• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK MIN JEJERAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK MIN JEJERAN."

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK MIN JEJERAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Erlina Laili NIM. 10105241017

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

Yakinlah, Tuhan mempertimbangkan lelahmu, keringatmu, usahamu, dan doamu, tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk: 1. Ayah dan Ibu

(7)

vii

KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK MIN JEJERAN

Oleh

Erlina Laili NIM 10105241017

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kedisiplinan peserta didik, faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk membelajarkan peserta didik menegakkan kedisiplinan MIN Jejeran.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Responden pada penelitian ini adalah peserta didik kelas 4C, 5A, dan 6A MIN Jejeran. Pengumpulan data berlangsung dari bulan Agustus 2014 sampai dengan Oktober 2014. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, angket, dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan tekniik analisis data deskriptif dengan prosentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kedisiplinan peserta didik MIN Jejeran berada pada kategori tinggi dengan prosentase 82,26%. Faktor- faktor yang mempengaruhi kedisiplinan peserta didik MIN Jejeran lebih dominasi faktor internal dengan prosentase 76,98% dan untuk faktor eksternal 55,06%. Faktor internal mendominasi terbukti upaya penanaman peserta didik untuk kedisipinan oleh pihak sekolah cukup bagus. Upaya strategi pembelajaran untuk membelajarkan kedisiplinan peserta didik yang dilakukan pihak sekolah yaitu dengan internal control, eksternal control dan keteladanan guru.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih, yang selalu memberikan segala berkat, karunia, dan kasihNya sehingga penulis mampu menyelesaiakn Tugas Akhir Skripsi (TAS) sebagai bagian dari persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Kedisipinan Peserta didik MIN Jejeran”.

Selama proses penyusunan Tugas Akhir Skripsi (TAS) ini, penulis mendapatkan banyak dorongan semangat, motivasi dan dukungan dari segenap pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis menghaturkan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, atas izin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, Dr. Haryanto. M.Pd sekaligus dosen pembimbing I atas waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan TAS ini dengan sabar dan bijaksana.

3. Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telat memberikan persetujuan bagi peneliti untuk melaksanakan skripsi.

(9)

ix

5. Seluruh dosen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan atas ilmu yang diberikan.

6. Seluruh warga MIN Jejeran yang membantu dalam proses penelitian.

7. Kedua orangtua terkasih, Bapak Abdul Haris Jamal dan Ibu Istiana Hartati yang selalu memberikan semangat, dukungan moriil ataupun materiil, motivasi serta doa yang tak pernah putus kepada penulis.

8. Keluarga besar penulis, simbah kakung dan tante-tante yang selalu memberikan masukan untuk pemilihan kata yang benar, mbak sepupu, dan ponakan-ponakan.

9. Kedua saudaraku, Muhammad Iqbal dan Rakhan Ahmad Daffa atas doa, motivasi, hiburan, dan semangat yang diberikan kepada penulis.

10. Sahabatku Yeni Puspitasari yang membantu penulis dalam proses penelitian. 11. Sahabat serta motivator penulis Renny Natalia Rambang yang mendengarkan

keluh kesah dan memberikan semangat serta tutur kata (saran) yang berupa dorongan dan hiburan bagi penulis dikala jenuh dan bosan.

12. Teman-teman yang memberikan dukungan Elina Yuanita, Astriana, Maya Dikiria, Yulita Suryantari, Wili Kusuma, Andieka Pradhana, Erwin Setyo Utomo, Sholeh Ismail Wais, Lia Endah, Ditya Jati (Cam”), Ardi Kurniawan,

(10)
(11)

xi

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Batasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G.Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A.Kedisiplinan ... 11

1. Pengertian Kedisiplinan ... 11

2. Pembentukan Disiplin ... 16

3. Fungsi dan Peran Disiplin ... 18

(12)

xii

B.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan ... 23

1. Faktor Imternal ... 24

2. Faktor Eksternal ... 25

C.Strategi Pembelajaran Kedisiplinan Peserta Didik ... 26

1. Teknik Pembinaan dan Penerapan Disiplin Kelas ... 28

2. Pemeliharaan dan Peningkatan Disiplin Peserta Didik ... 30

D.Karakteristik Peserta Didik MIN Jejeram IV, V dan VI ... 35

E. Kerangka Berfikir ... 37

F. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 39

B.Lokasi Penelitian ... 40

C.Subjek Penelitian ... 40

D.Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Penelitian ... 55

B.Gambaran Lokasi Penelitian ... 55

C.Hasil Penelitian ... 57

1. Kedisiplinan Peserta didik ... 57

2. Faktor- faktor kedisiplinan ... 67

a) Faktor internal ... 68

b) Faktor eksternal ... 75

3. Pengujian Hipotesis ... 81

4. Strategi Pembelajaran untuk Membelajarkan Disiplin ... 83

D.Pembahasan ... 87

1. Kedisiplinan Peserta didik ... 87

(13)

xiii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulam ... 101

B.Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1 . Kisi-kisi Panduan Wawancara ... 44

Tabel 2. Kisi-kisi Angket Kedisiplinan Peserta Didik ... 47

Tabel 3. Kisi-kisi Angket Faktor-faktor yang Mempengaruhi kedisiplinan ... 50

Tabel 4. Lembar Pengamatan ... 52

Tabel 5. Kriteria Tingkat Kedisiplinan ... 54

Tabel 6. Hasil Penelitian Kedisiplinan ... 59

Tabel 7. Frekuensi Keiklasan ... 59

Tabel 8 Kategori Aspek Keiklasan ... 60

Tabel 9 Frekuensi Kesadaran ... 61

Tabel 10. Kategori Aspek Kesadaran... 62

Tabel 11. Frekuensi Pengendalian Diri ... 63

Tabel 12. Kategori Aspek Pengendalian diri ... 64

Tabel 13. Frekuensi Ketaatan ... 65

Tabel 14. Kategori Aspek Ketaatan ... 66

Tabel 15. Hasil Penelitian Faktor Kedisiplinan ... 68

Tabel 16. Frekuensi Aspek Kesadaran Diri ... 69

Tabel 17. Kategori Aspek Kesadaran Diri ... 70

Tabel 18. Frekuensi Aspek Perasaan Tanggung Jawab ... 71

Tabel 19. Kategori Aspek Perasaan Tanggung Jawab ... 72

(15)

xv

Tabel 21. Kategori Aspek Perasaan Malu ... 74

Tabel 22. Frekuensi Aspek Hukuman yang Adil ... 75

Tabel 23. Kategori Aspek Hukuman yang Adil ... 76

Tabel 24. Frekuensi Aspek Lingkungan Sekolah ... 77

Tabel 25. Kategori Aspek Lingkungan Sekolah ... 78

Tabel 26 Frekuensi Aspek Teman Sebaya ... 79

Tabel 27. Kategori Aspek Teman Sebaya ... 80

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 38

Gambar 2. Grafik Kategori Aspek Keikhlasan ... 60

Gambar 3. Grafik Kategori Aspek Kesadaran ... 62

Gambar 4. Grafik Kategori Aspek Pengendalian Diri ... 64

Gambar 5. Grafik Kategori Aspek Ketaatan ... 66

Gambar 6. Grafik Kategori Aspek Kesadaran Diri ... 70

Gambar 7. Grafik Kategori Aspek Perasaan Tanggung Jawab ... 72

Gambar 8. Grafik Kategori Aspek Perasaan Malu ... 74

Gambar 9. Grafik Kategori Aspek Hukuman yang Adil ... 76

Gambar 10. Grafik Kategori Aspek Lingkungan Sekolah ... 78

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Panduan Wawancara ... 106

Lampiran 2. Angket Tingkat Kedisiplinan ... 107

Lampiran 3. Angket Faktor-faktor yang mempengaruhi Kedisipinan ... 110

Lampiran 4. Hasil Wawancara ... 113

Lampiran 5. Profil Sekolah ... 115

Lampiran 6. Nama Responden ... 118

Lampiran 7. Hasil Penelitian Angket Tingkat Kedisiplinan ... 119

Lampiran 8. Hasil Penelitian Angket Faktor-faktor yang mempengaruhi Kedisiplinan ... 123

Lampiran 9. Data Faktor Internal (X1) dan Tingket kedisiplinan (Y) ... 127

Lampiran 10. Data Faktor Eksternal (X2) dan Tingkat Kedisiplinan (Y) ... 129

Lampiran 11.Tabel Nilai-Nilai r Product Moment ... 132

Lampiran 12. Ijin Penelitian ... 134

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu bidang yang penting untuk mengangkat harkat dan martabat kehidupan manusia. Selain itu pendidikan juga faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan untuk pembentukan kualitas baik dan buruknya generasi manusia yang akan datang. Seiring dengan tujuan bangsa Indonesia yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, maka dalam hal ini pendidikan sangat berperan dalam pencapaian tujuan tersebut. Peranan pendidikan yang sangat menentukan, oleh karena itu sangat tepat apabila pemerintah memberi perhatian besar, seperti dalam Undang-undang Sistem Pendidikan yang menyebutkan bahwa:

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU No 20 Tahun 2003).

(19)

2

termasuk manusia yang berdisiplin. Kedisiplinan merupakan modal penting bagi keberhasilan manusia dalam menjalankan peran dalam kehidupannya.

Pengertian disiplin dalam Kemendiknas (2010: 57), adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Di lingkungan internal sekolah, pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan seperti aksi corat-coret meja, membawa mainan, perkelahian, mencontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Bentuk pelanggaran tersebut membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangannya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah.

(20)

3

rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari strategi membelajarkan pendisiplinan peserta didik di sekolah.

Di antara nilai-nilai karakter yang dapat dibina melalui kegiatan-kegiatan di atas adalah disiplin, santun, jujur, dan sadar akan hak dan kewajiban orang lain, peduli sosial dan lingkungan (Kemendiknas, 2010). Beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan sekolah dalam rangka menegakkan tata krama dan tata tertib kehidupan akademik dan sosial sekolah antara lain melaksanakan tata tertib dan kultur sekolah, melaksanakan norma-norma yang berlaku dan tatakrama pergaulan, menumbuh kembangkan sikap hormat dan menghargai warga sekolah.

Masalah disiplin sejak dulu hingga kini menjadi topik pembicaraan yang menarik di berbagai kalangan, baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat maupun negara. Diantaranya yang pernah dilontarkan masyarakat adalah merosotnya disiplin nasional atau belum membudayakan disiplin nasional di negara kita, sehingga sangat tepat langkah pemerintah untuk menggalakkan gerakan disiplin nasional. Suatu bangsa yang mempunyai disiplin tinggi diantaranya tercermin dalam sikap disiplin dimana mereka berada, seperti disiplin keluarga, disiplin sekolah, disiplin pegawai negeri dan lain-lain.

(21)

4

tersebut diharapkan dapat memunculkan generasi penerus yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan, berbangsa dan bernegara.

Resolusi kurikulum 2013 ini diharapkan mampu mengadaptasikan sistem pendidikan supaya mengembangkan sumber daya manusia agar dapat memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang seperti Indonesia saat ini. Seperti yang kita ketahui, guru merupakan salah satu unsur penting dalam proses pendidikan untuk membentuk sumber daya manusia yang memenuhi tuntutan zaman tersebut. Guru mempunyai peran dan fungsi penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan kepada peserta didik. Oleh karena itu, guru dituntut untuk terus meningkatkan kemampuan dan kualitas dirinya dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai pendidik. Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru sesuai dengan kedudukan dan fungsinya sebagai pendidik adalah bagaimana menumbuhkan kedisiplinan kepada siswa, karena masalah kedisiplinan merupakan salah satu faktor penting yang harus ditanamkan ke dalam diri siswa untuk membentuk kepribadian siswa yang baik.

(22)

5

(1999: 83) mengemukakan bahwa tujuan disiplin dalam sekolah yaitu memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, mendorong peserta didik melakukan yang baik dan benar, membantu peserta didik memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah dan peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.

Menyadari pentingnya sikap disiplin, banyak yang menuntut sekolah untuk membuat peraturan-peraturan agar peserta didiknya terlatih disiplin sejak dini. Berbagai cara sekolah untuk melatih disiplin misalnya dengan

reward dan punishment. Tetapi untuk peserta didik SD tampaknya bila menggunakan punishment terlalu menyudutkan peserta didik dan membuat peserta didik justru takut.

(23)

6

biasa apabila seluruh peserta didik mempunyai sikap disiplin mengenai membuang sampah sekecil apapun di tempat sampah. Lingkungan akan bersih, indah, sehat dan tidak akan terjadi bencana banjir.

Di dalam kelas apabila peserta didik bersikap disiplin maka pembelajaran di kelas maupun kegiatan lain akan menjadi kondusif sehingga keberhasilan kegiatan belajar-mengajar dapat tercapai. Hal tersebut disebabkan karena kedisiplinan berkaitan erat dengan pengetahuan dan perilaku yang positif, seperti kebenaran, kejujuran, tanggung jawab, tolong menolong, kasih sayang, patuh, hormat kepada guru dan sebagainya. Suatu peraturan atau kesepakatan di sekolah merupakan sebuah standar yang menjadi acuan seluruh warga sekolah dan membuat seluruh warga sekolah merasa terkontrol dan di kontrol.

(24)

7

Keempat, membuang sampah sembarangan. Seringkali peserta didik membuang sampah kertas di laci meja dan di dalam kelas. Sikap indisipliner tersebut terjadi sebab penciptaan kondisi disiplin yang kurang kondusif. Kondisi kurang kondusif di sini maksudnya dari lingkungan sekolah tersebut sudah ada berbagai peraturan tetapi dalam penerapannya belum maksimal.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti bermaksud pengadakan penelitian mengenai kedisiplinanPeserta didik di MIN Jejeran, dengan judul penelitian “Kedisiplinan Peserta didik di MIN Jejeran,

Wonokromo, Pleret, Bantul”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan dalam kegiatan pembelajaran di MIN Jejeran, Wonokromo, Pleret, Bantul.

1. Peserta didik masih ada yang terlambat datang ke sekolah.

2. Peserta didik masih ada yang mencontek apabila ulangan atau ujian. 3. Peserta didik masih ada yang membuang sampah sembarangan seperti

membuang bekas rautan atau kertas kecilyangmasih dibuang di bawah meja.

(25)

8

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas maka dalam penelitian ini dibatasi pada masalah penciptaan kondisi disiplin yang kurang kondusif.

D. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada identifikasi dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan suatu permasalan yaitu:

1. Seberapa tinggi tingkat kedisiplinan peserta didik di MIN Jejeran?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan peserta didik di MIN Jejeran?

3. Upaya strategi pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah untuk membelajarkan peserta didik agar mampu menegakkan disiplin dengan baik?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kedisiplinan peserta didik di MIN Jejeran.

(26)

9

3. Untuk mengetahui upaya strategi pembelajaran yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk membelajarkan peserta didik agar mampu menegakkan disiplin dengan baik.

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti, diantaranya:

1. Manfaat Teoretis

Memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu pengetahuan terutama dalam strategi membelajarkan sikap disiplin khususnya pada lembaga Pendidikan formal.

2. Manfaat Praktis a. Bagi anak

1) Peserta didik dapat mengetahui pentingnya membangun sikap disiplin sebagai bekal untuk masa depan dalam meraih meraih cita-citanya.

