• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEDUDUKAN HUKUM PENERBIT UANG ELEKTRONIK DALAM

D. Prosedur Menjadi Penerbit Uang Elektronik

1. Persyaratan dan tata cara memperoleh izin sebagai penerbit

Sesuai dengan Pasal 5 Ayat 5 PBI Uang Elektronik, prosedur dan persyaratan untuk memperoleh izin sebagai penerbit uang elektronik diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia yaitu SE BI Nomor 16/11/DKSP/2014 perihal Penyelenggaraan uang elektronik. Didalam surat edaran yang mengatur mengenai pelaksanaan penyelenggaraan uang elektronik ini dijabarkan mengenai

persyaratan sebagai penerbit uang elektronik, yaitu :28

a. Kegiatan sebagai penerbit dapat dilakukan oleh bank atau lembaga selain

bank.

b. Bank atau lembaga selain bank yang akan melakukan kegiatan sebagai

penerbit harus memperoleh izin dari Bank Indonesia.

c. Bank atau lembaga selain bank (pemohon) yang akan menyelenggarakan

kegiatan sebagai penerbit harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari otoritas pengawas bank bagi pemohon berupa bank atau rekomendasi dari otoritas pengawas lembaga selain bank bagi pemohon berupa lembaga selain bank (jika ada).

28

d. Lembaga selain bank yang wajib mengajukan permohonan izin sebagai penerbit adalah lembaga selain bank yang telah mengelola atau merencanakan mengelola dana float sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) atau lebih.

e. Lembaga selain bank yang mengajukan permohonan izin sebagai penerbit

wajib berbadan hukum Indonesia dalam bentuk perseroan terbatas yang telah menjalankan kegiatan usahanya di bidang: pertama , keuangan;

kedua, telekomunikasi; ketiga, penyedia sistem dan jaringan; keempat,

transportasi publik; dan/atau bidang usaha lainnya yang disetujui Bank Indonesia.

f. Persyaratan dokumen bagi Bank dan lembaga selain bank yang

mengajukan permohonan izin sebagai penerbit mengacu pada lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari surat edaran Bank Indonesia ini.

Permohonan izin sebagai penerbit uang elektronik disampaikan kepada Bank Indonesia secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dan memuat informasi

yang paling kurang mengenai:29

a. Penjelasan mengenai uang elektronik yang akan diterbitkan meliputi:

pertama, jenis uang elektronik berupa registered dan/atau unregistered;

kedua, penggunaan media penyimpanan nilai uang elektronik berupa

server dan/atau chip; ketiga, ada atau tidaknya fasilitas transfer dana.

b. Rencana waktu dimulainya kegiatan.

29

SE BI Nomor 16/11/DKSP/2014 perihal Penyelenggaraan uang elektronik Bab II sub Bab B

c. Nama produk uang elektronik yang akan digunakan

d. Narahubung (contact person) dan/atau penanggung jawab (person in

charge) pemohon yang dapat dihubungi.

2. Proses permohonan izin

Proses terhadap permohonan izin calon penerbit uang elektronik yang diterima, Bank Indonesia melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Pemeriksaan administratif terhadap dokumen yang disampaikan oleh

pemohon, meliputi: pertama, pemeriksaan kelengkapan dokumen; kedua ,

pemeriksaan kesesuaian dokumen. Bank Indonesia melakukan

pemeriksaan kesesuaian dokumen apabila dokumen yang disampaikan telah lengkap. Dalam hal dokumen yang disampaikan tidak lengkap, Bank Indonesia mengembalikan dokumen tersebut kepada pemohon.

b. Pemeriksaan lapangan (on site visit) untuk melakukan verifikasi atas

kebenaran dan kesesuaian dokumen yang diajukan serta memastikan kesiapan operasional.

c. Berdasarkan hasil penelitian administratif berupa pemeriksaan kesesuaian

dokumen sebagaimana dimaksud pada butir a terdapat ketidaksesuaian persyaratan dokumen yang disampaikan oleh pemohon, pemohon harus menyampaikan dokumen yang telah disesuaikan kepada Bank Indonesia dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak tanggal surat pemberitahuan yang pertama kali disampaikan oleh Bank Indonesia mengenai ketidaksesuaian persyaratan dokumen tersebut. Dalam hal sampai dengan jangka waktu tersebut pemohon belum menyampaikan

dokumen yang telah disesuaikan, maka Bank Indonesia dapat menolak permohonan izin.

