• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kecemasan Pasien Kanker dalam Menjalani Kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Kecemasan Pasien Kanker dalam Menjalani Kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KECEMASAN PASIEN KANKER DALAM

MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUP HAJI ADAM MALIK

MEDAN

SKRIPSI

Oleh :

LASMA DELIMA SILITONGA

101101027

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

RAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkankan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

atas berkat dan penyertaanNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP Haji

Adam Malik, Medan” tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulisan skripsi ini terlaksana karena dukungan dari berbagai pihak,

maka untuk itu pada kesempatan ini penulis terlebih dahulu mengucapkan terima

kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara, IbuErniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu

Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Evi

Karota Bukit, S.Kp., MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara , Bapak Ikhsanuddin Ahmad

Harahap, S.Kp. MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Fatwa Imelda, S.Kep.,Ns, M.Biomed, CWCCA, selaku dosen

pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberikan arahan,

bimbingan, waktu,dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

(4)

3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep., Ns, M.Kep., Sp.KMB selaku dosen

penguji I dan Bapak Mula Tarigan, S.Kep., M.Kes selaku dosen penguji II

yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Achmad Fathi, S.Kep., Ns., MNS selaku dosen pembimbing

akademik penulis yang selalu memberikan saran dan bimbingan selama

ini.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

yang memberikan ilmu yang berharga dan seluruh staf pegawai yang telah

memperlancar proses akademik dan administrasi.

6. Pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberi izin dan membantu

untuk melakukan uji reliabilitas kuesioner

7. RSUP Haji Adam Malik Medan, mulai dari Direktur RS, staf administrasi,

Kapokja, Litbang dan setiap kepala ruangan yang telah memberi izin

penelitian kepada peneliti.

8. Teristimewa kepada keluarga tercinta Bapak Alm. P. Silitonga, Ibu

R. Lumbantobing serta kakak, abang dan adek (K’ Bungaran dan keluarga,

K’ Maria, K’ Asina, K’ Cristina, Bg. Noaksen, dan adek Algania) yang

selalu mendoakan, memberi motivasi dan kasih sayang, memberikan

dukungan baik moril maupun materil.

9. Teman-teman Fakultas Keperawatan USU stambuk 2010 yang telah

(5)

khususnya buat teman seperjuangan Ovi, Noni, Lucia, Lidya, Indah dan

Feby.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu mencurahkan berkat dan kasih

karuniaNya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pengetahuan keperawatan.

Medan, Juli 2014

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

1.3 Manifestasi Klinis Kanker ... 8

1.4 Tahap dan Derajat Kanker ... 10

1.5Penatalaksanaan Kanker ... ….11

2. Kemoterapi ... 12

2.1 Definisi Kemoterapi ... 12

2.2Efek Samping Kemoterapi ... 13

2.3Faktor-Faktor yang harus diperhatikan dalam Kemoterapi ... 14

3. Kecemasan...15

3.1 Definisi Kecemasan...15

3.2 Penyebab Kecemasan...15

3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan...17

3.4 Tanda dan Gejala Kecemasan...19

3.5 Tingkat Kecemasan...20

(7)

BAB 3 Kerangka Penelitian ... 26

1.Kerangka Konsep... 26

2.Definisi Operasional ... 27

BAB 4 Metodologi Penelitian ... 28

1.Desain Penelitian ... 28

2.Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 28

3.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.Pertimbangan etik ... 29

5.Instrumen Penelitian ... 30

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31

7. Pengumpulan Data ... 32

8.Analisa Data ... 33

BAB 5Hasil dan Pembahasan ... 34

1. Hasil Penelitian ... 34

1.1 Karakteristik Responden ... 34

1.2 Tingkat kecemasan Pasien Kanker dalam Menjalani Kemoterapi ... 36

2.Pembahasan ... 37

BAB 6 Kesimpulan dan Saran ... 43

. 1. Kesimpulan ... 43

2. Saran ... 43

Daftar Pustaka ... 45

Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian 4. Master Data Reliabel

5. Master Data Penelitian 6. Jadwal Penelitian

7. Anggaran Biaya Penelitian 8. Riwayat Hidup

9. Surat Komisi Etik

10.Surat Lembar Persetujuan Uji Validitas 11.Surat Uji Reabilitas kuesioner

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tumor, Nodus dan Metastatis Kanker ... 10 Tabel 2.2. Tingkat Kecemasan ... 22 Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 27 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUP Haji Adam

Malik Medan ... 35 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Hasil Tingkat Kecemasa Pasien Kanker dalam

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1. Rentang Respon Kecemasan ... 23 Skema 3.1. Kerangka Konsep Tingkat Kecemasan Pasien Kanker dalam

(10)

ABSTRAK

Kanker muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang dalam perkembangannya berubah menjadi sel kanker. Efek fisik dari kanker dan terapinya dapat menyebabkan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan. Pelaksanaan kemoterapi yang membutuhkan waktu yang lama dan adanya efek samping yang dirasakan pasien dapat menimbulkan kecemasan. Perubahan fisik

akibatefekdarikemoterapicenderungmembuatpasienmerasa cemas. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan

dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasitingkatkecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi diRSUP Haji Adam Malik Medan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan jumlah responden 74 orang dan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang meliputi data demografi dan kuesioner kecemasan.Hasil penelitian ini menunjukkan responden tidak mengalami cemas (20,3%), cemas ringan (62,2%), cemassedang (14,8%), dan cemas berat (2,7%). Tingkat kecemasan pasien kanker yang menjalani kemoterapi dapat memberikan gambaran kepada petugas kesehatan untuk melakukan pengkajian dan intervensi selanjutnya. Persiapan status psikis pasien kanker sangat penting dan harus menjadi perhatian petugas kesehatanuntuk dapat mengoptimalkan pengobatan.

Kata Kunci : Kanker, Kemoterapi, Tingkat Kecemasan

Judul Penelitian :Tingkat Kecemasan Pasien Kanker dalam Menjalani Kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama : Lasma Delima Silitonga

Nim : 101101027

Jurusan : Sarjana Keperawatan

(11)

ABSTRACT

Cancer is an abnormal growth arising from tissue cells which are increasingly turning into cancer cells. The physical effects of the cancer and reply back therapy can cause an unpleasant emotional experience. Implementation of chemotherapy which takes a long time and the presence of perceived side effects patients may cause anxiety. Physical changes due to the effects of chemotherapy tend to make the patient feel anxious. Anxiety is a concern which is vague and diffuse, with regard to the uncertain and feeling helpless.This research aims to identify the level of anxiety in cancer patients who undergoing chemotherapy in Haji Adam Malik Medan. The design used in this research is descriptive, with the number of respondents 74 purposive sampling technique and people. The collecting data uses a questionnaire covering demographic data and questionnaireof anxiety. The results of this research show the respondent suffered no anxiety (20,3%), mild anxiety (62,2%), moderate anxiety (14,8%), and severe anxiety (2,7 %). The level of anxiety on cancer patients who undergoing chemotherapy provide overview for the staff to conduct further assessment and intervention. Psychical status preparation of cancer patients are very important and should be paid attention staffs to be optimal treatment.

