BAB II KEDUDUKAN HUKUM PENERBIT UANG ELEKTRONIK DALAM
B. Sistem Penyelenggaraan Uang Elektronik
1. Perkembangan alat pembayaran
Proses perkembangan penerimaan uang sebagai alat pembayaran berlangsung bertahap dan sangat lama. Berbagai benda dikembangkan sebagai alat pembayaran yang dapat digunakan dalam perdagangan, seperti kulit kerang, batu permata, gading, telur, beras, atau benda lainnya. Seiring dalam
perkembangannya, masyarakat menggunakan benda-benda seperti lgam berharga dan kertas sebagai uang. Sebelum digunakannya kertas sebagai uang, logam berharga dikenal sebagai bentuk uang yang paling popular karena memiliki cirri- ciri yang pantas yakni dapat dipecah-pecah dan dinyatakan dalam unit-unit kecil sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan transaksi dengan mudah. Selain itu uang logam mudah dibawa, tahan lama dan tidak mudah rusak.
Perkembangan transaksi pembayaran dan alat pembayaran berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi dan informasi, berikut ini dijabarkan mengenai evolusi uang sebagai alat
pembayaran:18
a. Full bodied Money
Kemunculan uang logam, adalah sebuah era baru dalam sistem pembayaran.sebagai alat tukar, logam dipilih karena memiliki nilai yang relatif tinggi, semua orang mau menerima, tahan lama, mudah dipindahtangankan, dan bisa dibuat pecahannya. Jenis logam yang paling banyak digunakan pada mulanya terbuat dari bahan besi dan tembaga. Seiring dengan waktu dan perkembangan teknologi saat itu, peran besi dan tembaga kemudian digantikan dengan koin yang terbuat dari perak dan emas yang dianggap lebih tahan lama dan nilainya relatif lebih standar. Uang logam yang terbuat dari emas dan perak dikenal sebagai uang penuh (full bodied money).
18
Aulia Pohan, Sistem Pembayaran Strategi dan Implementasi di Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 47-54.
b. Representative full-Bodied Money
Uang kertas, pada awalnya, bukanlah sebagai alat transaksi
pengganti logam. Kertas-kertas itu berisi dokumen yang digunakan sebagai bukti kepemilikan atas emas dan perak. Sebagai logam yang bernilai, kepemilikan emas dan perak harus didukung oleh bukti dan bukti itu lah yang dibuat dalam bentuk lembaran kertas. Ketika emas dan perak ditransaksikan, kertas-kertas itu pula yang menjadi perantara transaksi.
Berdasarkan istilah lain, uang kertas yang beredar itu dijamin
sepenuhnya oleh emas dan perak yang disimpan dan sewaktu-waktu emas dan perak itu bisa ditukarkan. Penggunaan “uang kertas” ini berlangsung lama, dan lambat laun mengalami perubahan dimana uang kertas yang beredar tidak lagi dijamin oleh emas dengan nilai yang sama dengan nominalnya. Selanjutnya, “kertas-bukti” itulah yang menjadi alat tukar.
Seiring dengan perkembangannya timbullah pemikiraan untuk
menciptakan uang kertas yang terdapat suatu nilai tertentu dan nilai tersbut tetap dijamin penuh oleh logam berharga. Uang kertas tersebut menunjukan bukti kepemilikan atas suatu komoditas seperti emas dan perak. Periode ini dikenal sebagai era representative full-bodied money. Komoditas yang mejadi jaminan disimpan dalam tempat yang aman sementara uang kertas dapat beredar sebagai alat tukar.
c. Credit Money
Keharusan untuk menjamin penuh uang kertas dengan koin emas
meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap alat pembayaran yang efisien, namun tetap dapat dipercaya. Uang yang berkembang kemudian adalah uang yang nilainya lebih besar daripada nilainya sebagai barang. Bahkan untuk uang kertas nilainya sebagai barang menjadi tidak penting sama sekali. Jenis uang inilah yang bisa disebut sebagai fiat atau credit money.
d. Cek dan saldo giro
Inovasi penting dalam perubahan proses pembayaran muncul dengan digunakannya cek dan saldo giro. Perkembangan alat pembayaran ini tak lepas dari munculnya lembaga bank. Secara tradisional bank sebagai penyimpanan uang, telah memulai inovasi proses pembayaran dengan basis rekening giro masyarakat. Melalui evolusi yang cukup panjang kebutuhan masyarakat akan alat pembayaran yang lebih efisien yang diakomodasi dari penerbitan cek.