2) Peserta didik dapat mengembangkan sikap disiplin yang sudah dimilikinya menjadi lebih baik lagi.

b. Bagi orang tua

(27)

10

c. Bagi sekolah

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi sekolah untuk membuat kebijakan dalam kaitanya dengan kedisiplinan.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dari beberapa istilah yang perlu dibatasi dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kedisiplinan peserta didik merupakan sesuatu perilaku yang harus ditingkatkan, untuk membetuk kualitas dari perilaku peserta didik agar menjadi lebih baik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan peserta didik merupakan suatu pengaruh yang dapat mempengaruhi perilaku disiplin peserta didik, yaitu faktor internal dan eksternal.

(28)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kedisiplinan

1. Pengertian Kedisiplinan

Disiplin merupakan salah satu masalah penting dalam dunia Pendidikan dan bukan merupakan masalah yang sederhana atau simpel. Disiplin juga bukan merupakan formulasi sekedarnya untuk melengkapi Guru yang akan mengajar pada setiap kesempatan. Disiplin yang baik dan benar adalah sangat diperlukan karena akan melancarkan proses pembelajaran dan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi peserta didik. Disiplin akan memajukan atau dapat menciptakan situasi kondusif yang dapat meningkatkan prestasi belajar.

Kata disiplin sendiri sebenarnya berasal dari bahasa latin, yaitu

disciplina dan discipulus yang berarti perintah dan perserta didik. Jadi, disiplin dapat dikatakan sebagai perintah seorang guru kepada peserta didiknya. Kemudian dalam New World Dictionary, disiplin diartikan sebagai latihan untuk mengendalikan diri, karakter, atau keadaan yang tertib dan efisien.

(29)

12

Dalam buku Disiplin Nasional yang disusun oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas, 1995: 11), istilah disiplin dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda yang kemudian dipengaruhi juga oleh bahasa Inggris “discipline” yang artinya mematuhi aturan. Kemudian

istilah disiplin menurut pengertian kedua bahasa tersebut berasal dari bahasa latin “disiplina” yang artinya teratur. Berdasarkan arti tersebut muncul beberapa makna kata disiplin sebagai berikut :

a. Latihan yang memperkuat

Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat terutama ditekankan pada pikiran dan watak untuk menghasilkan kendali diri, kebiasaan untuk patuh dan sebagainya. Latihan-latihan dalam rangka menghasilkan kebiasaan patuh dapat dilihat pada penanaman disiplin dikalangan angkatan bersenjata. Selain itu ibadah puasa juga dapat digolongkan sebagai suatu latihan dalam arti penanaman disiplin yang bertujuan mempertinggi daya kendali.

b. Koreksi dan sanksi

(30)

13

c. Kendali terciptanya ketertiban dan keteraturan

Orang yang berdisiplin adalah orang-orang yang mampu mengendalikan dirinya. Hal ini berpengaruh terhadap sikap serta pandangan hidup manusia. Perpaduan antara ketertiban dan keteraturanakan menghasilkan suatu sistem aturan.

d. Sistem aturan dan tata laku

Setiap kelompok manusia, masyarakat, dan bangsa selalu terikat pada berbagai peraturan yang mngatur hubungan sesama anggotanya maupun hubungan dengan masyarakat, bangsa, dan negara. Sistem aturan dan tata laku dijadikan pedoman dalam berbuat dan bertindak.

Anto Sina (2003: 32) menyatakan bahwa disiplin adalah sifat yang berasal dari pribadi individu itu sendiri. Disiplin menentukan pola perilaku seseorang dalam memenuhi semua norma dan nilai yang berlaku dilingkungan sosial. Dalam Gerakan Disiplin Nasional Menyongsong Era Keterbukaan tahun 2020 mengemukakan bahwa disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku dan dilaksanakan secara sadar, dan iklas lahir batin sehingga timbul rasa malu terhadap sangsi dan rasa malu terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Lemhannas, 1995: 14).

(31)

14

perorangan menuntut orang yang bersangkutan bertanggung jawab atas pelaksanaan kepatuhan. Tanggung jawab atas perbuatannya dan pelaksanaan atas keputusan, perintah, atau peraturan dengan segala akibatnya terletak diperintah. Disiplin perorangan bersifat individual yaitu berkaitan dengan sifat yang langsung melekat pada diri seseorang.

Ali Imron (2011: 172) membagi disiplin menjadi tiga. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut konsep ini peserta didik dikatakan memiliki kedisiplinan yang tinggi jika mau duduk tenang sambil memperhatikan penjelasan guru saat guru sedang mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru serta tidak boleh membantah. Dengan demikian, guru dapat dengan bebas memberikan tekanan kepada peserta didik dan memang harus menekan peserta didiknya agar peserta didik takut dan terpaksa mengikuti apa yang dingini oleh guru.

Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas. Tata tertib atau aturan-aturan di kelas dilonggarkan dan tidak perlu mengikat peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurutnya baik. Dengan demikian, konsep permissive

ini berlawanan dengan konsep otoritarian.

(32)

15

memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu haruslah ia tanggung. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep otoritarium dan

permissive.

Menurut konsep kebebasan terkendali ini, peserta didik memanglah diberikan kebebasan, tetapi peserta didik tidak diperbolehkan mengalahgunakan kebebasan tersebut karena tidak ada kebebasan yang mutlak di dunia ini, termasuk di Negara liberal sekalipun. Ada batas-batas tertentu yang harus diikuti oleh seseorang dalam kerangka kehidupan bermasyarakat termasuk juga kehidupan bermasyarakat dalam setting kelas. Kebebasan jenis ketiga ini juga umumnya disamakan dengan istilah kebebasan terbimbing.

(33)

16

Dari pengertian dan pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kedisiplinan merupakan suatu keikhlasan dalam menjalankan aturan dan norma, kesadaran dalam menjalankan aturan dan norma, pengendalian diri, ketaatan dalam menjalankan aturan dan norma. Dari kesimpulan di atas akan digunakan sebagai sub variabel untuk membuat indikator- indikator yang akan digunakan untuk membuat kisi-kisi angket yang akan digunakan untuk mengungkap data tentang kedisiplinan.

2. Pembentukan Disiplin

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai perauran dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan tata tertib dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut displin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

(34)

17

harus mampu melakukan hal-hal seperti; membantu mengembangkan pola perilaku dalam dirinya, membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya dan menggunakan pelaksanaan tata tertib kelas sebagai media untuk menegakkan disiplin. Beberapa Negara yang telah maju dalam pendidikannya, mereka senantiasa membuat aturan tata tertib sekolah secara komprehensif dan terpadu. Peraturan tersebut dikenal school rule

(aturan sekolah) dan school act (tindakan sekolah). Tujuan utama membuat aturan tersebut adalah menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat, tenang dan kondusif untuk melakukan proses pembelajaran.

Menurut pendapat Anto Sina (2003: 48), terbentuknya disiplin berasal dari diri pribadi yang didukung oleh faktor-faktor pendukung di sekitarnya, faktor tersebut terbentuk atas interaksi dengan lingkungan sosial. Pengertian di atas dapat memberikan pengertian bahwa terbentuknya disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan sejak dini. Disiplin bersumber dari hati nurani yang secara sadar taat, patuh, setia, teratur, dan tertib terhadap sistem nilai dilingkungan, hal tersebut dapat memberikan dukungan atas terbentuknya disiplin itu sendiri.

(35)

18

e). Menghadiahkan pujian, f).Memberikan hukuman, g).Bersikap luwes, h). Melibatkan peserta didik, i). Bersikap tegas, j).Jangan emosional.

Pembentukan disiplin tersebut sangat penting bagi peserta didik agar dapat meningkatkan kualitas perilaku yang sesuai dengan lingkunganya.

