

Kecemasan merupakan masalah umum bagi orang-orang yang menjalani

pengobatan kanker. Ini diyakini bentuk paling umum dari tekanan psikologis yang

terjadi hingga 50% pada pasien kanker. Kecemasan ditandai dengan ketakutan

terus-menerus, dapat disertai dengan berlebihnya kewaspadaan, konsentrasi yang

(30)

atau dianggap ancaman, kecemasan sering menghilang saat ancaman akan

dihapus. Dalam kasus seseorang yang didiagnosis dengan kanker, ancaman sering

berbahaya dan mungkin berlanjut setelah perawatan selesai. Kecemasan akan

terjadinya kekambuhan dan kematian menyebabkan kecemasan kronis dan

ketakutan tentang masa depan (Holland & Gooen 2000 dalam Tofthagen, 2006).

Kecemasan pada pasien kanker dapat dikaitkan dengan aspek menakutkan

untuk pengobatan atau ketidakpastian mengatasi dengan diagnosis yang

mengancam potensi kehidupan. Orang dengan gangguan kecemasan yang sudah

ada sebelumnya cenderung mengalami gangguan eksaserbasi ketika mereka

didiagnosis kanker (Holland & Gooen 2000 dalam Tofthagen, 2006). Penelitian

Schmidt (2003 dalam Tofthagen, 2006) menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa

tertentu pada pasien kanker mengakibatkan meningkatnya kecemasan seperti

gejala-gejala baru yang ditimbulkan ketika pertama kali didiagnosis, menunggu

hasil tes, memulai pengobatan baru,

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada

bulan Nopember 2013 di RSUP. H. Adam Malik Medan bahwa pihak rumah

sakit telah menyediakan pastoral care atau pelayanan kerohanian sejak 4 Maret mengalami perubahan dalam pengobatan,

mengakhiri pengobatan, memiliki kegagalan pengobatan, kesejahteraan,

mempelajari bahwa penyakit itu telah berkembang dan mengalami tekanan

ketahanan hidup dan menghadapi akhir kehidupan. Diagnosis kanker sering

menyebabkan individu untuk menguji kembali arti hidup mereka, hubungan

mereka dengan orang lain, hubungan mereka dengan alam semesta dan dengan

(31)

2013 untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas pasien. Pelayanan kegiatan

kerohanian adalah kegiatan doa bersama untuk kesembuhan dan keselamatan

pasien yang di pandu oleh petugas kerohanian yang telah ditetapkan oleh pihak

rumah sakit. Petugas kerohanian yang ada di RSUP. H. Adam Malik Medan

berjumlah tiga orang yaitu petugas kerohanian untuk Agama Islam, Agama

Kristen Protestan dan Agama Khatolik.

Petugas kerohanian selalu berada ditempat setiap hari dan mereka selalu

berkunjung ke ruangan untuk memberikan pelayanan kegiatan kerohanian. Jika

pasien membutuhkan pelayanan kerohanian maka pasien dan keluarga pasien

melapor pada perawat yang berada di Ruang Rawat Inap RSUP. H. Adam Malik

Medan dan perawat akan mendatangkan petugas kerohanian sesuai dengan standar

prosedur operasional. Berdasarkan hasil observasi terhadap pasien di RSUP. H.

Adam Malik Medan didapatkan data bahwa masih ada beberapa perawat yang

tidak melaksanakan tugasnya dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dengan baik

kepada pasien.

Dari pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan

pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.2. Permasalahan

Apakah terdapat hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan

(32)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pemenuhan kebutuhan spiritualitas dan tingkat kecemasan

pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien kanker di RSUP.

H. Adam Malik Medan.

b. Mengetahui tingkat kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik

Medan.

c. Mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat

kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.4. Hipotesa Penelitian

Ada hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat

kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1.5.1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi serta

menambah koleksi pustaka tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas untuk

(33)

1.5.2 Aspek Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada petugas

kesehatan mengenai pentingnya melakukan pemenuhan kebutuhan

(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Spiritual

2.1.1. Kebutuhan Spiritualitas

Highfield dan Cason (1983 dalam McSherry, 2006) menggunakan

pendekatan kebutuhan spiritual dalam penelitian deskriptif mereka

menyelidiki kesadaran perawat bedah tentang kebutuhan spiritual. Para

peneliti mengidentifikasi empat kebutuhan spiritual yaitu kebutuhan akan

makna dan tujuan dalam hidup, kebutuhan untuk memberi dan menerima

cinta, kebutuhan akan harapan dan kebutuhan akan kreativitas.

Stallwood dan Stool dalam McSherry (2006) menyatakan bahwa

spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia.

Setiap faktor diperlukan untuk membangun dan mempertahankan hubungan

dinamis pribadi seseorang dengan Tuhan atau sebagaimana didefenisikan

oleh individu itu dan keluar dari hubungan itu untuk mengalami

pengampunan, cinta, harapan, kepercayaan, makna dan tujuan dalam hidup.

Kebutuhan spiritual tidak murni terkait dengan agama atau kepercayan

terhadap Tuhan tetapi filosofi semantik terhadap kehidupan atau mencari

makna dan tujuan.