Keywords: Cancer, chemotherapy,the level of anxiety

Title : The level of Anxiety on cancer patients who undergoing chemotherapy in RSUP Haji Adam Malik Medan

Name : Lasma Delima Silitonga

Student No : 101101027

Major : Bachelor of Nursing

(12)

ABSTRAK

Kanker muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang dalam perkembangannya berubah menjadi sel kanker. Efek fisik dari kanker dan terapinya dapat menyebabkan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan. Pelaksanaan kemoterapi yang membutuhkan waktu yang lama dan adanya efek samping yang dirasakan pasien dapat menimbulkan kecemasan. Perubahan fisik

akibatefekdarikemoterapicenderungmembuatpasienmerasa cemas. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan

dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasitingkatkecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi diRSUP Haji Adam Malik Medan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan jumlah responden 74 orang dan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang meliputi data demografi dan kuesioner kecemasan.Hasil penelitian ini menunjukkan responden tidak mengalami cemas (20,3%), cemas ringan (62,2%), cemassedang (14,8%), dan cemas berat (2,7%). Tingkat kecemasan pasien kanker yang menjalani kemoterapi dapat memberikan gambaran kepada petugas kesehatan untuk melakukan pengkajian dan intervensi selanjutnya. Persiapan status psikis pasien kanker sangat penting dan harus menjadi perhatian petugas kesehatanuntuk dapat mengoptimalkan pengobatan.

Kata Kunci : Kanker, Kemoterapi, Tingkat Kecemasan

Judul Penelitian :Tingkat Kecemasan Pasien Kanker dalam Menjalani Kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama : Lasma Delima Silitonga

Nim : 101101027

Jurusan : Sarjana Keperawatan

(13)

ABSTRACT

Cancer is an abnormal growth arising from tissue cells which are increasingly turning into cancer cells. The physical effects of the cancer and reply back therapy can cause an unpleasant emotional experience. Implementation of chemotherapy which takes a long time and the presence of perceived side effects patients may cause anxiety. Physical changes due to the effects of chemotherapy tend to make the patient feel anxious. Anxiety is a concern which is vague and diffuse, with regard to the uncertain and feeling helpless.This research aims to identify the level of anxiety in cancer patients who undergoing chemotherapy in Haji Adam Malik Medan. The design used in this research is descriptive, with the number of respondents 74 purposive sampling technique and people. The collecting data uses a questionnaire covering demographic data and questionnaireof anxiety. The results of this research show the respondent suffered no anxiety (20,3%), mild anxiety (62,2%), moderate anxiety (14,8%), and severe anxiety (2,7 %). The level of anxiety on cancer patients who undergoing chemotherapy provide overview for the staff to conduct further assessment and intervention. Psychical status preparation of cancer patients are very important and should be paid attention staffs to be optimal treatment.

Keywords: Cancer, chemotherapy,the level of anxiety

Title : The level of Anxiety on cancer patients who undergoing chemotherapy in RSUP Haji Adam Malik Medan

Name : Lasma Delima Silitonga

Student No : 101101027

Major : Bachelor of Nursing

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat

menyerang siapa saja. Kanker muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari

sel-sel jaringan tubuh yang dalam perkembangannya berubah menjadi sel-sel kanker

(Lubis & Hasnida, 2009).

WHO memperkirakan setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia

menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Jika tidak

dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta

meninggal karena kanker pada tahun 2030. Kejadian ini akan terjadi lebih cepat

di negara miskin dan berkembang ( International Union Against Cancer /UICC, 2009).

Data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (2010) , menyatakandi Indonesia

kanker menjadi penyebab kematian ketiga dengan kejadian 7,7% dari seluruh

penyebab kematian karena penyakit tidak menular. Kanker payudara dan kanker

leher rahim merupakan jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap maupun

rawat jalan di seluruh Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan,

jumlah pasien kanker rawat inap tahun 2013 mulai bulan Januari - Oktober adalah

(15)

Kebutuhan dasar atau primer manusia adalah mempertahankan hidup.

Oleh karena itu, apabila seseorang mengalami gangguan aspek fisik biologis

karena terserang penyakit, maka orang tersebut akan berupaya mendapatkan

pengobatan agar dapat sembuh. Terapi yang dilakukan pada penyakit kanker

adalah operasi, radioterapi, kemoterapi dan terapi biologis serta beberapa metode

terapi lainnya. Terapi operasi dan radioterapi dapat menjadi terapi kuratif kanker

yang bersifat lokal, sedangkan kemoterapi digunakan untuk terapi sistemik dan

kanker dengan metastasis klinis ataupun subklinis (Smeltzer & Bare, 2002). Fujin,

dkk., (2011), menyatakan kemoterapi merupakan terapi kanker yang sering

digunakan.

Efek fisik dari kanker dan terapinya dapat menyebabkan pengalaman emosional

yang tidak menyenangkan. Pengalaman ini dapat bersifat psikologis, sosial,

ataupun spiritual dan mengganggu kemampuan mengatasi kanker, gejala, dan

terapinya (Wilkes dalam Potter & Perry, 2009).Kecemasan merupakan respon

yang umum terjadi setelah penyakit kanker terdiagnosis. Schreier dan William

(2004 dalam Toftagen 2006), menyatakan kecemasan adalah masalah yang umum

terjadi pada pasien kanker khususnya yang menjalani kemoterapi. Pelaksanaan

kemoterapi yang kadang membutuhkan waktu yang lama dan adanya dampak efek

samping yang dirasakan pasien dapat memunculkan kelelahan, depresi dan

kecemasan. Efek samping kemoterapi timbul karena obat-obatan kemoterapi

sangat kuat dan tidak hanya membunuh sel kanker, tetapi juga menyerang

sel-sel sehat terutama sel-sel-sel-sel yang cepat membelah. Perubahan fisik akibat efekdari

(16)

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2012). Beberapa

peristiwa dapat menyebabkan kecemasan, misalnya ketika sedang menunggu hasil

tes, maupun ketika mau mengalami efek samping dari suatu obat. Kecemasan

meningkat ketika individu membayangkan terjadinya perubahan dalam hidupnya

di masa depan akibat penyakit atau akibat proses penanganan penyakit, serta

mengalami kekurangan informasi mengenai sifat suatu penyakit dan

penanganannya (Lubis, 2009).

Hasil penelitian Bintang (2012), menyatakan dari 70 pasien yang

menjalani kemoterapi sebanyak 34,28 % mengalami cemas sedang, 12,86 %

mengalami kecemasan berat dan 4,28% mengalami cemas yang sangat berat.

Semakin tinggi tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi kemoterapi akan

semakin mengganggu proses kemoterapi. Hal ini disebabkan oleh adanya

perubahan fisiologis yang menyertai kecemasan.

Dampak kecemasan yang dialami penderita kanker yang menjalani

kemoterapi mempengaruhi kemoterapi yang akan dijalaninya, seperti tidak mau

lagi menjalani kemoterapi karena trauma dengan efek samping kemoterapi,

penurunan kondisi tubuh yang membuat turunnya Hb sehingga tidak bisa

menjalani kemoterapi dan efek samping yang ditimbulkan obat lebih besar dari

yang seharusnya (Setyowati, 2006). Kecemasan yang dialami pasien kanker yang

akan menjalani kemoterapi dapat menghambat proses penyembuhan. Tingkat

kecemasan pada pasien kanker sangat perlu dikaji, karena itu sangat

(17)

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat

kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui “Bagaimana tingkat kecemasan pasien

kanker dalam menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan

pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik, Medan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi, sehingga pendidikan

kesehatan dapat diberikan pada pasien yang akan kemoterapi.

2. Bagi pendidikan Keperawatan.

(18)

kemoterapi sehingga bisa dijadikan sebagai sumber data dasar untuk

mengembangkan konsep maupun teori keperawatan dalam mempersiapkan

psikologis pasien kanker dalam menjalani kemoterapi.

3. Bagi penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti

selanjutnya yang akan meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan kecemasan

pasien kanker dalam menjalani kemoterapi.