d. Pemohon yang permohonan izinnya ditolak oleh Bank Indonesia

sebagaimana dimaksud pada angka 2 dapat mengajukan permohonan izin kembali setelah jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal ditolaknya permohonan izin.

e. Dalam hal dokumen permohonan dinyatakan telah benar dan sesuai

dengan persyaratan, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan lapangan.

f. Berdasarkan hasil penelitian administratif dokumen dan hasil pemeriksaan

lapangan, Bank Indonesia dapat: pertama , menyetujui permohonan izin;

kedua, menolak permohonan izin.

g. Persetujuan atau penolakan permohonan izin sebagaimana dimaksud

disampaikan secara tertulis oleh Bank Indonesia kepada pemohon.

h. Selama masih dalam proses perizinan, pemohon dilarang melakukan

kegiatan uang elektronik kecuali dalam rangka menguji kesiapan penyelenggaraan uang elektronik dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Uji coba dilakukan secara terbatas pada pengguna dan lokasi transaksi

di lingkup internal pemohon.

2) Menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia mengenai rencana

pelaksanaan dan pengakhiran uji coba, sebagai berikut:

a) Laporan rencana pelaksanaan uji coba disampaikan kepada Bank

Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum pelaksanaan uji coba.

b) Laporan pengakhiran uji coba disampaikan kepada Bank Indonesia paling lama 10 (sepuluh) hari kalender setelah tanggal uji coba berakhir.

i. Dalam hal lembaga selain bank yang telah menyelenggarakan kegiatan

uang elektronik dengan dana float di bawah Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) mengajukan permohonan izin kepada Bank Indonesia maka selama dalam proses perizinan, lembaga selain bank tersebut tetap dapat menjalankan kegiatannya dengan ketentuan tidak menambah dana float.

3. Masa berlaku izin, pemrosesan perpanjangan izin sebagai penerbit, dan

evaluasi izin

Masa berlaku izin penerbit uang elektronik berdasarkan menjadi SE BI Nomor 16/11/DKSP/2014 tentang Penyelenggaraan Uang Elektronik diatur

sebagai berikut :30

a. Izin sebagai penerbit berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung

sejak tanggal pemberian izin dari Bank Indonesia dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun berikutnya.

b. Perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dapat dilakukan lebih

dari 1 (satu) kali.

Perpanjangan izin penerbit uang elektronik berdasarkan menjadi SE BI Nomor 16/11/DKSP/2014 tentang Penyelenggaraan Uang Elektronik diatur sebagai berikut :

30

SE BI Nomor 16/11/DKSP/2014 perihal Penyelenggaraan uang elektronik Bab III Sub Bab B

a. Penerbit yang akan memperpanjang masa berlaku izin harus menyampaikan surat permohonan perpanjangan izin kepada Bank Indonesia.

b. Surat permohonan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud dalam huruf a

disampaikan dengan ketentuan: pertama , paling cepat 18 (delapan belas) bulan; kedua, paling lambat 12 (dua belas) bulan, sebelum masa berlaku izin berakhir.

c. Dalam hal penerbit menyampaikan surat permohonan perpanjangan izin

tidak sesuai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf b maka penerbit dianggap tidak mengajukan perpanjangan izin.

d. Surat permohonan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud dalam huruf a

harus dilengkapi dengan pengkinian dokumen perizinan yang disampaikan pemohon pada saat pertama kali mengajukan izin. Berdasarkan hasil penelitian administratif dokumen, Bank Indonesia memutuskan: pertama , menyetujui permohonan perpanjangan izin; atau kedua , menolak permohonan perpanjangan izin.

e. Persetujuan atau penolakan permohonan perpanjangan izin sebagaimana

dimaksud dalam huruf d disampaikan secara tertulis oleh Bank Indonesia kepada pemohon.

f. Penerbit yang dianggap tidak memperpanjang izin sebagaimana dimaksud

dalam huruf c atau penerbit yang tidak memperpanjang izin harus memberitahukan kepada Bank Indonesia dengan ketentuan sebagai berikut: pertama , pemberitahuan kepada Bank Indonesia disampaikan

secara tertulis dalam Bahasa Indonesia paling lambat 12 (dua belas) bulan sebelum masa berlaku izin berakhir; kedua , surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dilengkapi dengan dokumen yang menjelaskan:

1) Alasan tidak memperpanjang izin sebagai penerbit.