3. Fungsi dan Pentingnya Disiplin

Seseorang sejak lahir tidak saja membutuhkan kasih sayang, makan, minum, perhatian, serta pengalaman untuk meningkatkan pengetahuannya. Namun juga penghargaan atas apa yang dilakukan secara benar, serta larangan bahwa hukuman atas perbuatan yang tidak benar. Hal tersebut diperlukan agar setahap demi setahap mengenal, mengerti dan memahami mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang tidak baik.

Apabila anak telah mengenal aturan-aturan yang ditanamkan orang tua atau Guru maka anak akan merasa lebih aman karena itu ia tahu pasti perbuatan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Dengan disiplin anak akan berperilaku sesuai dengan harapan dari lingkungannya dan mampu bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya dengan berbekal keyakinan dan kepercayaan diri yang dimilikinya.

(36)

19

peserta didik perlu disiplin, tegas dalam hal apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang serta tidak boleh dilakukan.

Selain itu pentingnya kebutuhan disiplin pada anak hakekatnya adalah untuk mencapai tujuan disiplin itu sendiri, yaitu untuk membina anak agar belajar menguasai diri yang di dalamnya termasuk pengendalian diri dan pengarahan diri tanpa pengaruh eksternal, sehingga anak dapat menyesuaikan diri dengan baik. Dalam hal ini orang dewasa tidak selalu harus mengawasi anak agar selalu bertingkah sesuai dengan aturan kelompoknya. Anak dengan penguasaan dirinya akan membawa manfaat antara lain untuk mencapai keinginan pribadi seperti menjaga nama baik diri, orang tua dengan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat.

Menurut Brown dan Brown (1973) dalam Arisandi mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal berikut:

a. Rasa hormat terhadap otoritas/kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.

(37)

20

c. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi

d. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajban orang lain.

e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan, dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa diprinsipkan untuk mampu mrnghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar khususnya

f. Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya dan dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.

Pentingnya disiplin pada anak karena mempunyai fungsi tertentu, seperti dikemukakan oleh Meitasari Tjandrasa (1990: 87) yang mengatakan fungsi disiplin adalah :

1. Fungsi yang bermanfaat :

(38)

21

b. Untuk mengajar anak suatu tingkatan penyesuaian wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan.

c. Untuk membantu anak mengadakan pengendalian diri dan penyesuaian diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka.

2. Fungsi yang tidak bermanfaat : a. Untuk menakuti anak.

b. Sebagai pelampiasan agresi orang yang mendisiplin.

4. Unsur-unsur disiplin

Bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka, ia harus mempunyai unsur-unsur tertentu.

Meitasari Tjandrasa (1990: 74), mengemukakan unsur-unsur disiplin yang diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka yaitu sebagai berikut:

a. Peraturan

(39)

22

boleh dilakukan sewaktu di kelas, lapangan sekolah, maupun kantin. Peraturan berfungsi mendidik, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut.Peraturan juga membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.

b. Hukuman

Hukuman berasal dari kata kerja latin “punier” dan berarti

menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan. Perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Hukuman mempunyai peran antara lain menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat, mendidik anak membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. c. Penghargaan

Istilah penghargaan berarti tiap bentuk pemberian untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan mempunyai nilai mendidik, sebagai motivas untuk mengulang perilaku yang disetujui secara sosial, memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial.

d. Konsistensi

(40)

23

konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan dan dipaksakan, dalam hukuman yang diberikan kepada mereka tidak menyesuaikan pada standar dan dalam penghargaan bagi mereka yang menyesuaikan.

Unsur-unsur disiplin tidak hanya berasal dari sikap individu itu sendiri, melainkan juga berasal dari disiplin itu sendiri yang dianggap sebagai norma. Tentunya sudah memahami bahwa disiplin ditopang oleh berbagai unsur yang menjadikanya sebagai sistem nilai dan aturan, unsur-unsur tersebut meliput peraturan yang ditetapkan untuk tingkah laku, hukuman sebagai timbal balik dari sebuah kesalahan, penghargaan yang diberikan untuk suatu hasil yang baik, dan tingkat keseragaman atau stabilitas yang menunjukkan suatu konsustensi dari norma tersebut.

B.Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan produk sosialisasi (hasil interaksi dengan lingkungannya). Sebagai hasil dari sosialisasi, dilatih dan dipelajari agar peserta didik mampu berpartisipasi secara memuaskan dalam lingkungan sosialnya. Dalam setiap lingkungan sosial (termasuk sekolah) selalu terdapat tekanan-tekanan yang dilontarkan agar siapapun mematuhi norma-norma yang berlaku dan menjalankan peranan tertentu.

(41)

24

Sebelum anak memasuki dunia sekolah sosialisasi anak yang pertama adalah dalam keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan anak, sebagai tempat menyatakan diri sebagai manusia sosial. Sikap Peserta didik dalam bersosialisasi akan berbeda, hal ini mudah dipahami karena yang mereka alami dalam keluarganya akan mempengaruhi perilakunya di sekolah. Pengalaman-pengalaman berinteraksi dalam keluarganya menentukan cara-cara tingkah lakunya dalam pergaulan sosial di masyarakat. Apabila interaksi di dalam keluarganya tidak wajar atau tidak lancar, kemungkinan besar interaksi sosial dalam masyarakatnya juga berlangsung tidak wajar.

Disiplin terbentuk bukan dengan sendirinya. Disiplin pada seorang individu merupakan dorongan dari berbagai faktor. Seperti yang disampaikan oleh Kuswoyo (2004: 39). Ada dua faktor yang dapat membantu terbentuknya disiplin dalam kehidupan seseorang, faktor tersebut terdiri dari faktor internal maupun eksternal, pengertiannya sebagai berikut :

1. Faktor Internal

Keadaan yang dapat dianggap sebagai isi dari faktor internal adalah : a) Taraf kesadaran diri, taraf kesadaran diri adalah kesadaran yang

(42)

25

b) Motivasi intrinsik, merupakan suatu bentuk dorongan untuk menjalankan suatu bentuk kepatuhan terhadap tata tertib tanpa adanya pengaruh dari luar.

c) Perasaan bertanggung jawab, jika seseorang sudah memiliki perasaan tanggung jawab terhadap dirinya maka akan melakukan tugasnya dengan rasa disiplin tinggi, karena merasa sebuah beban yang harus dipikul sebagai suatu tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam hidup seseorang.

d) Perasaan malu, jika seseorang telah memiliki perasaan malu maka seseorang tidak akan melakukan pelanggaran, secara otomatis akan melaksanakan segala sesuatu dengan lebih baik, akan merasa malu jika melakukan pelanggaran terhadap tata tertib.

e) Nilai tertentu yang ingin di masyarakatkan seseorang, nilai ini bisa berupa nilai disiplin dalam mematuhi sebuah tata tertib sekolah, tata tertib yang dibuat oleh sekolah akan disosialisasikan untuk diketahui yang pada akhirnya membawa kepatuhan.

2. Faktor eksternal

Hal-hal yang dapat mendukung sebagai faktor eksternal adalah sebagai berikut :

(43)

26

b) Hukuman yang adil, hukuman yang adil ternyata merupakan senjata yang ampuh untuk dapat membuat tegaknya disiplin.

c) Motivasi luar, dorongan dari pihak luar sebagai motivasi dapat berupa pemberian ganjaran atau hadiah.

d) Upah atau penggajian yang cukup, jika seseorang telah bekarja maka upah atau gaji yang cukup dapat memicul timbulnya disiplin yang baik. e) Tempat kerja yang menyenangkan, tumbuhnya disiplin di tempat kerja

berawal dari lingkungan yang menyenangkan terlebih dahulu, jika tempat kerja menyenangkan maka semangat kerja akan lebih bergairah. f) Teman yang persuasif dan menyenangkan, teman memegang peran

penting dalam hal kedisiplinan, karena jika teman tidak menyenangkan maka suasanan tidak akan kondusif untuk berkegiatan, bekerjasama dan menciptakan ide-ide (Kuswoyo, 2004: 39)

C. Strategi Pembelajaran Kedisiplinkan Peserta didik

(44)

27

didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dick and Carey (1985) dalam Wina Sanjaya (2007: 126) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Sementara itu, Kemp dalam Wina Senjaya (2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/ kekuatan dalam pembelajaran.