Frankl (1987; Travelbee, 1966 dalam McSherry, 2006) menyatakan

bahwa kebutuhan spiritual dipandang sebagai persyaratan paling dalam pada

(35)

persyaratan, maka ia dapat berfungsi secara harmonis, mencari makna, nilai,

tujuan dan harapan dalam hidup bahkan saat hidup mungkin akan terancam.

Burnard (1988 dalam McSherry, 2006) seorang individu dapat

menyatakan kebutuhan untuk hubungan yang harmonis setelah mengalami

gangguan pernikahan. Secara psikologis berorientasi untuk melihat

kebutuhan psikologis, ketika pada kenyataannya orang tersebut adalah

menyatakan keinginan untuk mengeksplorasi isu-isu yang mendasar, unik

dan keberadaan mereka berada di tengah. Secara alami spiritual berasal dari

dimensi psikososial, demikian juga, itu akan membuat kesalahpahaman

yang serius dan kesalahan untuk menyimpulkan bahwa seorang ateis atau agnostik tidak memiliki kebutuhan rohani karena mereka tidak mempunyai kepercayaan pada Tuhan.

Narayanasamy dan Owens (2001) menyatakan bahwa adanya

kebutuhan spiritual lainnya dengan menerapkan konsep langsung ke

keperawatan dan perawatan kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa sejumlah perawat mengidentifikasi pasien dari ekspresi perasaan

emosional dan mencari makna dan tujuan. Dari hasil wawancara yang

diperoleh, ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa

tegang, nyeri dan emosional. Para pasien takut akan kematian dan mereka

tidak ingin suaminya mengetahui akan ketakutannya. Mereka membutuhkan

bimbingan, mencari makna dan tujuan untuk mengatasi emosinya.

Yong et al (2008) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual terdiri dari

(36)

harmonis, hubungan dengan Tuhan dan menerima kematian. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa kebutuhan harapan untuk kesembuhan,

memiliki ketenangan dengan diri dan kehidupan serta merasakan kedamaian

dan memiliki hubungan telah terbukti menjadi alat yang efektif untuk

mengatasi penyakit. Makna dan tujuan hidup merupakan komponen utama

dari spiritualitas karena ketika seseorang tidak dapat menemukan makna

dan tujuan hidup selama masa-masa sulit, mereka mungkin mengalami

depresi dan kebutuhan spiritual merupakan intervensi yang penting dalam

mengatasinya. Mencintai dan hubungan yang harmonis dengan orang lain

merupakan kebutuhan manusia secara universal karena menunjukkan

bahwa mereka selalu harus ada dengan keluarga agar pasien menjadi lebih

kuat. Menerimaan kematian termasuk kebutuhan untuk mengatasi tanggung

jawab hidup dan mempersiapkan kematian

Galek et al (2005) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual terdiri dari

enam yaitu kebutuhan akan mencintai, harapan, arti dan tujuan, moral dan

etik, apresiasi keindahan dan kematian. Shelly dan Fish (1988 dalam

McSherry, 2006) mengidentifikasi tiga kebutuhan spiritual yaitu kebutuhan

akan makna dan tujuan, kebutuhan akan cinta dan keterkaitan dan

kebutuhan untuk pengampunan.

yang tujuannya mengatasi

kekhawatiran setelah kematian.

Colliton (1981 dalam McSherry, 2006) menekankan bahwa

kebutuhan spiritual adalah kebutuhan yang menyentuh inti dari seseorang

(37)

profesional perawatan kesehatan untuk membantu individu dalam

memahami dan menemukan makna di saat terjadinya krisis seperti

penerimaan diagnosis terminal, kehilangan orang yang dicintai atau

berpartisipasi dengan kehidupan dengan cacat permanen.

2.1.2. Komponen Kebutuhan Spiritualitas

a. Arti dan tujuan

Kita semua memiliki keinginan dan kebutuhan untuk mengidentifikasi

beberapa makna dalam hidup kita dan keberadaan yang akan membantu

dalam menghasilkan motivasi atau tujuan, yang akan menyebabkan rasa

pemenuhan. Pencarian ini dilakukan dalam masa sehat maupun sakit

(McSherry, 2006). Kebutuhan untuk menemukan arti dan tujuan merupakan

dimensi penting diseluruh literarur. Beberapa penulis menekankan bahwa

penyakit fisik sering bertindak sebagai pemicu. Satu yang terpenting adalah

sebuah perjalanan batin untuk mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan

hidup dan mati serta untuk mengatur ulang prioritas berhubungan dengan

fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Narayanasamy menyatakan bahwa

penyakit juga dapat sebagai satu tantangan yang sudah ada pada sistem

personal. Kebutuhan untuk memahami eksistensi manusia, dengan melihat

adanya arti, dapat menemukan kedamaian, tidak peduli seberapa parah

penyakitnya (Galek et al, 2005).

b. Kebutuhan akan cinta dan hubungan yang harmonis

Tanpa keintiman dan kenyamanan yang diperoleh dengan orang lain

(38)

sendirian dan kehilangan sentuhan, keamanan dan cinta. Kebutuhan akan

hubungan yang harmonis penting yang berasal dari kontak pribadi dan

keterlibatan dengan orang – orang. Namun, kasih sayang yang sama

dihasilkan atau dialami melalui kontak dekat dengan penciptanya.

Pengamantan telah dilakukan dan hasil yang diperoleh bahwa hubungan tidak

akan selalu harmonis dan individu dapat tumbuh dan belajar dari semua

pengalaman (McSherry, 2006).

Mencintai, memiliki dan menghormati merupakan kategori yang

terbesar. Banyak pasien menyatakan bahwa pentingnya seorang ustad atau

pendeta dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Dari hasil survey yang

diperoleh kebutuhan spiritual pasien yaitu agar dapat diterima setiap orang,

kasih sayang dan kebaikan, dapat merasakan hubungan dengan dunia,

persahabatan dan menghargai fungsi tubuh (Galek et al, 2005).

c. Kebutuhan untuk pengampunan

Pada saat hidup akan terjadi hal yang mengganggu dan akan terjadi

konflik. Namun, kemarahan dan rasa bersalah yang belum terselesaikan dapat

menyebabkan hilangnya fisik, psikologis, sosial dan kesejahteraan spiritual.

Oleh karena itu, untuk menjaga keseimbangan, ada kebutuhan untuk mencoba

dan menyelesaikan konflik dalam kehidupan dan pada waktu memaafkan

(McSherry, 2006).

Mickley dan Cowles (2001 dalam Kozier et al, 2004) menyatakan

(39)

berkaitan dengan rasa malu dan rasa bersalah. Masalah kesehatan

diinterpretasi sebagai hukuman atas dosa dimasa lalu seperti melakukan

hubungan sek sebelum menikah adalah penyebab dari kanker payudara yang

di alaminya. Klien yang sedang menghadapi kematian dapat mencari atau

meminta pengampunan dari yang lain termasuk dari Tuhan. dalam

penelitiannya menganjurkan pada perawat yang mempunyai peran penting,

agar membantu klien dengan memahami proses pengampunan ini dan

memenuhi kebutuhan spiritualitas klien melalui pengampunan ini.

d. Kebutuhan untuk sumber harapan dan kekuatan

Spiritualitas sering disebut sebagai sumber kekuatan batin dan

keyakinan harapan. Keyakinan seseorang, nilai-nilai dan sikap akankah

membawa harapan pada orang, masa depan atau dari perspektif agama,

seperti hidup yang kekal yang memungkinkan individu untuk menimba

kekuatan dari komitmen dan keyakinan mereka (McSherry, 2006).

Galek et al (2005) menyatakan bahwa kekuatan harapan dan rasa

syukur dapat memupuk dan memberi semangat pasien. Meskipun harapan itu

dikonseptualisasikan dalam berbagai cara. Peneliti menekankan kapasitas

harapan dapat berhubungan dengan kemungkinan dan realita dari luar diri.

Dari hasil survey didapatkan bahwa kebutuhan akan harapan dapat

memberikan kedamaian dan kepuasan, menjaga agar pandangan tetap positif,

bersyukur atau berterima kasih.

Stephenson (1991 dalam Kozier et al, 2004) menyatakan bahwa

(40)

keberhasilan dalam menghadapi dan mengatasi keadaan sakit dan kematian.

Harapan sebagai suatu proses antisipasi yang melibatkan interaksi pemikiran,

tindakan, perasaan dan relasi, yang arahkan pada masa datang untuk

pemenuhan akan kepribadian yang penuh makna. Jika tidak mempunyai

harapan dan tidak ada yang memberikan harapan tersebut, maka sakit yang

dialami, dirasakan seperti bekembang memburuk lebih cepat.

e. Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang berfikir dan bertingkah

laku. Kreativitas digunakan seseorang untuk mengekspresikan sifat

dasarnya melalui suatu bentuk atau medium sehingga menghasilkan rasa

puas baginya. Kemampuan untuk menemukan makna, ekspresi dan nilai

dalam aspek kehidupan seperti sastra, seni, musik dan kegiatan lainnya yag

berasal dari sifat kreatif individu, menyediakan ekspresi dan makna serta

sarana komunikasi. Kreativitas dapat berbentuk inspirasi, mengangkat emosi

seseorang dan perasaan untuk keindahan hadir dalam bentuk kreasi

(McSherry, 2006).

f. Kepercayaan

Individu terisolasi dan diabaikan ketika kehilangan kepercayaan.

Dipercaya dapat berbentuk diterapkan pada teman-teman masing-masing

keluarga atau masyarakat dunia pada umumnya. Kepercayaan adalah

prasyarat untuk membangun persahabatan dan hubungan terapeutik. Dengan

mengadopsi pendekatan ini, itu akan muncul bahwa kepercayaan adalah

(41)

harga diri dan penerimaan oleh orang lain. Kemampuan untuk

mengekspresikan keyakinan pribadi dan nilai-nilai dalam kehidupan adalah

kebutuhan mendasar untuk mengekspresikan keyakinan pribadi dan

nilai-nilai. Kebutuhan ini dipupuk dalam masyarakat modern. Ketidakmampuan

untuk mengekspresikan keyakinan pribadi dan nilai-nilai dapat menyebabkan

frustasi dan akhrinya permusuhan (McSherry, 2006).

