• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 KANKER 2.1.1 Definisi Kanker - Tingkat Kecemasan Pasien Kanker dalam Menjalani Kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1 KANKER 2.1.1 Definisi Kanker - Tingkat Kecemasan Pasien Kanker dalam Menjalani Kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 KANKER

2.1.1 Definisi Kanker

Kanker adalah penyakit pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang

tumbuh dan berkembang abnormal di luar batas kewajaran (Junaidi, 2007).

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya sel-sel kanker

ini dapat berkembang ke bagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian

(Setiati, 2009). Jenis kanker tergantung pada jenis organ atau sel tempat

terjadinya pembelahan sel yang abnormal tersebut, contohnya: kanker rahim,

kanker payu dara, kanker hati, kanker usus, kanker pankreas, kanker otak, kanker

kulit, kanker prostat, kanker tulang sarkoma,kanker testis, kanker lidah, kanker

mata, kanker darah, dan lain-lain. Hasil penelitian Oemiati (2011), kanker

terbanyak di Indonesia adalah kanker ovarium dan servix uteri.

2.1.2 Penyebab

Kategori agens dan faktor-faktor tertentu memberikan implikasi dalam

proses karsinogenik. Adapun fakor-faktor yang menyebabkan kanker adalah

sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002 ).

(2)

Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam struktur genetik sel yang

menganggu generasi populasi sel sehingga sel tersebut mengarah pada

kanker.

2. Agen Fisik

Faktor-faktor fisik yang dapat menyebabkan kanker mencakup pemajanan

terhadap sinar matahari atau radiasi, iritasi kronis atau inflamasi, dan

penggunaan tembakau.Pemajanan berlebih pada radiasi ultraviolet, terutama

pada individu berkulit terang, dan bermata hijau atau biru, meningkatakan

resiko kanker kulit.Iritasi atau inflamasi kronik diduga merusak sel-sel yang

menyebabkan diferensiasi sel abnormal. Mutasi sel sekunder terhadap iritasi

atau inflamasikronik berkaitan dengan kanker bibir pada perokok yang

menggunakan pipa.

3. Agen Kimia

Banyak substansi kimiawi yang ditemukan dalam lingkungan kerja yang

menjadi karsinogen atau ko-karsinigen dalam proses kanker. Karsinogen

kimia mencakup zat warna amino aromatik dan anilin,arsenik, jelaga dan tar,

absestos, benzen, pinang dan kapur sirih, kardium, senyawaan kromium, nikel

dan seng, debu kayu, senyawa berilium dan polivinil klorida.

4. Faktor-faktor genetik dan keturunan

Kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal,

dapat terbentuk sel-sel mutan.

Beberapa kanker pada masa dewasa dan anak-anak menunjukkan predisposisi

(3)

dekat memiliki tipe kanker yang sama. Kanker yang bersifat keturunan

termasuk retinoblastoma, nefroblastoma, feokromositoma, maligna, leukimia

dan kanker payudara, endometrial, kolorektal, lambung, prostat dan

paru-paru.

5. Faktor-faktor makanan

Risiko kanker meningkat sejalan dengan ingesti jangka panjang

karsinogenik atau ko-karsinogenik atau ada tidaknya substansi proaktif

dalanm diet. Substansi diet berkaitan dengan peningkatan resiko kanker,

mencakup lemak, alkohol, daging diasinkan atau diasap, makanan yang

mengandung nitrat atu nitrit, dan diet dengan kalori tinggi.

6. Agen hormonal

Pertumbuhan kanker dipercepat dengan adanya gangguan kesimbangan

hormon baik oleh pembentukan hormon tubuh sendiri (endogenus) atau

pemberian hormon eksogenus.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Menurut Diananda (2009), gejala kanker biasanya tergantung dari jenis,

tempat, dan stadium kanker. Gejala umum kanker sebagai berikut :

1. Pembengkakan pada organ tubuh yang terkena (misalnya : ada benjolan di

payudara, di perut, dan sebagainya)

(4)

Terjadi perubahan pada tahi lalat seperti: bertambah besar, warnanya

tambah hitam, ada penyebaran pigmen di sekitar tahi lalat, gatal berdarah,

rambut yang sebelumnya ada gugur dan tidak tumbuh lagi.