2) Tanggal efektif penghentian penyelenggaraan kegiatan uang

elektronik.

3) Mekanisme pemberitahuan atau publikasi kepada pemegang,

pedagang, dan/atau pihak lainnya mengenai rencana penghentian penyelenggaraan kegiatan uang elektronik.

4) Jumlah Dana Float yang masih dikelola dan mekanisme penyelesaian

kewajiban kepada pemegang dan/atau pedagang serta jangka waktu penyelesaiannya.

5) Informasi lainnya yang terkait dengan rencana penghentian

penyelenggaraan kegiatan uang elektronik.

g. Informasi mengenai rencana penerbit tidak memperpanjang izin harus

disampaikan secara terbuka kepada masyarakat luas melalui paling kurang 3 (tiga) surat kabar yang berskala nasional.

Evaluasi izin sebagai Penerbit uang elektronik berdasarkan menjadi SE BI Nomor 16/11/DKSP/2014 tentang Penyelenggaraan Uang Elektronik diatur sebagai berikut :

a. Selama berlakunya jangka waktu izin sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a, Bank Indonesia berwenang melakukan evaluasi terhadap izin sebagai penerbit yang telah diberikan.

b. Evaluasi atas izin sebagai penerbit sebagaimana dimaksud dalam huruf a

dilakukan Bank Indonesia dengan mempertimbangkan paling kurang:

1) Tingkat optimalisasi dan perkembangan kegiatan penyelenggaraan

uang elektronik. Pertimbangan ini dilihat dari tingkat pertumbuhan atas beberapa faktor yaitu: pertama , transaksi uang elektronik, baik jumlah maupun nilai transaksi; kedua, kontribusi pendapatan dari kegiatan uang elektronik terhadap pendapatan penerbit

2) Tingkat kepatuhan penerbit terhadap ketentuan dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan ini dilihat dari beberapa faktor yaitu: pertama ,tingkat pemenuhan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam pelaksanaan kegiatan uang elektronik; kedua, jenis atau bentuk pelanggaran yang pernah dilakukan serta perbaikan yang telah dilakukan. Tingkat kepatuhan dan pemenuhan terhadap ketentuan yang berlaku tidak terbatas pada ketentuan mengenai uang elektronik, melainkan termasuk pula terhadap peraturan perundangundangan lainnya, seperti peraturan mengenai anti pencucian uang dan pendanaan terorisme, peraturan mengenai persaingan usaha yang sehat, dan peraturan mengenai transfer dana.

3) Aspek perlindungan konsumen. Pertimbangan ini dilihat dari beberapa faktor yaitu: pertama , tingkat pemenuhan prinsip-prinsip perlindungan

konsumen sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai

perlindungan konsumen; kedua , peningkatan jumlah dan jenis pengaduan; ketiga , kualitas penanganan serta penyelesaian pengaduan.

c. Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam huruf b, digunakan Bank

Indonesia untuk melakukan tindakan berupa: pertama , pencabutan izin;

kedua, mempersingkat masa berlaku izin; ketiga, membatasi kegiatan

penyelenggaraan uang elektronik.

4. Pemberitahuan tanggal efektif dimulainya kegiatan sebagai penerbit uang

elektronik

a. Bank atau lembaga selain bank yang telah memperoleh izin sebagai

penerbit harus menyelenggarakan kegiatan uang elektronik paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal surat persetujuan pemberian izin dari Bank Indonesia.

b. Penerbit yang telah menyelenggarakan kegiatan uang elektronik

sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus menyampaikan laporan tertulis kepada Bank Indonesia paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal efektif dimulainya kegiatan sebagai penerbit. Penerbit dinyatakan telah melaksanakan kegiatannya secara efektif apabila jaringan atau sistemnya telah dioperasikan dan produknya telah digunakan oleh masyarakat luas sebagai uang elektronik.

c. Penerbit yang tidak dapat menyelenggarakan kegiatan uang elektronik dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus menyampaikan laporan tertulis kepada Bank Indonesia mengenai alasan dan kendala yang menyebabkan belum dapat dilaksanakannya kegiatan sebagai penerbit disertai dengan bukti pendukung sebelum berakhirnya jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender sebagaimana dimaksud dalam huruf a. Berdasarkan alasan dan kendala yang disampaikan, Bank Indonesia dapat memberikan perpanjangan jangka waktu atau membatalkan izin.

d. Penerbit yang tidak menyelenggarakan kegiatan uang elektronik dalam

jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender dan tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf C maka izin yang telah diberikan oleh Bank Indonesia dinyatakan batal dan tidak berlaku.