Taylor (1997 dalam Kozier et al, 2004) menyatakan bahwa

kepercayaan kepada Tuhan merupakan hal yang sangat penting ditanamkan

dalam diri. Dengan adanya kepercayaan menyadarkan kepada kita bahwa

segala sesuatu yang ada baik alam semesta maupun isinya adalah bersumber

dari Tuhan. Seseorang yang tidak memiliki kepercayaan akan merasa ragu

dana bimbang. Orang yang percaya akan memiliki kepasrahan dalam dirinya

sehingga orang tersebut memiliki kepastian dalam hidupnya.

g. Mempertahankan praktek-praktek kesejahteraan spiritual

Seperti kemajuan hidup kita, praktik kesejahteraan spiritual tertentu

dapat dikembangkan dan dibentuk. Praktek ini dapat berasal dari dalam

kerangka agama seperti kebutuhan untuk doa sehari-hari atau menghadiri

kebaktian gereja, masjid atau kuil. Namun seseorang individu mungkin telah

tumbuh secara rohani melalui perjalanan waktu di daerah pedalaman atau

dengan mengambil keterlibatan dalam olahraga. Selam periode sakit atau

rawat inap, akan ada kebutuhan untuk memastikan praktek tersebut terus bila

(42)

h. Keyakinan atau keimanan

Fowler (1981 dalam Kozier et al, 2004) menyatakan bahwa keimanan

adalah kepercayaan atau komitmen kepada sesuatu atau seseorang. Keimanan

dapat ada baik pada orang yang beragama maupun orang yang tidak

beragama. Keimanan memberikan makna hidup, memberikan kekuatan pada

saat individu mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Untuk klien yang

sedang sakit, keimanan terhadap Tuhan, Allah, atau lainnya dalam diri klien

sendiri, dalam setiap anggota tim kesehatan, atau pada keduanya, dapat

memberikan kekuatan dan harapan.

2.1.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

Menurut Craven et al (1996 dalam Yani, 2008) menyatakan bahwa

faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah:

a. Pertimbangan tahap perkembangan

Berdasarkan hasil penelitian Craven et al (1996) terhadap anak-anak

dengan empat agama yang berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai

persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia,

seks, agama dan kepribadian anak.

b. Keluarga

Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritualitas

anak. Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya

tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan

diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Olah karena keluarga merupakan

(43)

kehidupan di dunia, pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh

pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan saudaranya.

c. Latar belakang etnik dan budaya

Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan

sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan

spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama dan

termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai

bentuk kegiatan keagamaan. Perlu diperhatikan apa pun tradisi agama atau

sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual

adalah hal unik bagi tiap individu.

d. Pengalaman hidup sebelumnya

Pengalaman hidup, baik yang positif maupun pengalaman negatif

dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya juga dipengaruhi

oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau

pengalaman tersebut.

e. Krisis dan perubahan

Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual

seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit,

penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya

pada pasien dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk.

Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan

(44)

f. Terpisah dari ikatan spiritual

Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat

individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem

dukungan sosial. Klien yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan yang

asing baginya dan merasa tidak aman. Kebiasaan hidup sehari-hari juga

berubah, antara lain tidak dapat menghadiri secara resmi, mengikuti kegiatan

keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat

yang biasa memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien

dari ikatan spiritual dapat beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritualnya.

g. Isu moral terkait dengan terapi

Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara

Tuhan untuk menunjukkan kebesarannya walaupun ada juga agama yang

menolak intervensi pengobatan. Prosedur medik sering kali dapat dipengaruhi

oleh pengajaran agama.

h. Asuhan keperawatan yang sesuai

Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat

diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan spiritual pasien, tetapi dengan

berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk

memberikan asuhan spiritual. Alasan tersebut antara lain karena perawat

merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang menganggap

penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek

spiritual dalam keperawatan atau merasa bahwa pemenuhan spiritual pasien

(45)

2.1.4. Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien

Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi

semua kebutuhan klien termasuk juga kebutuhan spiritual klien. Berbagai

cara perawat untuk memenuhi kebutuhan klien mulai dari pemenuhan makna

dan tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi klien untuk

mengekspresikan agama dan keyakinannya. Dalam memenuhi kebutuhan

spiritual tersebut perawat memperhatikan tahap perkembangannya, sehingga

asuhan yang diberikan dapat terpenuhi sebagaimana mestinya (Hamid, 2008).

Layanan bimbingan spiritual bagi pasien semakin diakui memiliki

peran dan manfaat yang efektif bagi penyembuhan. Bahkan di tangan para

perawat Rumah sakit yang profesional, perawatan spiritual khususnya

bimbingan spiritual memberikan kontribusi bagi proses penyembuhan pasien.

Dari proses komunikasi yang dibangun oleh para perawat rumah sakit yang

profesional, para pasien bisa memulihkan kondisi psikologisnya. Pendekatan

terapi keagamaan khusunya pemenuhan kebutuhan spiritual dalam bidang

kedokteran bukan untuk tujuan mengubah keyakinan pasien terhadap

agamanya melainkan untuk membangkitkan kekuatan spiritual dalam

menghadapi penderitaan penyakit atau gangguan pada kesehatannya (Sholeh,

2005).

Terapi keagamaan yang diberikan berupa bimbingan tentang konsep

sehat sakit dari sudut pandang agama, bimbingan untuk berdzikir dan berdoa.