3. Demam kronis

4. Terjadinya batuk kronis (terutama kanker paru) atau perubahan suara

(pada kanker leher)

Perubahan nada suara pada umumnya menjadi serak dan makin lama

suaranya makin hilang (aphoni) dapat disebabakan oleh kanker laring,

thyroid, paru. Batuk yang tidak sembuh-sembuh dapat disebabkan

olehkanker paru dan jalan nafas.

5. Terjadi perubahan pada sistem pencernaan/ kandung kemih

Alat-alat pencernaan terganggu disebut indigestion atau dispepsi,

misalnya: perubahan pola BAB, BAB berdarah dan sebagainya. Ini

disebabkan oleh kanker rektum, lambung, usus, atau kolon dan

sebagainya.

6. Penurunan nafsu makan dan berat badan

7. Keluarnya cairan atau darah tidak normal ( misalnya: keluar cairan

abnormal dari puting payudara ).

(5)

Suatu evaluasi diagnostik yang lengkap termasuk mengidentifikasi tahap

dan derajat keganasan. Pilihan pengobatan dan prognosa ditentukan dengan dasar

pentahapan dan penderajatan (Smeltzer & Bare, 2002). Pentahapan menentukan

ukuran tumor dan keberadaan metastasis. Sistem TNM sering digunakan dalam

menggambarkan keganasan kanker. Dalam sistem ini T mengacu pada keluasan

tumor primer, N mengacu pada keterlibatan nodus limfe, M mengacu pada

keluasan metastasis.

Sistem penderajatan digunakan untuk menentukan jenis jaringan yang

menjadi asal dari tumor dan tingkat sel-sel mempertahankan fungsi dan

karakteristik histologis dari jaringan asal. Penderajatan dituliskan dengan nilai

numerik dengan rentang I sampai IV. Tumor derajat I dikenal sebagai tumor yang

berdiferensia baik, struktur dan fungsinya hampir menyerupai jaringan asal.

Sedangkan tumor yang tidak menyerupai jaringan sel dalam struktur atau

fungsinya disebut tumor berdiferensiasi buruk atau tidak bisa berdiferensiasi

disebut tumor derajat IV.

T Tumor Primer

TX

T0 Tis

TI-T4

Ukuran, luas, kedalaman tumor primer

Tumor primer tidak dapat dikaji

Tidak ada bukti tumor primer In Situ

Peningkatan ukuran atau luas

N Metastasis Nodus

NX

Luas dan lokasi kelenjar getah bening regional yang terkena

(6)

N0

NI-N3

Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional

Peningkatan jumlah dan ukuran kelenjar getah bening regional

M Metastasis

MX

M0

MI

Tidak ada atau ada penyebaran jauh penyakit

Penyakit jauh tidak dapat dikaji

Tidak ada penyebaran jauh dari penyakit

Penyebaran penyakit jauh

Tabel 2.1 Tumor Nodus Metastasis menurut Otto, 2005

2.1.5 Penatalaksanaan

Kira-kira 40-50% penderita dapat disembuhkan baik dengan cara bedah,

kemoterapi, radioterapi, maupun kombinasinya (Syamsuhidayat, 2005).

1. Pembedahan

Pengangkatan kanker secara menyeluruh melalui tindakan pembedahan

masih merupakan modalitas pengobatan yang terbaik dan yang paling sering

digunakan. Pembedahan mungkin dipilihsebagai metode pengobatan primer atu

mungkin sebagai metode diagnostik, profilaktik, paliatif, atau rekonstruksi.

2. Radiasi

Radiasi ionosasi digunakan untuk menggangu pertumbuhan selular. Radiasi

mungkin digunakan sebagai suatu cara untuk menyembuh kanker. Terapi radiasi

juga dapat digunakan untuk mengontrol penyakit malignansi bila tumor tidak

dapat diangkat secara pembedahan atau bila ada metastasis pada nodus lokal, atau

(7)

leukemik ke otak atau medula spinalis. Radiasi diberikan pada letak tumor baik

dengan mekanisme eksternal atau internal.