BAB 2

(19)

2.1 KANKER

2.1.1 Definisi Kanker

Kanker adalah penyakit pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang

tumbuh dan berkembang abnormal di luar batas kewajaran (Junaidi, 2007).

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya sel-sel kanker

ini dapat berkembang ke bagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian

(Setiati, 2009). Jenis kanker tergantung pada jenis organ atau sel tempat

terjadinya pembelahan sel yang abnormal tersebut, contohnya: kanker rahim,

kanker payu dara, kanker hati, kanker usus, kanker pankreas, kanker otak, kanker

kulit, kanker prostat, kanker tulang sarkoma,kanker testis, kanker lidah, kanker

mata, kanker darah, dan lain-lain. Hasil penelitian Oemiati (2011), kanker

terbanyak di Indonesia adalah kanker ovarium dan servix uteri.

2.1.2 Penyebab

Kategori agens dan faktor-faktor tertentu memberikan implikasi dalam

proses karsinogenik. Adapun fakor-faktor yang menyebabkan kanker adalah

sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002 ).

(20)

Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam struktur genetik sel yang

menganggu generasi populasi sel sehingga sel tersebut mengarah pada

kanker.

2. Agen Fisik

Faktor-faktor fisik yang dapat menyebabkan kanker mencakup pemajanan

terhadap sinar matahari atau radiasi, iritasi kronis atau inflamasi, dan

penggunaan tembakau.Pemajanan berlebih pada radiasi ultraviolet, terutama

pada individu berkulit terang, dan bermata hijau atau biru, meningkatakan

resiko kanker kulit.Iritasi atau inflamasi kronik diduga merusak sel-sel yang

menyebabkan diferensiasi sel abnormal. Mutasi sel sekunder terhadap iritasi

atau inflamasikronik berkaitan dengan kanker bibir pada perokok yang

menggunakan pipa.

3. Agen Kimia

Banyak substansi kimiawi yang ditemukan dalam lingkungan kerja yang

menjadi karsinogen atau ko-karsinigen dalam proses kanker. Karsinogen

kimia mencakup zat warna amino aromatik dan anilin,arsenik, jelaga dan tar,

absestos, benzen, pinang dan kapur sirih, kardium, senyawaan kromium, nikel

dan seng, debu kayu, senyawa berilium dan polivinil klorida.

4. Faktor-faktor genetik dan keturunan

Kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal,

dapat terbentuk sel-sel mutan.

Beberapa kanker pada masa dewasa dan anak-anak menunjukkan predisposisi

(21)

dekat memiliki tipe kanker yang sama. Kanker yang bersifat keturunan

termasuk retinoblastoma, nefroblastoma, feokromositoma, maligna, leukimia

dan kanker payudara, endometrial, kolorektal, lambung, prostat dan

paru-paru.

5. Faktor-faktor makanan

Risiko kanker meningkat sejalan dengan ingesti jangka panjang

karsinogenik atau ko-karsinogenik atau ada tidaknya substansi proaktif

dalanm diet. Substansi diet berkaitan dengan peningkatan resiko kanker,

mencakup lemak, alkohol, daging diasinkan atau diasap, makanan yang

mengandung nitrat atu nitrit, dan diet dengan kalori tinggi.

6. Agen hormonal

Pertumbuhan kanker dipercepat dengan adanya gangguan kesimbangan

hormon baik oleh pembentukan hormon tubuh sendiri (endogenus) atau

pemberian hormon eksogenus.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Menurut Diananda (2009), gejala kanker biasanya tergantung dari jenis,

tempat, dan stadium kanker. Gejala umum kanker sebagai berikut :

1. Pembengkakan pada organ tubuh yang terkena (misalnya : ada benjolan di

payudara, di perut, dan sebagainya)

(22)

Terjadi perubahan pada tahi lalat seperti: bertambah besar, warnanya

tambah hitam, ada penyebaran pigmen di sekitar tahi lalat, gatal berdarah,

rambut yang sebelumnya ada gugur dan tidak tumbuh lagi.

3. Demam kronis

4. Terjadinya batuk kronis (terutama kanker paru) atau perubahan suara

(pada kanker leher)

Perubahan nada suara pada umumnya menjadi serak dan makin lama

suaranya makin hilang (aphoni) dapat disebabakan oleh kanker laring,

thyroid, paru. Batuk yang tidak sembuh-sembuh dapat disebabkan

olehkanker paru dan jalan nafas.

5. Terjadi perubahan pada sistem pencernaan/ kandung kemih

Alat-alat pencernaan terganggu disebut indigestion atau dispepsi,

misalnya: perubahan pola BAB, BAB berdarah dan sebagainya. Ini

disebabkan oleh kanker rektum, lambung, usus, atau kolon dan

sebagainya.

6. Penurunan nafsu makan dan berat badan

7. Keluarnya cairan atau darah tidak normal ( misalnya: keluar cairan

abnormal dari puting payudara ).

(23)

Suatu evaluasi diagnostik yang lengkap termasuk mengidentifikasi tahap

dan derajat keganasan. Pilihan pengobatan dan prognosa ditentukan dengan dasar

pentahapan dan penderajatan (Smeltzer & Bare, 2002). Pentahapan menentukan

ukuran tumor dan keberadaan metastasis. Sistem TNM sering digunakan dalam

menggambarkan keganasan kanker. Dalam sistem ini T mengacu pada keluasan

tumor primer, N mengacu pada keterlibatan nodus limfe, M mengacu pada

keluasan metastasis.

Sistem penderajatan digunakan untuk menentukan jenis jaringan yang

menjadi asal dari tumor dan tingkat sel-sel mempertahankan fungsi dan

karakteristik histologis dari jaringan asal. Penderajatan dituliskan dengan nilai

numerik dengan rentang I sampai IV. Tumor derajat I dikenal sebagai tumor yang

berdiferensia baik, struktur dan fungsinya hampir menyerupai jaringan asal.

Sedangkan tumor yang tidak menyerupai jaringan sel dalam struktur atau

fungsinya disebut tumor berdiferensiasi buruk atau tidak bisa berdiferensiasi

disebut tumor derajat IV.

T Tumor Primer

TX

T0

Tis

TI-T4

Ukuran, luas, kedalaman tumor primer

Tumor primer tidak dapat dikaji

Tidak ada bukti tumor primer

In Situ

Peningkatan ukuran atau luas

N Metastasis Nodus

NX

Luas dan lokasi kelenjar getah bening regional yang terkena

(24)

N0

NI-N3

Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional

Peningkatan jumlah dan ukuran kelenjar getah bening regional

M Metastasis

MX

M0

MI

Tidak ada atau ada penyebaran jauh penyakit

Penyakit jauh tidak dapat dikaji

Tidak ada penyebaran jauh dari penyakit

Penyebaran penyakit jauh

Tabel 2.1 Tumor Nodus Metastasis menurut Otto, 2005

2.1.5 Penatalaksanaan

Kira-kira 40-50% penderita dapat disembuhkan baik dengan cara bedah,

kemoterapi, radioterapi, maupun kombinasinya (Syamsuhidayat, 2005).

1. Pembedahan

Pengangkatan kanker secara menyeluruh melalui tindakan pembedahan

masih merupakan modalitas pengobatan yang terbaik dan yang paling sering

digunakan. Pembedahan mungkin dipilihsebagai metode pengobatan primer atu

mungkin sebagai metode diagnostik, profilaktik, paliatif, atau rekonstruksi.

2. Radiasi

Radiasi ionosasi digunakan untuk menggangu pertumbuhan selular. Radiasi

mungkin digunakan sebagai suatu cara untuk menyembuh kanker. Terapi radiasi

juga dapat digunakan untuk mengontrol penyakit malignansi bila tumor tidak

dapat diangkat secara pembedahan atau bila ada metastasis pada nodus lokal, atau

(25)

leukemik ke otak atau medula spinalis. Radiasi diberikan pada letak tumor baik

dengan mekanisme eksternal atau internal.