Dengan beragama yang benar, hidup menjadi lebih ikhlas atau pasrah

(46)

keseimbangan. Semua protektor yang ada di dalam tubuh manusia bekerja

dengan ketaatan beribadah, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha

Esa dan pandai bersyukur sehingga tercipta suatu keseimbangan dari

neurotransmiter yang ada di dalam otak (Hawari, 2007).

Memfasilitasi kebutuhan pasien terhadap pelaksanaan keagamaan,

perawat perlu mengkaji terlebih dahulu mengenai kebutuhan spiritual pasien.

Misalnya mengetahui masalah-masalah atau kendala pasien dalam

melaksanakan ibadah kemudian berusaha membantu mencari solusi atas

masalah-masalah atau kendala yang dihadapi pasien. Seorang perawat

disarankan untuk tidak langsung memberikan bantuan pada pasien tanpa

mengkaji kebutuhan spiritual pasien terlebih dahulu. Kemudian perawat dapat

memberikan pilihan pada pasien dalam melakukan peribadatan untuk

memberikan kemandirian pada pasien dalam mengambil keputusan. Misalnya

dengan menawarkan bantuan atau pasien ingin melakukan peribadatan secara

personal atau memberikan privasi untuk berdoa. Selanjutnya perawat

memfasilitasi pasien untuk melakukan pilihannya (Sholeh, 2005).

Pada pasien dalam keadaan terminal, perawat memfasilitasi untuk

memenuhi kebutuhan spiritual pasien, misalnya menanyakan siapa-siapa

yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien dan didiskusikan dengan

keluarganya (teman-teman dekat atau anggota keluarga lain). Menggali

perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya. Menjaga penampilan

klien pada saat-saat menerima kunjungan-kunjungan teman-teman

(47)

membersihkan diri dan merapikan diri. Meminta saudara atau

teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak orang lain dan membawa

buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu membacanya (Hamid,

2008).

Bantuan memenuhi kebutuhan spiritual misalnya dengan menanyakan

kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana klien

selanjutnya menjelang kematian. Menanyakan kepada klien untuk

mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk memenuhi kebutuhan

spiritual. Disini tokoh agama dapat menuntun pasien untuk mencapai

ketenangan sehingga dapat mencapai good death dan perawat membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas

kemampuannya (Sholeh, 2005).

McSherry (2004) menyatakan bahwa tidak semua pasien akan hadir

dengan kebutuhan rohani atau mengangkat semua permasalahan yang

eksistensial atau spiritual sebagai akibat dari penyakit mereka. Olah karena

itu, kita dapat membuat asumsi dalam perawatan kesehatan bahwa semua

pasien atau pengguna jasa akan hadir dengan kebutuhan rohani, atau bahwa

mereka akan ingin membahas hal-hal yang bersifat spiritual dengan

profesional perawatan kesehatan serta pentingnya memiliki beberapa

mekanisme untuk memastikan kebutuhan rohani pasien akan ditangani secara

efektif dan bertemu praktek keperawatan kesehatan.

Narayanasamy (2004) menyatakan bahwa perawat dan pemberi

(48)

pasien mereka, karena berbagai alasan. Salah satunya disebabkan banyak

perawat tidak memahami secara utuh apa yang dimaksud dengan

spiritualitas.

2.2. Kecemasan

2.2.1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang

spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif (Stuart, 2001). Kecemasan

sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik secara subjektif dialami dan

dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan,

kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak

jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya

(Suliswati et al, 2005).

2.2.2. Penyebab Kecemasan

Suliswati et al (2005) menyatakan bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi kecemasan yaitu :

a. Faktor predisposisi

Terdiri dari peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya

kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis

perkembangan atau situasional. Konflik emosional yang dialami individu dan

tidak terselesaikan dengan baik, konflik antara id dan superego atau antara

keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

(49)

secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan. Frustasi akan

menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak

terhadap ego.

Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan

ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. Pola

mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani kecemasan akan

mempengaruhi individu dalam berespons terhadap konflik yang dialami

karena mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon

individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang

mengandung benzodiazepin, karena benzodiapine dapat menekan

neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

b. Faktor presipitasi

Terdiri dari ancaman terhadap integritas fisik meliputi sumber internal

meliputi kegagalan mekanisme fisiologi sistem imun, regulasi suhu tubuh,

perubahan biologis normal. Sumber eksternal meliputi paparan terhadap

infeksi virus dan bakteri, polusi lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,

tidak adekuatnya tempat tinggal. Ancaman terhadap harga diri terdiri dari

sumber internal meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah

dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru, berbagai ancaman

(50)

meliputi kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status

pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

2.2.3. Tanda dan Gejala Kecemasan

Hawari (2001) menyatakan bahwa tanda dan gejala kecemasan yang

ditunjukkan oleh seseorang bervariasi, tergantung dari berat atau tingkatan

yang dirasakan oleh individu tersebut. Keluhan yang sering dikemukakan

oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum adalah sebagai

berikut:

a. Perasaan cemas meliputi cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri

dan mudah tersinggung.

b. Ketegangan meliputi merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan

tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.

c. Ketakutan pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang

besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang banyak.

d. Gangguan tidur meliputi sulit untuk tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk dan mimpi yang

menakutkan.

e. Gangguan kecerdasan meliputi kesulitan berkonsentrasi, daya ingat

menurun dan daya ingat buruk.