BAB III

BENTUK PENYALAHGUNAAN UANG ELKTRONIK YANG MERUGIKAN PENGGUNA UANG ELEKTRONIK

A. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Uang Elektronik

Penggunaan uang elektronik sebagai salah satu alternatif alat pembayaran non-tunai memberi manfaat dan kelebihan dibanding alat pembayaran tunai dan non-tunai lainnya, Oleh karena itu uang elektronik mempunyai potensi dalam menggeser peran uang tunai untuk pembayaran-pembayaran yang bersifat retail sebab transaksi retail tersebut dapat dilakukan dengan lebih mudah dan murah baik bagi konsumen maupun pedagang (merchant).

Beberapa fungsi atau kelebihan uang elektronik dibandingkan dengan uang tunai maupun alat pembayaran nontunai lainnya kepada para pengguna, antara lain berikut ini.

1. Penggunaan uang elektronik lebih nyaman dibandingkan dengan uang tunai,

khususnya untuk transaksi-transaksi yang bernilai kecil (micro-payments), seperti: pertama , nasabah tidak perlu mempunyai sejumlah uang pas untuk suatu transaksi; kedua , tidak perlu menyimpan uang kembalian; ketiga , kesalahan dalam menghitung uang kembalian dari suatu transaksi dapat dikurangi.

2. Pengguna uang elektronik dapat melakukan isi ulang ‘electronic value’ ke dalam kartu uang elektronik dari rumah melalui saluran telepon, sehingga

mereka tidak perlu mengambil tambahan uang tunai melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

3. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu transaksi dengan uang

elektronik jauh lebih singkat dibandingkan transaksi dengan kartu kredit atau kartu debit, karena tidak memerlukan otorisasi on-line, tanda tangan, maupun PIN.

4. Uang elektronik adalah multi-purposed prepaid card sehingga satu kartu uang

elektronik dapat digunakan untuk berbagai keperluan misalnya untuk berbelanja di supermarket, department store, bioskop, SPBU, dan transportasi umum tertentu yang terdaftar dalam fitur uang elektronik terkait. Hal ini tentu sangat memudahkan pengguna dalam hal kenyamanan pengoperasian uang elektronik

Di dunia ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Demikian juga dengan sistem penyelenggaraan uang elektronik. Sebagus apapun sebuah sistem dikembangkan pasti memiliki hambatan atau kelemahan yang membuatnya perlu diperbaiki secara terus menerus. Uang elektronik pun demikian. Dari sekian banyak fitur yang ditawarkan oleh berbagai produk uang elektronik yang berkembang di Indonesia saat ini, terdapat beberapa kelemahan penting yang penulis temukan. Kelemahan uang elektronik tersebut antara lain:

1. Bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Perbankan, jadi nilai uang elektronik tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

3. Tidak terkait langsung dengan rekening nasabah di bank, karena pemegang kartu tidak harus menjadi nasabah di bank penerbit.

4. Dapat dipindahtangankan dan saldo dapat dipakai oleh siapapun jika kartu

hilang.

5. Tidak termasuk inventori bank, jadi tidak bisa dilacak penggunaannya jika

kartu hilang.

6. Jika kartu hilang tidak dapat diblokir dan nilai uang elektronik yang hilang

tidak akan diganti.

7. Dapat digunakan sebagai sarana money laundrying.

8. Tidak bisa menghilangkan fungsi uang tunai sepenuhnya.

Dengan segala kelebihan dan manfaat yang dimiliki oleh uang elektronik, disisi lain pun uang elektronik juga memiliki berbagai potensi risiko seperti dapat disalahgunakan. Jika hal ini terjadi tentunya dapat menyebabkan kerugian bagi pihak-pihak yang terkait seperti penerbit maupun konsumen pengguna uang elektronik. Untuk itu kita sebagai masyarakat perlu tahu, kenal dan peka mengenai potensi risiko keamanan serta lagkah-langkah atau tindakan yang dapat diterapkan untuk mengantisipasi risiko-risiko dalam penyelenggaraan uang elektronik.

