Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN
Hubungan Self Efficacy (Keyakinan Diri) dengan Perilaku Nyeri pada
Pasien Kanker Serviks Di RSUP H. Adam Malik Medan
Saya, yang bernama Eunike Debora Pasaribu/ 141121080 adalah
mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya
sedang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan
keyakinan diri (self efficacy) dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir di Fakultas Keperawatan.
Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela,
sehingga Ibu bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa
ada sanksi apapun. Identitas Ibu dan semua informasi yang diberikan akan
dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian.
Atas kesediaan Ibu saya ucapkan terima kasih.
Tanggal :
No Responden :
Hubungan Self Efficacy (Keyakinan Diri) dengan Perilaku Nyeri pada
Pasien Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan
Petunjuk pengisian :
1. Isi semua pertanyaan dengan benar dan lengkap, tidak ada hal yang perlu
disembunyikan. Setiap jawaban atas pertanyaan mempunyai nilai, dan
tidak ada jawaban yang salah, semuanya benar.
2. Untuk kuesioner data demografi, isilah sesuai dengan kondisi anda. Dan
beri checklist (√) pada kotak yang sesuai.
3. Untuk lembar observasi diisi sendiri oleh peneliti
4. Untuk kuesioner self efficacy, lingkarilah skor pada skala.
I. Kuesioner data demografi
Usia : ... tahun
Status pernikahan : Menikah Belum Menikah
Suku bangsa : Jawa Padang
Batak Aceh
Lain-lain (...)
Pendidikan terakhir : SD SMP
SMA Lain-lain (...)
Pekerjaan : PNS Petani
POLRI/TNI Ibu Rumah Tangga
II. Kuisioner Self Efficacy
Pain Self Efficacy Questionnaire (PSEQ)
M. K Nicholas (1989)
1. Saya dapat menikmati hidup, walaupun saya mengalami nyeri.
0 1 2 3 4 5 6
Sangat Sangat
tidak yakin
yakin
2. Saya dapat melakukan pekerjaan rumah, walaupun saya mengalami nyeri.
0 1 2 3 4 5 6
Sangat Sangat
tidak yakin
yakin
3. Saya dapat bersosialisasi dengan sahabat dan anggota keluarga sesering yang saya mau, walaupun saya mengalami nyeri.
0 1 2 3 4 5 6
Sangat Sangat
tidak yakin
yakin
4. Saya dapat mengatasi nyeri saya pada hampir setiap situasi.
0 1 2 3 4 5 6
Sangat Sangat
tidak yakin
yakin
5. Saya dapat melakukan beberapa pekerjaan(termasuk digaji atau tidak digaji), walaupun saya mengalami nyeri.
0 1 2 3 4 5 6
Sangat Sangat
tidak yakin
yakin
6. Saya masih dapat melakukan banyak hal dan saya menikmatinya, seperti hobbi, walaupun saya mengalami nyeri.
0 1 2 3 4 5 6
Sangat Sangat
tidak yakin
yakin
7. Saya dapat mengatasi nyeri yang saya alami tanpa pengobatan
0 1 2 3 4 5 6
Sangat Sangat
tidak yakin
yakin
8. Saya dapat mewujudkan hampir semua tujuan hidup saya, walaupun saya mengalami nyeri.
0 1 2 3 4 5 6
Sangat Sangat
tidak yakin
yakin
9. Saya dapat hidup dengan gaya hidup normal, walaupun saya mengalami nyeri.
0 1 2 3 4 5 6
Sangat Sangat
tidak yakin
yakin
10. Saya berangsur-angsur lebih aktif, walaupun saya mengalami nyeri.
0 1 2 3 4 5 6
Sangat Sangat
tidak yakin
yakin
III. Lembar Observasi Perilaku Nyeri (The Pain Behavior Obsevation Protocol
(PBOP))
Perilaku nyeri akan diobservasi selama 10 menit protokol aktivitas ini
meliputi : duduk untuk periode 1 menit dan lagi selama 2 menit, berdiri untuk
periode 1 menit dan lagi selama 2 menit, berbaring untuk periode 1 menit dan
lagi selama 1menit kedua, dan berjalan untuk 1 menit dan lagi 1 menit kedua.
Perilaku nyeri akan diamati dan dikategorikan menjadi : (0) Tidak ada jika
perilaku nyeri tidak terjadi selama 10 menit aktivitas, (1) Frekuensi sering
jika perilaku nyeri sekali terjadi selama ada aktivitas tapi tidak dalam semua
aktivitas, dan (2) Selalu terjadi jika perilaku nyeri terjadi sekali disetiap
aktivitas, atau terjadi lebih dari satu kali.
Parameter Tidak ada Kadang-Kadang Selalu
Menjaga (guarding) 0 1 2
Menahan nyeri
(bracing) 0
1 2
Meraba bagian yang
nyeri (rubbing) 0 1 2
Meringis (grimacing) 0 1 2
Mendesah (sighing) 0 1 2
Lampiran 3
Transaksi Dana Penelitian
1. Persiapan Proposal dan Perbaikan Proposal
- Kertas dan tinta print Rp 100.000,00
- Fotocopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000,00
- Biaya Internet Rp 50.000,00
- Perbanyak proposal dan penjilidan Rp 100.000,00
- Konsumsi saat seminar proposal Rp 100.000,00
- Surat Etik Rp 100.000,00
2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
- Izin penelitian Rp 100.000,00
- Transportasi Rp 250.000,00
- Souvenir Rp 70.000,00
3. Persiapan Skripsi
- Kertas dan tinta print Rp 150.000,00
- Penggandaan skripsi dan penjilidan Rp 200.000,00
- CD Rp 40.000,00
- Konsumsi saat siding skripsi Rp 150.000,00
- Menerjemahkan abstrak Rp 50.000,00
- Seminar di Rumah Sakit Adam Malik Rp 100.000,00
Rp 1.610.000,00
Lampiran 5
Pernikahan Pekerjaan Usia
N Valid 37 37 37 37
Suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Jawa 17 45.9 45.9 45.9
Batak 14 37.9 37.9 83.8
Padang 2 5.4 5.4 89.2
Aceh 1 2.7 2.7 91.9
Melayu 2 5.4 5.4 97.3
CIna 1 2.7 2.7 100.0
Total 37 100.0 100.0
Status Pernikahan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Menikah 37 100.0 100.0 100.0
PendidikanTerakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 17 45.9 45.9 45.9
SMP 7 19.0 19.0 64.9
SMA 11 29.7 29.7 94.6
D3 1 2.7 2.7 97.3
S1 1 2.7 2.7 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid PNS 2 5.4 5.4 5.4
Petani 4 10.8 10.8 16.2
Ibu Rumah Tangga 26 70.3 70.3 86.5
Lain-lain 5 13.5 13.5 100.0
Total 37 100.0 100.0
Pain Self Efficacy Questionnaire (PSEQ)
Statistics
Pain Self Efficacy Questionnaire
N Valid 37
Missing 0
Mean 47.08
Std. Deviation 11.223
Minimum 16
Maximum 60
Percentiles 25 42.50
50 50.00
75 56.00
Pain Self Efficacy Questionnaire (PSEQ)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Rendah 1 2.7 2.7 2.7
Sedang 7 18.9 18.9 21.6
Tinggi 29 78.4 78.4 100.0
Statistics
PSEQ1 PSEQ2 PSEQ3 PSEQ4 PSEQ5 PSEQ6 PSEQ7 PSEQ8 PSEQ9 PSEQ10