3. Kemoterapi

Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistemik dari lesi

setempat. Kemoterapi mungkin dikombinasi dengan pembedahan atau terapi

radiasi, atau kedua-duanya, untuk menurunkan ukuran tumor sebelum operasi,

untuk merusak semua sel-sel tumor yang tertinggal pasca operasi, atau untuk

mengobati beberapa bentuk leukimia. Tujuan dari kemoterapi (penyembuhan,

pengontrolan, paliatif) harus realistik, karena tujuan tersebut akan menetapkan

medikasi yang digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan.

2.2 Kemoterapi

2.2.1 Definisi Kemoterapi

Menurut Sukardja (2002), kemoterapi adalah terapi untuk membunuh

sel-sel kanker dengan obat-obat anti kanker yang disebut dengan sitostatika.

Sedangkan menurut Brunner (2002), kemoterapi adalah penggunaan preparat

antineoplastik sebagai upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan

mengganggu fungsi dan reproduksi selular. Kemoterapi memiliki beberapa tujuan

berbeda, yaitu: kemoterapi kuratif, kemoterapi adjuvan, kemoterapi neoadjuvan,

kemoterapi paliatif dan kemoterapi investigatif.

2.2.2Efek Samping Kemoterapi

(26)

membelah.Namun, terkadang obat ini memiliki efek pada sel – sel tubuh normal

yang mempunyai sifat cepat membelah seperti rambut, mukosa ( selaput lendir ),

sum – sum tulang, kulit dan sperma. Beberapa efek samping yang sering ditemui

pada pasien adalah sebagai berikut (Sudoyo, 2009) :

1. Supresi sum–sum tulang

Trombositopenia, anemia, dan leukopenia adalah efek samping yang

terjadi akibat kemoterapi.

2. Muko sitis

Mukositis dapat terjadi pada rongga mulut (stomatitis), lidah (glositis),

tenggorokan (esofagitis), usus (enteritis), dan rektum (proktitis).Umumnya

muko sitis terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-7 setelah kemoterapi.

3. Mual dan Muntah

Mual dan muntah terjadi karena peradangan dari sel–sel mukosa yang

melapisi saluran cerna. Muntah dapat terjadi secara akut, dalam 0-24 jam

setelah kemoterapi, atau tertunda 24 – 96 jam setelah kemoterapi.

4. Diare

Diare disebabkan karena kerusakan sel epitel saluran cerna sehingga

absorpsi tidak adekuat. Obat golongan antimetabolit sering menimbulkan

diare.Pasien dianjurkan untuk makan rendah serat, tinggi protein dan minum

cairan yang banyak.

(27)

Kerontokan rambut sering terjadi pada kemoterapi akibat efek letal obat

terhadap sel-sel folikel rambut. Pemulihan total akan terjadi setelah

pengobatan dihentikan.

6. Infertilitas

Spermatogenesis dan pembentukan folikel ovarium merupakan hal yang

rentan terhadap efek toksik obat antikanker. Pria yang kemoterapi seringkali

produksi spermanya menurun.Kemoterapi seringkali menyebabkan

perempuan pramenopause mengalami penghentian menstruasi sementara atau

menetap dan timbul gejala-gejala menopause.

2.2.3 Faktor – Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan

Kemoterapi

Menurut Sudoyo (2009), beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam

melakukan kemoterapi adalah sebagai berikut:

1. Faktor yang harus diperhatikan dalam merencanakan kemoterapi adalah:

pilihan rejimen pengobatan, dosis, cara pemberian, dan jadwal pemberian.

2. Faktor yang harus diperhatikan pada pasien adalah: Usia, jenis kelamin,

status sosio ekonomi, status gizi, status penampilan, cadangan sumsum

tulang, serta fungsi hati, paru, ginjal, jantung, dan penyakit penyerta

3. Faktor yang berhubungan dengan tumor seperti: jenis dan derajat histologi,

tumor primer atau metastasis, lokasi metastasis, ukuran tumor, adanya

(28)

2.3. Kecemasan

2.3.1 Definisi kecemasan

Kecemasanadalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan

perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak

mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh,

perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari,

2001).Kecemasan terjadi sebagai hasil dari sebuah ancaman pada kepribadian

seseorang, harga diri, atau identitas diri. Kecemasan dialami ketika nilai-nilai

seseorang mengenali bahwa keberadaannya sebagai seseorang terancam.

Nilai-nilai yang termasuk didalamnya adalah fisik, sosial, moral, dan unsur emosional

dalam kehidupan (Stuart & Sundeen, 1998).

2.3.2 Penyebab

Penyebab kecemasan terdiri dari faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

1.Faktor predisposisi

Menurut Stuart (2012), ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan

terjadinya kecemasan, yaitu:

a.Menurut pandangan psikoanalitis

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian yaitu id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan implus

primitif, sedangkan super ego melambangkan hati nurani dan dikendalikan oleh

budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang

(29)

b. Menurut pandangan interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan

interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma

seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.

c.Menurut pandangan perilaku

Kecemasan merupakan produk frustasiyaitu segala sesuatu yang menggangu

kemampuan individu mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku

yang lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari

berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.

d. Kajian keluarga

Gangguan kecemasan biasanya terjadi di dalam keluarga. Dan biasanya

tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi.

e. Kajian biologis

Menunujukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin,

obat-obatan yang mengandung neuroregulator inhibisi asam

gamma-aminobutirat, yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang

berhubungan dengan kecemasan.

2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat berasal dari sumber eksternal dan internal yaitu:

a. Ancaman terhadap integritas fisik yang meliputi ketidakmampuan fisiologis

yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas

(30)

b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan

fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Kaplan & Sadock, 1997 dalam

Lufta & Maliya, 2007):

1. Faktor-faktor intrinsik, antara lain

a. Usia pasien

Kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa

dan lebih banyak pada wanita.

b. Pengalaman pasien menjalani pengobatan

Pengalaman awal pasien dalam menjalani pengobatan merupakan

pengalaman-penagalaman yang sangat sangat berharga yang terjadi pada

individu untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini

seabagai bagian penting yang sangat menentukan kondisi mental pasien di

kemudian hari.

c. Konsep diri dan peran

Konsep adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan oendirian yang

diketahui individu terhadap dirinya dan dapat mempenagruhi individu

tersebut berhubungan orang lain. Banyak faktor yang mempengaruhi peran

seperti kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran,

(31)

2. Faktor-faktor ekstrinsik, antara lain:

a. Kondisi medis (diagnosa penyakit)

Terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis

sering ditemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk

masing-masing kondisi medis.

b. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah mengidentifikasi stresor

dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat pendidikan juga

mempengaruhi kesdaran dan pemahaman terhadap stimulus.

c. Akses informasi

Pemberitahuan tentang sesuatu agar orang membentuk pendapatnya

berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Informasi adalah segala penjelasan

yang didapatkan pasien sebelum pelaksanaan kemoterapi.

d. Proses adaptasi

Proses adaptasi sering menstimulasi individu untuk mendapatkan bantuan

sumber-sumber dari lingkungannya.

e. Tingkat sosial ekonomi

Status sosial ekonomi berkaitan dengan gangguan psikiatrik. Keadaan

ekonomi yang rendah atau tidak memadai dapat mempengaruhi

peningkatan kecemasan pada pasien.

f. Jenis tindakan kemoterapi

Semakin mengetahui tentang tindakan kemoterapi, akan memepengaruhi

(32)

g. Komunikasi terapeutik

Hampir sebagian besar pasien yang menjalani kemoterapi mengalami

kecemasan. Pasien sangat membutuhkan penjelasan yang baik dari

perawat.

