• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Kota Atambua dalam Sistem Kota-kota di NTT

Dalam dokumen Pendahuluan Latar Belakang (Halaman 87-92)

Kawasan Perencanaan

5.1.1. Kedudukan Kota Atambua dalam Sistem Kota-kota di NTT

Peran Kota Atambua dalam cakupan wilayah yang lebih luas, baik pada skala Kabupaten Belu, Pulau Timor maupun Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat diketahui antara lain dengan melihat kedudukannya dalam Hirarkhi kota-kota yang ada di Nusa Tenggara Timur.

Sejak masa orde baru, pemerintah telah menetapkan pusat-pusat perkembangan wilayah yang kemudian menentukan hirarki suatu kota dalam konstelasi perkembangan wilayah yang lebih luas. Sesuai dengan pusat-pusat perkembangan wilayah yang ada, maka untuk Propinsi NTT ditetapkan beberapa kota orde I, orde II dan orde III. Urutan orde kota sekaligus merupakan urutan hirarkhi kota. Adapun pengelompokan kota-kota di NTT berdasarkan hirarkhinya dapat digambarkan dalam bagan berikut :

Bab 5

Hirarki I

KUPANG

Hirarki II

ATAMBUA MAUMERE WAINGAPU RUTENG

SOE ENDE WAIKABUBAK BAJAWA

Gambar V – 1. Hirarki Kota-kota di NTT

Sumber : Bappeda Propinsi NTT, 2003

Hierarkhi I : Kota Kupang

Hierarkhi II : Kota Maumere, Waingapu, Atambua dan Ruteng

Hierarkhi III : Kota Soe, Kefamenanu, Kalabahi, Lewoleba, Larantuka, Ende, Bajawa, Labuhan Bajo, dan Waikabubak

Dalam kedudukan ini maka Kota Atambua memiliki peran strategis dalam sistem kota-kota di NTT. Kota Atambua akan memiliki wilayah pengaruh yang tidak hanya terbatas pada kota-kota kecamatan di Kabupaten Belu melainkan juga bagi kota-kota hirarkhi III yang ada terutama di Pulau Timor yaitu Soe dan Kefamenanu

.

Adanya pelabuhan laut serta prasarananya dan pelabuhan udara juga mendukung kedudukan Kota Atambua sebagai salah satu pintu gerbang ke Pulau Timor dari berbagai pulau lain di NTT maupun di Indonesia. Distribusi berbagai barang kebutuhan masyarakat dari berbagai kota di Pulau Jawa ke Kota Atambua dan wilayah di sekitarnya dapat dilakukan langsung ke dan dari Kota Atambua, tanpa perlu melalui Kota Kupang. Ini sangat membantu memperpendek jalur distribusi barang sehingga harga jual barang menjadi lebih ekonomis.

Peran strategis Kota Atambua semakin mengemuka dengan kedudukannya sebagai Kota Perbatasan yang menjadi pintu masuk yang menghubungkan wilayah Indonesia dengan wilayah negara tetangga Timor Leste. Selain memiliki implikasi politik sebagai etalase negara terhadap negara tetangga, Kota Atambua juga berperan penting dalam sistem perdagangan antar negara.

5.1.2. Pengaruh Potensi dan Masalah Wilayah yang Lebih Luas terhadap Kota Atambua

a. Potensi

 Fisik Dasar dan Sumber Daya Alam

Kondisi fisik tanah, iklim dan curah hujan yang spesifik telah menyebabkan pulau Timor memiliki berbagai potensi komoditi alam yang khas dimiliki daerah ini.

 Pertanian & Peternakan

Kondisi iklim Pulau Timor yang relatif kering telah melahirkan banyak padang sabana yang luas. Keberadaan padang sabana adalah sumber pakan alamiah bagi ternak sapi. Hingga saat ini Pulau Timor adalah sumber pasokan daging sapi bagi wilayah lain di Indonesia. Meskipun kurangnya budidaya yang tertata dengan baik menyebabkan akhir-akhir ini mutu ternak sapi dari Pulau Timor mulai kalah bersaing dengan ternak sapi dari daerah lain di Indonesia bahkan dari daging sapi impor yang mulai membanjiri pasar Indonesia.

Pertanian yang berkembang di Pulau Timor adalah pertanian lahan kering yang cukup menjanjikan. Budidaya tanaman seperti jeruk, apel, vanili, kacang tanah, kacang hijau, bawang, dan sebagainya sangat potensial untuk dikembangkan di daerah ini.

Beberapa jenis tanaman hutan seperti jati juga tumbuh dengan baik di wilayah ini. Produksi jati lokal di Pulau Timor telah mensuplai bahan baku untuk banyak industri berbahan baku kayu seperti furnitur dan kusen di kota-kota di pulau ini.

 Pertambangan

Berbagai potensi pertambangan tersebar cukup merata di Pulau Timor. Selain bahan tambang galian C, di pulau ini terdapat berbagai bahan tambang lain seperti emas, meskipun belum tereksplorasi dengan baik. Bahan tambang potensial di Pulau Timor yang akhir-akhir ini kerap mendapat sorotan adalah batu marmer yang terdapat dalam jumlah cukup besar di wilayah ini. Konon mutu marmer di wilayah ini adalah salah satu yang terbaik di dunia.

Di samping itu, di wilayah perairan Pulau Timor terdapat potensi minyak dan gas bumi yang hingga saat ini belum dieksplorasi dengan baik.

