• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedisiplinan Peserta didik

Dalam dokumen KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK MIN JEJERAN. (Halaman 27-84)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Penelitian

1. Kedisiplinan Peserta didik

menjadi lebih baik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan peserta didik merupakan suatu pengaruh yang dapat mempengaruhi perilaku disiplin peserta didik, yaitu faktor internal dan eksternal.

3. Strategi pembelajaran untuk memberlajarkan kedisiplinan peserta didik merupakan upaya yang dilakukan guru agar dapat menanamkan perilaku disiplin peserta didik yang kelak dapat menjadi ciri khas sikap peserta didik.

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kedisiplinan

1. Pengertian Kedisiplinan

Disiplin merupakan salah satu masalah penting dalam dunia Pendidikan dan bukan merupakan masalah yang sederhana atau simpel. Disiplin juga bukan merupakan formulasi sekedarnya untuk melengkapi Guru yang akan mengajar pada setiap kesempatan. Disiplin yang baik dan benar adalah sangat diperlukan karena akan melancarkan proses pembelajaran dan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi peserta didik. Disiplin akan memajukan atau dapat menciptakan situasi kondusif yang dapat meningkatkan prestasi belajar.

Kata disiplin sendiri sebenarnya berasal dari bahasa latin, yaitu

disciplina dan discipulus yang berarti perintah dan perserta didik. Jadi, disiplin dapat dikatakan sebagai perintah seorang guru kepada peserta didiknya. Kemudian dalam New World Dictionary, disiplin diartikan sebagai latihan untuk mengendalikan diri, karakter, atau keadaan yang tertib dan efisien.

Sementara itu, the Liang Gie dalam Novan Ardy Wijayani (2013: 159) mengartikan disiplin sebagai suatu keadaan tertib yang mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati.

12

Dalam buku Disiplin Nasional yang disusun oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas, 1995: 11), istilah disiplin dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda yang kemudian dipengaruhi juga oleh bahasa Inggris “discipline” yang artinya mematuhi aturan. Kemudian istilah disiplin menurut pengertian kedua bahasa tersebut berasal dari bahasa latin “disiplina” yang artinya teratur. Berdasarkan arti tersebut muncul beberapa makna kata disiplin sebagai berikut :

a. Latihan yang memperkuat

Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat terutama ditekankan pada pikiran dan watak untuk menghasilkan kendali diri, kebiasaan untuk patuh dan sebagainya. Latihan-latihan dalam rangka menghasilkan kebiasaan patuh dapat dilihat pada penanaman disiplin dikalangan angkatan bersenjata. Selain itu ibadah puasa juga dapat digolongkan sebagai suatu latihan dalam arti penanaman disiplin yang bertujuan mempertinggi daya kendali.

b. Koreksi dan sanksi

Arti disiplin dalam kaitanya dengan koreksi atau sanksi terutama diperlukan dalam suatu lembaga yang telah mempunyai tata tertib yang baik. Bagi yang melanggar tata tertib dapat dilakukan dua macam tindakan, yaitu berupa koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berua sanksi. Keduanya harus dilaksanakan secara konsisten untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelanggaran terhadap norma dan kaidah yang disepakati bersama.

13

c. Kendali terciptanya ketertiban dan keteraturan

Orang yang berdisiplin adalah orang-orang yang mampu mengendalikan dirinya. Hal ini berpengaruh terhadap sikap serta pandangan hidup manusia. Perpaduan antara ketertiban dan keteraturanakan menghasilkan suatu sistem aturan.

d. Sistem aturan dan tata laku

Setiap kelompok manusia, masyarakat, dan bangsa selalu terikat pada berbagai peraturan yang mngatur hubungan sesama anggotanya maupun hubungan dengan masyarakat, bangsa, dan negara. Sistem aturan dan tata laku dijadikan pedoman dalam berbuat dan bertindak.