(45)

28

kurikulum dan bahan ajar, melainkan melalui pembiasaan dan tauladan guru. Berikut beberapa strategi pembelajaran untuk membelajarkan kedisiplinan peserta didik:

1. Teknik Pembinaan dan Penerapan Disiplin Kelas

Berdasarkan tiga konsep disiplin yang telah dibahas, yaitu konsep otoritarian, konsep permissibe, dan konsep terbimbing maka setidaknya terdapat tiga teknik pembinaan kelas menurut Anas Purwantoro (2008: 9) yaitu :

a. Teknik external control

Teknik external control merupakan suatu teknik yang mana disiplin peserta didik haruslah dikendalikan dari luar peserta didik. Peserta didik di dalam kelas senantiasa diawasi dan dikontrol agar tidak terbawa dalam kegiatan-kegiatan yang destruktif dan tidak produktif. Menurut teknik ini, peserta didik di dalam kelas harus terus-menerus didisiplinkan dan jika perlu ditakuti dengan hukuman dan hadiah. Hukuman diberikan untuk peserta didik yang tidak disiplin dan hadiah diberikan kepada peserta didik yang disiplin di dalam kelas.

b. Teknik internal control

Teknik internal control merupakan kebalikan dari teknik

(46)

29

sendiri. Jika teknik ini dikembangkan dengan baik, akan mempunyai kekuatan yang lebih hebat dari teknik external control.

c. Teknik cooperative control

Dalam teknik cooperative control ini antara guru dan peserta didik harus saling bekerja sama dalam menegakkan disiplin di dalam kelas. Pengajar dan peserta didik lazimnya membuat semacam kontrak perjanjian yang berisi aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama, sanksi-sanksi atas kedisiplinan juga dibuat serta ditaati bersama. Kontak perjanjian ini sangatlah penting sebab dengan cara demikian guru dan peserta didik dapat berkerja sama dengan baik. Kerja sama tersebut akan membuat peserta didik lebih dihargai.

Dari beberapa teknik di atas, tentu saja tidak ada teknik yang paling baik karena setiap teknik pembiasaan disiplin kelas tersebut masik-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Dalam penereapannya, pengajar di dalam kelas dapat penggabungkan ketiga teknik pembinaan tersebut secara efektif dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengajar mencontohkan perilaku yang tertib kepada peserta didiknya.

b. Guru memisahkan peserta didik dari perilakunya.

c. Guru membuat peserta didik menerima tanggung jawabnya.

(47)

30

e. Pengajar memberikan umpan balik yang positif ketika perilaku bertambah baik

f. Pengajar menghapus bersih daftar kesalahan peserta didik dan mampu berfikir positif kepada peserta didiknya

g. Pengajar fokus memberikan penghargaan kepasa peserta didik yang berperilaku baik.

h. Pengajar bekerja sama dengan kepala sekolah dan wali peserta didik untuk mengatasi perilaku buruk peserta didik. (LouAnne Johnson, 2009: 171)

2. Pemeliharaan dan Peningkatan Disiplin Peserta Didik

Guru di dalam kelas setelah menerapkan berbagai teknik dalam membina kedisiplinan peserta didik, langkah selanjutnya adalah guru dituntut untuk dapat memelihara dan meningkatkan disiplin pada peserta didik. Menurut LouAnnne Johnson (2009: 178) memberikan sepuluh langkah yang dapat ditempuh oleh guru sebagai manajer kelas dalam memelihara dan meningkatkan disiplin peserta didik. Kesepuluh langkah tersebut sebagai berikut :

a. Abaikan si pelanggar

(48)

31

pengajar mengabaikan perilaku buruk yang tidak terlalu parah, peserta didik akan capek sendiri dan menjauhi perilaku buruk tersbut.

b. Kirimkan pesan-pesan nonverbal

Kita semua dapat dengan mudah merespons pesan-pesan nonverbal atau yang sering disamakan dengan istilah bahasa tubuh.Guru dapat memanfaatkan hal tersebut. Guru dapat menggunakan kontak mata, melakukan perubahan-perubahan dalam suara dan gerak tubuh ketika peserta didik berperilaku seperti yang tidak diekspektasikan guru. Misalnya, menatap dengan tajam peserta didik yang berbuat gaduh, menggeleng-gelengkan kepala terhadap perilaku peserta didik yang mengganggu temannya belajar, mendekati peserta didik yang berbuat onar, atau dapat bergerak mengelilingi kelas agar peserta didik tetap tertib dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar.

c. Memberikan kartu perilaku

(49)

32

di dalam kelas, guru dapat berjalan ke arahnya dan memberikan kartu tersebut di atas mejanya.

d. Ajak berbicara cepat

Apabila kartu perilaku gagal digunakan oleh pengajar dalam mengatasi kedisiplinan peserta didik di dalam kelas, pengajar dapat mengajaknya keluar kelas. Pengajar tidak perlu mengkhawatirkan peserta didik lainnya. Mereka akan tertarik untuk melihat apa yang akan terjadi. Meskipun mereka bisa jadi akan sedikit berisik saat guru berada diluar kelas, tetapi mereka akan tenang kembali setelah guru memasuki kelas kembali.

Setelah mengajak si peserta didik yang tidak disiplin keluar kelas, dengan cepat pengajar menanyakan alasan mengapa ia berbuat demikian. Jika alasannya masuk akal, guru secepatnya memberikan solusi untuk menanganinya. Jika si peserta didik tidak memberikan alasan apapun, pengajar menanyakan kepadanya apakah ia telah berbuat salah sehingga si peserta didik berbuat demikian. Jika memang benar, pengajar meminta maaf kepadanya dan mengajaknya bersalaman serta meminta kepada si peserta didik untuk bekerja sama saling memperbaiki diri.

e. Ambil waktu istirahat

(50)

33

tidak berubah, guru dapat pergi sejenak menjauhi semua peserta didik dengan berdiri atau duduk-duduk di depan kelas. Hal itu akan membuat semua peserta didik berfikir mengapa guru bersikap demikian kemudian mereka saling intropeksi diri untuk memperbaiki perilakunya jika memang perilakunya tersebut dianggap buruk menurut hati nuraninnya. f. Telepon orangtua si perilaku

Apabila suatu saat guru menemukan ada peserta didik yang indisipliner meskipun pengajar sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki perilakunnya, guru dapat mencoba untuk menelfon orangtuanya untuk memberitahukan perilaku anaknya di kelas. Kemudian, meminta kepada orangtuannya untuk memperingatkan dengan keras kepada si anak agar tidak mengulanginya lagi.

g. Tanda tangani kontrak

Seperti kartu perilaku yang berperan sebagai peringatan visual yang efektif bagi peserta didik yang mudah lupa pada perintah-perintah verbal, kontrak peserta didik juga dapat berperan sebagai pengingat tertulis yang efektif bagi peserta didik yang telah berjanji untuk bekerja sama dalam menegakkan tata tertib kelas.

Kontrak tersebut tidak harus diperinci dan juga tidak harus berupa

(51)

34

h. Meminta penguatan-penguatan

Apabila langkah pertama hingga yang ketujuh gagal, dapat dikatakan bahwa masalah atau perilaku buruk yang dilakukan oleh peserta didik tersebut bukan sekedar masalah pribadi yang sederhana, melainkan pula merupakan masalah pribadi yang rumit sehingga perlu kiranya guru meminta penguatan-penguatan kepada guru konseling ataupun kepada kepala sekolah. Guru bersama dengan guru konseling atau kepala sekolah dapat bekerja sama dalam memecahkan masalah kepribadian peserta didik tersebut. Jika ternyata hasilnya masih sama saja nihil, pihak sekolah dapat melakukan kerja sama yang lebih intensif lagi dengan orangtua peserta didik untuk menangani masalah ini.

i. Meminta perpindahan

(52)

35

j. Pindahkan perilaku

Apabila kesembilan upaya di atas masih saja mengalami kegagalan, baik karena kekurangan dukungan rekan sejawat maupun pimpinan, pengaruh orangtua yang berlebihan dalam komunitas sekolah, serta peraturan-peraturan dewan sekolah yang tidak fleksibel, guru harus memindahkan si peserta didik dari kelas secara tidak resmi agar peserta didik yang lain tidak terganggu bahkan terpengaruh oleh perilaku buruknya. Tempat lain yang dapat digunakan untuk memindahkannya seperti ruang konseling atau perpustakaan.

D.Karakteristik Peserta Didik MIN IV, V dan VI

Karakteristik peserta didik merupakan salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran yang akan memberikan dampak terhadap keefektifan belajar. Masa usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas atau dua belas tahun.

Peserta didik MIN kelas IV, V, VI berada pada tahap operasional kongkret dimana pada tahap ini anak sudah mampu berfikir logis namun masih terbatas pada fakta-fakta konseptual atau masih terbatas pada objek-objek yang konkret.

(53)

36

masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas rendah antara umur 6 sampai 8 tahun sedangkan masa kelas tinggi antar 9 sampai 12 atau 13 tahun. Berdasarkan keterangan tersebut, peserta didik kelas IV, V, VI sekolah dasar termasuk dalam masa kelas tinggi.

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa kelas tinggi menurut Abu Akhamadi dan Munawar Sholeh (2005: 39) adalah (a) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkret sehingga menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis (b) amat realistis, ingin tahu, ingin belajar (c) menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus (d) sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan seorang guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya. Setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri (e) pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah (f) anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok siswa, biasanya untuk bermain bersama-sama.

(54)

37

dan bermakna sehingga dapat diterapkan dalam oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

E. Kerangka Berfikir

Proses pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku. Perubahan perilaku yang didapat melalui belajar bersifat permanen yang akan bertahan relatif lama. Kegiatan belajar mengajar yang baik berasal dari disiplin belajar yang baik pula, sebaliknya apabila disiplin belajar tidak dioptimalkan maka akan timbul masalah disiplin.

Disiplin merupakan titik pusat dalam pendidikan, tanpa disiplin tidak akan ada kesepakatan antara guru dan peserta didik yang mengakibatkan prestasi yang dicapai kurang optimal terutama dalam belajar.

(55)

38

[image:55.595.152.531.87.249.2]

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Tingkat Kedisiplinan Peserta didik MIN Jejeran Tinggi.

2. Terdapat pengaruh faktor internal dan eksternal dengan tingkat kedisilplinan peserta didik MIN Jejeran.

Faktor Internal (x1) a. Kesadaran diri

b. Perasaan Tanggung Jawab c. Perasaan Malu

Faktor Eksternal (x2) a. Hukuman yang Adil b. Lingkungan Sekolah c. Teman Sebaya

(56)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Sesuai yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan dengan variabel yang lain (Iqbal Hasan, 2004:7). Sedangkan pendekatan kuantitatif merupakan sebuah data yang disajikan dalam penelitian ini menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol (Nana Syaodih, 2006: 53).

(57)

40

B.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di MIN Jejeran, Wonokromo, Pleret, Bantul.

C.Subjek Penelitian

Subjek Penelitian adalah peserta didik kelas 4, 5 dan 6 MIN Jejeran dengan jumlah 76 peserta didik.

D.Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

(58)

41

2. Kuesioner/angket

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk di jawabnya (Sugiyono, 2009: 142). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien apabila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Tujuan digunakannya angket dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kedisiplinan peserta didik di MIN Jejeran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3. Observasi

Menurut Nasutin dalam Sugiyono (2011: 226) observasi adalah dasar dari semua ilmu pengetahun. Observasi mrmpunysi ciri yang lebih spesifik dibandingkan dengan teknik wawancara dan kuesioner sebab teknik observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam disekitarnya. Obeservasi dalam penelitian ini yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas dan kegiatan peserta didik pada dalam proses pembelajaran maupun di luar kelas. Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengamati secara langsung aktivitas kedisiplinan dan kegiatan peserta didik.

(59)

42

E.Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengungkap data penelitian. Pengertian instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2003: 136) mengatakan bahwa instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya baik dalam arti cermat yang lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen adalah alat yang digunakan peneliti untuk mendeteksi data, menyusun frekuensi, dan besarnya fenomena.

Dengan instrumen,peneliti dapat mengumpulkan data yang terkait dengan perumusan masalah. Terdapat 4 persyaratan instrumen yang baik, sebagai beriktu:

1. Valid atau sahih, yaitu tepat menilai apa yang akan dinilai.

2. Reliable, dapat dipercaya yaitu bahwa data yang dikumpulkan benar seperti apa adanya bukan palsu.

3. Praktis, yaitu bahwa instrument tersebut mudah digunakan, praktis dan tidak rumit.

4. Ekonomis, yaitu tidak boros dalam mewujudkan dan menggunakan sesuatu dalam penyusunan, artinya tidak banyak membuang waktu dan tenaga.

(60)

43

1. Panduan Wawancara

(61)
[image:61.595.136.495.117.716.2]

44

Tabel 1. Kisi-kisi Panduan Wawancara (Kepala Sekolah)

Tujuan Indikator Sub Indikator

Untuk mengatahui kedisiplinan di peserta didiik kelas 5 MIN Jejeran

Ketaatan terhadap aturan dan norma

Ketepatan waktu Ketertiban dalam mengikuti pelajaran Menjaga kebersihan Kegiatan sekolah

 Kepatuhan dan ketaatan peserta didik terhadap aturan sekolah

 Kepatuhan peserta didik kelas terhadap perintah, peraturan, maupun nasehat guru yang bersangkutan

 Peserta didik setiap pelajaran maupun kegiatan sekolah lainya selalu diawali maupun diakhiri dengan berdoa

 Ketepatan waktu setiap berangkat sekolah, masuk kelas, maupun dalam melaksanakan kegiatan sekolah lainnya

 Minat peserta didik mengikuti ekstrakulikuler

 Ketertiban peserta didik dalam mengikuti kegiatan pelajaran di kelas

 Kebersihan sekolah dan fasilitas dalam menunjang kebersihan

 Ketertiban peserta didik menggunakan seragam sekolah

 Ketertiban dan sikap peserta didik dalam mengikuti kegiatan sholat dhuhur berjamaah

 Kegiatan sholat dhuha peserta didik apakah perlu di suruh-suruh apa

(62)

45

2. Angket tentang kedisiplinan peserta didik dan faktor-faktor yang mempengaruhi.

Pengukuran nilai kejujuran siswa menggunakan angket skala sikap yang akan disiapkan oleh peneliti. Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti membuat instrumen penelitian dengan langkah-langkah penyusunan instrumen sebagai berikut:

a. Tingkat Kedisiplinan peserta didik

1) Mendefinisikan variabel yang hendak diukur dengan menentukan indikator yang akan dikembangkan sebagai instrument, yaitu kedisiplinan.