N Valid 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 5.70 4.35 5.73 5.30 3.35 4.76 3.46 5.14 4.51 4.78
Std. Deviation .845 2.003 .932 1.469 2.383 1.801 2.662 1.798 1.835 2.070
Minimum 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Percentiles 25 6.00 3.00 6.00 6.00 .50 3.00 .00 5.00 3.00 4.00
50 6.00 5.00 6.00 6.00 3.00 6.00 4.00 6.00 5.00 6.00
75 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00
PSEQ1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 3 8.1 8.1 8.1
5 2 5.4 5.4 13.5
6 32 86.5 86.5 100.0
Total 37 100.0 100.0
PSEQ2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 4 10.8 10.8 10.8
2 3 8.1 8.1 18.9
3 3 8.1 8.1 27.0
4 5 13.5 13.5 40.5
5 6 16.2 16.2 56.8
6 16 43.2 43.2 100.0
Total 37 100.0 100.0
PSEQ3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 1 2.7 2.7 2.7
4 2 5.4 5.4 8.1
5 1 2.7 2.7 10.8
6 33 89.2 89.2 100.0
PSEQ4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 1 2.7 2.7 2.7
2 1 2.7 2.7 5.4
3 4 10.8 10.8 16.2
4 2 5.4 5.4 21.6
6 29 78.4 78.4 100.0
Total 37 100.0 100.0
PSEQ5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 9 24.3 24.3 24.3
1 1 2.7 2.7 27.0
2 3 8.1 8.1 35.1
3 6 16.2 16.2 51.4
4 2 5.4 5.4 56.8
5 5 13.5 13.5 70.3
6 11 29.7 29.7 100.0
Total 37 100.0 100.0
PSEQ6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 2 5.4 5.4 5.4
1 1 2.7 2.7 8.1
3 7 18.9 18.9 27.0
4 3 8.1 8.1 35.1
5 2 5.4 5.4 40.5
6 22 59.5 59.5 100.0
Total 37 100.0 100.0
PSEQ7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 11 29.7 29.7 29.7
1 2 5.4 5.4 35.1
2 1 2.7 2.7 37.8
3 2 5.4 5.4 43.2
4 3 8.1 8.1 51.4
5 2 5.4 5.4 56.8
6 16 43.2 43.2 100.0
PSEQ8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 3 8.1 8.1 8.1
2 1 2.7 2.7 10.8
3 1 2.7 2.7 13.5
4 2 5.4 5.4 18.9
5 3 8.1 8.1 27.0
6 27 73.0 73.0 100.0
Total 37 100.0 100.0
PSEQ9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 3 8.1 8.1 8.1
2 1 2.7 2.7 10.8
3 6 16.2 16.2 27.0
4 5 13.5 13.5 40.5
5 5 13.5 13.5 54.1
6 17 45.9 45.9 100.0
Total 37 100.0 100.0
PSEQ10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 4 10.8 10.8 10.8
1 1 2.7 2.7 13.5
2 1 2.7 2.7 16.2
3 1 2.7 2.7 18.9
4 3 8.1 8.1 27.0
5 3 8.1 8.1 35.1
6 24 64.9 64.9 100.0
Nilai mean dan standar deviasi masing-masing pernyantaan Pain Self
Efficacy Quesionnaire (PSEQ)
No. Pernyataan Mean SD
3 Saya bersosialisasi dengan sahabat dan
anggota keluarga sesering yang saya mau,
walaupun mengalami nyeri.
5.73 0.93
1 Saya dapat menikmati hidup, walaupun
saya mengalami nyeri 5.70 0.84
4 Saya dapat mengatasi nyeri saya pada
hampir setiap situasi 5.30 1.46
8 Saya dapat mewujudkan hampir semua
tujuan hidup saya, walaupun saya
mengalami nyeri
5.14 1.79
10 Saya berangsur-angsur lebih aktif,
walaupun saya mengalami nyeri 4.78 2.07
6 Saya masih dapat melakukan banyak hal
dan saya menikmatinya, seperti hobbi,
walaupun saya mengalami nyeri
4.76 1.80
9 Saya dapat hidup dengan gaya hidup
norma, walaupun saya mengalami nyeri 4.51 1.83
2 Saya dapat melakukan pekerjaan rumah,
walaupun saya mengalami nyeri 4.35 2.00
5 Saya dapat melakukan pekerjaan (termasuk
digaji atau tidak digaji), walaupun saya
mengalami nyeri.
3.35 2.38
7 Saya dapat mengatasi nyeri yang saya
alami tanpa pengobatan 3.46 2.66
Pain Behavior Observation Protocol (PBOP)
Statistics
Pain Behavior Observation Protocol
N Valid 37
Missing 0
Mean 2.32
Std. Deviation 1.510
Minimum 1
Maximum 9
Percentiles 25 1.00
50 2.00
75 3.00
Pain Behavior Observation Protocol
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Rendah 31 83.8 83.8 83.8
Sedang 5 13.5 13.5 97.3
Tinggi 1 2.7 2.7 100.0
Statistics
PBOP1 PBOP2 PBOP3 PBOP4 PBOP5
N Valid 37 37 37 37 37
Missing 0 0 0 0 0
Mean .95 .62 .43 .24 .08
Std. Deviation .329 .545 .555 .495 .277
Minimum 0 0 0 0 0
Maximum 2 2 2 2 1
Percentiles 25 1.00 .00 .00 .00 .00
50 1.00 1.00 .00 .00 .00
75 1.00 1.00 1.00 .00 .00
Menjaga (Guarding)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 3 8.1 8.1 8.1
1 33 89.2 89.2 97.3
2 1 2.7 2.7 100.0
Total 37 100.0 100.0
Menahan Nyeri (Bracing)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 15 40.5 40.5 40.5
1 21 56.8 56.8 97.3
2 1 2.7 2.7 100.0
Total 37 100.0 100.0
Meraba (Rubbing)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 22 59.5 59.5 59.5
1 14 37.8 37.8 97.3
2 1 2.7 2.7 100.0
Total 37 100.0 100.0
Meringis (Grimacing)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 29 78.4 78.4 78.4
1 7 18.9 18.9 97.3
2 1 2.7 2.7 100.0
Total 37 100.0 100.0
Mendesah (Sighing)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 34 91.9 91.9 91.9
1 3 8.1 8.1 100.0
2. Analisis Bivariat
Spearman's rho PSEQ Correlation Coefficient 1.000 -.512**
Sig. (2-tailed) . .001
N 37 37
PBOP Correlation Coefficient -.512** 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 37 37
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Saran Penguji Sidang Seminar Proposal
No Saran Halaman Keterangan
1 Ditambah dari referensi yang terbaru Diusahakan
2
Self Efficacy (Keyakinan Diri)
Perilaku Nyeri? 32 Saran diterima
3
Perhatikan Konsistensi penulisan pada
hipotesa. 33 Saran diterima
4
Terjemahkan kuesioner dan perhatikan
terjemahannya Lampiran Saran diterima
Saran Penguji Saat Sidang Skripsi
No Saran Halaman Keterangan
1 Tambahkan pengertian nilai kekuatan
korelasi pada bab 5 (pembahasan) 52 Saran diterima
2 Konsisten dalam penulisan mulai dari
awal hingga akhir Saran diterima
3
Tambahkan makna dari mean pada distribusi frekuensi yang terdapat pada tabel
49-53 Saran diterima
4 Sinkronkan dalam menyambung setiap
kalimat Saran diterima pada saran penelitian bagi penelitian keperawatan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Eunike Debora Pasaribu
NIM : 141121080
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 04 Juni 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jalan Jamin Ginting Gg. Sempurna No 9 Medan
Hp. : 085297292687
Alamat Email : eunikedebora95@yahoo.co.id
Status Pendidikan :
Semester : 3
Fakultas/ Jurusan : Keperawatan/ Ekstensi Keperawatan
Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Riwayat Pendidikan :
1. SD St. Yosef Sidikalang Lulus tahun 2005
2. SMP St. Paulus Sidikalang Lulus tahun 2008
3. SMA N 1 Sidikalang Lulus tahun 2011
61
Daftar Pustaka
Arasen, M. (2012). Tatalaksana Nyeri pada kanker. Diakses dari https://www. scribd.com/doc/78411230/ Tatalaksana-Nyeri-Pada-Kankerpada tanggal 23 Mei 2015
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2005). Manajeman penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakrta: Rineka Cipta
Aritonang, H. H (2010). Hubungan keyakinan diri (self efficacy) dengan perilaku
nyeri pada pasien nyeri kronis di RSUP H. A. Malik. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20600 pada tanggal 17 Maret 2015
Asghari, A Nikcholas, MK. (2001). Pain self-efficacy and pain behavior. A
prospective study. Diakses dari http://www.painjournalonline.com/article/
pdf pada 25 Maret 2015.
Bandura,A. (1994). Self Efficacy. http://teachlearn.caltech.edu/document/82 bandura_self-efficacy.pdf pada tanggal 25 Maret 2015
Brannon & Feist. (1992). Health psychology. Edisi 2. USA: Wadsworth, inch.
Chong,G. (1999). Chonic Pain and Self Efficacy : The Effect of Gender,
Chronicity, and Age. Diakses dari https://www.google.co.id/ Chong%2CG.+(1999).+Chonic+Pain+and+Self+Efficacy+:+The+Effect+c f+Gender%2C+Chronicity%2C%09and%09Age pada tanggal 08 Juni 2015
Dahlan, S. (2001). Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Depok: Bina Mitra Press
Dempsey, P.A & Dempsey, A. D. (2002). Riset Keperawatan: Buku Ajar dan
Latihan. Edisi 4. Jakarta : EGC
DiMetteo, N.R. (1991). Health Psychology. California: Wadsworth, Inc
Friedman, M.M. (1988). Keperawatan keluarga: teori dan praktek edisi 3. Jakarta: EGC
62
Friedman, dkk. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga, riset & praktik edisi 5. Jakarta: EGC
Gill.F.S (1990). Buku saku kesehatan kerja. Jakarta: EGC
Harahap, I. A. (2006). Pain behavior. Diakses dari http://repository.usu.ac.Id/ handle/123456789/21163 pada tanggal 29 April 2015
Harahap, I.A. (2007). The relations among pain intensity, pain acceptance and
pain behavior in patients with chronic cancer pain in medan, indonesia.
Thailand: Copyright of Prince of Songkla University.
Infodatin. (2015). Stop kanker. Diakses dari pada http://www.akperkesdam-padang.ac.id/downlot.php?file=kanker.pdf tanggal 8 Mei 2015
Keefe & Smith (2002). The assessment of pain behavior: implication for applied
psychophysiology and future research direction. Diakses dari http://www.springerlink.com/content/kq5u3yt790tq524y/ pada tanggal 8 Mei 2015.
Lewis, S. M. (1983). Medical Surgical Nursing. USA: Mc Graw-Hill, inc
Luckmann & Sorensen. (1993). Medical surgical nursing; A psychophysiologic
approach. Fourth Edition. Pennsylvania: W.B. Saunders Company
Niven, N. (1994). Psikologi kesehatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan metodelologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Potter dan Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses,
dan praktik. Jakarta: EGC
Priharjo Robert, (1996). Tehknik Pengkajian Fisik. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Said, M. I. (2012). Tesis: Hubungan ketidaknyamanan: nyeri dan maloodour
dengan tingkat stress pada pasien kanker payudara di rskd jakrta dan rsam bandar lampung. http://www.lontar.ui.ac.id Diperoleh pada tanggal
63
Smeltzer, S., & Bare. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner &
suddarth vol 1 edisi 8, Jakarta: EGC.
Tambunan, M. F (2014). Hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup pasien
tuberkulosis paru di rsup haji adam malik medan tahun 2013. http://
repository.usu.ac.id/ handle/ 123456789/39929 pada tanggal 31 Maret 2015
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC.
Taylor, S.E. (1995). Health Psychology. Edisi 3. Los Angles: McGraw-Hill, Inc
Wahyuni, A. S (2007). Statistika kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS). Jakarta Timur: Bamboedoea Communication
Wardani, D. S (2011). Perilaku nyeri pasien postoperasi di rumah sakit umum
pusat h. adam malik medan. Diakses dari http:// repository. usu. ac.id/
handle/123456789/24501 pada tanggal 31 Maret 2015
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat
merekomendasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antar variabel. Kerangka konsep membantu peneliti dalam menghubungkan
hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2003). Kerangka konsep dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan pain
self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien dengan nyeri kronis pada
pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan.
Perilaku nyeri merupakan segala sesuatu yang dilakukan dan setiap
perubahan kebiasaan seseorang yang dapat diobservasi. Perilaku nyeri ini
meliputi terjaga, manahan rasa sakit, menggosok bagian yang nyeri,
meringis, dan mendesah. Adanya self efficacy diharapkan dapat mempengaruhi
perilaku nyeri. Self efficacy merupakan rasa kepercayaan seseorang bahwa
dapat menunjukkan perilaku yang normal dalam situasi yang spesifik.
Hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri merupakan hubungan
berbanding terbalik. Pasien dengan pain self efficacy yang tinggi biasanya
ditandai dengan rendahnya tingkat stress dan kecemasan sehingga dapat
menurunkan perilaku nyeri. Sedangkan pasien dengan pain self efficacy yang
34
Berdasarkan pemaparan konsep diatas, maka peneliti membuat kerangka
penelitian ini seperti skema di bawah ini:
Skema 1. Kerangka penelitian hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik.
Ket: : Variabel yang diteliti
2. Defenisi Operasional
Pada bagan ini akan diuraikan mengenai defenisi operasional
masing-masing variabel penelitian.
Pain Self Efficacy Perilaku Nyeri
35
Berdasarkan kerangka penelitian terdapat dua hipotesa:
3.1 Hipotesa alternatif terdapat hubungan antara pain self efficacy
dengan perilaku nyeri
3.2 Hipotesa null yaitu tidak terdapat hubungan antara pain self efficacy
36
BAB 4
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kolerasi dengan pendekatan
cross-sectional, yaitu penelitian bertujuan untuk mempelajari dinamika
kolerasi antara variable independen (faktor resiko) dengan variable dependen
(efek), dengan cara pendekatan, observasi dan pengumpulan data sekaligus
pada satu waktu (point time approach). Pada penelitian ini pengambilan data
pain self efficacy pada saat atau menggunakan pendekatan satu waktu.
Pengertian pada saat yang sama bukan berarti bahwa observasi pada semua
obyek untuk semua variabel dilakukan satu waktu, melainkan subjek
diobservasi hanya satu kali saja baik untuk variable independen ataupun
variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang terdiri dari obyek
atau subyek yang mempengaruhi kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya
(Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pasien
kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan.
37
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi dimana ditentukan melalui metode sampling. Sedangkan metode
sampling adalah cara untuk menyeleksi porsi dari populasi penelitian untuk
menentukan sampel penelitian yang dapat mewakili populasi yang ada
(Nursalam, 2008).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode non
probability sampling melalui teknik porpusive sampling, yaitu menentukan
sampel penelitian dengan cara memilih responden dari pasien kanker serviks
yang ada di RSUP H. Adam Malik, berdasarkan kriteria yang dikehendaki
peneliti sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,
2002).
Adapun yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: pasien
kunjungan atau rawat jalan yang mengalami nyeri ringan, sedang hingga berat,
wanita usia 18-60 tahun, memiliki kesadaran penuh, dapat menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik, dan bersedia menjadi responden penelitian.
Menurut Arikunto (2002), jumlah sampel adalah 10% dari populasi,
dengan jumlah populasi pasien kanker serviks di RSUP Haji Adam Malik
Medan adalah 367 (Pradana, 2011). Maka di dapat jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 37 orang pasien dengan nyeri kronis akibat penyakit
38
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan, mengingat
rumah sakit pendidikan yang memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah
sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan selama
bulan Juli hingga Agustus 2015. Penelitian ini dilaksanakan tidak sesuai jadwal
yang ditetapkan karena proses administrasi yang berlangsung selama satu
bulan, setelah mendapat izin dari dosen pembimbing dan rumah sakit
penelitian ini dimulai pada September hingga awal Oktober.
4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan pada peneliti setelah mendapatkan
persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dari
RSUP H. Adam Malik Medan, serta mendapatkan surat etik dari komisi etik
penelitian kesehatan fakultas keperawatan USU untuk melakukan penelitian.
Pertimbangan etik yang perlu diperhatikan menurut Nursalam (2009)
yaitu peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah
bersedia atau tidak mengikuti penelitian (self determination). Peneliti
menyerahkan lembar persetujuan, peneliti terlebih dahulu harus menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Jika responden bersedia
untuk diteliti maka responden terlebih dahulu harus menandatangani lembar
persetujuan (Inform concent). Jika responden menolak untuk diteliti maka
peneliti akan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan,
peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar
39
pengumpulan data yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya akan
diberi kode tertentu (anonymity). Kerahasiaan informasi responden dan
kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian
(confidentiality).
5. Intrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan lembar
observasi yang didasarkan pada tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari dua
bagian, yaitu data demografi dan data untuk mengidentifikasi self efficacy.
Sementara untuk mengobservasi perilaku nyeri menggunakan lembar observasi
yang sudah baku dari penelitian (Keefe & Block, 1982; Keefe & Smith, 2002
dalam Harahap 2007).
5.1Data Demografi
Terdiri dari usia, status pernikahan, suku bangsa, pendidikan terakhir,
pekerjaan. Data demografi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
responden, deskripsi frekuensi, dan presentasi demografi responden.
5.2Lembar Observasi Perilaku Nyeri
Lembar observasi perilaku nyeri dengan menggunakan The Pain Behavior
Observation Protocol (PBOP). PBOP ini terdiri dari lima item
meliputi terjaga, menahan rasa sakit, menggosok bagian yang nyeri,
meringis, dan mendesah. Perilaku nyeri diobservasi secara langsung
40
menit dan kemudian diulangi selama dua menit, berdiri selama satu menit
dan kemudian diulangi selama dua menit, berbaring sebanyak dua kali
masing selama satu menit, berjalan sebanyak dua kali
masing-masing selama satu menit (Keefe & Block, 1982; Keefe & Smith, 2002
dalam Harahap 2007).
Tingkat perilaku nyeri menggunakan skala Likert dengan nilai 0= tidak
ada, 1= kadang-kadang, dan 2= selalu. Jumlah skor merupakan
penjumlahan dari lima item tersebut. Skor tertinggi mengindikasikan
ekspresi perilaku nyeri yang tertinggi. Untuk menginterpretasikan skor
PBOP, jumlah skor perilaku nyeri dibagi menjadi tiga tingkatan meliputi
rendah (0-3), sedang (4-7), dan tinggi (8-10). Skor pada masing-masing
PBOP juga dibagi menjadi tiga tingkatan: rendah (0-0.67), sedang
(0.77-1.24), dan tinggi (1.34-2.00).
5.3Data Mengidentifikasi Pain self Efficacy
Untuk mengidentifikasikasi pain self efficacy, peneliti menggunakan
menggunakan skala differensial semantik Pain Self Efficacy Questionnaire
(PSEQ) yang didesain oleh Nicholas pada 1989. Kuesioner ini pernyataan
akan diberi skor 0 sampai 6. Skor 0 mengindikasikan bahwa klien sangat
tidak yakin sampai skor 6 mengindikasikan bahwa klien sangat yakin.
Skor tertinggi dalam instrumen ini adalah 60 sedangkan skor terendah nol.
Berdasarkan rumus statistika:
41
Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang yaitu nilai tertinggi
dikurangi nilai terendah (Sudjana, 1992) sebesar 60 dibagi ke dalam tiga
kelas yaitu self efficacy yang rendah, self efficacy sedang dan self
efficacy yang tinggi, maka diperoleh panjang kelas sebesar 20. Dengan
p=20, dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama,
maka self efficacy dikategorikan atas interval sebagai berikut:
0-20 = self efficacy rendah
21-40 = self efficacy sedang
41-60 = self efficacy tinggi
6. Uji Validitas dan Reabilitas
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reabilitas (Hidayat,
2007). Uji validitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk
mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan
dengan apa yang diukur (Dempsey & Dempsey, 2002). Alat ukur yang
digunakan adalah alat ukur yang sudah baku yang telah melalui uji validitas
dan reabilitas.
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi instrument
sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup
yang sama (Notoatmodjo, 2005). Uji reabilitas PBOP pada penelitian
42
(Ahles dkk, 1990; McGuire, 2007 dalam Harahap 2007). Untuk uji reliabilitas
kuesioner self efficacy menunjukkan hasil 0.92 (Cronbach alpha).
7. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
7.1Permohonan izin pelaksanaan penelitian didapatkan dari institusi
pendidikan (Fakultas Keperawatan USU)
7.2Permohonan izin dikirim ke tempat penelitian (RSUP H. Adam Malik
Medan)
7.3Peneliti melapor kepada staf IRJ (Instalasi Rawat Jalan)
7.4Peneliti melapor kepada Departemen Obgyn untuk mendapatkan fasilitas
yang dibutuhkan dalam melaksanakan penelitian.
7.5Peneliti meminta perawat ruangan memperkenalkan calon responden
7.6Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, mamfaat
penelitian dan prosedur pengumpulan data
7.7Peneliti meminta calon responden menandatangani lembar
persetujuan sebagai bentuk persetujuan bersedia menjadi responden
7.8Kemudian peneliti mengobservasi perilaku nyeri responden selama
sepuluh menit berdasarkan protocol PBOP yang terdiri dari duduk
selama satu menit dan kemudian diulangi selama dua menit, berdiri
selama satu menit dan kemudian diulangi selama dua menit, berbaring
sebanyak dua kali masing-masing selama satu menit, berjalan sebanyak
dua kali masing-masing selama satu menit.
43
7.9Setelah lembar observasi selesai, peneliti menjelaskan cara pengisian
kuesioner Pain Self efficacy Questionnaire kepada responden.
7.10Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesioner pernyataan adalah
sebanyak 10-20 menit
7.11Setelah kuesioner diisi, kuesioner dikumpulkan oleh peneliti dan
diperiksa oleh peneliti.
7.12Setelah seluruh kuesioner terkumpul, peneliti mulai mengolah dan
menganalisa.
8. Analisa Data
Setelah semua data pada kuisioner terkumpul, telah dilakukan analisa data
melalui beberapa tahap. Pertama editing, yaitu mengecek atau mengoreksi data
yang telah dikumpulkan. Tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan
yang terdapat pada pencatatan dilapangan. Kedua coding, yaitu pemberian
kode- kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama.
Ketika tabulasi, yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah
diberi kode, sesuai dengan analisa yang dibutuhkan (Hasan, 2002). Langka
selanjutnya yaitu pengolahan data dengan menggunakan program statistika.
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis secara univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
44
pain self efficacy (variabel dependen) serta perilaku nyeri pada pasien
kanker serviks (variabel independen) dengan jenis data numerik dengan
skala pengukuran interval.
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen, sehingga dapat diketahui hubungan
antara pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi
Product Moment Pearson’s (Pearson’s). Uji Pearson’s ini digunakan jika mememenuhi syarat yaitu, data terdistribusi normal dan sampel
memenuhi. Jika ditemukan data tidak terdistribusi normal maka
diusahakan normal, jika tetap tidak terdistribusi normal maka analisa data
dikembalikan ke nonparametrik dengan menggunakan Spearman (Dahlan,
2004).
Uji Normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model
penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi
distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan di dalam
penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model penelitian
tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini
uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk mengetahui
hasil uji normalitas adalah dengan membandingkan data yang didapat
dengan data yang berdistribusi normal yang memiliki mean dan SD
yang sama. Jika tes yang dilakukan menghasilkan signifikan (p<0.05),
45
maka data tersebut tidak distribusi normal. Sebaliknya jika signifikan
(p>0.05), maka data tersebut memiliki distribusi normal (Wahyuni, 2007).
Hasil analisa akan dibaca berdasarkan table hasil uji interpretasi. Tabel
hasil uji interpretasi terdiri dari nilai r, nilai p dan arah korelasi. Nilai r
menginterpretasikan kekuatan hubungan dengan level 0-1. Batas
kemaknaan yang digunakan adalah 0,05. Pengambilan keputusan statistik
dilakukan dengan membandingkan nilai p (p value) dengan nilai α (0,05),
dengan ketentuan:
a. Bila p value ≤ nilai α (0,05), maka ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
b. Bila p value > nilai α (0,05), maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut digunakan
kriteria penafsiran (Dahlan, 2001) sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil uji interpretasi korelasi
No Parameter Nilai Interpretasi 1 Kekuatan
Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji.
46
3 Arah korelasi + (positif)
- (negatif)
Searah. Semakin besar nilai suatu variabel, makin besar pula nilai variabel lainnya.
Berlawanan arah. Semakin besar nilai suatu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai
hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks
di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai
dari tanggal 07 September 2015 s.d 01 Oktober 2015 dengan jumlah
sebanyak 37 pasien.
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian diatas dibagi atas empat bagian yaitu data demografi
responden pain self efficacy, perilaku nyeri dan hubungan pain self efficacy
dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks di RSUP Haji Adam Malik
Medan.
1.1Karakteristik Demografi Responden
Responden penelitian ini adalah pasien yang menderita kanker serviks
di RSUP Haji Adam Malik Medan. Usia responden dalam penelitian ini
mayoritas (81.1%) berada pada rentang usia 41-60 (dewasa madya), diikuti
pada rentang usia diatas 60 tahun (13.5%) dan sedikit responden pada
rentang usia 18-40 tahun (5.4%). Usia responden berada pada rentang usia
41-60 (dewasa madya) dengan nilai mean= 52.05, SD=7.16, dan nilai
min-max= 35-68 .
Berdasarkan status pernikahan semua responden (100%) telah
48
diantara responden yang terkena kanker serviks (45.9%), kemudian suku
batak yang kedua (37.8%). Setengah responden dengan pendidikan
tertinggi adalah SD (45.9%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Karakteristik Demografi Responden (n=37)
No Karakteristik Responden Frekuensi Persentasi 1. Usia (Hurlock,2001)
18-40 tahun (dewasa awal) 2 5.4
41-60 tahun (dewasa madya) 30 81.1
≥ 60 tahun (dewasa lanjut) 5 13.5
(Mean= 52.05 SD= 7.165 Min-Max= 35-68)
1.2Pain Self efficacy pasien dengan kanker serviks
Pain Self efficacy pada pasien kanker serviks di RSUP Haji Adam
Malik Medan diidentifikasi dengan menggunakan kuesioner dimana
setiap pernyataan yang ditanyakan langsung pada pasien. Berdasarkan
hasil analisa data menunjukkan distribusi frekuensi dan presentasi
pain self efficacy pada pasien yang mengalami kanker serviks dua
pertiga dari responden memiliki pain self efficacy yang tinggi
49
(78.4%), kemudian diikut responden dengan pain self sedang
(18.9%), dan sedikit jumlah responden dengan pain self efficacy
rendah (2.7%). Kuesioner yang digunakan untuk mengidentifikasi
pain self efficacy terdiri dari sepuluh pernyataan. Pain self efficacy
pada responden rata-rata mengalami pain self efficacy yang tinggi
dengan mean= 47.08, SD= 11.22, serta nilai min-max= 16-60.