Anto Sina (2003: 32) menyatakan bahwa disiplin adalah sifat yang berasal dari pribadi individu itu sendiri. Disiplin menentukan pola perilaku seseorang dalam memenuhi semua norma dan nilai yang berlaku dilingkungan sosial. Dalam Gerakan Disiplin Nasional Menyongsong Era Keterbukaan tahun 2020 mengemukakan bahwa disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku dan dilaksanakan secara sadar, dan iklas lahir batin sehingga timbul rasa malu terhadap sangsi dan rasa malu terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Lemhannas, 1995: 14).

Pengertian-pengertian di atas menunjukkan bahwa disiplin adalah sikap atau sifat yang berasal dari diri individu yang merupakan sistem tata laku yang secara sadar untuk mematuhi dan menaati peraturan baik mengenai sistem nilai, norma, dan patuh terhadap pemimpin. Disiplin

14

perorangan menuntut orang yang bersangkutan bertanggung jawab atas pelaksanaan kepatuhan. Tanggung jawab atas perbuatannya dan pelaksanaan atas keputusan, perintah, atau peraturan dengan segala akibatnya terletak diperintah. Disiplin perorangan bersifat individual yaitu berkaitan dengan sifat yang langsung melekat pada diri seseorang.

Ali Imron (2011: 172) membagi disiplin menjadi tiga. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut konsep ini peserta didik dikatakan memiliki kedisiplinan yang tinggi jika mau duduk tenang sambil memperhatikan penjelasan guru saat guru sedang mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru serta tidak boleh membantah. Dengan demikian, guru dapat dengan bebas memberikan tekanan kepada peserta didik dan memang harus menekan peserta didiknya agar peserta didik takut dan terpaksa mengikuti apa yang dingini oleh guru.

Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas. Tata tertib atau aturan-aturan di kelas dilonggarkan dan tidak perlu mengikat peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurutnya baik. Dengan demikian, konsep permissive

ini berlawanan dengan konsep otoritarian.

Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disipln demikian

15

memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu haruslah ia tanggung. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep otoritarium dan

permissive.

Menurut konsep kebebasan terkendali ini, peserta didik memanglah diberikan kebebasan, tetapi peserta didik tidak diperbolehkan mengalahgunakan kebebasan tersebut karena tidak ada kebebasan yang mutlak di dunia ini, termasuk di Negara liberal sekalipun. Ada batas-batas tertentu yang harus diikuti oleh seseorang dalam kerangka kehidupan bermasyarakat termasuk juga kehidupan bermasyarakat dalam setting kelas. Kebebasan jenis ketiga ini juga umumnya disamakan dengan istilah kebebasan terbimbing.

Pada intinya kedisiplinan terdiri dari dua aspek yaitu aspek (keadaan) mental dan aspek tingkah laku atau perbuatan. Keadaan mental berkaitan dengan kesadaran untuk mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan demikian kedisiplinan menjadi suatu kekuatan dalam diri seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan sadar dan sukarela kepada peraturan kelompok. Jadi kedisiplinan pada dasarnya berupa perilaku taat atau patuh pada aturan yang ditetapkan kelompoknya. Kedisiplinan ini pada awalnya berupa sikap mental atau pernyataan psikis yang akhirnya berupa perbuatan atau tingkah laku seseorang sebagai suatu kesadaran diri.

16

Dari pengertian dan pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kedisiplinan merupakan suatu keikhlasan dalam menjalankan aturan dan norma, kesadaran dalam menjalankan aturan dan norma, pengendalian diri, ketaatan dalam menjalankan aturan dan norma. Dari kesimpulan di atas akan digunakan sebagai sub variabel untuk membuat indikator- indikator yang akan digunakan untuk membuat kisi-kisi angket yang akan digunakan untuk mengungkap data tentang kedisiplinan.