2.3.4 Tanda dan Gejala Kecemasan

Stuart (2012) menyatakan bahwa ansietas dapat diekspresikan secara langsung

melalui perubahan fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif.

1. Respon fisiologis berhubungan dengan ansietas terutama dimediasi oleh sistem

saraf otonom yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. Berbagai respon fisiologis

yang dapat diobservasi, yaitu:

a. Kardiovaskular: palpitasi, jantung berdebar, pingsan, tekanan darah

meningkat, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.

b. Pernafasan: napas cepat dan dangkal, tekanan pada dada, sensasi

tercekik, terengah-engah.

c. Neuromuskular: refleks meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip,

insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum,

tungkai lemah, gerakan yang janggal.

d. Gastrointestinal: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak

nyaman pada perut, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati dan diare.

e. Saluran perkemihan: tidak dapat menahan kencing dan sering berkemih

f. Kulit: wajah kemerahan, keringat terlokalisasi (telapak tangan), gatal,

rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat dan berkeringat seluruh

(33)

2. Respon perilaku: gelisah, ketegangan fisik, tremor, terkejut, bicara cepat,

kurang koodinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, melarikan diri dari

masalah, menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada.

3. Respon kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam

memberikan penilaian, hambatan berpikir, kreatifitas menurun, lapang persepsi

menurun, bingung, takut kehilangan kendali, mimpi buruk, takut cedera atau

kematian, produktivitas menurun.

4. Respon afektif: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup,

ketakutan, khawatir, mati rasa, rasa bersalah dan malu.

2.3.5 Tingkat Kecemasan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), ada beberapa tingkatan kecemasan

yaitu:

1. Cemas ringan

Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa hidupnya

sehari-hari. Pada tingakatan inilah persepsi melebar dan individu akan berhati-hati

dan waspada. Respon cemas ringan seperti sesekali bernafas pendek, nadi dan

tekanan darah naik, gejala ringan padalambung, muka berkerut dan bibir bergetar,

lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah secara efektif, tidak dapat

duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan.

2.Cemas sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih

(34)

cemas sedang seperti sering nafas pendek, nadi dan tekana darah naik, mulut

kering, anoreksia, gelisah , lapang pandang menyempit, rangsangan luar tidak

mampu diterima.

3. Cemas berat

Pada cemas berat lapang persepsi sangat sempit. Seseorang cenderung hanya

memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting. Seseorang

tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak pengarahan atau

tuntunan. Respon kecemasan berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah

meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan lapang

persepsi sangat sempit, tidak mampu meyelesaikan masalah, blocking, verbalisasi

cepat, dan perasaan anacaman meningkat.

4. Panik

Pada tahap ini persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat

mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apapun, walaupun telah diberi

pengarahan. Respon panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit

dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis,

agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, kehilangan

kendali, dan persepsi kacau.

Ada 4 tingkat ansietas (Pepalu, 1952): ringan, sedang, berat, dan panik.

Pada masing-masing tahap, individu memperlihatkan perubahan perilaku,

kemampuan kognitif, dan respon emosional ketika berupaya menghadapi ansietas

(35)

Tingkat Kecemasan

Fisiologis Kognitif/persepsi Emosi / Afektif

Cemas Ringan Ketegangan otot ringan

Sadar akan lingkungan

Rileks atau sedikit gelisah

Cemas Sedang Ketegangan otot sedang sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung stimulus meningkat Rentang perhatian

Cemas Berat Ketegangan otot berat

Hiperventilasi Kontak mata buruk Pengeluaran

(36)

tujuan dan

Panik Flight, fight, atau freeze Tidak dapat tidur Hormon stres dan neurotransmiter

Pikiran tidak logis, terganggu

Kepribadian kacau Tidak dapat menyelesaikan masalah

Fokus pada pikiran sendiri

Tidak rasional Sulit memahami stimulus eksternal Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi

Merasa terbebani hasil yang buruk Kaget, takut Lelah

Tabel 2.2 Tingkat Kecemasan (Peplau, 1952 dalam Videbeck 2008)

Rentang Respon Kecemasan menurut Stuart (2012):

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

(37)

2.3.5 Kecemasan Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi

Kecemasan pada pasien kanker disebabkan oleh masalah persepsi pasien

tentang kanker yang selalu dikaitkan dengan kematian dan masalah ketidak

pastian setelah pengobatan (Sharti & Djoerban, 2007).

Pasien kanker dapat mengalami reaksi psikologis yang berat. Derajat dan

manifestasi reaksi psikologis berkaitan langsung dengan jenis kelamin, usia,

tingkat budaya, pengalaman hidup, pemahaman akan pengetahuan medis, dan ciri

pribadi. Kecemasan dapat dialami penderita kanker selama sakit yaitu sebelum

dan sesudah diagnosa ditegakkan dan saat menjalani pengobatan. Hal ini

berkaitan dengan tidak adanya kepastian akan prognosa penyakit, dan efektifitas

pengobatan terhadap pemulihan kondisi. Kemoterapi merupakan terapi kanker

yang sering digunakan. Efek samping dari obat kemoterapi sering membuat

pasien mengalami ansietas, tegang, depresi, fobia maupun keraguan. Sebelum

kemoterapi pasien sudah merasa takut, dan reaksi psikologis pasca kemoterapi

sering kali lebih berat (Fujin, dkk., 2011).

Rasa cemas yang dirasakan pasien kanker timbul karena kemoterapi tidak

hanya berlangsung dalam waktu singkat tetapi juga dilakukan secara berulang.

Efek samping yang timbul menimbulkan rasa tidak nyaman dan paling sering

terjadi secara umum adalah rontoknya rambut karena kematian sel rambut,

timbulnya anoreksia yang membuat nafsu makan berkurang drastis karena efek

samping mual muntah yang terjadi, vertigo, anemia serta perubahan kulit (Otto,

(38)

menyebabkan ketidakseimbangan fisik, psikologis, sosial dan emosional.

Keluhan-keluhan yang muncul dari ansietas meliputi respon fisik, kognitif,

perilaku dan emosi.

Hasil penelitian Setyowati (2006), menemukan bahwa kemoterapi

membuat penderita kanker merasa cemas, kecemasan ini ditunjukkan melalui

respon fisiologis, perilaku kognitif dan afektif. Reaksi fisiologis seperti tangan

berkeringat dan terasa dingin, detak jantung berdetak lebih cepat, wajah pucat dan

tegang, kehilangan nafsu makan, gerakan yang janggal, rasa tidak nyaman pada

perut, rasa tertekan pada dada dan sering buang air kecil. Respon perilaku berupa

gugup, menarik diri dari hubungan interpersonal, dan melarikan diri dari masalah.

Respon kognitif seperti takut pada kematian dan cedera. Sedangkan respon afektif

berupa kurang sabar, merasa tegang, gugup, dan merasa takut.

Kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan berpengaruh

pada keadaan fisiologis pasien. Perubahan fisiologis seperti pernafasan, aliran

darah dan denyut jantung yang meningkat akan mempengaruhi efektivitas

pengobatan kemoterapi. Oleh karena itu, kecemasan dalam menghadapi

(39)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang

gambaran tingkat kecemasan pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi di

RSUP Haji Adam Malik Medan.

Skema 1. Kerangka konsep tingkat kecemasan pasian kanker dalam menjalani kemoterapi

Tidak cemas Ringan Sedang Tingkat kecemasan pasien kanker dalam

menjalani kemoterapi.