Dibawah ini akan dijabarkan mengenai faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan uang elektronik tersebut:31

31

https://www.academia.edu/7381682/Kajian_atas_Sistem_Informasi_E-Money_Mandiri (diaskes pada 1 Mei 2015)

1. Faktor keamanan

Uang elektronik menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi. Namun demikian, untuk mencapai itu uang elektronik harus mengorbankan aspek lain, yaitu aspek keamanan. Dalam proses pembayaran sama sekali tidak ada proses otorisasi untuk meningkatkan risiko keamanan yang ditanggung oleh pihak pengguna / pemilik uang elektronik. Proses pembayaran dilakukan dengan menempelkan uang elektronik pada alat scan yang disediakan, tanpa melalui proses otorisasi baik berupa PIN atau proses otorisasi transaksi lainnya. Di sisi lain memang benar hal ini menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi. Namun di sisi lain, risiko keamanan yang ditanggung oleh pengguna sangatlah besar.

Apabila pengguna kehilangan uang elektronik, uang elektronik tersebut dicuri, atau kejadian lain yang menyebabkan kepemilikan uang elektronik beralih dari pengguna yang sah ke pihak lain yang tidak sah, maka uang elektronik tersebut tetap dapat dipergunakan oleh pihak lain yang tidak sah itu. Sehubungan dengan ini, pihak yang kehilangan uang elektronik tidak dapat melakukan upaya lain untuk memperjuangkan haknya. Pemillik uang elektronik tidak dapat melakukan blokir atas uang elektronik yang tercuri tersebut.

Di samping itu telah dinyatakan dalam perjanjian pembuatan uang elektronik antara bank dan Lembaga selain Bank dengan pengguna uang elektronik bahwa risiko kehilangan uang elektronik merupakan risiko pengguna. Untungnya, Bank Indonesia mengatur supaya ada batas nilai maksimal yang diperkenankan dalam satu uang elektronik. Dalam PBI Uang Elektronik diatur

bahwa besaran nilai maksimal dalam uang elektronik adalah sebesar Rp1.000.000,00. Ini merupakan upaya dari bank sentral untuk menurunkan tingkat risiko yang ditanggung oleh pengguna uang elektronik.

2. Faktor interoperabilitas

Kelemahan kedua dari sistem pembayaran uang elektronik ini adalah isu interoperabilitasnya. Interoperabilitas adalah kapabilitas dari suatu produk atau sistem yang antar mukanya diungkapkan sepenuhnya untuk berinteraksi dan berfungsi dengan produk atau sistem lain, kini, atau di masa mendatang, tanpa batasan akses atau implementasi. Dengan demikian, jika dikaitkan dengan uang elektronik, permasalahan interoperabilitas yang dihadapi adalah setiap instrument uang elektronik yang dikeluarkan oleh salah satu penerbit tidak bisa digunakan untuk pembayaran di merchant penerbit lainnya. Contoh sederhananya adalah uang elektronik yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri tidak bisa melakukan transaksi di Flazz reader milik BCA. Permasalahan seperti ini terjadi akibat tidak adanya standardisasi pada microprocessor chip, alat pembaca, aplikasi, dan/atau frekuensi radio yang dipergunakan untuk mentransmisi data moneter dari uang elektronik ke Operator Network pada setiap produk uang elektronik yang ada di Indonesia saat ini.

Akibatnya, pengguna uang elektronik perlu memiliki lebih dari satu uang elektronik untuk melakukan berbagai transaksi. Hal ini tentu sangat menyulitkan pengguna uang elektronik. Di samping itu, permasalahan ini tentu meningkatkan risiko keamanan yang ditanggung oleh pengguna uang elektronik seperti yang dibahas sebelumnya. Untuk mengatasi permasalahan ini, Bank Indonesia (BI)

bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) telah melakukan standardisasi pada seluruh komponen pendukung uang elektronik yang dikeluarkan oleh setiap penerbit yang telah diberi wewenang menerbitkan uang elektronik di Indonesia. Memang diperlukan regulasi dari bank sentral atau pihak lain yang berwenang agar permasalahan interoperabilitas uang elektronik dapat terselesaikan.