2. Pembentukan Disiplin

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai perauran dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan tata tertib dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut displin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Dalam membina kedisiplinan pada peserta didik di kelas, pengajar memiliki peran untuk mengarahkan apa yang baik, menjadi teladan, sabar, dan penuh pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan kedisiplinan peserta didik, terutama disiplin diri. Untuk kepentingan tersebut guru

17

harus mampu melakukan hal-hal seperti; membantu mengembangkan pola perilaku dalam dirinya, membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya dan menggunakan pelaksanaan tata tertib kelas sebagai media untuk menegakkan disiplin. Beberapa Negara yang telah maju dalam pendidikannya, mereka senantiasa membuat aturan tata tertib sekolah secara komprehensif dan terpadu. Peraturan tersebut dikenal school rule

(aturan sekolah) dan school act (tindakan sekolah). Tujuan utama membuat aturan tersebut adalah menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat, tenang dan kondusif untuk melakukan proses pembelajaran.

Menurut pendapat Anto Sina (2003: 48), terbentuknya disiplin berasal dari diri pribadi yang didukung oleh faktor-faktor pendukung di sekitarnya, faktor tersebut terbentuk atas interaksi dengan lingkungan sosial. Pengertian di atas dapat memberikan pengertian bahwa terbentuknya disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan sejak dini. Disiplin bersumber dari hati nurani yang secara sadar taat, patuh, setia, teratur, dan tertib terhadap sistem nilai dilingkungan, hal tersebut dapat memberikan dukungan atas terbentuknya disiplin itu sendiri.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Guru untuk membentuk karakter disiplin pada peserta didik (Nurla Isna Aunillah, 2011:55). Diantaranya adalah sebagai berikut : a). Konsisten, b). Bersifat jelas, c). Memperhatikan harga diri, d). Sebuah alasan yang bisa dipahami,

18

e). Menghadiahkan pujian, f).Memberikan hukuman, g).Bersikap luwes, h). Melibatkan peserta didik, i). Bersikap tegas, j).Jangan emosional.

Pembentukan disiplin tersebut sangat penting bagi peserta didik agar dapat meningkatkan kualitas perilaku yang sesuai dengan lingkunganya.

3. Fungsi dan Pentingnya Disiplin

Seseorang sejak lahir tidak saja membutuhkan kasih sayang, makan, minum, perhatian, serta pengalaman untuk meningkatkan pengetahuannya. Namun juga penghargaan atas apa yang dilakukan secara benar, serta larangan bahwa hukuman atas perbuatan yang tidak benar. Hal tersebut diperlukan agar setahap demi setahap mengenal, mengerti dan memahami mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang tidak baik.

Apabila anak telah mengenal aturan-aturan yang ditanamkan orang tua atau Guru maka anak akan merasa lebih aman karena itu ia tahu pasti perbuatan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Dengan disiplin anak akan berperilaku sesuai dengan harapan dari lingkungannya dan mampu bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya dengan berbekal keyakinan dan kepercayaan diri yang dimilikinya.

Fungsi utama disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati, dan mematuhi otoritas. Dalam mendidik

19

peserta didik perlu disiplin, tegas dalam hal apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang serta tidak boleh dilakukan.

Selain itu pentingnya kebutuhan disiplin pada anak hakekatnya adalah untuk mencapai tujuan disiplin itu sendiri, yaitu untuk membina anak agar belajar menguasai diri yang di dalamnya termasuk pengendalian diri dan pengarahan diri tanpa pengaruh eksternal, sehingga anak dapat menyesuaikan diri dengan baik. Dalam hal ini orang dewasa tidak selalu harus mengawasi anak agar selalu bertingkah sesuai dengan aturan kelompoknya. Anak dengan penguasaan dirinya akan membawa manfaat antara lain untuk mencapai keinginan pribadi seperti menjaga nama baik diri, orang tua dengan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat.

Menurut Brown dan Brown (1973) dalam Arisandi mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal berikut:

a. Rasa hormat terhadap otoritas/kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.

b. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama baik antara siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.

20

c. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi

d. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajban orang lain.

e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan, dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa diprinsipkan untuk mampu mrnghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar khususnya

f. Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya dan dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.

Pentingnya disiplin pada anak karena mempunyai fungsi tertentu, seperti dikemukakan oleh Meitasari Tjandrasa (1990: 87) yang mengatakan fungsi disiplin adalah :

1. Fungsi yang bermanfaat :

a. Untuk mengajar anak bahwa perilaku tertentu akan selalu diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian.

21

b. Untuk mengajar anak suatu tingkatan penyesuaian wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan.

c. Untuk membantu anak mengadakan pengendalian diri dan penyesuaian diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka.

2. Fungsi yang tidak bermanfaat : a. Untuk menakuti anak.

b. Sebagai pelampiasan agresi orang yang mendisiplin.

4. Unsur-unsur disiplin

Bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka, ia harus mempunyai unsur-unsur tertentu.

Meitasari Tjandrasa (1990: 74), mengemukakan unsur-unsur disiplin yang diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka yaitu sebagai berikut:

a. Peraturan

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut bia ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi-situasi tertentu. Dalam hal peraturan sekolah misalnya peraturan ini mengatakan apa yang harus dan apa yang tidak

22

boleh dilakukan sewaktu di kelas, lapangan sekolah, maupun kantin. Peraturan berfungsi mendidik, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut.Peraturan juga membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.

b. Hukuman

Hukuman berasal dari kata kerja latin “punier” dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan. Perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Hukuman mempunyai peran antara lain menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat, mendidik anak membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. c. Penghargaan

Istilah penghargaan berarti tiap bentuk pemberian untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan mempunyai nilai mendidik, sebagai motivas untuk mengulang perilaku yang disetujui secara sosial, memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial.

d. Konsistensi

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Ia tidak sama dengan ketetapan yang berarti adanya perubahan, namun sebaliknya yang artinya suatu kecenderungan menuju kesamaan. Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Harus ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku,

23

konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan dan dipaksakan, dalam hukuman yang diberikan kepada mereka tidak menyesuaikan pada standar dan dalam penghargaan bagi mereka yang menyesuaikan.

Unsur-unsur disiplin tidak hanya berasal dari sikap individu itu sendiri, melainkan juga berasal dari disiplin itu sendiri yang dianggap sebagai norma. Tentunya sudah memahami bahwa disiplin ditopang oleh berbagai unsur yang menjadikanya sebagai sistem nilai dan aturan, unsur-unsur tersebut meliput peraturan yang ditetapkan untuk tingkah laku, hukuman sebagai timbal balik dari sebuah kesalahan, penghargaan yang diberikan untuk suatu hasil yang baik, dan tingkat keseragaman atau stabilitas yang menunjukkan suatu konsustensi dari norma tersebut.

B.Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan produk sosialisasi (hasil interaksi dengan lingkungannya). Sebagai hasil dari sosialisasi, dilatih dan dipelajari agar peserta didik mampu berpartisipasi secara memuaskan dalam lingkungan sosialnya. Dalam setiap lingkungan sosial (termasuk sekolah) selalu terdapat tekanan-tekanan yang dilontarkan agar siapapun mematuhi norma-norma yang berlaku dan menjalankan peranan tertentu.

Ternyata permasalahan disiplin tidak hanya dipengaruhi oleh sifat dasar manusia saja, tetapi ada faktor-faktor lain yang berpengaruh. Dengan demikian masalah kedisiplinan Peserta didik merupakan masalah yang kompleks karena Peserta didik berangkat dari latar belakang yang berbeda.

24

Sebelum anak memasuki dunia sekolah sosialisasi anak yang pertama adalah dalam keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan anak, sebagai tempat menyatakan diri sebagai manusia sosial. Sikap Peserta didik dalam bersosialisasi akan berbeda, hal ini mudah dipahami karena yang mereka alami dalam keluarganya akan mempengaruhi perilakunya di sekolah. Pengalaman-pengalaman berinteraksi dalam keluarganya menentukan cara-cara tingkah lakunya dalam pergaulan sosial di masyarakat. Apabila interaksi di dalam keluarganya tidak wajar atau tidak lancar, kemungkinan besar interaksi sosial dalam masyarakatnya juga berlangsung tidak wajar.

Disiplin terbentuk bukan dengan sendirinya. Disiplin pada seorang individu merupakan dorongan dari berbagai faktor. Seperti yang disampaikan oleh Kuswoyo (2004: 39). Ada dua faktor yang dapat membantu terbentuknya disiplin dalam kehidupan seseorang, faktor tersebut terdiri dari faktor internal maupun eksternal, pengertiannya sebagai berikut :

1. Faktor Internal

Keadaan yang dapat dianggap sebagai isi dari faktor internal adalah : a) Taraf kesadaran diri, taraf kesadaran diri adalah kesadaran yang

tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang tanpa paksaan dari pihak manapun. Ini merupakan hal yang cukup ampuh untuk mewujudkan.

25

b) Motivasi intrinsik, merupakan suatu bentuk dorongan untuk menjalankan suatu bentuk kepatuhan terhadap tata tertib tanpa adanya pengaruh dari luar.

c) Perasaan bertanggung jawab, jika seseorang sudah memiliki perasaan tanggung jawab terhadap dirinya maka akan melakukan tugasnya dengan rasa disiplin tinggi, karena merasa sebuah beban yang harus dipikul sebagai suatu tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam hidup seseorang.

d) Perasaan malu, jika seseorang telah memiliki perasaan malu maka seseorang tidak akan melakukan pelanggaran, secara otomatis akan melaksanakan segala sesuatu dengan lebih baik, akan merasa malu jika melakukan pelanggaran terhadap tata tertib.

e) Nilai tertentu yang ingin di masyarakatkan seseorang, nilai ini bisa berupa nilai disiplin dalam mematuhi sebuah tata tertib sekolah, tata tertib yang dibuat oleh sekolah akan disosialisasikan untuk diketahui yang pada akhirnya membawa kepatuhan.

2. Faktor eksternal

Hal-hal yang dapat mendukung sebagai faktor eksternal adalah sebagai berikut :

a) Presentasi yang ketat, ketatnya presentasi dapat menekan seseorang untuk dapat mematuhi tata tertib dengan tanpa terkecuali, sehingga disiplin yang terwujud adalah karena pihak luar berupa tekanan.

26

b) Hukuman yang adil, hukuman yang adil ternyata merupakan senjata yang ampuh untuk dapat membuat tegaknya disiplin.

c) Motivasi luar, dorongan dari pihak luar sebagai motivasi dapat berupa pemberian ganjaran atau hadiah.

d) Upah atau penggajian yang cukup, jika seseorang telah bekarja maka upah atau gaji yang cukup dapat memicul timbulnya disiplin yang baik. e) Tempat kerja yang menyenangkan, tumbuhnya disiplin di tempat kerja

berawal dari lingkungan yang menyenangkan terlebih dahulu, jika tempat kerja menyenangkan maka semangat kerja akan lebih bergairah. f) Teman yang persuasif dan menyenangkan, teman memegang peran

penting dalam hal kedisiplinan, karena jika teman tidak menyenangkan maka suasanan tidak akan kondusif untuk berkegiatan, bekerjasama dan menciptakan ide-ide (Kuswoyo, 2004: 39)

C. Strategi Pembelajaran Kedisiplinkan Peserta didik

Teknologi Pendidikan adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber untuk belajar. Dalam kawasan Teknologi pendidik tersebut, strategi pembelajaran masuk dalam kawasan Desain. Secara umum strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pola-pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Wina Sanjaya, (2007: 126), strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang

27

didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dick and Carey (1985) dalam Wina Sanjaya (2007: 126) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Sementara itu, Kemp dalam Wina Senjaya (2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/ kekuatan dalam pembelajaran.

Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah, perlu memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik peserta didik yaitu pedagogik. Guru bukan hanya sekedar terampil dalam menyampaikan bahan ajar, namun di samping itu ia juga harus mampu mengembangkan pribadi dan watak kedisiplinan peserta didik khususnya di sekolah dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. Pembelajaran mengenai pembiasaan kedisiplinan tidak secara langsung masuk dalam

Dalam dokumen KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK MIN JEJERAN. (Halaman 27-84)

Dokumen terkait