Distribusi frekuensi dan presentasi self efficacy pada pasien kanker
serviks dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan presentasi pain self efficacy pada pasien kenker serviks
Tingkatan Frekuensi Presentasi
Pain Self efficacy rendah (0-20) 1 2.7
Pain Self efficacy sedang (21-40) 7 18.9
Pain Self efficacy tinggi (41-60) 29 78.4 (Mean = 47.08, SD= 11.22,
Min-Max = 16-60)
Pernyataan dengan nilai yang paling tinggi adalah pernyataan
nomor tiga (Saya dapat bersosialisasi dengan sahabat dan anggota
keluarga sesering yang saya mau, walaupun saya mengalami nyeri)
dengan mean=5.73 dan SD=0.932. Sementara pernyataan dengan nilai
terendah adalah pernyataan nomor lima (Saya dapat melakukan
beberapa pekerjaan termasuk digaji atau tidak digaji, walaupun saya
50
Tabel 5. Nilai Mean dan Standar Deviasi pernyataan dengan jawaban tertinggi
No. Pernyataan Mean SD
3 Saya bersosialisasi dengan sahabat dan
anggota keluarga sesering yang saya mau,
walaupun mengalami nyeri.
5.73 0.93
1 Saya dapat menikmati hidup, walaupun
saya mengalami nyeri 5.70 0.84
4 Saya dapat mengatasi nyeri saya pada
hampir setiap situasi 5.30 1.46
Tabel 6. Nilai Mean dan Standar Deviasi pernyataan dengan jawaban terendah
No. Pernyataan Mean SD
2 Saya dapat melakukan pekerjaan
rumah, walaupun saya mengalami nyeri 4.35 2.00
5 Saya dapat melakukan pekerjaan
(termasuk digaji atau tidak digaji),
walaupun saya mengalami nyeri.
3.35 2.38
7 Saya dapat mengatasi nyeri yang saya
alami tanpa pengobatan 3.46 2.66
1.3Perilaku nyeri pada pasien kanker serviks
Perilaku nyeri pada pasien nyeri kronis di RSUP H. Adam
Malik Medan diidentifikasi dengan menggunakan lembar observasi.
Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan distribusi frekuensi dan
presentasi perilaku nyeri pada pasien yang mengalami nyeri kronis
mayoritas memiliki perilaku nyeri rendah (83.8%), diikuti dengan
perilaku nyeri sedang (13.5%) dan hanya 2.7% yang memiliki
51
perilaku nyeri tinggi. Perilaku nyeri pada responden rata-rata
mengalami perilaku nyeri rendah dengan nilai mean= 2.32, SD=
1.51, serta nilai min-max= 1-9. Distribusi frekuensi dan presentasi
perilaku nyeri pasien dengan nyeri kronis dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 7. Distribusi frekuensi dan presentasi perilaku nyeri pada pasien kanker serviks
Tingkatan Frekuensi Presentasi
Perilaku nyeri rendah (0-3) 31 83.8
Perilaku nyeri sedang (4-7) 5 13.5
Perilaku nyeri tinggi (8-10) 1 2.7
(Mean=2.32, SD=1.51, Min-Max= 1-9)
Ada lima parameter perilaku nyeri meliputi: menjaga (guarding),
menahan nyeri (bracing), meraba bagian yang nyeri (rubbing), meringis
(grimace) dan mendesah (sighing). Menjaga (guarding) merupakan
perilaku yang sering muncul (M =0.95, SD = 0.32), sementara mendesah
(sighing) merupakan perilaku yang jarang muncul (M = 0.08, SD = 0.27).
Adapun nilai mean dan standard deviasi masing-masing parameter dapat
52
1.4 Hubungan Pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien
kanker serviks
Sebelum menentukan uji kolerasi untuk mengidentifikasi
hubungan antara pain self efficacy dengan perilaku nyeri, terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji
Kolmogrov Smirnov pada kedua variabel. Dari hasil uji, didapat
bahwa pada variabel pain self efficacy tidak terdistribusi normal
dengan nilai p=0.038. Sementara pada variable perilaku nyeri tidak
terdistribusi normal dengan nilai p=0.001.
Dengan hasil ini, maka uji yang dilakukan untuk menganalisa
kedua variable adalah uji nonparametric spearman. Pada analisa data
hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien
kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan didapat nilai
koefisien korelasi spearman atau r=-0.512 dengan p= 0.01. Hal ini
mengindikasi adanya hubungan dengan kekuatan korelasi sedang
antara pain self efficacy dengan perilaku nyeri yang pada pasien
kanker serviks. Hubungan negatif menunjukkan adanya hubungan
yang terbalik antara kedua variabel, dimana ketika seseorang
memiliki pain self efficacy yang tinggi maka perilaku nyeri yang
muncul ringan dan sebaliknya jika pain self efficacy rendah maka
perilaku nyeri akan tinggi.
53
Tabel 9. Hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks
Variabel Korelasi
Pain self efficacy Perilaku nyeri
Pain self efficacy - -0.512 (p=0.01)
Perilaku nyeri -0.512 (p=0.01) -
2. Pembahasan
Dari hasil penelitian, peneliti membahas mengenai pain self efficacy,
perilaku nyeri dan hubungan pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada
pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan.
2.1Pain self efficacy pada pasien kanker serviks
Dari hasil penelitian didapat bahwa, dua pertiga responden
memiliki pain self efficacy yang tinggi (78.4%). Hal ini menunjukkan
bahwa responden memiliki rasa kepercayaan yang kuat untuk dapat
menunjukkan perilaku yang diharapkan selama responden mengalami
nyeri. Hal ini tidak sejalan dengan (Aritonang, 2010) yang
menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki self efficacy yang
sedang (61.5%) yang menyatakan bahwa responden tidak sepenuhnya
dapat memiliki rasa kepercayaan yang kuat untuk menunjukkan
perilaku yang diharapkan selama responden mengalami nyeri kronis.
Berdasarkan usia, terdapat perbedaan yang signifikan antara pain
54
ini didukung oleh (Chong, 1999) pada Multidemensional Pain
Inventory menjelaskan bahwa pada pasien kronis yang lebih tua
memiliki metode yang lebih adaptif dibandingkan pasangan usia yang
lebih muda. Chong (1999) juga menjelaskan bahwa, pasien nyeri
kronis yang lebih tua tidak mengalami nyeri yang berat dan memiliki
self efficacy yang lebih tinggi sehingga lebih mampu untuk
mengontrol nyeri yang mereka alami.
Pada Kuesioner Pain Self Efficacy, pernyataan dengan nilai
rata-rata yang paling tinggi adalah pernyataan nomor 3 (saya dapat
bersosialisasi dengan sahabat dan anggota keluarga sesering yang saya
mau, walaupun saya mengalami nyeri) dengan mean 5.73. Hal ini
menunjukkan bahwa sosialisasi dapat meningkatkan self efficacy pada
responden untuk tetap menjalani pengobtan. Hal ini sejalan dengan
Friedman (2010) yang menyatakan fungsi sosialisasi merujuk pada
banyaknya pengalaman yang diberikan dalam keluarga, yakin bahwa
dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kondisi yang mereka
alami. Menurut Friedman (2010), dukungan sosial keluarga secara
langsung dapat menurunkan tingkat stress yang diakibatkan oleh suatu
penyakit, dan secara tidak langsung dapat meningkatkan derajat
kesehatan individu atau keluarga. Dengan adanya dukungan sosial dan
keluarga yang tinggi dapat melindungi pasien untuk tetap menjalani
pengobatan dan terapi.
