• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kehidupan Awal Kiai Musta‘in

2. Kedekatan Kiai Musta‘in dengan Keluarga

Meskipun kesibukan Kiai Musta‘in yang begitu padat, baik terkait dengan tugas kepondokan, ketarekatan, lembaga pendidikan tiggi dan tugas-tugas yang lain, Kiai Musta‘in tetap menyisihkan waktu untuk dekat terhadap putra putrinya dan keluarga yang lain. Seperti diceritakan oleh Neng Eyik, di saat baru saja buyanya (ayahnya) datang dari pengajian dan belum sempat ganti baju, belum juga istirahat, buya langsung menghampirinya, menanyakan permainannya (kala itu neng Eyik masih sekolah di MTs) sedang bermain dengan temannya. Terkadang di malam hari saya disuruh mengaji al-Quran, semula saya tidak mau, tapi buya mengatakan “buya ingin mendengarkan ngajimu”, akhirnya saya mau juga dan setelah mengaji mendapat pujian, suara dan bacaanmu enak sekali dan saya diberi uang. Begitu pula dengan kakanya yang lain Neng A’ah, dan Mas Mudjib (Gus Mudjib Musta’in ), Cak Luq (Gus Luqmqn Hakim), Neng Nis (Choirunnisa’), adik Siti Sarah dan adik Dewi Sanawi.6

Bukan hanya kepada putra dan putrinya kedekatan Kiai Musta‘in, akan tetapi juga dekat kepada saudara-saudaranya yang lain. Sudah menjadi kebiasaan Kiai Musta‘in setiap hari Kamis setelah berjamaah shalat Shubuh dan istighathah, beliau ziyarah ke makam atau pesarean ayahnya

5 Luqman Hakim, “Tokoh”, Jawa Post, (Jombang, 8 Januari 2017), 32. Dan Ali Sukamtono, Wawancara, Jombang, 15 Januari 2017. Lihat lampiran, 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

99

(Kiai Romli) dan juga makam para pendiri pondok Rejoso (dalam satu lokasi) yang selalu diikuti oleh sebagian santri. Setelah selesai dari makam, para santri kembali menuju kamarnya masing-masing persiapan mandi, mengaji dan sekolah, dan Kiai Musta‘in tidak langsung pulang ke rumahnya, tetapi beliau sempatkan silaturrahim ke rumah adik-adiknya, seperti Kiai Rifa‘i, Kiai Sonhaji, dan Kiai Dimyathi .

Tidak ketinggalan pula silaturrahim kepada saudara sepupunya seperti Kiai As’ad Umar, Kiai Hasyim Umar, Kiai Hannan Ma‘shum dan juga kepada saudara yang lain. Hampir semua saudara dan keluarganya mengerti kalau setiap hari Kamis setelah Shubuh Kiai Musta‘in bersilaturrahmi. Walaupun kedatangannya tidak terjadwal, diantara keluarga ada yang selalu menyediakan pisang dan kaspe godok atau kaspe goreng yang menjadi kesukaannya, sehingga jika Kiai Musta‘in datang ke rumahnya sudah tidak bingung lagi.7 Setelah silaturrahim baru pulang ke rumah sekitar jam 07.00 atau jam 08.00, dan setelah shalat Dluha, baru kemudian giliran menemui para tamu yang sudah menunggu di serambi rumahnya. Setiap hari Kamis kebanyakan tamu yang hadir adalah jamaah tarekat karena ada rutinitas Kemisan (pengajian tarekat, baiatan, dilanjutkan dengan berjamah shalat Dzuhur dan shalat Ashar dan diakhiri dengan acara khususiyah.8

7 Gus Mudjib, Wawancara, Malang, 12 Januari 2018. Kiai Musta‘in tidak silaturrahmi kepada Kiai Damanhuri sebab mukim di Probolinggo, dan Kiai Tamim tinggal di Rumah Induk bersama Ibu Nyai Khadijah. Hal yang sama disampaikan oleh Faiqul Ihsan (Aspri Kiai Musta‘in urusan pemerintahan dan juga masih ada hubungan keluarga dari Ibu Jumi‘atin Musta‘in ). Faiqul Ihsan, Wawancara, Jombang, 15-1-2018.

Selain itu, juga ada tamu yang bukan dari kalangan jamaah tarekat, yaitu dari para santri, alumni dan sering ada tamu dari pejabat, mulai dari Kepala Desa, Camat dan yang lain.9 Keluarga menyadari bahwa Kiai Musta‘in bukan hanya milik putra putri dan keluarganya, tapi juga milik umat yang membutuhkan perlindungan, bimbingan, dan doa barokahnya. Kiai Musta‘in selalu melayani semua tamu yang datang sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya masing-masing. Hampir semua tamu yang datang dan bertemu dengan Kiai Musta‘in, merasa diistimewakan, seakan tersiram air es di hatinya. Ibarat orang sakit seakan menerima obat mujarrab yang bisa menyembuhkan penyakitnya, dan ibarat orang haus seakan mendapat minuman segar yang bisa menghilangkan dahaga, karena semua tamu yang datang, merasa diperhatikan tanpa pilih kasih.

Kedekatan Kiai Musta‘in dengan para santrinya, merupakan suatu kelaziman bagi setiap pengasuh pondok pesantren. Kedekatan itu diantaranya direalisasikan melalui berjamah shalat Shubuh,10 pengajian kitab kuning serta pertemuan rutin atara Majlis Pimpinan Pondok Pesantren dengan seluruh santri putra dan putri setiap awal tahun ajaran,

9 Husnan, Wawancara, Jombang, 2 Maret 2017. Husnan adalah khadam Kiai Musta‘in bagian memasak di dapur dan terkadang menghidangkan minum, kue, dan makan untuk para tamu.

10 Kecuali Hari Jumat (yang diimami oleh Kiai Anshor al-Ha>fidz), setelah shalat Shubuh dilanjutkan dengan wiridan. Kesempatan ini seakan menjadi acara yang sangat istimewa baginya untuk membekali, menggembleng para santri agar menjadi generasi yang s}a>lih} (baik) dan mus}lih} (mau memperbaiki lingkungannya). Dengan ke-istiqa>mah-an beliau ini, para santri menjadi hafal, jika Kiai Musta‘in tidak shalat Shubuh di Masjid, berarti pergi ke luar kota atau kondisinya kurang sehat. Jika akan pergi dan bermalam dapat dipastikan meninggalkan pesan kepada santrinya (Kiai Muhammad Tuhanik, Kiai Sya’roni, Ustadz Amir Shahih, dan peneliti sendiri) sambil menyebut adiknya Kiai Rifa‘i (adik kandungnya se-ayah) yang menggantikan imam shalat Shubuh, dan tidak dilupakan mohon do‘a kepada para santri agar tujuan kepergiannya dikabulkan oleh Allah (dengan menyebutkan tujuannya, misalnya mau ketemu mentri siapa, atau mau ke mana, dll).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

101

setiap menjelang akhir tahun ajaran, dan menjelang liburan bulan puasa ramadlon.11 Bukan hanya itu, Kiai Must‘in juga sering menerima tamu dari para santri di saat akan pulang, datang dari rumah, mau mintak ijazah (amalan-amalan khusus), seperti puasa 40 hari atau sering disebut dengan puasa mutih (puasa dengan menghindari makana yang bernyawa, seperti ayam, kambing, sapi dan lain-lain), puasa surat al-Insyirah selama seminggu, dan amalan-amalan khusus yang lain.