Penempatan uang dalam jumlah besar pada rekening giro pada suatu lembaga keuangan jauh lebih aman daripada memegang uang tersebut sendiri yang memerlukan tempat penyimpanan khusus dengan resiko hilang atau dicuri. Selain itu rekening giro juga menyediakan kemudahan dalam catatan transaksi yang bisa menjadi informasi yang bermanfaat bagi kepemilikan dana. Semakin maju suatu perekonomian biasanya diikuti dengan semakin besarnya proporsi uang giral yang dimiliki masyarakat.
e. Transaksi elektronik
Secara garis besar, evolusi uang sebenarnya berakhir sampai fiat
money. Karena sampai saat ini pun penggunaan fiat Money atau uang tunai masih ada. Namun, inovasi dalam pembayaran masih berlanjut hingga kini yakni transaksi pembayaran elektronik atau dapat dikategorikan sebagai sistem pembayaran non tunai (non cash electronic funds transfer system). Pembayaran elektronik adalah pembayaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti integrated circuit (IC), cryptograph atau sandi pengamanan data transaksi dan jaringan komunikasi.
Transaksi elektronik dimulai dari transfer antar jaringan di internal
bank, terutama di bank-bank besar dengan jaringan yang luas, yang memang membutuhkan efisiensi dalam melakukan transaksi pemindah bukuan. Lambat laun, transaksi elektronik dimanfaatkan untuk transaksi antara bank dan nasabahnya, terutama nasabah perusahaan yang membutuhkan transaksi dalam jumlah besar dan frekuensi tinggi. Kebutuhan ini mendorong tumbuhnya beberapa perusahaan switching yang berperan dalam melakukan kliring data transaksi antar bank dan settelmant transaksinya. Sejak munculnya lembaga switching dan komponen lainnya yang terlibat seperti penyedia jaringan komunikasi, penyedia infrastruktur Anjungan Tunai Mandiri (ATM) serta komponen lainnya, tak pelak turut mendorong penggunaaan transfer dana secara elektronik tersebut.
Seiring dengan perkembangannya, uang tunai berupa kertas dan logam menimbulkan permasalahan dalam pelaksanaan sistem pembayaran, khususnya untuk transaksi dalam jumlah besar, karena selain adanya kesulitan membawa uang dalam jumlah banyak juga ada risiko yang mungkin akan timbul misalnya perampokan. Hal tersebut memunculkan alat pembayaran dengan non tunai. Pembayaran non tunai yaitu pembayaran yang dilakukan tanpa menggunakan
uang tunai yang beredar.19
Perkembangan sistem pembayaran non tunai diawali dengan instrumen pembayaran bersifat paper based seperti cek, bilyet giro, dan warkat lainnya. Sejak perbankan mendorong menggunakan sistem elektronik serta penggunaan alat pembayaran menggunakan kartu dengan segala bentuknya, maka berangsur - angsur pertumbuhan penggunaan alat pembayaran yang berbasiskan kertas (paper based) makin menurun. Apalagi sejak sistem elektronik seperti transfer dan sistem
kliring mulai banyak digunakan.20 Hingga akhirnya sekarang dikenal uang
elektronik sebagai salah satu alat pembayaran non tunai.