55
Sementara nilai rata-rata yang paling rendah adalah pertanyaan
nomor lima (saya masih mampu melakukan pekerjaan atau tidak
digaji, walaupun saya mengalami nyeri) dengan mean=3.35. Hal ini
berhubungan dengan nyeri yang dialami pasien ketika tidak
mengkonsumsi obat nyeri. Hal ini juga didukung oleh pernyataan
Siow (2009), bahwa selama menjalani pengobatan seseorang tidak
akan dapat untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas seperti biasa
sehingga juga akan sangat mempengaruhi psikologisnya.
2.2Perilaku nyeri pada pasien kanker serviks
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden menunjukkan
perilaku nyeri yang rendah (83.8%), dan diikuti oleh perilaku nyeri
sedang (13.5%). Perilaku nyeri kemungkinan berhubungan dengan
intensitas nyeri yang dialami pasien. Hal ini dikemukakan berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2007) yang menemukan
adanya hubungan antara perilaku nyeri dengan intensitas nyeri (r=
0.59, p≤0.01). Mayoritas responden mengalami perilaku nyeri rendah
hal ini dipengaruhi oleh rata-rata usia responden berada pada rentang
dewasa madya. Hal ini didukung oleh (Vigano, Bruera & Almazor,
2009 dalam Said, 2012) yang menyimpulkan seseorang dengan usia
yang lebih tua, memberikan respon nyeri yang lebih ringan.
56
mempengaruhi perilaku nyeri pasien. Hal ini ditegaskan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Block dan kolega (1982, dalam Keefe
& Smith, 2002) bahwa dukungan pasangan hidup menurunkan
perilaku nyeri pasien tersebut.
Hampir dari setengah responden adalah suku Jawa (45.9%) dan
diikuti suku Batak (37.8%). Hal ini didukung oleh pernyataan Gill
(1990) bahwa orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya
mereka berespon terhadap nyeri (misal, suatu daerah menganut
kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
merekan melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh adanya
nyeri). Hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan oleh (Lemone &
Burke, 2008 dalam said 2012) budaya mempengaruhi makna nyeri,
baik itu reaksi verbal dan nonverbal terhadap nyeri dan juga nilai-nilai
yang terdapat dalam suatu budaya itu sendiri, budaya juga
mengajarkan bagaimana seharusnya sikap seseorang mentoleransi
nyeri, serta cara mengekspresikan nyeri tersebut.
2.3Hubungan self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker
serviks
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
dengan kekuatan kolerasi sedang antara pain self efficacy dengan
perilaku nyeri dengan arah kolerasi negatif dengan r= -0.512 dan
p=0.01 artinya ketika pasien memiliki pain self efficacy yang tinggi
57
akan menunjukkan perilaku nyeri yang rendah dan sebaliknya pasien
dengan pain self efficacy rendah akan menunjukkan perilaku nyeri
yang tinggi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agasharia dan
Nicholas pada 2001, yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang
kuat antara self efficacy dengan perilaku nyeri yaitu sebesar -0.78 (p≤
0.001). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Buckelew 1994 dalam Asgharia & Nicholas, 2001) pada penderita
fibromyalgia, menemukan bahwa ketika seseorang memiliki self
efficacy yang tinggi akan menunjukkan perilaku yang rendah.
Adanya hubungan antara self efficacy dengan perilaku nyeri
ditegaskan oleh Brannon & Feist (1992) yang mengatakan bahwa
nyeri kronis (nyeri yang menetap) sangat mempengaruhi emosional
klien dan cara berpikir klien. Seringkali memikirkan nyeri secara
berlebihan, sehingga memperburuk perasaan subjektif terhadap nyeri.
Sehingga seseorang yang menderita nyeri kronis harus memiliki
mental dan emosional yang kuat untuk menjalani hidup dengan nyeri
yang menetap (Chong, 1999). Hal ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Aritonang, 2010) menunjukkan adanya
hubungan yang kuat antara self efficacy dengan perilaku nyeri dengan
arah korelasi negatif (r= -0.70 dan p= 0.01) artinya ketika pasien
58
rendah dan sebaliknya pasien dengan self efficacy rendah akan
menunjukkan perilaku nyeri tinggi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, dapat diambil kesimpulan
dan saran mengenai hubungan self efficacy dan perilaku nyeri pada pasien
kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan
1. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan, dua pertigaresponden (78.4%) memiliki
self efficacy tinggi dan diikuti self efficacy sedang (18.9%). Pada perilaku
nyeri mayoritas dari responden menunjukkan perilaku nyeri rendah (83.8%).
Berdasarkan uji kolerasi spearman terdapat hubungan yang bermakna
antara pain self efficacy dengan perilaku nyeri pada pasien kanker serviks
dengan besar r = -0.512 (p = 0.01). Hal ini mengindikasi adanya hubungan
dengan kekuatan korelasi sedang antara pain self efficacy dengan perilaku
nyeri yang pada pasien kanker serviks. Hubungan negatif menunjukkan
adanya hubungan yang terbalik antara kedua variable, dimana ketika
seseorang memiliki pain self efficacy yang tinggi maka perilaku nyeri yang
muncul ringan dan sebaliknya jika pain self efficacy rendah maka perilaku
nyeri akan tinggi.
2. Saran
a. Praktek Keperawatan
60
karena itu diharapkan perawat dapat meningkatkan pain self efficacy
dengan cara meningkatkan faktor kognitif yang memiliki pengaruh
yang kuat tentang cara mengatasi interprestasi terhadap nyeri.
b. Penelitian Keperawatan
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan
seperti sampel yang diteliti adalah pasien rawat jalan di poliklinik
obgyn sudah mengkonsumsi analgetik sebelum melakukan pemeriksaan
sehingga mempengaruhi perilaku nyeri pada saat dilakukan observasi
perilaku nyeri. Pada saat menentukan intensitas nyeri sebelum
melakukan observasi, sebaiknya menggunakan pengukuran yang baku
misalnya penggunaan skala nyeri dan dalam pemilihan sampel memilih
responden yang belum mendapatkan tindakan pengobatan dan belum
mengkonsumsi analgetik, responden dengan lama diagnosa penyakit
dan stadium responden sama, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku nyeri rendah pada pasien kanker serviks dengan Pain Self
Efficacy yang tinggi.
BAB 2
TIJAUAN TEORI
1. Kanker Serviks
1.1 Pengertian Kanker serviks
Kanker serviks adalah karsinoma pada leher rahim dan menempati
urutan pertama di dunia (Sjamjuhidayat, 2005). Karsinoma insitu pada
serviks adalah kelainan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh
lapisan epitel (Price, 1995). Kanker serviks berkembang secara bertahap,
tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang
mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi
kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan,
displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma insitu,
kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia
dan karsinoma in situ dikenal sebagai tingkat lesi prakanker serviks.