f. Perasaan depresi meliputi hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-ubah

(51)

g. Gejala somatik atau fisik pada otot meliputi sakit dan nyeri di otot, kaku,

kedutan otot dan suara tidak stabil.

h. Gejala somatik atau fisik pada sensorik meliputi tinnitus (telinga

berdenging), penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan

perasaan ditusuk-tusuk.

i. Gejala kardiovaskuler meliputi takikardi, berdebar-debar, nyeri di dada,

denyut nadi kuat, lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang

atau berhenti sebentar.

j. Gejala respiratori meliputi rasa tertekan atau sesak di dada, rasa tercekik,

sering menarik napas, napas pendek.

k. Gejala gastrointestinal meliputi sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut,

kembung, mual, muntah, buang air besar konsistensinya lembek,

konstipasi dan kehilangan berat badan.

l. Gejala urogenital meliputi sering buang air kecil, tidak dapat menahan

buang air kecil, gangguan menstruasi, darah haid berlebihan, darah haid

sedikit, masa haid lama, masa haid pendek, haid beberapa kali dalam

sebulan, ejakulasi dini, ereksi melemah, impotensi.

m.Gejala autonom meliputi mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,

kepala pusing kepala terasa berat, kepala terasa sakit.

n. Tingkah laku meliputi gelisah, tidak tenang, jari gemetar, dahi berkerut,

wajah tegang, otot tegang atau mengeras, nafas pendek dan cepat, wajah

(52)

2.2.4. Respon Kecemasan

Menurut Stuart (2001) pada orang yang cemas akan muncul beberapa

respon yaitu:

a. Respon fisiologis

Terdiri dari sistem kardiovaskular meliputi palpitasi, tekanan darah

meningkat, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun. Pada sistem

pernafasan meliputi nafas cepat dan pendek, nafas dangkal. Pada sistem

gastrointestinal meliputi nafsu makan menurun, mual dan diare. Pada sistem

neuromuskular meliputi tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing. Pada

traktus urinarius meliputi sering berkemih. Pada sistem integumen meliputi

gatal, wajah kemerahan.

b. Respon perilaku

Terdiri dari gelisah, tremor, ketegangan fisik, reaksi terkejut, gugup,

bicara cepat, menghindar, kurang kooordinasi, menarik diri dari hubungan

interpersonal dan melarikan diri dari masalah.

c. Respon kognitif

Terdiri dari perhatian terganggu, pelupa, salah dalam memberikan

penilaian, hambatan berfikir, kesadaran diri meningkat, tidak mampu

berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya lapangan

persepsi dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada

(53)

d. Respon afektif

Terdiri dari mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan,

waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan malu. Menurut Stuart (2001)

rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan

maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana

individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul

sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana individu

sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga

mengalami ganguan fisik dan psikososial.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

2.2.5. Tingkat Kecemasan

Peplau (1963 dalam Stuart 2001) mengidentifikasi kecemasan dalam

empat tingkatan dan menggambarkan efek dari tiap tingkatan.

a. Cemas ringan

Cemas ringan merupakan cemas yang normal yang berhubungan

dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang

menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya seperti melihat,

mendengar dan gerakan menggenggam lebih kuat. Kecemasan tingkat ini

(54)

b. Cemas sedang

Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

yang penting dan mengesampingkan hal yang lain sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang

lebih terarah. Kecemasan ini mempersempit lapang presepsi individu seperti

penglihatan, pendengaran dan gerakan menggenggam berkurang.

c. Cemas berat

Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta

tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan

untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

d. Cemas berat sekali/panik

Panik berhubungan dengan ketakutan. Individu yang mengalami panik

tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Hal itu

dikarenakan individu tersebut mengalami kehilangan kendali, terjadi

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan

dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran

yang rasional. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Individu yang

mengalami panik juga tidak dapat berkomunikasi secara efektif. Tingkat

kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus

(55)

2.3. Kanker

2.3.1. Pengertian Kanker

Kanker merupakan proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal

diubah oleh mutasi genetik dari deoxyribo nucleat acid (DNA) selular. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal

kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif dan

terjadi perubahan pada sel-sel di sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi

jaringan-jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan

pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh-pembuluh-pembuluh-pembuluh darah tersebut sel dapat

terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase pada bagian

tubuh yang lain (Smeltzer & Bare, 2002).

2.3.2. Penyebab Kanker

a. Umur

Kebanyakan kanker menyerang di atas usia 45 tahun. Bukan berarti

kanker bisa kebal di bawah usia 45 tahun, maka semakin berumur kita harus

memperbaiki faktor-faktor yang bisa merugikan kesehatan tubuh.

b. Kebiasaan buruk

Merokok dapat meningkatkan resiko kanker paru, konsumsi alkohol

yang berlebihan dapat menyebabkan kanker.

c. Lokasi geografis

Negara-negara industri memiliki tingkat resiko terkena kanker tertentu

yang lebih tinggi dibandingkan Negara berkembang. Namun, diyakini

(56)

udara memainkan peranan dalam penyebab kanker sehubungan dengan

geografis.

d. Diet

Asupan tinggi lemak dikaitkan dengan kanker payudara, usus besar,

ovarium, ginjal, paru-paru dan endometrium. Asupan serat yang rendah

dikaitkan dengan tingkat resiko terkena kanker usus besar yang lebih tinggi.