(40)

3.2.Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasinal

Rasa takut atau kekhawatiran yang dialami pasien kanker dalam menjalani pengobatan kemoterapi di RSUP Haji adam malik medan.

Memberikan kuesioner yang terdiri dari 14 pernyataan

(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif yang

bertujuan untuk menggambarkan tingkat kecemasan pasien kanker dalam

menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker rawat inap yang

mendapat pengobatan kemoterapi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik

Medan. Berdasarkan data yang diperoleh pada bulan Januari-Oktober 2013

terdapat 1022 pasien kanker rawat inap di RSUP Haji Adam Malik, Medan.

(Sumber, Rekam Medik RSUP Haji Adam Malik Medan).

4.2.2 Sampel

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara purposive

sampling. Penentuan jumlah sampel penelitian besar, maka dapat diambil antara 10-15% dari populasi, sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 102 orang

(Arikunto, 2002). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 74 orang. Hal ini

disebabkan oleh adanya keterbatasan waktu peneliti saat melakukan penelitian ini.

(42)

akan menjalani kemoterapi untuk yang pertama kali atau yang berulang, bersedia

menjadi responden, pasien dalam keadaan sadar, dapat berkomunukasi dengan

baik, dan dapat berbahasa Indonesia dengan baik.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.

Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena rumah sakit ini termasuk rumah sakit

tipe A yang merupakan rumah sakit pusat rujukan dari Provinsi Nanggro Aceh

Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara, sehingga lokasi ini memiliki jumlah

sampel yang memadai untuk bisa dilakukan penelitian. Selain itu, penelitian

tentang tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi belum

pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan September - April 2014.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian disetujui dan peneliti

mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan dan Rumah Sakit Umum Haji

Adam Malik Medan. Sebelum pengambilan data, tujuan peneliti disampaikan

kepada responden. Calon responden yang bersedia dipersilahkan menandatangani

informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon berhak

untuk menolak dan mengundurkan diri. Pengunduran diri dapat dilakukan pada

saat mulai pengumpulan data. Peneliti memberi kesempatan kepada responden

untuk bertanya tentang hal yang tidak dimengerti sehubungan dengan penelitian

(43)

responden, baik itu resiko fisik maupun resiko psikis. Kerahasiaan identitas

(confidentiality) dijamin dan hanya kode responden dengan inisial nama saja

(anonimity) yang dicantumkan dalam lembar kuesioner. Data yang diperoleh

hanya digunakan untuk tujuan penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuesioner. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu data demografi dan tingkat

kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi.

1. Data demografi responden

Data demografi responden meliputi: kode responden, inisial nama, usia, jenis

kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan per

bulan, stadium dan jumlah kemoterapi pasien.

2.Tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi

Kuesioner tingkat kecemasan ini disusun berdasarkan modifikasi dari

Hamilton Anxiety Rating Scaleyang terdiri dari 14 pernyataan. Pernyataan ini menggambarkan tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani

kemoterapi. Kuesioner disusun dalam bentuk pernyataan tertutup dengan

menggunakan model skala Likert. Menurut Sujana (2000), skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok tentang kejadian dan gejala sosial. Setiap jawaban dihubungkan

dalam bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan

(44)

Pernahdengan skor 0, Kadang-kadang dengan skor 1, Sering dengan skor 2,

Selalu dengan skor 3. Nilai tertinggi kuesioner ini 42 dan nilai terendah 0.

Dalam menentukan interval kelas pada penelitian ini dapat digunakan rumus

Wahyuni, (2011), yaitu:

i (panjang kelas) = �������

������ �����

Kuesioner tingkat kecemasan terdiri dari 14 pernyataan dengan nilai

tertinggi 42 dan nilai terendah 0 sehingga rentang sebesar 42, dengan kategori

yaitu tidak ada cemas, ringan, sedang, berat, dan panik sehingga didapatkan

panjang kelas 10,5. Maka hasil ukur didapatkan tidak ada cemas 0, kecemasan

ringan1-11, tingkat kecemasan sedang 12-22, tingkat kecemasan berat 23-33 dan

panik 34-42 .

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1 Validitas

Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan

instrument dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur. Menentukan validitas pengukuran ada dua hal penting yang

harus dipenuhi yaitu relevan isi dan relevan cara dan sasaran (Nursalam, 2011).

Untuk mengetahui keakuratan isi dari instrumen ini, maka peneliti melakukan uji

validitas isi. Validitas instrumen sudah diuji kelayakannya oleh ahli di bidangnya

yaitu 3 orang dosen S2 Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan

(45)

Nilai valid instrumen ini 0,88 sehingga instrumen ini dinyatakan valid. Uji

validitas sudah dilakukan dan sudah dinyatakan valid, maka peneliti melanjutkan

uji reliabilitas

4.6.2 Reliabilitas

Kuesioner tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi

disusun berdasarkan modifikasi dari Hamilton Anxiety Rating Scale dan tinjauan

pustaka, sehingga perlu dilakukan uji reliabilitas untuk menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas

dilakukan di tempat yang berbeda dari tempat penelitian yang sebenarnya dengan

ciri sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi, sehingga dapat dilihat hasilnya

konsisten atau tidak. Hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan

menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini uji

reliabilitas instrument menggunakan rumus cronbach alpha. Apabila instrumen

peneliti yang di uji bernilai > 0,70 maka kuesioner tersebut layak untuk digunakan

Uji reliabilitas kuesioner dilakukan di RSUD Pringadi Medan, yang dilakukan

pada 30 orang responden yang bukan subjek penelitian. Nilai cronbach alpha

instrument ini adalah 0,802.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah terlebih dahulu peneliti mengajukan

permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan

(46)

dikirimkan ke RSUP Haji Adam Malik, Medan. Setelah mendapat izin dari

Rumah Sakit, peneliti mengambil data responden yang sesuai dengan kriteria

inklusi dengan terlebih dahulu menjelaskan pada responden tentang tujuan,

manfaat penelitian dan cara pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia

menjadi responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Selanjutnya

responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada kuesioner.

Peneliti menemani responden selama pengisian kuesioner. Peneliti mengingatkan

kepada responden agar kuesioner diisi secara teliti dan cermat serta memberikan

kesempatan kepada responden untuk bertanya bila tidak mengerti. Setelah semua

responden menjawab pertanyaan, maka peneliti mengumpulkan data untuk

dianalisa.

4.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data telah terkumpul melalui beberapa

tahap dimulai dari editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data

responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data

responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data

disesuaikan diberi kode (coding)untuk memudahkan tabulasi dan analisa data.

Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan dilakukan

pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Pengolahan data

statistik dekskriptif, data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

(47)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang

diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 74 pasien kanker yang akan

menjalani kemoterapi. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Maret – 18

April 2014 di ruang Rindu A dan Rindu B RSUP Haji Adam Malik Medan.

Penyajian data penelitian ini meliputi karakteristik responden, dan tingkat

kecemasan pasien dalam menjalani kemoterapi.