Kondisi prakanker sampai karsinoma in situ sering tidak menunjukkan
gejala karena proses penyakitnya berada di dalam lapisan epitel dan belum
menimbulkan perubahan yang nyata dari mulut rahim. Pada akhirnya
gejala yang ditimbulkan adalah keputihan, perdarahan paska senggama
dan pengeluaran cairan encer dari vagina (Dianda, 2008).
Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
Sebanyak 90% dari skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya
8
Sumber: Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI
1.2 Patofisiologi Kanker Serviks
Kanker serviks mulai timbul di batas antara sel yang melapisi
ektoserviks dan endoserviks, kanalis serviks yang disebut
squamocolumnar junction (Sukardja, 2000). Pertumbuhan kanker
serviks diawali dengan sel yang mengalami mutasi kemudian
berkembang menjadi sel displastik yang disebut displasia, yaitu
pertumbuhan sel abnormal yang mencakup berbagai lesi epitel yang
9
secara sitologi atau morfologi berbeda dibandingkan dengan sel epitel
normal. Pada kondisi displasia belum mengenai sel epitel basalis dan
belum menunjukkan karakteristik keganasan. Displasia dimulai dari
displasia ringan, sedang, sampai berat. Perkembangan selanjutnya
adalah menjadi kanker insitu (KIS) dan akhirnya menjadi kanker invasif
(Suwiyoga, 2006).
1.3 Faktor Resiko
Kanker serviks merupakan kondisi yang jarang terjadi disbanding
sebelumnya akibat deteksi dini dengan pap smear. Selama 40 tahun
terakhir, kanker servical invasif telah menurun dari 45 kasus per 100.000
hingga 15 kasus per 100.000 wanita. Kondisi ini terjadi paling sering
pada usia 30-45 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.
Aktivitas seksual berhubungan dengan angka kejadian kanker serviks
pada wanita di bawah usia 25 tahun, dengan riwayat pasangan seksual
lebih dari satu orang dan beberapa kehamilan dini, angka kejadian ini
lebih prevalen.
Faktor resiko, selain usia dini saat melakukan hubungan seksual,
melahirkan pada usia sangat muda, dan memiliki banyak pasangan
seksual, termasuk pemajanan terhadap human papilovirus (HPV),
infeksi HIV, merokok dan pemajanan terhadap dietilstilbesterol (DES)
10
2. Konsep Nyeri
2.1 Pengertian Nyeri
Menurut The International Association for the Study of Pain (1979,
dalam Potter & Perry 2005), nyeri didefenisikan sebagai perasaan sensori
dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan atau potensial yang menyebabkan kerusakan jaringan.
Sementara itu defenisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang
menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya yang
ada kapanpun individu mengatakannya (Smeltzer & Bare, 2001).
Nyeri terjadi bersamaan dengan terjadinya proses penyakit atau
bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatannya.
Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dari pada
penyakit apapun (Smeltzer & Bare, 2001).
2.2 Klasikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut
dan nyeri kronis (Long, 1989 dalam pasaribu 2011).
Nyeri Akut, nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara
mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan
ditandai adanya peningkatan tegangan otot (Long, 1989). Nyeri akut
merupakan mekanisme pertahanan yang berlangsung kurang dari enam
bulan, secara fisiologis terjadi perubahan denyut jantung, frekuensi
napas, tekanan darah, aliran darah perifer, tegangan otot, keringat pada
11
telapak tangan. Pasien dengan nyeri akut sering mengalami kecemasan
(Berger, 1992).
Nyeri akut biasanya berlangsung secara singkat misalnya nyeri pada
patah tulang atau pembedahan abdomen, pasien yang mengalami nyeri
akut biasanya menunjukan gelala-gejala antara lain: respirasi
meningkat, percepatan jantung dan tekanan darah meningkat (Priharjo,
1996).
Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cidera spesifik. Nyeri akut mengidentifikasikan bahwa
kerusakan atau cidera telah tarjadi. Hal ini menarik perhatian pada
kenyataannya bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada
kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial
menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada
penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan
terjadinya penyembuhan, nyeri ini pada umumnya terjadi kurang dari
enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Nyeri akut dapat
dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga
enam bulan. Cidera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat
sembuh secara spontan atau dapat memerlukan pengobatan (Smeltzer &
Bare, 2001). Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera
atau penyakit yang akan datang. Nyeri akut akhirnya menghilang
12
Nyeri Kronis, nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara
perlahan- lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu
lebih dari enam bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis
adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis
(Long, 1989 dalam Pasaribu, 2011). Nyeri kronis dibedakan dalam dua
kelompok besar yaitu nyeri kronik maligna dan nyeri kronik
nonmaligna. Karakteristik nyeri kronis adalah penyembuhannya tidak
dapat diprediksi meskipun penyebabnya mudah ditentukan, nyeri kronis
dapat menyebabkan klien merasa putus asa dan frustasi. Klien yang
mengalami nyeri kronis mungkin menarik diri dan mengisolasi diri.
Nyeri ini menimbulkan kelelahan mental dan fisik (Tamsuri, 2006)
Nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri yang berlangsung
selama enam bulan atau lebih nyeri kronis tidak mempinyai tujuan yang
berguna dan jika hal ini menetap, ini menjadi gangguan utama
(Smeltzer & Bare, 2001). Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau
intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu, nyeri kronis
dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering
sulit untuk di obati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon
terhadap pengobatan yang di arahkan pada penyebabnya.
Menurut Lewis (1983), kebanyakan penderita nyeri kanker tidak
berasal dari pengalaman nyeri. Dan beberapa mengalami nyeri
psikologi yang berasal dari proses keganasan. Bagaimanapun juga,
banyak pengalaman nyeri pada stadium akhir dari penyakitnya, dan
13
umumnya berhubungan dengan metastasis. Sekitar 60 sampai 80%
pasien kanker yang dirawat di rumah sakit menderita nyeri yang sangat
hebat.
2.3 Penganganan Nyeri
Penanganan nyeri merupakan masalah yang kompleks. Sebelum
dilakukan penanganan terhadap nyeri terlebih dahulu mengkaji sumber,
letak, faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri seperti kegelisahan dan
keletihan (Smeltzer & Bare, 2001). Penanganan nyeri dapat dilakukan
dengan cara:
1. Farmakologis
Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi farmakologis
dilakukan dalam kolaborasi dokter dan pasien (Smeltzer & Bare, 2001).
Analgesik merupakan obat yang paling umum untuk menghilangkan
nyeri (Brannon & Jeist, 2007). Secara umum obat analgesik
digolongkan menjadi dua yaitu narkotika dan non narkotika (Julien,
1985 dalam Branner & Feist, 2007). Analgesik ini biasanya diberikan
terutama pada nyeri akut (Branner & Feist, 2007). Pada nyeri kronis,
klien cenderung mengalami depresi sehingga diberikan antidepresan.
Selain efektif untuk mengatasi depresi, antidepresan juga mengandung