 Perikanan

Sebagai bagian dari wilayah kepulauan dengan luas lautan lebih besar dari daratan dan kondisi laut yang relatif bebas polusi, Pulau Timor menyimpan potensi perikanan yang sangat besar. Berbagai jenis ikan laut yang tersedia dalam jumlah melimpah perairan laut wilayah ini adalah potensi yang dapat dikembangkan untuk industri perikanan seperti pengawetan dan pengalengan ikan.

 Pariwisata

Alam Pulau Timor yang eksotik dengan garis pantai yang cukup panjang adalah potensi yang dapat dikembangkan untuk industri pariwisata.

Wisata pantai adalah wisata andalan, hampir di tiap kabupaten di Pulau Timor. Namun di beberapa tempat terdapat pula obyek wisata gunung yang cukup potensial seperti taman nasional Mutis dan taman wisata Bua’t yang berada di Kabupaten TTS.

Manejemen yang baik akan dapat mengembangkan industri pariwisata di pulau Timor dengan lebih baik.

 Perdagangan & Industri

Potensi industri rakyat cukup berkembang di daerah ini, terutama dengan menggunakan berbagai potensi bahan baku lokal. Industri kain tenun khas daerah dan berbagai cendera mata berbahan kain tenun adalah salah satu industri rakyat andalan daerah ini. Industri minyak cendana serta berbagai handycraft berbahan baku kayu cendana sempat mengalami kejayaan beberapa dasawarsa lalu, namun kini melemah karena kurangnya pasokan bahan baku. Industri modern seperti semen yang terdapat di kota Kupang juga merupakan salah satu industri andalan daerah ini.

Kedudukan daerah ini sebagai kawasan perbatasan, mengakibatkan adanya potensi perdagangan lintas batas yang

dapat dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang cukup menjanjikan.

b. Masalah

 Iklim dan Topografi

Topografi Pulau Timor yang berbukit-bukit serta tutupan lahan yang kering diakibatkan kondisi iklimnya telah menghadirkan masalah tersendiri dalam pengembangan perekonomian wilayah ini. Kondisi topografis yang kurang ramah mengakibatkan sulitnya transportasi ke berbagai wilayah pedalaman daerah ini.

Di musim penghujan kondisi ini memburuk karena kondisi jalan yang tidak mungkin dilalui kendaraan. Pada jalan negara yang menghubungkan kabupaten-kabupaten di pulau ini, terdapat beberapa ruas jalan yang seringkali terputus di musim penghujan. Kondisi ini menyebabkan kemacetan dalam distribusi barang dan jasa ke berbagai daerah di wilayah ini. Ini sangat mempengaruhi kondisi perekonomian di beberapa tempat.

Fisik tanah dasar Pulau Timor yang merupakan pulau karang muda juga menambah kesulitan dalam pembuatan jalan demi membuka isolasi ke daerah-daerah pedalaman di pulau ini.

 Sumber Daya Air

Iklim yang kering sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air di Pulau Timor. Kelangkaan air adalah masalah yang sudah dianggap lumrah oleh sebagian besar penduduk pulau Timor. Sumber-sumber air yang telah dieksplorasi dan dieksploitasi tidak memiliki debit yang cukup untuk melayani kebutuhan air penduduk. Bahkan di musim penghujan sekalipun seringkali terjadi kelangkaan air.

Di daerah pedalaman sering dijumpai kondisi dimana penduduk lokal harus berjalan 3 sampai 5 km untuk mencapai sumber air.

Beberapa penelitian geologis telah menemukan sumber air tanah yang cukup potensial, namun sekali lagi kendala manajemen seringkali menjadi masalah untuk dapat mengatur pendistribusian air bersih secara baik ke seluruh wilayah Pulau Timor.

5.2.1. Pembagian Blok Analisis

Demi mempermudah analisis maka kawasan perencanaan dibagi atas beberapa blok analisis yaitu :

Blok 1 : adalah blok yang terletak pada bagian selatan kawasan perencanaan, terdiri atas permukiman dan sejumlah bangunan perdagangan seperti toko dan ruko serta beberapa bangunan pelayanan publik seperti Bank.

Blok 2 : blok ini adalah blok inti perencanaan dimana terletak pasar dan bangunan-bangunan perdagangan pendukungnya. Hampir seluruh bangunan di kawasan ini memiliki fungsi perdagangan, kecuali terminal lama.

Blok 3 : blok ini adalah area pendukung kegiatan utama perdagangan. Fungsi bangunan di area ini lebih variatif, selain toko, ruko dan kios terdapat pula rumah tinggal dan kantor. Waktu-waktu tertentu jika jumlah pedagang meningkat maka ke area inilah kegiatan perdagangan “meluap”.

Blok 4 : blok ini juga merupakan area buffer kegiatan perdagangan di pasar. Terdapat sejumlah bangunan toko, hotel dan rumah tinggal. Rumah tinggal di blok ini sebagiannya adalah rumah tinggal dari beberapa pedagang di pasar.

Blok 5 : blok ini tidak berhubungan langsung dengan wilayah pasar sehingga relatif lebih tenang. Di kawasan ini terdapat sejumlah ruko, rumah jabatan Bupati, dan bangunan rumah tinggal. Jalan Cut Nya Dien dan Jalan Gadjah Mada yang melintasi daerah ini adalah salah satu jalan protokol di Kota Atambua sehingga mutunya cukup baik.

Dalam dokumen Pendahuluan Latar Belakang (Halaman 87-92)

Dokumen terkait