5.1.1.Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 74 orang. Data

yangdiperoleh menunjukkan sebagian besar responden berada pada rentang usia

rentang usia 46-55 tahun sebanyak 26 orang (35,1%). Mayoritas responden

berjenis kelamin perempuan sebanyak 53 orang (71,65), mayoritas responden

sudah menikah 61 orang (82,4%), Sebagian besar responden berlatar belakang

pendidikan SMA 32 orang (43,2%), mayoritas responden mempunyai pekerjaan

sebagi Ibu Rumah Tangga 27 orang (36,5%), mayoritas responden berpenghasilan

Rp. 1.500.000 – Rp. 3.000.000 yaitu 26 orang (35,1%), sebagian besar responden

berada pada stadium 2 sebanyak 35 orang (47,3%), sebagian besar responden

akan menjalani kemoterapi ke 3 dan 4 yaitu 15 orang (20,3%), mayoritas

(48)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden di RSUP Haji Adam

Malik, Medan18 Maret – 18 April 2014

(n=74)

Data Demografi Frekuensi (n) Persentase

Usia (Depkes, 2009)

17-25 tahun

Ibu Rumah Tangga

(49)

Petani

Rp.1.000.000 - Rp.1.500.000

Rp.1.500.000 - Rp.3.000.000

(50)

Jenis Kanker

5.1.2. Tingkat Kecemasan Pasien kanker dalam Menjalani Kemoterapi di

RSUP Haji Adam malik Medan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden di RSUP

Haji Adam Malik Medan tidak mengalami kecemasan (20,3%), tingkat

kecemasan ringan (62,2%), sedang (14,8%), dan berat (2,7 %). Dapat dilihat pada

tabel 5.2.

Tabel 5.2.Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik, Medan18 Maret – 18 April 2014 (n= 74)

No Tingkat Kecemasan Pasien Frekuensi (n) Persentase

1 Tidak ada cemas 15 20,3%

2 Cemas Ringan 46 62,2%

(51)

4 Cemas Berat 2 2,7%

5.2.Pembahasan

Pembahasan ini akan membahas tentang hasil penelitian yang menjelaskan

tentang karakteristik demografi dan tingkat kecemasan pasien kanker dalam

menjalani kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan 20,3% pasien kanker tidak

mengalami kecemasan dalam menjalani kemoterapi. Tosi, dkk., (1990 dalam

Setyaningsih, Makmuroh dan Andayani 2011), mengatakan cemas tidaknya

individu tergantung dari bagaimana individu tersebut merespon terhadap stresor.

Individu dapat merespon stresor secara positif apabila penilaian kognitif terhadap

stresor adalah positif. Hal ini akan menimbulkan rasa aman, tenang dan santai.

Penelitian Setyaningsih, Makmuroh & Andayani (2011), menyatakan pasien

kanker yang mendapatkan dukungan dari keluarganya akan terhindar dari

kecemasan dalam menjalani kemoterapi, hal ini disebabkan karena adanya

berbagai perasaan positif yang dirasakan pasien dengan tersedianya dukungan dari

keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden sudah menikah dan

masih memiliki pasangan, dengan adanya dukungan dari keluarga seperti suami

atau istri, responden merasa lebih nyaman dan tenang saat menghadapipengobatan

(52)

Andriyani dan Fatmawati (2013), mengatakan keluarga dapat memberikan

dukungan dan pertolongan kepada anggota keluarganya yang sakit untuk

mengurangi beban psikologi yang dialami oleh pasien akibat penyakitnya

tersebut. Dukungan yang bisa diberikan keluarga kepada anggota keluarga yang

sakit dapat berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan

penilaian,dukungan emosional, sehingga dengan adanya dukungan keluarga yang

tinggi maka tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani kemoterapi akan

semakin rendah bahkan tidak mengalami kecemasan sama sekali.

Mayoritas responden dalam penelitian ini mengalami cemas ringan

(62,2%%). Kecemasan ringan yang dirasakan pasien kanker dalam menjalani

kemoterapi merupakan hal yang wajar, dan ini masih termasuk dalam respon yang

adaptif. Kecemasan ringan pada responden dapat disebabkan karena responden

telah menggunakan mekanisme koping. Penelitian yang dilakukan Mona dan

Singh (2012), menyatakan mengembangkanstrategi kopingdapat

membantupasienbelajaruntuk mengubahsituasi masalah, mengelolatekanan

emosional, dan memahamimengapakankertelah terjadidan apa dampakkanker

padahidupnya. Pasien yangmenyesuaikan diri

denganbaikbiasanyaberkomitmendan terlibat aktif dalammengatasikanker. Mereka

masihmampu menemukanarti dan pentingnya hidupdalam kehidupan mereka.Hal

ini didukung hasil penelitian Chandra dan Sari (2012), menyatakan terdapat

hubungan mekanisme koping dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara

dalam menjalani kemoterapi. Stuart (2010), menjelaskan bahwa ketika mengalami

(53)

kecemasannya, pola yang biasa digunakan individu cenderung tetap dominan

ketika kecemasan lebih intens.

Ferrer et, all., (2007), menyatakan pasien yang telah mendapatkan kemoterapi dalam waktu yang lama, mampu mengendalikan diri mereka sendiri

dengan baik. Pasien mengatakan bahwa kemoterapi sudah menjadi sebuah

rutinitas dan kecemasan mereka sudah berkurang jauh dibandingkan dengan

ketika mereka pertama kali menjalani kemoterapi. Hal ini sejalan dengan

penelitian Utami, Andriyani dan Fatmawati (2013), yang mengatakan terdapat

pengaruh pengalaman pasien yang kemoterapi terhadap tingkat kecemasan dalam

menjalani kemoterapi, pasien yang sudah lebih dari satu kali menjalani

kemoterapi memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah.Maka semakin sering

pasien menjalani kemoterapi tingkat kecemasannya akan lebih ringan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden akan

menjalani kemoterapi ke-3 dan ke-4. Peneliti berasumsi responden mengalami

cemas ringan disebabkan responden sudah lebih dari 1 kali menjalani kemoterapi,

sehingga responden sudah mempunyai pengalaman dalam menghadapi

kemoterapi dan menjalani efek sampingnya.

Kecemasan ringan dapat juga disebakan oleh usia responden. Menurut

Depkes (2009), rentang usia antara 46-55 masuk ke dalam kategori masa lansia

awal. Flint (1994 dalam Sundberg 2007), menyatakan kecemasan di kalangan

lansia lebih rendah dari kelompok umur manapun. Hal ini disebabkan oleh lansia

awal telah memiliki tingkat kecerdasan moral, agama, dan spiritualitas secara

(54)

tingkat kecemasan akan lebih rendah pada pasien kanker yang menjalani

kemoterapi yang mempunyai tingkat spiritualitas yang tinggi.

Kecemasan ringan juga ditunjukkan dari data dari penelitian ini yang

menunujukkan bahwa kadang kadang merasa cemas setelah menjalani kemoterapi

akan menjalani mual dan muntah 51,4% dan kadang-kadang merasa tegang saat

akan kemoterapi 48,6%, konsentrasi tidak terganggu 64,9%, tidak pernah merasa

sesak nafas saat memikirkan kemoterapi yang akan dijalani 83,3%, tidak pernah

jantung berdebar-debar saat memikirkan kemoterapi yang akan dijalani 66,2%.

Hal ini sejalan dengan teori Peplau (1952 dalam Videbeck 2008), yang

menyatakan pada kecemaan ringan individu mengalami ketegangan otot ringan,

rileks atau sedikit gelisah, sadar akan lingkungan, lapangan persepsi meluas,

terlihat tenang, dan penuh perhatian.

Hasil penelitian ini masih ditemukan kecemasan sedang (14,8%). Redeker

(2007), mengatakan gangguan psikologis seperti kecemasan adalah sesuatu yang

umum terjadi pada pasien kanker dengan diagnosa yang berbeda. Kecemasan

terjadi pada 19% - 20% pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.

Kemoterapi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hidup wanita

dengan kanker payudara dan dapat meningkatkan kecemasan (Komatsu et al,

2012). Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden berjenis kelamin

perempuan dan menderita kanker payudara.

Toftagen (2006), menyatakan kemoterapi dapat meningkatkan kecemasan

berhubungan dengan takut terhadap pengobatan, efek samping dan ketidakpastian

(55)

orang (2,7%), jika dihubungkan dengan data demografi, responden mempunyai

tingkat pendidikan yang rendah dan tingkat ekonomi yang rendah. Menurut

pendapat Gallo (1997 dalam Banjarnahor 2014), tingkat pendidikan yang dimiliki

seseorang menjadikan individu lebih selektif menerima respon kecemasan yang

berlangsung. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Yunitasari (2012), yang

menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan pasien kanker maka akan semakin

rendah mengalami kecemasan. Raystone (2005), juga menyatakan bahwa tingkat

pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu

yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang mempunyai

pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan

mereka yang berpendidikan lebih rendah. Pendidikan rendah menjadi faktor

penunjang terjadinya kecemasan.

Penghasilan pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi juga dapat

mempengaruhi tingkat kecemasan. Lumbantobing (2012), menyatakan

pengobatan kanker dengan kemoterapi membutuhkan biaya yang besar karena

kemoterapi tidak cukup dilakukan hanya sekali. Sehingga hal ini dapat menambah

kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi. Menurut hasil penelitian

Durham (dalam Lufta dan Maliya 2008), diketahui bahwa masyarakat kelas

sosial ekonomi rendah prevalensi psikiatriknya lebih banyak. Keadaan ekonomi

yang rendah atau tidak memadai dapat mempengaruhi peningkatan kecemasan

pada klien menghadapi tindakan kemoterapi.

Kecemasan berat merupakan respon yang maladaptif yang dapat

(56)

kemoterapi. Ferrer et all., (2007), menyatakan rumah sakit merupakan lingkungan

asing yang dengan mudah dapat menimbulkan ketakutan, kekhawatiran dan

kecemasan pada pasien dalam menjalani kemoterapi.

Kecemasan merupakan respon individu terhadap ancaman atau bahaya

yang mengancam jiwanya. Hasil penelitian ini menunjukkan kecemasan adaptif

dan maladaptif, hal ini menunjukkan respon setiap individu dalam memecahkan

masalah berbeda. Pasien kanker mungkin saja kurang informasi dan penjelasan

tentang kemoterapi sehingga klien berfikir tentang hal-hal negatif tentang

kemoterapi. Dari hasil penelitian ini jelas bahwa setiap individu yang akan

menghadapi tindakan kemoterapi akan mengalami respon cemas. Persiapan status

psikis pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi sangat penting dan harus

menjadi perhatian karena dengan persiapan status psikis yang baik dapat

(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP Haji

Adam Malik Medan adalah dari 74 pasien kanker yang akan menjalani

kemoterapi di dapattidak mengalami kecemasan (20,3%), kecemasan ringan

(62,2%), kecemasan sedang (14,8%), kecemasan berat (2,7%).

6.2. Saran

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat kecemasan pada

pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi menunjukkan tingkat kecemasan

dengan kategori ringan sehingga tindakan keperawatan perlu dipertahankan dan

ditingkatkan, sedangkan untuk responden yang masih mengalami tingkat

kecemasan sedang dan beratperlu diberikan asuhan keperawatan serta informasi

yang tepat kepada pasien sebelum melakukan tindakan.

2.Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan bagi mahasiswa

keperawatan yang akan meneliti tentang kecemasan pasien kanker yang akan

menjalani kemoterapi, seperti faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam

(58)

3. Bagi Penelitian keperawatan

Untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan penelitian dengan jumlah

sampel yang lebih besar dan seleksi sampel yang lebih ketat yang sesuai dengan

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arman. (2013). Faktor – faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan klien kanker payudara dengan kemoterapi di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Diakses tanggal 20 Mei 2014

dari

Banjarnahor, J. (2014).Tingkat kecemasan pada pasien preoperatif di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Diakses tanggal 26 Mei 2014

dari

Bintang, Y. A. (2012). Gambaran tingkat kecemasan, stres dan depresi pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di salah satu RS di kota Bandung.

Diakses tanggal 20 Oktober 2013

dari http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/articel/view/719

Diananda, R. (2009). Mengenal seluk beluk kanker. Yoyakarta: Katahari Ferer, at, all., (2007). The effect of live music on decreasing anxiety in patients

undergoing chemotherapy treatment. Diakses tanggal 10 Juli 2014 dari http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/1384285531/fmt/pi/rep?hl Fujin, C, dkk. (2011). Onkologi klinis, Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit FKUI Hamilton, M. (1959). Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). Diakses tanggal

20 Desember 2013 dari

Hawari, D. (2001). Manajemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

http://pdbp.ninds.nih.gov/assets/crfs/Hamilton%20Anxiety%20Rating %20Scale20(HAM-A).pdf

Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan dasar Manusia. Jakarta: salemba Medika.

Junaidi, I. (2007). Kanker pengenalan, pencegahan, dan pengobatannya. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer

Kemenkes. (2013). Seminar sehari dalam rangka memperingati hari kanker sedunia 2013. Diakses tanggal 15 Oktober 2013 dar

Komatsu, et.all,. (2012). Guided self-help for prevention of depression and anxiety in women with breast cancer. Diakses tanggal 10 Juli 2014

(60)

dari

Lubis, N. L. & Hasnida. (2009). Dukungan sosial pada pasien kanker, perlukah?. Medan: USU Press

http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/2876988081/fmt/pi/rep /NONE?hl= ZO%2FtGwDXCBfQATTmhl1OF4OAAmU%3D

Lubis, N. L. (2009). Depresi tinjauan psikologis. Jakarta: Kencana

Lufta, U & Maliya, A. (2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien dalam tindakan kemoterapi di Rumah Sakit DR. Moewardi Surakarta. Diakses tanggal 3 November 2013 dar

Lumbantobing, D. (2012). Pengaruh progressive muscle relaxation dan logoterapi terhadap perubahan ansietas, depresi, kemampuan relaksasi dan kemampuan memakanai hidup klien kanker di RS Dharmais Jakarta. Diakses tanggal 3 November 2013 dari

Mona, P. K. & Singh, A. (2012). Coping strategies of cancer patients treated with chemotherapy and those treated with radiotherapy. Diakses tanggal 10 Juli 2014

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurachmah, E. (1999). Dampak kanker payudara dan pengobatannya terhadap

Aspek Bio-Psiko-Sosio-Spritual Klien Yang Berpartisipasi dalam Kelompok Pendukung, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol II: hal 186-194. Jakarta: Salemba.

Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metode penelitian ilmu keperawatan,

edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika

Oemiati, R. dkk. (2011). Prevalensi tumor dan beberapa faktor yang mempengaruhinya di Indonesia. Diakses tanggal 20 November 2013 dari

Potter & Perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta: EGC

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/viewFile/56/ 46

Gambar

Tabel 2.1 Tumor Nodus Metastasis menurut Otto, 2005
Tabel 2.2 Tingkat Kecemasan (Peplau, 1952 dalam Videbeck 2008)
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden di RSUP Haji Adam
+3

Referensi

Dokumen terkait

setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian “ Tingkat Kepercayaan Terhadap Pengobatan Medis Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Haji Adam Malik

Judul : Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan.. Nama Peneliti : Rizky

Kualitas hidup pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di rumah sakit umum pusat haji adam malik

Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik

MANAJEMEN STRES WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPIi. di RSUP H ADAM

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan Kateterisasi Jantung di RSUP Haji Adam Malik

setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian “ Tingkat Kepercayaan Terhadap Pengobatan Medis Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Haji Adam Malik

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan terhadap pengobatan medis pada pasien kanker payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.. Metode :