2. Para pihak dalam sistem penyelenggaraan uang elektronik
Sesuai dengan PBI Uang Elektronik maka dapat dilihat pihak-pihak dalam sistem penyelenggaraan uang elektronik ini yaitu:
a. Prinsipal
Prinsipal merupakan bank atau lembaga selain bank yang bertanggung jawab atas pengelolaan sistem dan/atau jaringan antar anggotanya yang berperan sebagai penerbit dan/atau acquirer, dalam
19
http://dewilestari3012.blogspot.com/2013/03/sistem-pembayaran_15.html (diaskes tanggal 19 Maret 2015)
20
transaksi uang elektronik yang kerja sama dengan anggotanya didasarkan atas suatu perjanjian tertulis. Dalam hal ini bank yang dimaksud diatas adalah bank sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak dan bank syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yaitu bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.
Lembaga selain bank yang dimaksud diatas adalah badan usaha berbadan hukum Indonesia bukan bank. Istilah badan usaha dalam bahasa sehari-hari bukan hal yang asing di masyarakat. Namun, dalam sudut pandang hukum jelas ada perbedaan yang cukup prinsipil antara badan hukum dan badan usaha. Dilihat dari sudut pandang terminologi bahasa, tampak bahwa kata “badan usaha” terdiri dari dua suku kata, yakni “badan dan usaha”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) di jelaskan, badan mempunyai makna bervariasi, antara lain, badan bisa diartikan sekumpulan orang yang merupakan suatu kesatuan untuk mengerjakan sesuatu. Demikian juga kata usaha mempunyai makna bervariasi, antara lain, usaha bisa diartikan kegiatan di bidang perdagangan (dengan maksud mencari untung); perdagangan; perusahaan.
Secara tataran normatif istilah “badan” digunakan dalam Undang- Undang Ketentuan Umum Pajak. Tepatnya dalam Pasal 1 butir 3 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan dijelaskan:
“Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi pereroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau orgganisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk badan usaha tetap”.
Keterangan diatas dapat diketahui bahwa badan usaha berarti sekumpulan orang dan modal yang mempunyai kegiatan atau aktivitas yang bergerak di bidang perdagangan atau dunia usaha atau sering juga disebut dengan perusahaan. Mengingat belum adanya pengaturan tentang badan hukum dalam undang-undang tersendiri, maka para ahli hukum mencoba membuat kriteria badan usaha yang dapat dikelompokkan
sebagai badan hukum jika memiliki unsur:21 pertama, adanya pemisahan
harta kekayaan antara badan usaha dengan pemilik badan usaha; kedua, badan usaha mempunyai tujuan tertentu; ketiga, badan usaha mempunyai kepentingan sendiri; keempat, adanya organ yang jelas dalam badan usaha yang bersangkutan.
Suatu badan usaha tidak dapat dikelompokkan sebagai badan hukum jika tidak memenuhi unsur-unsur di atas. Maka untuk mengetahui
21
suatu perkumpulan disebut badan hukum, yakni: pertama , adanya kekayaan yang terpisah dari kekayaan orang perorangan yang de fakto bertindak; kedua, adanya kepentingan yang bukan kepentingan pereorangan, melainkan kepentingan suatu kumpulan orang yang merupakan suatu kesatuan.
b. Penerbit
Bank atau lembaga selain bank yang menerbitkan uang elektronik. Bank atau lembaga selain bank yang akan melakukan kegiatan sebagai penerbit uang elektronik wajib memperoleh izin dari Bank Indonesia. Bank atau lembaga selain bank (pemohon) yang akan menyelenggarakan kegiatan sebagai penerbit harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari otoritas pengawas bank bagi pemohon berupa bank atau rekomendasi dari otoritas pengawas lembaga selain bank bagi pemohon berupa lembaga selain bank (jika ada).
c. Acquirer
Bank atau lembaga selain bank yang akan melakukan kegiatan sebagai aqquirer wajib memperoleh izin dari Bank Indonesia. Bank atau lembaga selain bank yang: pertama, melakukan kerja sama dengan pedagang sehingga pedagang mampu memproses transaksi dari uang elektronik yang diterbitkan oleh pihak selain acquirer yang bersangkutan; dan kedua bertanggungjawab atas penyelesaian pembayaran kepada pedagang.