2) Setelah menentukan variabel selanjutnya membuat indikator, kedisiplinan akan dibagi ke dalam dua indikator yaitu keikhlasan dalam menjalankan norma, kesadaran dalam menjalankan norma, pengendalian diri dalam menjalankan norma dan ketaatan dalam menjalankan aturan dan norma.

3) Selanjutnya indikator yang akan dikembangkan menjadi sub indikator.

a) Keikhlasan

(1) Membuang sampah pada tempatnya (2) Menaati perintah guru

(3) Membantu guru

(63)

46

b) Kesadaran

(1)Kedatangan di sekolah tepat waktu (2)Berbicara sopan dengan warga sekolah (3)Piket sesuai jadwal

(4)Masuk ke kelas setelah istirahat tepat waktu (5)Memberi keterangan saat tidak hadir

(6)Memakai seragam & kelengkapan c) Pengendalian diri

(1)Pulang tepat waktu

(2)Mengerjakan tugas tepat waktu

(3)Mengerjakan ujian/ulangan sendiri (Tidak mencontek) (4)Ijin saat meninggalkan kelas

(5)Ijin saat meninggalkan sekolah (6)Mengikuti kegiatan ekstra rutin (7)Mengikuti kegiatan eksta tepat waktu (8)Menjaga fasilitas sekolah

(9)Tidak membawa mainan ke sekolah (10) Tidak berkelahi di lingkungan sekolah d) Ketaatan terhadap aturan dan norma

(64)

47

(5) Mengikuti olahraga rutin

[image:64.595.115.523.197.737.2]

(6) Datang ke lapangan saat olahraga tepat waktu (7) Tidak membuat gaduh saat pelajaran di kelas. Tabel 2. Kisi-kisi angket Kedisiplinan Peserta didik

Variabel Sub variabel Indikator Jumlah

item Nomor Item Tingkat Kedisiplinan peserta didik

Keikhlasan Membuang sampah pada tempatnya

Mentaati perintah guru Membantu guru

Berdoa sesudah dan sebelum belajar 1 1 1 1 9 3 4 1

Kesadaran Kedatangan di sekolah tepat waktu Berbicara sopan dengan warga sekolah

Piket sesuai jadwal

Masuk ke kelas setelah istirahat tepat waktu

Memberi keterangan saat tidak hadir

Memakai seragam & kelengkapan

1 2 1 2 1 2 2 5,6 10 19, 22 13 20, 21 Pengendalian diri Pulang tepat waktu

Mengerjakan tugas tepat waktu Mengerjakan ujian/ulangan sendiri (Tidak mencontek)

Ijin saat meninggalkan kelas Ijin saat meninggalkan sekolah Mengikuti kegiatan ekstra rutin Mengikuti kegiatan ekstra tepat waktu

Menjaga fasilitas sekolah

Tidak membawa mainan ke sekolah Tidak berkelahi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 7 8 11 12 15 16 27 26 29 Ketaatan Mengikuti kegiatan Tadarus rutin

Sholat Dhuha di sekolah rutin Sholat Dzhuhur rutin sesuai jadwal Mengikuti upacara bendera rutin Mengikuti olahraga rutin

Datang ke lapangan saat olahraga tepat waktu

Tidak membuat gaduh saat pelajaran di kelas

(65)

48

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

1) Mendefinisikan variabel yang hendak diukur dengan menentukan indikator yang akan dikembangkan sebagai instrument, yaitu faktor yang mempengaruhi kedisiplinan.

2) Setelah menentukan variabel selanjutnya membuat indikator, yang kemudian akan dibagi ke dalam sub indikator yaitu kesadaran diri, perasan tanggung jawab, perasaan malu, hukuman yang adil , lingkungan sekolah dan teman sebaya.

3) Selanjutnya indikator yang akan dikembangkan menjadi sub indikator.

a) Kesadaran diri

(1) Kedatangan di Sekolah tepat waktu tanpa dipaksa (2) Kesadaran membuang sampah pada tempatnya (3) Kesadaran sholat Dhuha rutin

(4) Kesadaran sholat Dhuhur sesuai jadwal (5) Kesadaran memakai seragam sesuai jadwal (6) Kesadaran tadarus

b) Perasaan Tanggung Jawab (1) Piket kelas sesuai jadwal

(2) Mengerjakan Tugas yang diberikan guru tepat waktu c) Perasaan Malu

(66)

49

(3) Malu saat tidak mengerjakan PR/tugas (4) Malu saat nilai kurang baik

d) Hukuman yang adil

(1) Di hukum saat tidak menjalankan jadwal piket (2) Dihukum saat tidak mengerjakan PR/Tugas (3) Dihukum saat terlambat masuk sekolah (4) Di hukum saat terlambat masuk kelas e) Lingkungan sekolah

(1) Sekolah aman

(2) Sekolah menyenangkan (3) Keadaan nyaman

f) Teman sebaya

(1) Teman menyenangkan (2) Terpengaruh oleh teman (3) Mempengaruhi teman (4) Menasehati teman

(67)

50

Tabel 3. Kisi-kisi Angket Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Variabel Sub Variabel Indikator Jml

Item No Item Faktor-faktor yang mempengaru hi kedisiplinan Peserta didik  Kesadaran diri

 Kedatangan di sekolah tepat waktu tanpa dipaksa

 Kesadaran membuang sampah pada tempatnya

 Kesadaran sholat Dhuha rutin

 Kesadaran sholat dhuhur sesuai jadwal

 Kesadaran memakai kelengkapan seragam sesuai jadwal

 Kesadaran tadarus

1 2 1 1 1 1 1 10,11 6 8 9 7  Perasaan Tanggung Jawab

 Piket kelas sesuai jadwal

 Mengerjakan Tugas yang diberikan guru tepat waktu

1 2 4 12, 13  Perasaan Malu

 Malu saat dihukum

 Malu saat tidak mengerjakan PR/tugas

 Malu saat melanggar aturan

 Malu saat nilai kurang baik

1 1 1 1 17 15 16 18  Hukuman yang adil

 Di hukum saat tidak menjalankan jadwal piket

 Dihukum saat tidak mengerjakan Tugas/PR

 Dihukum saat terlambat masuk sekolah

 Di hukum saat terlambat masuk kelas 1 1 1 1 5 14 2 3  Lingkungan

sekolah  Sekolah nyaman

 Sekolah aman

 Sekolah menyenangkan

1 1 1 19 20 21  Teman sebaya

 Terpengaruh oleh teman

 Teman menyenangkan

 Mempengaruhi teman

 Menasehati teman

(68)

51

3. Lembar Pengamatan

Untuk melakukan observasi dalam pelaksanaan pembelajaran didalam kelas digunakan lembar pengamatan. Lembar pengamatan merupakan alat yang digunakan untuk mengamati kegiatan-kegiatan objek observasi secara langsung. Observasi dilakukan terhadap objek, berikut langkah-langkah dalam penyusunan pedoman observasi sebagai berikut: a. Menentukan sasaram atau obyek yang akan diobservasi, dalam

penelitian ini obyek observasi yaitu semua kegiatan peserta didik di kelas maupun di luar kelas.

b. Setelah menentukan obyek yang akan diobservasi selanjutnya membuat indikator observasi antara lain:

1) Menaati peraturan tata tertib.

2) Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan.

c. Setelah menentukan indikator observasi, dikembangkan menjadi beberapa sub indikator antara lain:

1) Menaati peraturan

a) Masuk dalam kelas peserta didik tepat waktu.

b) Jam istirahat peserta didik berebut keluar menuju kantin.

c) Jam masuk setelah istirahat peserta didik sedikit mengulur waktu. d) Berseragam lengkap

e) Piket sesuai jadwal

(69)

52

h) Sholat dhuha tanpa di suruh i) Sholat dhuhur sesuai jadwal j) Mencoret-coret meja

k) Peserta didik ada yang membuat gaduh di dalam kelas saat KBM. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

a) Peserta didik ada yang terpengaruh teman untuk telat masuk ke dalam kelas.

b) Peserta didik ada yang terpengaruh temannya berbuat gaduh dalam kelas

[image:69.595.137.544.392.635.2]

3) Dari aspek tersebut akan dikembangkan menjadi pedoman observasi.

