BAB II KEDUDUKAN HUKUM PENERBIT UANG ELEKTRONIK DALAM
C. Kedudukan Hukum Penerbit Uang Elektronik
Tujuan pengaturan uang elektronik oleh Bank Indonesia pada prinsipnya sejalan dengan tugas Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang yaitu untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran yang sasarannya adalah sistem pembayaran yang efisien, cepat aman dan andal. Dalam Pasal 15 huruf c Undang-Undang BI dikatakan bahwa dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank
Indonesia berwenang menetapkan alat pembayaran, yang dimaksudkan agar alat pembayaran yang digunakan dalam masyarakat memenuhi persyaratan keamanan bagi pengguna.
Uang elektronik sebagai salah satu alat pembayaran yang berlaku di Indonesia diatur dalam PBI Uang Elektronik. Uang elektronik yang berlaku di Indonesia diterbitkan bank atau lembaga selain bank yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia. Kedudukan hukum penerbit uang elektronik ditinjau dari sistem penyelenggaraan uang elektroniknya adalah berkedudukan sebagai pihak yang berwenang menerbitkan uang elektronik sebagaimana diatur dalam PBI Uang Elektronik Pasal 1 Angka 6. Bank atau lembaga selain bank yang akan melakukan kegiatan sebagai penerbit uang elektronik wajib memperoleh izin dari Bank Indonesia. Bank atau lembaga selain bank (pemohon) yang akan menyelenggarakan kegiatan sebagai penerbit harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari otoritas pengawas bank bagi pemohon berupa bank atau rekomendasi dari otoritas pengawas lembaga selain bank bagi pemohon berupa lembaga selain bank (jika ada).
Berbicara mengenai kedudukan hukum tidak terlepas dari hak dan kewajiban yang diberikan kepada penerbit uang elektronik. Berdasarkan PBI Uang Elektronik dapat dilihat kewajiban dari penerbit uang elektronik antara lain: 1. Penerbit wajib menggunakan sistem yang aman dan andal, memelihara,
meningkatkan keamanan teknologi uang elektronik, dan/atau mengganti infrastruktur dan sistem uang elektronik dengan yang lebih aman. Penerbit wajib memiliki kebijakan dan prosedur tertulis (standard operating
procedure) penyelenggaraan kegiatan uang elektronik dan menjaga keamanan dan kerahasiaan data. Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud diatas penerbit uang elektronik wajib melaksanakan audit teknologi informasi secara berkala dan melaporkan hasil audit teknologi informasi
tersebut kepada Bank Indonesia. 24
2. Penerbit harus melakukan pencatatan dana float uang elektronik dengan
ketentuan sebagai berikut:25
3. Pencatatan dana float uang elektronik registered harus dilengkapi dengan daftar nominatif yang paling kurang meliputi nama pemegang, nomor uang elektronik, dan nilai uang elektronik.
4. Pencatatan dana float uang elektronik unregistered harus dilengkapi dengan nomor dan nilai uang elektronik. Penerbit harus menjamin keamanan atas dana float yang ditempatkan dan/atau ditatausahakan dari risiko likuiditas, risiko kredit, risiko hukum, maupun risiko operasional.
5. Penerbit harus menyediakan informasi kepada calon pemegang uang elektronik dan pemegang uang elektronik secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan lengkap dan jelas mengenai produk dan biaya uang elektronik.
6. Menerbitkan uang elektronik sesuai dengan nilai uang yang disetorkan pemegang uang elektronik kepada penerbit.
24
Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang elektronik (Elecktronic Money) Pasal 24
25
SE BI Nomor 16/11/DKSP/2014 perihal Penyelenggaraan Uang Elektronik Bab VI Sub bab H.
7. Mematuhi batas maksimum nilai uang elektronik yang disimpan pada media elektronik dan batas maksimum nilai transaksi uang elektronik sesuai ketentuan yang ditetapkan.
8. Dalam hal media uang elektronik mempunyai keterbatasan usia teknis yang harus diperbahatui dengan penggantian media penyimpanan, uang elektronik yang masih tersisa menjadi kewajiban penerbit untuk tidak menghapus atau menghilangkan nilai uang elektronik karena masih merupakan milik pemegang uang elektronik.
9. Wajib mencatat identitas pedagang (merchant) yang bekerjasama dengan penerbit.
10. Penerbit wajib menerapkan manajemen risiko operasional dan risiko keuangan.
11. Uang elektronik yang diterbitkan wajib menggunakan mata uang rupiah. Berdasarkan PBI Uang Elektronik dapat dilihat hak dari penerbit uang elektronik antara lain:
1. Penerbit dapat mengenakan biaya layanan fasilitas uang elektronik kepada
pemegang. Dalam hal Penerbit akan mengenakan biaya layanan kepada pemegang, penerbit wajib menginformasikan secara jelas dan transparan kepada pemegang. Biaya layanan yang dapat dikenakan oleh penerbit kepada
pemegang sebagaimana dimaksud berupa: 26pertama, biaya penggantian
media uang elektronik untuk penggunaan pertama kali atau penggantian media uang elektronik yang rusak atau hilang; kedua,biaya pengisian ulang
26
Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang elektronik (Elecktronic Money) Pasal 12 A
(top up) melalui pihak lain yang bekerjasama dengan penerbit atau menggunakan delivery channel pihak lain; ketiga , biaya tarik tunai melalui pihak lain yang bekerjasama dengan penerbit atau menggunakan delivery channel pihak lain; keempat, biaya administrasi untuk uang elektronik yang tidak digunakan dalam jangka waktu tertentu.
2. Penerbit dapat menyelenggarakan layanan keuangan digital. Penyelenggaraan
layanan keuangan digital oleh penerbit dilakukan melalui kerja sama dengan agen layanan keuangan digital. Agen layanan keuangan digital sebagaimana
dimaksud dapat berupa:27pertama, penyelenggara transfer dana atau badan
usaha berbadan hukum Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11A Ayat (2); kedua , individu ( hanya dapat dilakukan oleh Penerbit berupa Bank).
Kedudukan hukum penerbit uang elektronik dapat juga dilihat sebagai pelaku usaha. Berdasarkan Undang-Undang ITE kedudukan hukum penerbit uang elektronik dapat ditinjau dari penggunaan uang elektronik sebagai alat pembayaran menggunakan sistem elektronik. Pasal 9 Undang-Undang ITE menyatakan bahwa para pelaku usaha yang menawarkan produk melalui sistem elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan. Penerbit uang elektronik dalam sistem penyelenggaraan uang elektronik dapat dikatakan sebagai pelaku usaha yang menawarkan sebuah barang, dalam hal ini uang elektronik. Sebagai pelaku usaha yang menawarkan sebuah barang pihak penerbit uang elektronik
27
Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang elektronik (Elecktronic Money) BAB VIA Pasal 24B
menciptakan dan menawarkan barang tersebut kepada konsumen yakni pengguna uang elektronik.
Kedudukan hukum penerbit uang elektronik ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut Undang-Undang Perlindungan Konsumen). Penerbit sebagai pihak yang menerbitkan uang elektronik menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen memiliki kedudukan hukum sebagai pelaku usaha. Uang elektronik yang diterbitkan dianggap sebagai produk yang ditawarkan penerbit kepada pengguna uang elektronik selaku konsumen. Sesuai dengan Pasal 1 angka 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai ekonomi.
Kedudukan hukum penerbit uang elektronik dapat dilihat dari hubungan penerbit uang elektronik dengan pengguna uang elektronik. Dalam pembelian uang elektronik pada penerbit akan dilengkapi dengan syarat dan ketentuan penggunaan uang elektronik tersebut. Syarat dan ketentuan tersebut menjadi suatu bentuk perjanjian antara penerbit dan pengguna uang elektronik dalam penggunaannya pada transaksi uang elekronik. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) pada Pasal 1313 menjelaskan suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Lebih lanjut pada Pasal 1338 KUH
Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Hal ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat berupa syarat-syarat dan ketentuan dari penggunaan uang elektronik secara sah mengikat para pihak.