d. Pemegang
Pemegang adalah konsumen, dimana Pasal 1 angka 2 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan konsumen merupakan setiap orang pemakai barang/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Barang yang dipakai dalam hal ini adalah uang elektronik. Dapat disimpulkan pemegang merupakan pihak yang menggunakan uang elektronik.
e. Pedagang (merchant)
Merupakan penjual barang dan/atau jasa yang menerima transaksi pembayaran dari pemegang uang elektronik. Pemindahan nilai uang elektronik terjadi apabila ada transaksi pembayaran yang dilakukan pada pedagang (merchant) melalui suatu mesin khusus.
f. Penyelenggara Kliring
Merupakan bank atau lembaga selain bank yang melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer dalam rangka transaksi uang elektronik.
g. Penyelenggara Penyelesaian Akhir
Merupakan bank atau lembaga selain bank yang melakukan dan bertanggungjawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer dalam rangka
transaksi uang elektronik berdasarkan hasil perhitungan dari penyelenggara kliring.
h. Agen Layanan Keuangan Digital (LKD)
Merupakan pihak ketiga yang bekerjasama dengan penerbit dan bertindak untuk dan atas nama penerbit dalam memberikan Layanan Keuangan Digital. Layanan Keuangan Digital adalah kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan yang dilakukan melalui kerja sama dengan pihak ketiga serta menggunakan sarana dan perangkat teknologi berbasis mobile maupun berbasis web dalam rangka keuangan inklusif.
Pasal 10 PBI Uang Elektronik menjelaskan lembaga selain bank yang akan melakukan kegiatan sebagai prinsipal, penerbit, acquirer, penyelenggara kliring dan/atau penyelenggara penyelesaian akhir yang beroperasi di wilayah Republik Indonesia harus berbadan hukum Indonesia dalam bentuk perseroan terbatas.
Penyelenggara uang elektronik yang selanjutnya disebut penyelenggara
adalah prinsipal, penerbit, acquirer, penyelenggara kliring, dan/atau
penyelenggara penyelesaian akhir yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/11/DKSP/2014 tentang Penyelenggaraan Uang Elektronik maka permohonan izin sebagai penyelenggara diatas disampaikan kepada Bank Indonesia secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dan memuat informasi yang paling kurang mengenai: pertama, penjelasan mengenai uang elektronik yang akan diterbitkan meliputi: jenis uang elektronik berupa registered dan/atau unregistered, penggunaan media penyimpanan nilai uang elektronik berupa server dan/atau chip, dan ada atau
tidaknya fasilitas transfer dana; kedua, rencana waktu dimulainya kegiatan; ketiga, nama produk uang elektronik yang akan digunakan; keempat, narahubung (contact person) dan/atau penanggungjawab (person in charge) pemohon yang dapat dihubungi.
Hubungan antara penerbit, pemegang uang elektronik dan pedagang (Merchant) merupakan hubungan terpenting dalam transaksi uang elektronik. Nilai uang elektronik dapat diperoleh dengan menukarkan sejumlah uang tunai atau melalui pendebetan rekening pada bank penerbit atau kemudian disimpan secara elektronik pada suatu media server atau chip. Pemindahan nilai uang elektronik terjadi apabila ada transaksi pembayaran yang dilakukan pemegang uang elektronik kepada pedagang (merchant) melalui suatu mesin khusus.
3. Mekanisme Sistem Penyelenggaraan Uang Elektronik
Mekanisme adalah cara untuk mendapatkan sesuatu secara teratur sehingga menghasilkan suatu pola atau bentuk untuk mencapai tujuan yang
diinginkan22. Mekanisme yang akan dibahas di skripsi ini adalah mekanisme
penyelenggaraan uang elektronik. Tentang bagaimana terbentuk suatu pola secara teratur dalam penyelenggaraan uang elektronik. Didalam mekanisme juga akan dijelaskan bagaimana hubungan masing-masing pihak.