e. Kurangnya olahraga

Waktu yang sebagian besar dihabiskan di atas tempat duduk

dihubungkan dengan peningkatan resiko terkena berbagai macam kanker.

f. Tingginya kadar estrogen

Dapat meningkatnya resiko terkena kanker reproduksi seperti

payudara dan endometrium.

g. Genetika

Kebanyakan orang berpikir bahwa genetika adalah faktor resiko utama

penyebab kanker, tetapi riwayat keluarga dan DNA hanyalah salah satu

faktor.

h. Penghasilan

Pendapatan rendah dikaitkan dengan tingkat resiko yang lebih tinggi

terkena kanker lambung, kanker paru-paru (pada laki-laki), kanker serviks

(pada wanita), kanker mulut, faring, laring, esofagus sedangkan pendapatan

yang lebih tinggi dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi pada kanker

(57)

i. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang lebih rendah terkait dengan resiko terkena

kanker yang lebih tinggi dan cenderung kurang memiliki akses pada

informasi pencegahan kanker (Rahmad, 2012).

2.3.3. Kebutuhan Spiritual Pasien Kanker

Menurut Rando (1984 dalam Yani 2008) keyakinan beragama dapat

membantu menyokong pasien dalam menghadapi krisis kehidupan termasuk

kematian melalui berbagai hal berikut:

a. Membantu mengeidentifikasi rasa takut dan ansietas tidak saja dengan

mengungkapkan kedukaan, tetapi juga melalui rasa syukur terhadap

karunia dan pengalaman yang telah diberikan Tuhan.

b. Menekankan kepada peristiwa kehidupan dan pengalaman kemanusiaan

yang membuat kehidupan tampak lebih mudah dipahami.

c. Membantu pasien mengalihkan pikiran dan perasaan pada tindakan yang

konstruktif.

d. Memungkinkan pasien untuk mengalihkan peristiwa kehidupan yang tragis

ke arah kekuatan yang memberi harapan dan cinta.

e. Mengarahkan pada kepekaan spiritual dan aspirasi yang tinggi sehingga

mudah menemukan hikmah yang terkandung dalam penderitaan.

f. Mengurangi rasa bersalah dan berduka dalam menghadapi saat-saat akhir

kehidupan.

g. Mengalihkan perhatian dari kematian, tidak untuk mengingkari, tetapi

(58)

2.4. Landasan Teoritis

2.4.1. Keperawatan Holistik

Dossey (2005) menyatakan bahwa model yang paling komprehensif

yang tersedia untuk memandu perawatan kesehatan utama adalah biopsycho

sosial- spiritual model. Dalam model holistik, semua penyakit yang

memiliki komponen psikosomatik dan biologis, faktor psikologis, sosial dan

spiritual selalu berkontribusi untuk gejala-gejala penyakit pasien. Dimensi

spiritual dalam model biopsycho-sosial-spiritual menggabungkan

spiritualitas dalam konteks yang luas, nilai-nilai, makna dan tujuan dalam

hidup. Ini mencerminkan sifat manusia yang peduli, mencintai, kejujuran,

kebijaksanaan dan imajinasi. Konsep semangat menyiratkan suatu kualitas

transendensi, sebuah kekuatan membimbing atau sesuatu di luar diri dan

melampaui individu perawat atau klien. Ini mungkin mencerminkan

keyakinan akan adanya kekuatan yang lebih tinggi. Bagi sebagian orang,

semangat dapat menunjukkan perasaan sepenuhnya mistis atau kualitas

dinamis yang mengalir dari kesatuan. Hal ini sulit didefenisikan, namun

merupakan sebuah kekuatan vital secara mendalam yang dirasakan oleh

individu. Roh manusia dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati

serta kesehatan dan penyakit.

Gambar 2.4 The Bio-Psycho-Social-Spiritual Model Biologi

Psikologi

(59)

Setiap komponen dari model bio-psiko-sosial- spiritual saling

tergantung dan saling terkait. Hal ini diperlukan untuk mengatasi semua

komponen untuk mencapai hasil terapi yang optimal. Terlepas dari penyakit

yang terlibat, teknologi yang dikembangkan atau terapi yang digunakan,

model bio-psiko-sosial-spiritual menyediakan peta jalan utama keseluruhan

dalam merawat pasien secara keseluruhan.

Dua tantangan utama dalam keperawatan telah muncul di abad kedua

puluh satu. Yang pertama adalah untuk mengintegrasikan konsep teknologi,

pikiran dan jiwa ke dalam praktek keperawatan, yang kedua adalah untuk

mengintegrasikan model untuk keperawatan kesehatan yang memandu

penyembuhan diri dan orang lain. Keperawatan holistik adalah acara yang

paling lengkap untuk konsep dan praktek keperawatan profesional

2.4.2 Elemen Spiritual

a. Keterhubungan dengan sumber suci atau Tuhan

Sumber suci mungkin dijelaskan sebagai orang, kehadiran atau

sebagai sebuah misteri yang melampaui kata-kata. Ketidakcukupan bahasa

sangat jelas ketika kita mencoba untuk mendiskusikan atau menggambarkan

apa yang ada di dalam dan diantara kita, namun di luar dan kekuatan yang

lebih besar dari kita. Pikiran rasional kita tidak bisa memahami Tuhan dan

setiap deskripsi atau kata-kata yang digunakan untuk berbicara tentang

sumber suci masih kurang. Tuhan jauh dari konsep apa pun yang dipikirkan

(60)

rasional yang bsia mengarahkan kita kepada Tuhan. Konsep Tuhan yang

dikembangkan oleh pikiran rasional mungkin bersifat pribadi atau kelompok.

