• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecerdasan Eksistensial

Dalam dokumen dan prilaku abnormal. Praktik (Halaman 120-126)

Teori Kecerdasan Majemuk

9. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan yang berhubungan dengan kapasitas dan kemampuan (Gardner, 2003). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010). Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para filsuf.

10. Spiritual

Keyakinan dan mengaktualisasikan akan sesatu yang bersifat transenden atau penyadaran akan nilai-nilai akidah-keimanan, keyakinan akan kebesaran Tuhan. Kecerdasan ini meliputi kesadaran suara hati, internalisasi nilai, aktualisasi, dan keikhlasan. Misalnya menghayati batal dan haram dalam agama, toleransi, sabar, tawakal, dan keyakinan akan takdir baik dan buruk. Mengaktualisasikan hubungan dengan Tuhan berdasarkan keyakinannya.

a. Poin-poin kunci dalam teori kecerdasan majemuk

Disamping pembahasan kedelepan kecerdasan perlu diperhatikan beberapa poin tentang model kecerdasan majemuk berikut ini:

1) Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan.

2) Orang pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai.

3) Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks.

4) Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori.

b. Kecerdasan majemuk dan perkembangan kepribadian

Untuk menerapkan suatu model pembelajaran di lingkungan sekolah. Guru harus terlebih dahulu menerapkan model tersebut apabila tidak memiliki pemahaman empiris tentang teori tersebut dan menjalaninya sendiri sulit bagi guru menerapkan model tersebut pada anak didik. Ketika guru mulai menerapkannya pada diri sendiri akan akan jelas terlihat bagaimana kefasihan guru atau kekurang fasihan guru. Menggunakan kedelapan kecerdasan itu dapat mempengaruhi kecakapan guru ketika menjalankan peran-peran sebagai pendidik. Teori kecerdasan majemuk adalah model yang sangat tepat baik untuk melihat kekuatan mengajar maupun untuk mempelajari wilayah-wilayah yang perlu diperbaiki

c. Faktor – Faktor Penting Dalam Implementasi Teori Kecerdasan Ganda

Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut:

 Orang tua murid  Guru

Teori Belajar

 Sistem penilaian

Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan yang optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.

Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda. Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu:

a.

Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa

b.

Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.

Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.

Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah – langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu:

a.

30 % pembelajaran langsung

b.

30 % belajar kooperatif

c.

30% belajar independent

Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen musik, ia juga harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa yang memiliki kecerdasan musikal.

Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.

Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

Teori Belajar

kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara lain: peralatan musik, peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik.

Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi intelligence

Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi mengenai faktor yang mempengaruhi intelegensi sampai saat ini belum ada kesamaan pendapat secara utuh dan bulat seperti yang di sampaikan Torndike dengan teori multifaktor yang menjelaskan bahwa intelegensi itu tersusun atas beberpa faktor. Menurut beberapa tokoh faktor yang mempengaruhi intelegensi:

a.

Spearman, intelegensi mengandung dua faktor yaitu; General ability (faktor G) dan specific ability (faktor S). Teori ini dikenal dengan Two Factor Theory.

b.

Robert J. Sternberg Intelegence is capacity to learn from experience, and ability to adapt to the surounding environment atau intelegensi ialah kecakapan untuk belajar dari pengalaman dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Faktor yang mempengaruhi Intelegensi (setiap orang berbeda)

1) Faktor pembawaan, faktor ini ditentuka oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas-batas atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain di tentukan oleh faktor pembawaan. Oleh karena itu dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelatihan dan pengajaran yang sama.

2) Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan dengan perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diamati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi.

Teori Belajar

3) Faktor pembentukan, pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat di bedakan antara pembentukan yang tidak disengaja, misal; pengaruh alam disekitarnya.

4) Faktor kematangan, dimana tiap organ tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang. Anak kelas satu SD mengerjakan soal matematika kelas empat SD belum mampu mengerjakannya, karena soal-soal itu masih terlampau sukar. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang menyelesaikan saoal tersebut dan kematang berhubungan erat dengan umur.

5) Faktor kebebasan, manusia memilih metode tertentu dalam memecahkan memecahkan masalah yang dihadapi.

Pendorong dan Penghambat Kecerdasan

Crystallizing Experiences dan Paralyzing Experiences adalah dua proses kunci dalam perkembangan kecerdasan. Pengalaman yang mengkristalkan (Crystallizing Experiences) adalah “titik balik” dalam perkembangan bakat dan kemampuan orang, sering kali titik balik itu terjadi pada awal masakanak-kanak meskipun dapat terjadi sepanjang hidup.

Sedangkan pengalaman yang melumpuhkan (Paralyzing Experiences) untuk menyebut pengalaman yang mematikan “kecerdasan”, misalnya seorang guru mungkin mempermalukan siswa di depan kelas.

Pengalaman yang melumpuhkan sering kali dipenuhi oleh perasaan malu, rasa bersalah, takut, kemarahan dan emosi negatif lain (miller, dalam amstrong, 2002).

Sejumlah pengaruh lingkungan juga berperan mendorong atau menghambat perkembangan kecerdasan. Pengaruh tersebut antara lain: 1. Akses ke sumber daya atau mentor;

2. Faktor historis-kultural; 3. Faktor geografis; 4. Faktor keluarga; 5. Faktor situasional;

Manfaat Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)

Manfaat Multiple Inteligences (kecerdasan majemuk) di dalam proses pendidikan yaitu:

1) Kita dapat menggunakan kerangka kecerdasan majemuk dalam melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang dapat dilakukan seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, dan melihat pertunjukan dapat menjadi pintu masuk yang vital ke dalam

Teori Belajar

proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika). Jika aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.

2) Dengan kecerdasan majemuk, maka seorang pendidik menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya.

3) Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas siswa di dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat.

4) Siswa akan mampu menunjukkan dan bebagi tentang kelebihan yang dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang spesialis.

5) Pada saat seorang pendidik mengajar dalam rangka memahami, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.

6) Kecerdasan Majemuk memberikan pandangan bahwa terdapat sembilan macam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakan antara satu dengan yang lainnya adalah komposisi atau dominasi dari kecerdasan tersebut.

Selain itu berpijak pada teori kecerdasan majemuk, maka manfaat yang dapat dirasakan secara umum adalah:

1) Dapat membuat setiap anak merasa senang dalam belajar.

2) Merangsang potensi kecerdasan setiap anak secara maksimal sesuai dengan jenis kecerdasannya masing-masing.

3) Memperlakukan potensi kecerdasan anak secara lebih adil dan proposional. Bagi seorang guru teori ini sangat bermanfaat dalam memperkaya metode pengajaran secara kreatif dan inovatif. Dan mengembangkan kecerdasan majemuk anak merupakn kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak. Sebagai orang tua masa kini mereka sering kali menekan agar anak berprestasi secara akademik di sekolah dan menjadi juara. Padahal, peran orang tua dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menjadikan seorang anak menjadi cerdas.

Teori Belajar

Rangkuman

Setiap Individu adalah unik, Setiap individu perlu menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan. Ada tiga syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan agar dapat digolongkan kedalam kecerdasan majemuk menurut Gardner.

Ada 10 jenis-jenis kecerdasan majemuk menurut Gardner, yaitu: Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Matematis-Logis, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Kinetis-Jasmani, Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Naturalis, Kecerdasan Eksistensial, dan Spiritual.

Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan yang optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki. Sebaiknya guru lebih mengetahui tentang keadaan peserta didik nya, karena setiap manusia memang diciptakan unik, dan oleh karena itu peserta didik harus memperoleh layanan pendidikan yang sesusai dengan tipe kecerdasannya. Dengan keunikan tersebut setiap guru harus mengetahui metode belajar apa yang cocok untuk anak tersebut. Demikian juga dengan metode ceramah, yang dewasa ini memang masih amat mendominasi metode dan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh para pendidik di negeri ini.

Teori Belajar

BAB 13

Dalam dokumen dan prilaku abnormal. Praktik (Halaman 120-126)