3. Kemoterapi

Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistemik dari lesi

setempat. Kemoterapi mungkin dikombinasi dengan pembedahan atau terapi

radiasi, atau kedua-duanya, untuk menurunkan ukuran tumor sebelum operasi,

untuk merusak semua sel-sel tumor yang tertinggal pasca operasi, atau untuk

mengobati beberapa bentuk leukimia. Tujuan dari kemoterapi (penyembuhan,

pengontrolan, paliatif) harus realistik, karena tujuan tersebut akan menetapkan

medikasi yang digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan.

2.2 Kemoterapi

2.2.1 Definisi Kemoterapi

Menurut Sukardja (2002), kemoterapi adalah terapi untuk membunuh

sel-sel kanker dengan obat-obat anti kanker yang disebut dengan sitostatika.

Sedangkan menurut Brunner (2002), kemoterapi adalah penggunaan preparat

antineoplastik sebagai upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan

mengganggu fungsi dan reproduksi selular. Kemoterapi memiliki beberapa tujuan

berbeda, yaitu: kemoterapi kuratif, kemoterapi adjuvan, kemoterapi neoadjuvan,

kemoterapi paliatif dan kemoterapi investigatif.

2.2.2Efek Samping Kemoterapi

(8)

membelah.Namun, terkadang obat ini memiliki efek pada sel – sel tubuh normal

yang mempunyai sifat cepat membelah seperti rambut, mukosa ( selaput lendir ),

sum – sum tulang, kulit dan sperma. Beberapa efek samping yang sering ditemui

pada pasien adalah sebagai berikut (Sudoyo, 2009) :

1. Supresi sum–sum tulang

Trombositopenia, anemia, dan leukopenia adalah efek samping yang

terjadi akibat kemoterapi.

2. Muko sitis

Mukositis dapat terjadi pada rongga mulut (stomatitis), lidah (glositis),

tenggorokan (esofagitis), usus (enteritis), dan rektum (proktitis).Umumnya

muko sitis terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-7 setelah kemoterapi.

3. Mual dan Muntah

Mual dan muntah terjadi karena peradangan dari sel–sel mukosa yang

melapisi saluran cerna. Muntah dapat terjadi secara akut, dalam 0-24 jam

setelah kemoterapi, atau tertunda 24 – 96 jam setelah kemoterapi.

4. Diare

Diare disebabkan karena kerusakan sel epitel saluran cerna sehingga

absorpsi tidak adekuat. Obat golongan antimetabolit sering menimbulkan

diare.Pasien dianjurkan untuk makan rendah serat, tinggi protein dan minum

cairan yang banyak.

(9)

Kerontokan rambut sering terjadi pada kemoterapi akibat efek letal obat

terhadap sel-sel folikel rambut. Pemulihan total akan terjadi setelah

pengobatan dihentikan.

6. Infertilitas

Spermatogenesis dan pembentukan folikel ovarium merupakan hal yang

rentan terhadap efek toksik obat antikanker. Pria yang kemoterapi seringkali

produksi spermanya menurun.Kemoterapi seringkali menyebabkan

perempuan pramenopause mengalami penghentian menstruasi sementara atau

menetap dan timbul gejala-gejala menopause.

2.2.3 Faktor – Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Kemoterapi

Menurut Sudoyo (2009), beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam

melakukan kemoterapi adalah sebagai berikut:

1. Faktor yang harus diperhatikan dalam merencanakan kemoterapi adalah:

pilihan rejimen pengobatan, dosis, cara pemberian, dan jadwal pemberian.