Menghubungkan dengan sumber suci bisa melibatkan hal-hal seperti

doa, ritual, rekonsiliasi dan ketenangan. Ajaran dari tradisi keagamaan

menawarkan berbagai perspektif mereka sendiri dan pedoman bagaimana

cara berhubungan dengan sumber suci. Memahami bagaimana orang mencari

dan merasakan hubungan dengan sumber suci dan hambatan yang mungkin

mereka hadapiu adalah penting dalam memberikan perawatan spiritual

(Dossey, 2005).

b. Keterhubungan dengan alam

Spiritualitas sering diungkapkan pada pengalaman melalui rasa

keterhubungan dengan alam, lingkungan dan alam semesta. Hewan, burung,

ikan dan makhluk lainnya di bumi yang memberikan makna dan suka cita

bagi orang-orang dari segala usia. Kesadaran semua bentuk kehidupan di

bumi dan tempat mereka dalam keteraturan alam, merupakan sumber

hubungan dan apresiasi spiritual. Burung-burung atau lebah dengan

bunga-bunga semua menggambarkan keajaiban dari berbagai bentuk kehidupan

yang sangat memberikan pengalaman spiritual. Kesadaran dari

keterhubungan dengan bumi dan alam semesta. Individu bukan penenun dari

jaringan kehidupan, melainkan masing-masing untai dalam jaringan tersebut.

Apa yang mereka lakukan untuk jaringan mereka lakukan untuk diri mereka

sendiri. Dengan demikian, apa yang terjadi pada bumi dan lingkungan

(61)

segala hal mempengaruhi alam. Memahami keterkaitan antara roh dan materi

dasar untuk beberapa tradisi dan dikenal di beberapa tingkat dalam semua

tradisi spiritual, khususnya dikalangan mistikus.

Banyak orang mengalami rasa hubungan dengan sumber suci melalui

alam, terlepas dari latar belakang agama mereka. Orang sering

mengekspresikan perasaan tertentu kedekatan dengan diri spiritual mereka

saat berjalan di pantai, duduk didekat pohon kesukaan mereka, melihat

matahari terbenam, mendengarkan air yang mengalir, melihat api, merawat

tanaman dan sebaliknya mengalami tatanan alam. Alam bisa menjadi sumber

kekuatan, inspirasi dan kenyamanan yang semuanya adalah atribut dari

spiritualitas (Dossey, 2005).

c. Keterhubungan dengan orang lain

Spiritualitas diketahui dan dialami dengan adanya hubungan, dengan

kenyamanan, dukungan, konflik dan perselisihan yang menandai hubungan

tersebut. Orang-orang mengekspresikan dan mengalami spiritualitas melalui

apresiasi ikatan yang sama dengan seluruh umat manusia dan hubungan

khusus mereka dengan orang lain. Spiritualitas dibentuk dan dipelihara dalam

pengalaman seseorang dalam masyarakat dimulai dengan keluarga.

Masyarakat, baik formal maupun informal dimana orang menjalani kehidupan

mereka memberikan konteks untuk mengekspresikan rasa spiritual.

Masyarakat memberikan kesempatan untuk berbagi perjalanan spiritual.

Orang sering berbicara tentang spiritualitas dalam hal hubungan

Gambar

Gambar 2.4 The Bio-Psycho-Social-Spiritual Model
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pemenuhan Kebutuhan
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pemenuhan Kebutuhan
Tabel 3.4. Kerangka Operasional Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rasa takut atau kekhawatiran yang dialami pasien kanker dalam menjalani pengobatan kemoterapi di RSUP Haji adam malik medan..

Kesimpulan dari hasil tersebut adalah hubungan dukungan sosial dengan kecemasan pasien kanker payudara di RSU Haji Medan tahun 2015 menunjukkan hubungan yang sedang (r =

Spiritualitas wanita penderita kanker organ reproduksi merupakan kekuatan atau prinsip hidup yang memberikan makna, tujuan dan arti dalam kehidupan wanita penderita

berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “ Hubungan Self Efficacy (Keyakinan Diri) dengan Perilaku Nyeri pada Pasien Kanker Serviks di

Kesimpulan dari hasil tersebut adalah hubungan dukungan sosial dengan kecemasan pasien kanker payudara di RSU Haji Medan tahun 2015 menunjukkan hubungan yang sedang (r =

Hasil tingkat kepuasan klien kanker terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat di RSUP Adam Malik ... Kepuasan

Sampel pada penelitian ini yaitu klien kanker yang berjumlah 87 klien.Klien kanker harus mendapatkan kebutuhan yang komprehensif dari perawat baik dari segi fisik, psikologis,

Pada pasien dengan penyakit kanker, kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan yang penting untuk dipenuhi selain aspek kebutuhan lainnya seperti aspek fisik dan pengobatan,