3. Faktor rekanan merchant yang masih terbatas

Ini adalah permasalahan yang dihadapi oleh hampir semua penerbit produk uang elektronik di Indonesia saat ini. Penerbit-penerbit tersebut sepertinya menghadapi kesulitan untuk memperluas kerjasama dengan merchant dalam rangka ekspansi penggunaan uang elektronik. Sampai saat ini baru Bank Mandiri dan BCA yang memiliki jaringan kerjasama yang luas, sementara penerbit lainnya masih sangat terbatas. Meskipun dikenal memiliki jaringan merchant yang cukup luas, Bank Mandiri dan BCA pun masih terbilang terbatas. Masih banyak merchant penyedia barang dan/atau jasa terkemuka yang belum menerima pembayaran menggunakan E-Money, misalnya Hero Supermarket, Giant, Hypermart, Bioskop XXI, Starbucks, dan lain-lain. Ini seharusnya menjadi concern utama penerbit produk uang elektronik di Indonesia untuk terus ditingkatkan, agar pengembangan penggunaan uang elektronik di masyarakat dapat berlangsung dengan cepat.

B. Bentuk Penyalahgunaan Uang Elektronik yang Merugikan Pengguna Uang Elektronik

Penggunaan uang elektronik dalam transaksi pembayaran menggunakan sistem transaksi elektronik. Sistem ini merupakan sistem komputer yang mencakup perangkat keras dan lunak dari komputer, termasuk mencakup jaringan telekomunikasi atau sistem komunikasi elektronik. Keberadaan sistem informasi ini merupakan penerapan teknologi informasi yang berbasis jaringan telekomunikasi dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis, menampilkan, dan mengirimkan atau menyebarluaskan informasi elektronik. Kegiatan transaksi melalui media sistem elektronik merupakan kegiatan virtual yang berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat

elektronik.32

Permasalahan hukum dalam sistem elektronik akan terjadi apabila sistem uang elektronik yang digunakan untuk melaksanakan transaksi elektronik (pembayaran) mengalami kegagalan dan terjadi penyalahgunaan uang elektronik mengakibatkan kerugian bagi pengguna uang elektronik. Seperti yang dijelaskan diatas, uang elektronik memiliki kelemahan-kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab untuk menyalahgunakan uang elektronik. Penyalahgunaan adalah proses, cara, perbuatan menyeleweng untuk melakukan sesuatu yang tidak sepatutnya atau menggunakan sesuatu tidak sebagaimana mestinya. Berbagai bentuk penyalahgunaan uang elektronik dapat

32

Niniek Suparni, CyberspacePeoblematika dan Antisipasi Pengaturannya (Jakarta:Sinar

terjadi, tetapi yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah bentuk penyalahgunaan uang elektronik yang merugikan pengguna uang elektronik.

Penyalahgunaan uang elektronik yang merugikan pengguna uang elektronik dapat terjadi pada tahap penggunaan uang elektronik tersebut. Tahap penggunaan uang elektronik yang dimaksud adalah pada saat pengguna uang elektronik melakukan transaksi dengan penerbit uang elektronik seperti kegiatan pembuatan uang elektronik yang baru bagi pengguna ataupun isi ulang uang elektronik. Selain itu, tahap penggunaan uang elektronik terjadi pada saat pengguna uang elektronik menggunakan uang elektronik tersebut untuk berbelanja atau bertransaksi dengan pedagang (merchant).

Dilihat dari pihak-pihak yang dapat melakukan penyalahgunaan uang elektronik tersebut, penyalahgunaan uang elektronik yang merugikan pengguna uang elektronik dapat dilakukan oleh pihak penyelenggara uang elektronik. Dalam hal ini adalah penerbit uang elektronik sebagai pihak yang langsung berhubungan dan melakukan transaksi dengan pengguna uang elektronik. Penyalahgunaan uang elektronik yang merugikan pengguna uang elektronik dapat pula dilakukan oleh pihak ketiga atau pihak lain diluar penyelenggara uang elektronik.

Berdasarkan tahapan penggunaan uang elektronik, penyalahgunaan uang elektronik yang dilakukan oleh pihak penyelenggara yaitu penerbit terjadi mulai dari tahap penerbitan uang elektronik tersebut. Berbeda dengan penyalahgunaan uang elektronik yang dilakukan oleh pihak ketiga atau pihak lain diluar penyelenggara uang elektronik dapat terjadi pada tahap uang elektronik tersebut

mulai dari tahap uang elektronik tersebut mulai digunakan oleh pengguna uang elektronik.

Bentuk-bentuk penyalahgunaan uang elektonik yang merugikan pengguna uang elektronik dapat dibagi 2 (dua) berdasarkan pihak yang melakukan penyalahgunaan uang elektronik tersebut yaitu:

1. Pihak penyelenggara uang elektronik (Penerbit)

Penyalahgunaan uang elektronik yang merugikan pengguna uang elektronik

Dokumen terkait