• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Land Use dan Space Use

Dalam dokumen Pendahuluan Latar Belakang (Halaman 103-106)

Konsep Penataan Kawasan Perencanaan

6.1. Konsep Land Use dan Space Use

Land Use dan Space Use diatur pengembangannya berdasarkan Sub Kawasan/Blok Analisis yang telah ditetapkan sebelumnya. Berikut ini adalah Konsep Pengembangan Blok-blok Analisisnya.

BLOK

ANALISIS Land Use Space Use

BLOK 1 Permukiman Perdagangan

Umum

Pergudangan

Street Scape di kawasan ini terbentuk oleh bangunan pertokoan dan jasa publik lain yang ada di sepanjang koridor Jalan Pramuka. Lebar badan jalan dan penataan pedestrian yang telah dibuat dengan cukup baik meskipun pada satu sisi jalan saja telah membentuk

street scape yang cukup menarik

Pengembangan Sub Kawasan ini sebagai area buffer sekaligus pengantar untuk masuk ke dalam kawasan perdagangan dapat dilakukan melalui pengembangan fungsi-fungsi bangunan yang telah ada dan membersihkannya dari aktivitas-aktivitas ikutan yang menghalangi pandangan ke street

scape yang telah terbentuk.

Bangunan-bangunan permukiman dan pergudangan dalam Blok ini dikembangkan sebagai fungsi pendukung dari kegiatan perdagangan barang dan jasa yang berlangsung di koridor Jalan Pramuka.

BLOK 2 Perhotelan Pendidikan Peribadatan Permukiman

Koridor Jalan I.J. Kasimo dalam Blok ini memiliki visualisasi yang lebih “renggang” dibandingkan kawasan lainnya. Ini bermanfaat sebagai

kawasan penyeimbang terhadap kawasan di sekitarnya yang lebih padat.

Kepadatan visual yang rendah di kawasan ini mendukung keberadaan fungsi yang bersifat rekreatif dengan volume aktivitas sedang sampai rendah seperti perhotelan, restoran, serta fasilitas perdagangan lain yang memiliki unsur rekreatif di dalamnya seperti kafe atau arena bermain anak-anak. BLOK 3 Pasar Terminal Perdagangan Grosir Permukiman Pergudangan

Area pasar perlu dikembangkan dengan fungsionalisasi secara optimal semua space yang ada dengan mempertimbangkan efisiensi aksesibi-litas serta aspek ekonomi dari space dalam kawasan ini. Area yang ditempati oleh Terminal

dapat dikembangkan sebagai area entrance ke wilayah pasar sekaligus mewadahi fungsi parkir dan sirkulasi tanpa mengabaikan nilai ekonomis

space dengan cara mengembangkan pembangunan yang bernilai ekonomis tinggi.

Koridor Jalan Adam Malik selama ini telah berkembang dari area permukiman menjadi area perdagangan. Kondisi ini merupakan akibat dari adanya fungsi perdagangan yang menjadi “magnet” yang kuat pengaruhnya dalam perkembangan kawasan ini. Sesuai kondisi tersebut, kawasan ini dapat dikembangkan sebagai area perdagangan grosir dan umum. BLOK 4 Permukiman

Peribadatan Pendidikan Jalur hijau

Area ini didominasi oleh permukiman yang bertumbuh dengan sangat pesat. Beberapa fungsi lain merupakan fungsi pendukung yang memenuhi kebutuhan yang tumbuh dari area permukiman.

Area ini dilintasi oleh Jalur sungai yang cukup panjang sehingga dengan sendirinya dilintasi pula oleh jalur hijau yang telah ditetapkan di sepanjang area tepi sungai. Pembebasan area tepi sungai dari segala macam bentuk bangunan terutama hunian mutlak diperlukan sebagai upaya memelihara keseimbangan alam dan mencegah penggunaan sungai sebagai tempat

maupun industri. BLOK 5 Permukiman

Perkantoran Street scapesepanjang koridor Jalan Cut Nyadi area ini yaitu di Dien perlu dikembangkan dengan optimal untuk menciptakan

townscape yang menjadi elemen

pembentuk citra Kota Atambua secara keseluruhan.

Lebar badan jalan yang cukup memadai perlu dilengkapi dengan adanya asesories jalan yang mendukung serta jalur pedestrian yang selain fungsional juga dapat menjadi pendukung terbentuknya

street scape yang sesuai.

Keberadaan Rumah Jabatan Bupati adalah salah satu focal point di kawasan ini yang perlu didukung dengan keberadaan bangunan lain dengan massa yang cenderung lebih besar secara horisontal dibandingkan massa dalam kawasan/Blok lain.

Ada 3 daerah kepadatan dalam kawasan ini, yaitu kepadatan rendah, kepadatan sedang dan kepadatan tinggi.

1. daerah kepadatan tinggi

Pada daerah ini terjadi pemusatan aktivitas yang berlebihan. Untuk mensupport aktivitas di daerah ini dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung yang memadai. Di daerah ini diperlukan pula KDB dan KLB yang tinggi sehingga space yang ada mampu menampung aktivitas yang berlangsung. Dalam kawasan perencanaan, daerah kepadatan tinggi berada pada Blok 3, khususnya di area pasar serta pada Blok 1 di sebagian koridor Jalan Pramuka.

2. daerah kepadatan sedang

Daerah kepadatan sedang merupakan daerah dengan tingkat aktivitas sedang. Agar aktivitas dapat berlangsung dengan lancar pada daerah ini dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung yang sesuai dengan jenis aktivitas yang berlangsung. Daerah kepadatan sedang umumnya memiliki potensi untuk berkembang menjadi daerah

kepadatan tinggi baik secara insidentil maupun tetap sehingga sarana dan prasarana yang tersedia harus mengantisipasi hal tersebut.

Pada kawasan perencanaan ini, sebagian besar areanya yaitu pada Blok 1, 2, 3 dan 4 merupakan area tingkat kepadatannya adalah variasi antara kepadatan sedang dengan kepadatan tinggi maupun rendah. Misalnya, pada Blok 2 merupakan campuran antara kepadatan sedang yaitu yang berada di ruas Jalan I.J. Kasimo bagian selatan, dan kepadatan rendah pada area lainnya dalam Blok ini. Pada Blok 3, terjadi variasi antara daerah berkepadatan tinggi di area pasar dan sekitarnya sedangkan selebihnya adalah daerah berkepadatan sedang.

3. daerah kepadatan rendah

Daerah kepadatan rendah adalah daerah dengan pembangunan yang dibatasi. Di kawasan perencanaan, daerah kepadatan rendah adalah daerah yang karena fungsinya diharapkan memiliki citra visual yang baik. Karena itu pada daerah ini KDB dan KLB ditetapkan rendah sehingga dapat menjadi elemen pembentuk town scape yang sesuai dengan citra visual kota yang diinginkan.

Selain itu daerah kepadatan rendah juga ditempatkan pada area-area konservasi alam sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan ekosistem yang diakibatkan oleh pembangunan yang berlebihan. Daerah kepadatan rendah terdapat pada Blok 5 yaitu koridor Jalan Cut Nya Dien yang merupakan street scape pembentuk citra visual Kota Atambua serta di Blok 1 dan 4 yang dilintasi aliran sungai merupakan area konservasi yang dalam RDTR Kota Atambua telah ditetapkan sebagai jalur hijau.

Dalam dokumen Pendahuluan Latar Belakang (Halaman 103-106)

Dokumen terkait