Mekanisme penyelenggaran uang elektronik dimulai saat pihak penyelenggara uang elektronik seperti prinsipal, penerbit, acquirer, penyelenggara kliring, dan/atau penyelenggara penyelesaian akhir telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk menjadi pihak penyelenggara uang elektronik. Persyaratan
22
dan tata cara memperoleh izin dari Bank Indonesia tersebut diatur di Bab II-V Surat Edaran Bank Indonesia tentang penyelenggaraan uang elektronik.
Penyelenggara yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia hanya dapat bekerjasama dengan penyelenggara yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia. Kerja sama penyelenggara dengan pihak lain dalam rangka penyediaan
sarana pemroses dan infrastruktur pendukung penyelenggaraan uang
elektronik,penyelenggara dapat melakukan kerja sama dengan perusahaan penyedia sarana dan infrastruktur pendukung antara lain berupa perusahaan personalisasi atau perusahaan penyedia jasa teknologi dalam penyelenggaraan uang elektronik.
Kerja sama penerbit dengan pihak lain dalam rangka kegiatan Layanan Keuangan Digital (LKD). Dalam rangka kegiatan Layanan Keuangan Digital (LKD), penerbit dapat bekerjasama dengan agen Layanan Keuangan Digital (LKD) berupa: pertama, penyelenggara transfer dana; kedua, badan usaha berbadan hukum Indonesia; ketiga, individu. Kerja sama penerbit dengan tempat penguangan tunai dalam rangka menyediakan fasilitas tarik tunai, penerbit yang menyediakan fasilitas transfer dana melalui uang elektronik dapat melakukan kerja sama dengan tempat penguangan tunai. Kerja sama penerbit dan/atau acquirer dengan pedagang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: pertama, penerbit dan/atau acquirer harus memastikan bahwa bidang usaha pedagang tidak termasuk bidang usaha yang dilarang oleh undang-undang; kedua, harus dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis.
Kerja sama penerbit dalam rangka co-branding berlaku ketentuan sebagai berikut: co-branding adalah kerja sama yang dapat dilakukan antara: penerbit dengan penerbit lainnya; dan/atau penerbit dengan pihak lain (co-brand partner). co-branding adalah kegiatan uang elektronik yang dilakukan melalui kerja sama pemasaran produk.
Mekanisme pemindahan dana pada uang elektronik ada yang dapat dilakukan secara langsung antar pemegang uang elektronik. Namun ada pula uang elektronik yang hanya dapat digunakan untuk pembayaran ke pedagang (merchant). Pedagang (merchant) tersebut selanjutnya sewaktu-waktu dapat mentransfer total nilai yang terekam dalam peralatannya untuk dikredit ke rekeningnya di bank.
Selain itu, dalam hal mekanisme pemindahan dana, sistem uang elektronik
dapat dibedakan atas :23
a. Sistem off-line
Pada sistem off-line, informasi dibaca secara elektronis pada magnetic stripe atau micro chip. Dalam sistem off-line ini, pada umumnya, uang elektronik mengandung semua informasi penting untuk mengidentifikasi kartu dan nilai (saldo). Dengan kata lain, pada sistem off-line tidak perlu melakukan hubungan terlebih dahulu dengan lembaga keuangan atau pusat data base untuk proses otorisasi transaksi.
23
http://herilyon.blogspot.com/2012/07/mekanisme-kerja-sistem-e-money.html (diakses tanggal 19 Maret 2015)
b Sistem on-line
Dilain pihak, sistem on-line menggunakan sandi pada uang elektronik untuk mengidentifikasi nilai yang ada di dalam uang elektronik ke dalam pusat data base. Nilai yang disimpan dipelihara dalam suatu pusat data base. Terminal penerima kartu dan pusat data base tersebut saling berhubungan. Apabila kartu dipakai untuk melakukan pembayaran atau penambahan sejumlah nilai, data base akan melakukan penyesuaian. Sistem informasi uang elektronik dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini:
Gambar 1: sistem informasi uang elektronik
Berdasarkan gambar di atas tampak seluruh pihak yang terkait dalam sistem uang elektronik. Pada diagram tersebut terdapat pihak-pihak penyelenggara
uang elektronik dengan input-output masing-masing. Untuk deskripsi yang lebih jelas berikut ini berisi input-output masing-masing pihak penyelenggara uang elektronik yang menunjukkan perannya dalam rangkaian sistem uang elektronik:
a. Penerbit dari gambar diatas inputnya adalah laporan kliring dan
permohonan isi ulang saldo. Sedangkan outputnya adalah isi ulang saldo pengguna.
