Pembelajaran afektif berbeda dengan pembelajaran intelektual dan keterampilan, karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus dipelajari. Hal-hal di atas menuntut penggunaan metode mengajar dan evaluasi hasil belajar yang berbeda dari mengajar segi kognitif dan keterampilan.
Merujuk pada pemikiran Nana Syaodih Sukmadinata (2005), maka di bawah ini akan dikemukakan beberapa model pembelajaran afektif yang populer dan banyak digunakan, yakni sebagai berikut:
1. Model Konsiderasi
Manusia seringkali bersifat egoistis, lebih memperhatikan, mementingkan, dan sibuk mengurusi dirinya sendiri. Melalui penggunaan model konsiderasi (consideration model) siswa didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain, sehingga mereka dapat bergaul, bekerjasama, dan hidup secara harmonis dengan orang lain.
Model konsiderasi dikembangkan oleh MC. Paul, seorang humanis. Paul menganggap bahwa pembentukan moral tidaksama dengan pengembangan kognisi yang rasional. Pembelajaran moral siswa menurutnya adalah pembentukan pembentukan kepribadian bukan pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, model ini menekankan kepada strategi pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian. Tujuannya adalah agar siswa menjadi manusia yang memiliki kepedulian terhadap orang lain. Adapun langkah-langkah pembelajaran model konsiderasi adalah:
1) Menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung konflik, yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ciptakan situasi”Seandainya siswa ada dalam masalah tersebut.”
2) Menyuruh siswa untuk menganalisis sesuatu masalah dengan melihat bukan hanya yang tampak, tapi juga yang tersirat dalam permasalahan tersebut, misalnya perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain. 3) Menyuruh siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap permasalahan
yang dihadapi. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menelaah perasaannya sendiri sebelum mendengar respons orang lain untuk dibandingkan.
4) Mengajak siswa untuk menganalisis respons orang lain serta membuat kategori dari setiap respons yang diberikan siswa.
5) Mendorong siswa untuk merumuskan akibat atau konsekuensi dari setiap tindakan yang diusulkan siswa. Dalam tahapan ini siswa diajak berpikir tentang segala kemungkinan yang akantimbul sehubungan dengan tindakannya.
Teori Belajar
6) Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
7) Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri.
2. Model Pembentukan Rasional
Dalam kehidupannya, orang berpegang pada nilai-nilai sebagai standar bagi segala aktivitasnya. Nilai-nilai ini ada yang tersembunyi, dan ada pula yang dapat dinyatakan secara eksplisit. Nilai juga bersifat multidimensional, ada yang relatif dan ada yang absolut. Model pembentukan rasional (rational building
model) bertujuan mengembangkan kematangan pemikiran tentang nilai-nilai.
Langkah-langkah pembelajaran rasional:
1) Mengidentifikasi situasi di mana ada ketidakserasian atu penyimpangan tindakan.
2) Menghimpun informasi tambahan.
3) Menganalisis situasi dengan berpegang padanorma, prinsip atu ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat.
4) Mencari alternatif tindakan dengan memikirkan akibat-akibatnya. 5) Mengambil keputusan dengan berpegang pada prinsip atau
ketentuan-ketentuan legal dalam masyarakat.
3. Klarifikasi Nilai
Setiap orang memiliki sejumlah nilai, baik yang jelas atau terselubung, disadari atau tidak. Klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses menilai (valuing process) dan membantu siswa menguasai keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai. Penggunaan model ini bertujuan, agar para siwa menyadari nilai-nilai yang mereka miliki, memunculkan dan merefleksikannya, sehingga para siswa memiliki keterampilan proses menilai. Langkah-langkah pembelajaran klasifikasi nilai:
1) Pemilihan. Para siswa mengadakan pemilihan tindakan secara bebas, dari sejumlah alternatif tindakan mempertimbangkan kebaikan dan akibat-akibatnya.
2) Mengharagai pemilihan. Siswa menghargai pilihannya serta memperkuat-mempertegas pilihannya,
3) Berbuat. Siswa melakukan perbuatan yang berkaitan dengan pilihannya, mengulanginya pada hal lainnya.
Teori Belajar
4. Pengembangan Moral Kognitif
Perkembangan moral manusia berlangsung melalui restrukturalisasi atau reorganisasi kognitif, yang yang berlangsung secara berangsur melalui tahap pra-konvensi, konvensi dan pasca konvensi. Model ini bertujuan membantu siswa mengembangkan kemampauan mempertimbangkan nilai moral secara kognitif.