Tabel 4. Lembar Pengamatan Kedisiplinan Peserta Didik

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mengintepretasikan data yang telah didapatkan (Nana Syaodah Sukmadinata, 2007: 302). Sugiyono (2010: 207)

No. Aspek yang Diamati Ya Tidak Ket

1. Mematuhi aturan

a) Masuk dalam kelas peserta didik tepat waktu.

b) Jam istirahat peserta didik berebut keluar menuju kantin. c) Jam masuk setelah istirahat peserta didik sedikit mengulur

waktu.

d) Berseragam lengkap e) Piket sesuai jadwal

f) Membuang bekas rautan pensil di kelas g) Sedikit gaduh saat tadarus di kelas h) Sholat dhuha tanpa di suruh i) Sholat dhuhur sesuai jadwal j) Mencoret-coret meja

k) Peserta didik ada yang membuat gaduh di dalam kelas saat KBM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

a) Peserta didik ada yang terpengaruh temannya untuk datang terlambat masuk ke dalam kelas

b) Peserta didik ada yang terpengaruh temannya untuk berbuat gaduh dalam kelas

(70)

53

mengatakan bahwa kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan penghitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Karena dalam penelitian ini tidak merumuskan hipotesis maka langkah terakhir tersebut tidak perlu dilakukan.

Teknik yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kuantitatif dengan prosentase. Teknik tersebut menganalisa data dengan cara menjelaskan atau menggunakan angka-angka yang disajikan dalam bentuk tabel, frekuensi, dan presentase atau statistik deskriptif. Perolehan data kuantitatif berupa skor-skor berbentuk angka yang kemudian dapat diukur prosentasinya. Selanjutnya skor prosentase dimaknai secara kualitatif berdasarkan pada klasifikasi dengan pengkategorian, kemudian dilakukan interpretasi terhadap data tersebut. Tahap akhir yaitu menjabarkan data ke dalam kata-kata agar data yang diperoleh bisa lebih jelas dan valid.

Menurut Burhan Bungin (2011: 182) untuk menghitung persentase dapat digunakan rumus sebagai berikut:

�=

� × 100

P= Persentase F= Frekuensi

(71)

54

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan teknik analasis data angket dari Suharsimi Arikunto (2005: 34) adalah sebagai berikut: a. Mengumpulkan angket dan memeriksa kelengkapannya

b. Mengubah skor kualitatif menjadi skor kuantitatif dengan cara: 1) Tidak (TD)diberi skor 1

2) Kadang (KD) diberi skor 2 3) Sering (SR) diberi skor 3 4) Selalu (SL) diberi skor 4

c. Membuat tabulasi data

d. Memasukkan data ke dalam rumus deskriptif persentase e. Membuat tabel rujukan dengan cara:

1) Menetapkan persentase tertinggi= (4:4) x 100%=100% 2) Menetapkan persentase terendah= (1:4) x 100%= 25% 3) Menetapkan rentangan presentase= (100%-25%= 75% 4) Menetapkan kelas interval = 4

5) Panjang kelas interval= 75%: 4= 18,75%

[image:71.595.152.392.531.652.2]

f. Hasil rata-rata dikualifikasikan untuk membuat kesimpulan mengenai tingkat kedisiplinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan pada peserta didik MIN Jejejran.

Tabel 5. Kriteria Tingkat Kedisiplinan

Interval Kategori Kedisiplinan 81 – 100

61 – 80 51 – 60 31 – 50

(72)

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini akan mendiskripsikan tingkat kedisiplinan peserta didik di MIN Jejeran tanpa melakukan perbandingan hasil antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lain. Lokasi penelitian dilakukan di MIN Jejeran, Wonokromo, Pleret, Bantul. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas 4A, 5C dan 6A jumlah 73 responden dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya kemudian diolah untuk mengetahui tingkat kedisiplinan peserta didik di MIN Jejeran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

B.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

(73)

56

Pada saat terjadinya gempa pada 27 mei 2006, MIN Jejeran berada pada titik nol. Semua bangunan roboh dan hancur selain itu banyak peserta didik yang keluar dari sekolah tersebut. Tercatat 40 anak pindah ke sekolah lain karena dianggap lebih aman dari bahaya gempa. Kemudian pihak MIN merencanakan pembangunan dengan membumikan nilai religious dan peran serta masyarakat wali murid dengan visi yaitu Terwujudnya warga Madrasah Religius, Berprestasi, Cerdas sebagai Penyelamat Lingkungan Hidup, Modern, Sehat Ramah anak dan siaga Bencana.

(74)

57

setiap tanaman terdapat katalog, mula dari nama hingga fungsinya sehingga peserta didik tidak hanya tahu namanya tetapi juga fungsinya.

Dampak menjadi sekolah berwawasan lingkungan hidup selain mendapatkan penghargaan yang diberikan secara langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup, juga terdapat dampak positif yang lain. Nilai UN meningkat dan menjadi ranking 1 se-Kecamatan. Peserta didik meningkat pesat, dulunya hanya 200-300 peserta didik sekarang menjadi 514 peserta didik.

C.Hasil Penelitian

1. Kedisiplinan Peserta Didik

Responden dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas 4B, 5C dan 6A di MIN Jejeran, Wonokromo, Pleret, Bantul, dengan jumlah repsonden keseluruhan sebanyak 73 peserta didik. Adapun sub variabel yang digunakan untuk mengungkap data kedisiplinan yaitu:

a. Keikhlasan dalam mematuhi aturan dan norma. 1)Membuang sam

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Tabel 1. Kisi-kisi Panduan Wawancara (Kepala Sekolah)
Tabel 2. Kisi-kisi angket Kedisiplinan Peserta didik
Tabel 4. Lembar Pengamatan Kedisiplinan Peserta Didik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari penggunaan kalimat ini yaitu memberikan ajakan kepada seluruh pengunjung obyek wisata Kebun Binatang untuk membuang sampah pada masing-masing tempat sampah

Oleh karena itu Jadikanlah lingkungan tempat tinggal menjadi lingkungan yang sehat, nyaman, dan asri dengan membuang sampah pada tempatnya... ILMU

UNTUK SELURUH ABK AGAR MEMBUANG SAMPAH MENURUT TEMPAT YANG TELAH DITENTUKAN SERTA WAJIB MENGGUNAKAN PLASTIK SAMPAH YANG TELAH DISEDIAKAN.. PEMBERITAHUAN INI

Menjaga kebersihan jamban dan membuang sampah pada tempatnya adalah contoh dari peri- laku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku memiliki tiga domain, yaitu pengetahuan,

Berikut strategi yang dilakukan pihak MIN Jejeran: a Apabila terlambat masuk sekolah, peserta didik harus menunggu 15 menit di depan gerbang b Apabila tidak menjalankan piket kelas maka

Remaja putri dapat menggunakan pembalut yang bersih, diganti sesering mungkin, membuang pembalut pada tempat sampah, tersedianya air bersih, sanitasi yang layak dan mendapatkan sumber

Apakah menurut anda jumlah tempat sampah cukup memadai untuk menampung sampah yang dihasilkan oleh peserta didik selama di sekolah.. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK Kelompok : Kelas :

Mulai dari udara yang lebih sehat, lingkungan yang bersih dan air yang terjamin.. Membuang sampah sesuai jenisnya pun akan memudahkan dalam pengolahan