b. Pemegang uang elektronik, inputnya adalah kredit saldo uang elektronik
dan isi ulang saldo pengguna. Sedangkan outputnya adalah permohonan isi ulang saldo dan pembayaran.
c. Pedagang (merchant), inputnya adalah pelunasan tagihan dan outputnya
adalah tagihan.
d. Server (Operator network), input dan outputnya adalah data komunikasi
Mekanisme hubungan para pihak dalam penggunaan uang elektronik dapat dijelaskan melalui gambar berikut:
Gambar 2: mekanisme hubungan para pihak dalam penggunaan uang elektronik
Berdasarkan gambar 2 diatas terdapat dua proses utama dari sistem penggunaan uang elektronik yaitu: proses pembayaran yang menghubungkan
pemegang uang elektronik dengan pedagang (merchant). Proses ini terjadi ketika pemegang uang elektronik melakukan pembelian barang dan/atau jasa pada pedagang (merchant) dan melakukan pembayaran menggunakan uang elektronik; dan proses deposit saldo yang menghubungkan pemegang uang elektronik dengan penerbit uang elektronik. Proses ini terjadi ketika pemegang uang elektronik melakukan pengisian saldo uang elektronik pada bank atau Anjungan Tunai Mandiri (ATM) terdekat. Dari proses ini akan habis atau berkurangnya saldo pengguna uang elektronik akibat penggunaan secara berkala.
Mekanisme penggunaan uang elektronik sesuai dengan gambar 2 dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pemegang akan melakukan pembelian uang elektronik dengan sejumlah
nilai yang diinginkan dengan menginstruksikan bank penerbit untuk mendebit rekeningnya atas pembelian nilai elektronik pada uang elektronik tersebut.
b. Atas dasar instruksi tersebut, bank penerbit kemudian mendebit rekening
pemegang dan mengkredit atau memindahkan ke rekening penampungan dan bersamaan dengan itu memasukkannya menjadi nilai elektronik ke dalam uang elektronik untuk diserahkan dan digunakan oleh pemegang.
c. Pemegang uang elektronik kemudian melakukan transaksi pembayaran
dengan pedagang (merchant) dengan menggunakan uang elektronik miliknya. Atas transaksi tersebut, nilai elektronik pada uang elektronik akan berpindah ke pedagang (merchant) melalui peralatan card reader
bersamaan dengan bertukarnya barang atau jasa dari pedagang ke pemegang.
d. Nilai uang elektronik yang ada pada pedagang akan berpindah ke rekening
pedagang yang ada pada bank penerbit.
e. Nilai uang elektronik pemegang yang tersimpan pada rekening
penampungan bank penerbit akan berpindah melalui proses transfer ke rekening pedagang (merchant).
Pada umumnya data transaksi yang terjadi antara pemegang uang elektronik dan pedagang (merchant) tercatat pada suatu pusat database sehingga dapat dimonitor atau diawasi. Namun ada pula yang hanya melakukan pencatatan data transaksi individual yang sangat terbatas pada desain uang elektronik untuk melakukan transaksi secara langsung antar pemegang uang elektronik. Dengan konsep ini data transaksi tersebut hanya tercatat pada uang elektronik pemegang saja, sehingga hanya dapat dimonitor pemilik uang elektronik melakukan kontak dengan pusat database (misalnya, pada saat pemegang uang elektronik melakukan pengisian kembali sejumlah nilai pada uang elektroniknya)