Model pengembangan kognitif dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg. Model ini banyak diilhami oleh pemikiran John Dewey yang berpendapat bahwa perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi kognitif yang berlangsung secara berangsur-angsur menurut urutan tertentu. Menurut Kolhberg, moral manusia itu berkembang melalui 3 tingkat , dan setiap tingkat terdiri dari 2 tahap.
a. Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini setiap individu memandang moral berdasarkan kepentingannya sendiri. Artinya pertimbangan moral didasarkan pada pandangan secara individual tanpa menghiraukan rumusan dan aturan yang dibuat oleh masyarakat. Tingkat prakonvensional terdiri dari dua tahap, yakni:
1. Orientasi hukuman dan kepatuhan
Artinya anak hanya berpikir bahwa perilaku yang benar itu adalah perilaku yang tidak akanmengakibatkan hukuman, dengan demikian setiap peraturan harus dipatuhi agar tidak menimbulkan konsekuensi negatif.
2. Orientasi instrumental relative
Pada tahap ini perilaku anak didasarka pada perilaku adil, berdasarkan aturan permainan yang telah disepakati.
b. Tahap Konvensional
Pada tahap konvensional meliputi 2 tahap, yaitu: 1. Keselarasan interpersonal
Pada tahap ini ditandai dengan perilaku yang ditampilkan individu didorong oleh keinginan untuk memenuhi harapan orang lain. 2. System social dan kata hati
Pada tahap ini perilaku individu bukan didasarkan pada dorongan untuk memenuhi harapan orang lain yang dihormatinya. Melainkan bagaimana kata hatinya.
c. Tingkat postkonvensional
Pada tingkat ini perilaku bukan hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap norma-norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi didasari oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki secara individu.
1. Kontra social
Pada tahap iniperilaku individu didasarkan pada kebenaran-kebenaran yang diakui oleh masyarakat.
Teori Belajar
Pada tahap ini perilaku manusia didasarkan pada prinsip-prinsip universal.
Langkah-langkah pembelajaran moral kognitif:
1) Menghadapkan siswa pada suatu situasi yang mengandung dilema moral atau pertentangan nilai.
2) Siswa diminta memilih salah satu tindakan yang mengandung nilai moral tertentu.
3) Siswa diminta mendiskusikan/menganalisis kebaikan dan kejelekannya. 4) Siswa didorong untuk mencari tindakan-tindakan yang lebih baik. 5) Siswa menerapkan tindakan dalam segi lain.
5. Model Nondirektif
Para siswa memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri. Perkembangan pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif. Guru hendak nya menghargai potensi dan kemampuan siswa dan berperan sebagai fasilitator/konselor dalam pengembangan kepribadian siswa. Penggunaan model ini bertujuan membantu siswa mengaktualisasikan dirinya.
Langkah-langkah pembelajaran nondirekif:
1) Menciptakan sesuatu yang permisif melalui ekspresi bebas.
2) Pengungkapan siswa mengemukakan perasaan, pemikiran dan masalah-masalah yang dihadapinya guru menerima dan memberikan klarifikasi. 3) Pengembangan pemahaman (insight), siswa mendiskusikan masalah,
guru memberikan dorongan.
4) Perencanaan dan penentuan keputusan, siswa merencanakan dan menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi.
5) Integrasi, siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan mengembangkan kegiatan-kegiatan positif.
Kesulitan dalam Pembelajaran Afektif
Pertama, selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual.dengan demikian keberhasilan proses pendidikan dan proses pembelajaran di sekolah ditentukan oleh criteria kemampuan intelektual.
Kedua, sulitnya melakukan control karena banyaknya factor yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang.
Ketiga, keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera. Berbeda dengan keberhasilan pembentukan kognisi dan aspek ketrampilan yang hasilnya dapat diketahui setelah proses pembelajaran berakhir.
Keempat, pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program acara, berdampak pada pembentukan karakter anak.
Teori Belajar
Jenis - Jenis Metode Pembelajaran
Dalam proses pemebelajaran seorang guru harus memiliki kreatifitas (kemampuan) dalam memberikan materi di kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan, untuk itu dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan bagi seorang pendidik agar proses pembelajaran lebih menyenangkan. Dalam prakteknya terdapat beragam jenis metode pembelajaran dan penerapannya di antaranya yaitu:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dipandang monoton, karena penyampai informasi seperti ini tidak mengundang umpan balik. Sehingga langkah-langkah di bawah ini dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mempertinggi kualitas hasil metode ceramah:
a. Tujuan pembicaraan (ceramah) harus dirumuskan dengan jelas.
b. Setelah menetapkan tujuan, harus diteliti sesuaikah metode ini dengan tujuan.
c. Menyusun ceramah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Bahan ceramah dapat dimengerti dengan jelas, maksudnya setiap
pengertian dapat menghubungkan pembicaraan dengan pendengar dengan tepat.
Dapat menangkap perhatian siswa.
Memperlihatkan kepada pendengar bahwa bahan yang mereka peroleh berguna bagi kehidupan mereka.
d. Menanamkan pengertian yang jelas.
e. Guru terlebih dahulu mengemukakan suatu cerita singkat bersifat ilustratif, sehingga dapat menggambarkan dengan jelas apa yang dimaksud.
1) Kelebihan Metode Ceramah
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar. c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan.
2) Kelemahan Metode Ceramah a. Membuat siswa pasif.
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa. c. Mengurung daya kritis siswa.