2. Faktor yang harus diperhatikan pada pasien adalah: Usia, jenis kelamin,

status sosio ekonomi, status gizi, status penampilan, cadangan sumsum

tulang, serta fungsi hati, paru, ginjal, jantung, dan penyakit penyerta

3. Faktor yang berhubungan dengan tumor seperti: jenis dan derajat histologi,

tumor primer atau metastasis, lokasi metastasis, ukuran tumor, adanya

(10)

2.3. Kecemasan

2.3.1 Definisi kecemasan

Kecemasanadalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan

perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak

mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh,

perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari,

2001).Kecemasan terjadi sebagai hasil dari sebuah ancaman pada kepribadian

seseorang, harga diri, atau identitas diri. Kecemasan dialami ketika nilai-nilai

seseorang mengenali bahwa keberadaannya sebagai seseorang terancam.

Nilai-nilai yang termasuk didalamnya adalah fisik, sosial, moral, dan unsur emosional

dalam kehidupan (Stuart & Sundeen, 1998).

2.3.2 Penyebab

Penyebab kecemasan terdiri dari faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

1.Faktor predisposisi

Menurut Stuart (2012), ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan

terjadinya kecemasan, yaitu:

a.Menurut pandangan psikoanalitis

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian yaitu id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan implus

primitif, sedangkan super ego melambangkan hati nurani dan dikendalikan oleh

budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang

(11)

b. Menurut pandangan interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan

interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma

seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.

c.Menurut pandangan perilaku

Kecemasan merupakan produk frustasiyaitu segala sesuatu yang menggangu

kemampuan individu mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku

yang lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari

berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.

d. Kajian keluarga

Gangguan kecemasan biasanya terjadi di dalam keluarga. Dan biasanya

tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi.

e. Kajian biologis

Menunujukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin,

obat-obatan yang mengandung neuroregulator inhibisi asam

gamma-aminobutirat, yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang

berhubungan dengan kecemasan.

2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat berasal dari sumber eksternal dan internal yaitu:

a. Ancaman terhadap integritas fisik yang meliputi ketidakmampuan fisiologis

yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas

(12)

b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan

fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Kaplan & Sadock, 1997 dalam

Lufta & Maliya, 2007):

1. Faktor-faktor intrinsik, antara lain

a. Usia pasien

Kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa

dan lebih banyak pada wanita.

b. Pengalaman pasien menjalani pengobatan

Pengalaman awal pasien dalam menjalani pengobatan merupakan

pengalaman-penagalaman yang sangat sangat berharga yang terjadi pada

individu untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini

seabagai bagian penting yang sangat menentukan kondisi mental pasien di

kemudian hari.

c. Konsep diri dan peran

Konsep adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan oendirian yang

diketahui individu terhadap dirinya dan dapat mempenagruhi individu

tersebut berhubungan orang lain. Banyak faktor yang mempengaruhi peran

seperti kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran,

(13)

2. Faktor-faktor ekstrinsik, antara lain:

a. Kondisi medis (diagnosa penyakit)

Terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis

sering ditemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk

masing-masing kondisi medis.

b. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah mengidentifikasi stresor

dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat pendidikan juga

mempengaruhi kesdaran dan pemahaman terhadap stimulus.

c. Akses informasi

Pemberitahuan tentang sesuatu agar orang membentuk pendapatnya

berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Informasi adalah segala penjelasan

yang didapatkan pasien sebelum pelaksanaan kemoterapi.

d. Proses adaptasi

Proses adaptasi sering menstimulasi individu untuk mendapatkan bantuan

sumber-sumber dari lingkungannya.

e. Tingkat sosial ekonomi

Status sosial ekonomi berkaitan dengan gangguan psikiatrik. Keadaan

ekonomi yang rendah atau tidak memadai dapat mempengaruhi

peningkatan kecemasan pada pasien.

f. Jenis tindakan kemoterapi

Semakin mengetahui tentang tindakan kemoterapi, akan memepengaruhi

(14)

g. Komunikasi terapeutik

Hampir sebagian besar pasien yang menjalani kemoterapi mengalami

kecemasan. Pasien sangat membutuhkan penjelasan yang baik dari

perawat.

2.3.4 Tanda dan Gejala Kecemasan

Stuart (2012) menyatakan bahwa ansietas dapat diekspresikan secara langsung

melalui perubahan fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif.

1. Respon fisiologis berhubungan dengan ansietas terutama dimediasi oleh sistem

saraf otonom yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. Berbagai respon fisiologis

yang dapat diobservasi, yaitu:

a. Kardiovaskular: palpitasi, jantung berdebar, pingsan, tekanan darah

meningkat, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.

b. Pernafasan: napas cepat dan dangkal, tekanan pada dada, sensasi

tercekik, terengah-engah.

c. Neuromuskular: refleks meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip,

insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum,

tungkai lemah, gerakan yang janggal.

d. Gastrointestinal: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak

nyaman pada perut, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati dan diare.

e. Saluran perkemihan: tidak dapat menahan kencing dan sering berkemih

f. Kulit: wajah kemerahan, keringat terlokalisasi (telapak tangan), gatal,

rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat dan berkeringat seluruh

(15)

2. Respon perilaku: gelisah, ketegangan fisik, tremor, terkejut, bicara cepat,

kurang koodinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, melarikan diri dari

masalah, menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada.

3. Respon kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam

memberikan penilaian, hambatan berpikir, kreatifitas menurun, lapang persepsi

menurun, bingung, takut kehilangan kendali, mimpi buruk, takut cedera atau

kematian, produktivitas menurun.

4. Respon afektif: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup,

ketakutan, khawatir, mati rasa, rasa bersalah dan malu.

2.3.5 Tingkat Kecemasan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), ada beberapa tingkatan kecemasan

yaitu:

1. Cemas ringan

Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa hidupnya

sehari-hari. Pada tingakatan inilah persepsi melebar dan individu akan berhati-hati

dan waspada. Respon cemas ringan seperti sesekali bernafas pendek, nadi dan

tekanan darah naik, gejala ringan padalambung, muka berkerut dan bibir bergetar,

lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah secara efektif, tidak dapat

duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan.

2.Cemas sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih

(16)

cemas sedang seperti sering nafas pendek, nadi dan tekana darah naik, mulut

kering, anoreksia, gelisah , lapang pandang menyempit, rangsangan luar tidak

mampu diterima.

3. Cemas berat

Pada cemas berat lapang persepsi sangat sempit. Seseorang cenderung hanya

memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting. Seseorang

tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak pengarahan atau

tuntunan. Respon kecemasan berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah

meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan lapang

persepsi sangat sempit, tidak mampu meyelesaikan masalah, blocking, verbalisasi

cepat, dan perasaan anacaman meningkat.

4. Panik

Pada tahap ini persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat

mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apapun, walaupun telah diberi

pengarahan. Respon panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit

dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis,

agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, kehilangan

kendali, dan persepsi kacau.

Ada 4 tingkat ansietas (Pepalu, 1952): ringan, sedang, berat, dan panik.

Pada masing-masing tahap, individu memperlihatkan perubahan perilaku,

kemampuan kognitif, dan respon emosional ketika berupaya menghadapi ansietas

(17)

Tingkat Kecemasan

Fisiologis Kognitif/persepsi Emosi / Afektif

Cemas Ringan Ketegangan otot

ringan Sadar akan lingkungan

Rileks atau sedikit gelisah

Cemas Sedang Ketegangan otot

sedang sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung stimulus meningkat Rentang perhatian

Cemas Berat Ketegangan otot

berat

Hiperventilasi Kontak mata buruk Pengeluaran

(18)

tujuan dan

Panik Flight, fight, atau

freeze Tidak dapat tidur Hormon stres dan neurotransmiter

Pikiran tidak logis, terganggu

Kepribadian kacau Tidak dapat menyelesaikan masalah

Fokus pada pikiran sendiri

Tidak rasional Sulit memahami stimulus eksternal Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi

Merasa terbebani hasil yang buruk Kaget, takut Lelah

Tabel 2.2 Tingkat Kecemasan (Peplau, 1952 dalam Videbeck 2008)

Rentang Respon Kecemasan menurut Stuart (2012):

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

(19)

2.3.5 Kecemasan Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi

Kecemasan pada pasien kanker disebabkan oleh masalah persepsi pasien

tentang kanker yang selalu dikaitkan dengan kematian dan masalah ketidak

pastian setelah pengobatan (Sharti & Djoerban, 2007).

Pasien kanker dapat mengalami reaksi psikologis yang berat. Derajat dan

manifestasi reaksi psikologis berkaitan langsung dengan jenis kelamin, usia,

tingkat budaya, pengalaman hidup, pemahaman akan pengetahuan medis, dan ciri

pribadi. Kecemasan dapat dialami penderita kanker selama sakit yaitu sebelum

dan sesudah diagnosa ditegakkan dan saat menjalani pengobatan. Hal ini

berkaitan dengan tidak adanya kepastian akan prognosa penyakit, dan efektifitas

pengobatan terhadap pemulihan kondisi. Kemoterapi merupakan terapi kanker

yang sering digunakan. Efek samping dari obat kemoterapi sering membuat

pasien mengalami ansietas, tegang, depresi, fobia maupun keraguan. Sebelum

kemoterapi pasien sudah merasa takut, dan reaksi psikologis pasca kemoterapi

sering kali lebih berat (Fujin, dkk., 2011).

Rasa cemas yang dirasakan pasien kanker timbul karena kemoterapi tidak

hanya berlangsung dalam waktu singkat tetapi juga dilakukan secara berulang.

Efek samping yang timbul menimbulkan rasa tidak nyaman dan paling sering

terjadi secara umum adalah rontoknya rambut karena kematian sel rambut,

timbulnya anoreksia yang membuat nafsu makan berkurang drastis karena efek

samping mual muntah yang terjadi, vertigo, anemia serta perubahan kulit (Otto,

(20)

menyebabkan ketidakseimbangan fisik, psikologis, sosial dan emosional.

Keluhan-keluhan yang muncul dari ansietas meliputi respon fisik, kognitif,

perilaku dan emosi.

Hasil penelitian Setyowati (2006), menemukan bahwa kemoterapi

membuat penderita kanker merasa cemas, kecemasan ini ditunjukkan melalui

respon fisiologis, perilaku kognitif dan afektif. Reaksi fisiologis seperti tangan

berkeringat dan terasa dingin, detak jantung berdetak lebih cepat, wajah pucat dan

tegang, kehilangan nafsu makan, gerakan yang janggal, rasa tidak nyaman pada

perut, rasa tertekan pada dada dan sering buang air kecil. Respon perilaku berupa

gugup, menarik diri dari hubungan interpersonal, dan melarikan diri dari masalah.

Respon kognitif seperti takut pada kematian dan cedera. Sedangkan respon afektif

berupa kurang sabar, merasa tegang, gugup, dan merasa takut.

Kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan berpengaruh

pada keadaan fisiologis pasien. Perubahan fisiologis seperti pernafasan, aliran

darah dan denyut jantung yang meningkat akan mempengaruhi efektivitas

pengobatan kemoterapi. Oleh karena itu, kecemasan dalam menghadapi

Gambar

Tabel 2.1 Tumor Nodus Metastasis menurut Otto, 2005
Tabel 2.2 Tingkat Kecemasan (Peplau, 1952 dalam Videbeck 2008)

Referensi

Dokumen terkait

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Dimana browser ini mempunyai kemampuan untuk dapat mengakses protocol HTTP atau Hyper-Text Transfer Protocol yaitu suatu protokol yang dapat membantu Web Browser membaca data-data

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Modul ini dibuat dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang telah disediakan oleh Macromedia Authorware, adapun Fasilitas yang di sediakan Knowledge Objects, Icon Palete,

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Berdasarkan tahapan dan jadwal lelang yang telah ditetapkan serta memperhatikan hasil evaluasi kualifikasi terhadap peserta yang lulus evaluasi dokumen penawaran,

Harapan peneliti selanjutnya adalah dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca baik itu pengetahuan tentang adat dan kebudayaan yang ada di Kecamatan Paloh

Model-Model Pengajaran dan Pem belajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigm atis, J ogjakarta: Pustaka Pelajar.. Ibrahim dan Nana