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan
anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik.
Teori Belajar
g. Bila terlalu lama membosankan.
h. Terkadang penafsiran murid dengan apa yang dijelaskan guru
berbeda.
2. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.
a. Kelebihan metode eksperimen:
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku,
2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan, dan
3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
b. Kekurangan metode eksperimen:
1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik
berkesempatan mengadakan eksperimen;
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik
harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta\
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan
teknologi.
3. Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah metode yang digunakan pada pengajaran manipulatif dan keterampilan, pengembangan pengertian, untuk menunjukkan bagaimana melakukan praktik-praktik baru dan memperbaiki cara melakukan sesuatu.
a. Jenis Demonstrasi (Nursidik, 2002)
1) Metode Demonstrasi Cara
Demonstrasi cara menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu. Hal ini termasuk bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan yang sedang dikerjakan, memperlihatkan apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya, serta menjelaskan setiap langkah pengerjaannya.
Teori Belajar
Biasanya dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat dan tidak memerlukan banyak biaya.
2) Metode Demonstrasi Hasil
Demonstrasi hasil dimakduskan untuk menunjukan hasil dari beberapa praktik dengan menggunakan bukti-bukti yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan.
b. Kelebihan
1) Demonstrasi menarik dan menahan perhatian
2) Demonstrasi menghadirkan subjek dengan cara mudah dipahami 3) Demonstrasi menyajikan hal-hal yang meragukan apakah dapat atau
tidak dapat dikerjakan.
4) Metode demonstrasi adalah objektif dan nyata.
5) Metode demonstrasi menunjukkan pelaksanaan ilmu pengetahuan dengan contoh.
6) Demonstrasi mempercepat penyerapan langsung dari sumbernya. 7) Dapat membantu mengembangkan kepemimpinan local
8) Dapat memberikan bukti bagi praktik yang dianjurkan.
9) Melihat sebelum melakukan. Manfaat bagi siswa dengan melihat sesuatu yang dilakukan sebelum mereka harus melakukannya sendiri.
c. Kelemahan
1) Demonstrasi yang baik tidak mudah dilaksanakan. Keterampilan yang memadai diperlukan untuk melaksanakan demonstrasi yang baik. 2) Metode demonstrasi terbatas hanya untuk jenis pengajaran tertentu. 3) Demonstrasi hasil memerlukan waktu yang banyak dan agak mahal. 4) Memerlukan banyak persiapan awal.
5) Dapat dipengaruhi oleh cuaca.
6) Dapat mengurangi kepercayaan jika tidak berhasil
7) Tidak mengalami langsung. Sebuah demonstrasi bukan merupakan pengalaman langsung bagi siswa kecuali mereka mengikuti dari awal, sebagai guru adalah menunjukkan langkah atau keterampilan.
4. Metode Eksperimen (Percobaan)
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar yang menggunakan alat dan tempat tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah.
Kelebihan dan kelemahan tersebut menurut Martiningsih (2007) yakni sebagai berikut :
Teori Belajar
a. Kelebihan
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran
atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
2) Memotivasi peserta didik untuk mengeksplorasi (menjelajahi) tentang
ilmu dan teknologi.
3) Dapat membina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan
baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan.
b. Kelemahan
1) Tidak cukupnya alat-alat yang dibutuhkan mengakibatkan tidak setiap
anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
2) Memerlukan jangka waktu yang lama.
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu sains dan
teknologi.
c. Aplikasi dalam Pembelajaran
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) yang dikutip dari Martiningsih (2007) adalah :
1) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus
memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.
2) Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan
yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
3) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan
siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
4) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian
siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
5. Metode Discovery
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi
Teori Belajar
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
a. Tahapan- tahapan Discovery
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani (2004:39) yaitu:
1) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik. 2) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis.
3) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis.
4) Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi. 5) Aplikasi kesimpulan atau generalisasidalam situasi baru.
b. Kelebihan
Kelebihan metode discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah:
1) Dianggap membantu siswa dalam mengembangkan atau
memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu.
2) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer.
3) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
4) Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
5) Lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus.
Teori Belajar
6) Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan.
7) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya.
8) Membantu perkembangan siswa menuju skeptissisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
c. Kelemahan
Kelemahan metode discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah: 1) Harus adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.
2) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas dalam skala besar. 3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan
guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
4) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai cara yang terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan.
5) Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada.
6) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
6. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa, 2003:234).
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Teori Belajar
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis dan kritis.
Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
a. Strategi Pelaksanaan Inquiry
Strategi pelaksanaan inquiry adalah:
1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akandiajarkan.
2) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa.
3) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik.
4) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya.
5) Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).
b. Kelebihan
Teknik inquiry ini memiliki keunggulan yaitu :
a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. f) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. i) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional.
Teori Belajar
j) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
7. Metode Latihan
Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
a. Kelebihan
Kelebihan metode latihan:
1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
b. Kekurangan
Kekurangan metode latihan:
1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak