• Tidak ada hasil yang ditemukan

Non-Farm Off-Farm On-Farm

51

Hal lain yang menjadi penyebab tingginya pemanfaatan sektor on-farm di

Dusun Sirung Watang dibandingkan dengan Dusun Kedung Palungpung adalah adanya perbedaan produksi atau hasil dari pemanfaatan sumberdaya alam. Rumahtangga petani di Dusun Kedung Palungpung memanfaatkan kebun yang tersedia untuk ditanami oleh pohon kelapa yang kemudian dilakukan penyadapan untuk produksi gula merah, sementara rumahtangga petani di Dusun Kedung Palungpung memanfaatkan sumberdaya alam berupa sawah yang selalu tergenang banjir dengan produksi utama berupa padi sebanyak 2-4 kuintal dalam satu kali panen. Jika dibandingkan harga antara 1 kilogram gula merah dengan 1 kilogram gabah sangat jauh perbedaannya. Harga satu kilogram gula merah adalah Rp10 ribu, sementara harga satu kuintal gabah adalah Rp450 ribu yang jika disajikan dalam satuan kilogram berarti hanya Rp4.500 untuk satu kilogram gabah. Sehingga tidak heran jika pemanfaatan sektor on-farm sangat tinggi di Dusun Kedung Palungpung. Terdapat satu kesamaan dalam persentase pemanfaatan sumber nafkah pada kedua dusun yaitu rumahtangga petani lapisan atas sama-sama mendapatkan

persentase paling kecil pada pemanfaatan sumberdaya on-farm dibandingkan

dengan rumahtangga petani lapisan menengah dan bawah di kedua dusun. Hal ini disebabkan karena rumahtangga petani lapisan atas pada di kedua dusun memanfaatkan sektor non-farm berupa usaha yang didirikan sendiri seperti warung, pabrik batu bata, serta usaha rental mobil.

Pemanfaatan sektor off-farm di kedua dusun terlihat berbeda, dimana

pemanfaatan sektor off-farm di Dusun Kedung Palungpung lebih tinggi

dibandingkan dengan Dusun Sirung Watang. Seluruh lapisan ekonomi rumahtangga petani di Dusun Kedung Palungpung sama-sama memanfaatkan

sumber nafkah sektor off-farm, akan tetapi hal itu tidak terjadi pada rumahtangga

petani di Dusun Kedung Palungpung dimana rumahtangga petani lapisan atas tidak

memanfaatkan sumber nafkah sektor off-farm, hal tersebut dikarenakan

rumahtangga petani lapisan atas di Dusun Sirung Watang memanfaatkan sektor on- farm dan sektor non-farm secara optimal. Lain halnya dengan rumahtangga petani lapisan atas di Dusun Kedung Palungpung yang memanfaatkan sumber nafkah off- farm karena mereka tidak mampu memafaatkan sumber nafkah on-farm dikarenakan adanya faktor eksetrnal berupa banjir.

Pemanfaatan sumber nafkah off-farm dimanfaatkan oleh rumahtangga

petani lapisan bawah pada kedua dusun, hal ini dapat diketahui dari gambaran persentase pemanfaatan sumber nafkah di atas dimana persentase tertinggi pada pemanfaatan sektor off-farm dimiliki oleh rumahtangga petani lapisan bawah, hal ini terjadi karena rumahtangga petani tidak memiliki lahan banyak sehingga terpaksa harus bekerja menjadi buruh tani pada orang lain. Perbedaan selanjutnya

adalah jumlah persentase pemanfaatan dumber nafkah sektor off-farm di Dusun

Kedung Palungpung berada pada posisi rendah dibandingkan dengan pemanfaatan sektor off-farm di Dusun Kedung Palungpung karena hampir seluruh rumahtangga petani melakukan aktivitas pertanian di lahan milik sendiri yaitu menyadap. Menyadap dilakukan pagi dan sore setiap hari, dengan penghasilan yang menjanjikan sehingga rumahtangga petani di Dusun Sirung Watang tidak memiliki waktu untuk menjadi buruh tani atau sekedar menggarap lahan milik orang lain.

Pemanfaatan sektor non-farm didominasi oleh rumahtangga petani di Dusun Kedung Palungpung. Seluruh rumahtangga petani di Dusun Kedung Palungpung

memanfaatkan sektor non-farm secara optimal dikarenakan sektor on-farm yang

kurang menjanjikan sehingga tidak dapat dijadikan sebagai tumpuan hidup. Lain

halnya dengan rumahtangga petani di Dusun Sirung Watang dimana sektor non-

farm dimanfaatkan secara optimal hanya oleh rumahtangga petani lapisan atas kendati seluruh lapisan petani juga memanfaatkan sektor non-farm namun tidak secara optimal.

Rumahtangga petani di Dusun Sirung Watang khususnya lapisan menengah

dan bawah lebih tertarik untuk memanfaatkan sektor on-farm karena dianggap lebih

menanjikan dan mampu memberikan pendapatan tinggi. Lain halnya dengan rumahtangga petani di Dusun Kedung Palungpung yang lebih tertarik

memanfaatkan sektor non-farm dan beranggapan mampu memberikan jaminan

hidup untuk mereka. Jika rumahtangga petani di Dusun Kedung Palungpung

bertumpu pada sektor non-farm, berbeda rumahtangga petani di Dusun Sirung

Watang yang menjadikan sektor on-farm sebagai tumpuan hidup. Dikeduanya,

sektor off-farm menjadi sektor yang paling sedikit dimanfaatkan karena lapangan pekerjaan untuk sektor off-farm juga tidak sebanyak dan tidak se-menjanjikan sektor on-farm dan sektor non-farm.

Struktur Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Petani di Dua Dusun

Pengeluaran rumahtangga petani adalah total keseluruhan yang dibelanjakan oleh rumahtangga petani dalam satu tahun. Pengeluaran dalam penelitian ini dibedakan menjadi pengeluaran konsumsi dan pengeluaran non- konsumsi. Pengeluaran konsumsi terdiri dari total pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumahtangga petani untuk keperluan pangan sehari-hari untuk bertahan hidup. Sedangkan pengeluaran non konsumsi adalah jumlah pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumahtangga petani selain untuk makan. Pengeluaran non konsumsi terdiri dari biaya membayar listrik, membayar pajak, membeli pakaian, transportasi, keperluan pesta, membeli barang rumahtangga dan yang lainnya.

Pengeluaran konsumsi tidak dikeluarkan setiap hari, akan tetapi dalam penelitian ini pengeluaran non konsumsi akan dihitung dalam kurun waktu satu tahun. Dari struktur pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani ini juga akan

dilihat seberapa saving capacity yang mampu dilakukan oleh rumahtangga petani.

Saving capacity adalah jumlah keseluruhan dari pendapatan yang telah dikurangi oleh keseluruhan total pengeluaran.

53

Gambar 6 Jumlah pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani berdasarkan lapisan ekonomi Dusun Kedung palungpung Desa Tunggilis tahun 2015- 2016

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa saving capacity setiap lapisan ekonomi rumahtangga petani berbeda. Dapat dilihat bahwa semakin atas lapisan ekonomi

rumahtangga petani maka semakin besar pula saving capacitynya. Pada

rumahtangga petani lapisan bawah saving capacity nya adalah negatif yang berarti bahwa jumlah keseluruhan pengeluaran rumahtangga petani lapisan bawah di Dusun Kedung Palungpung melampaui jumlah pendapatan yang didapatkan. Nilai absolut dari saving capacity rumahtangga petani lapisan bawah di Dusun Kedung Palungpung adalah sebesar negatif Rp5,38 juta Menyiasati hal tersebut, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, rumahtangga petani lapisan bawah di Dusun Kedung Palungpung meminjam kepada tetangga, saudara, ngutang ke warung, dan bahkan meminta kepada orang tua. Naiknya harga bahan-bahan pokok menjadi alasan utama terjadinya saving capacity negatif pada rumahtangga lapisan bawah. Pengeluaran konsumsi terbesar ada pada rokok disamping beras. Seluruh rumahtangga petani memiliki anggota rumahtangga yang merupakan perokok aktif dan seluruh kepala keluarga merupakan perokok aktif juga. Sehingga dalam satu rumahtangga memungkinkan adanya perokok aktif lebih dari satu orang terutama jika memiliki anak laki-laki yang sudah remaja, atau terdapatnya anak atau mantu yang sudah menikah namun masih tinggal satu rumah bersama orang tuanya. Dalam satu rumahtangga minimal membeli satu bungkus rokok setiap harinya dengan harga antara Rp13 ribu sampai dengan Rp18 ribu.

56 27,02 14,99 28 25,71 23,26 20,37 22,81 0 10 20 30 40 50 60

Atas Menengah Bawah Rata-rata

Ju m lah p en d ap atan d an p en g elu ar an r u m ah tan g g a p er tah u n ( d alam j u taan r u p iah ) Lapisan Ekonomi Pendapatan Pengeluaran

Gambar 7 Jumlah pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani berdasarkan lapisan ekonomi Dusun Sirung Watang Desa Tunggilis tahun 2015- 2016

Berdasarkan Gambar 7 diketahui bahwa rumahtangga petani lapisan atas

memiliki saving capacity paling tinggi diantara semua lapisan yaitu sebesar

Rp128,84 juta sebuah nilai saving capacity yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena gaya hidup masyarakat Dusun Sirung Watang yang tidak terlalu mewah dan tidak mudah terbawa arus globalisasi mengingat letak dusun yang sangat jauh dari pusat desa dan sebagian besar wilayahnya berupa hutan. Rumahtangga petani lapisan atas cenderung menyimpan uangnya untuk kemudian dibelikan lahan sawah dan kebun serta modal usaha.

Rumahtangga petani lapisan menengah memiliki saving capacity meskipun jumlahnya tidak sebanyak rumahtangga petani lapisan atas. Dapat dilihat bahwa saving capacity yang dimiliki oleh rumahtangga petani lapisan menengah adalah sebesar Rp7,78 juta nilai tersebut dapat dinilai cukup rendah yaitu sebesar 6 persen dari total saving capacity rumahtangga petani lapisan atas.

Berdasarkan Gambar 7 juga diketahui bahwa rumahtangga petani lapisan

bawah tidak memiliki saving capacity untuk memenuhi kebutuhannya mereka

harus meminta bantuan dari orang lain dengan mengandalkan modal sosial yang

mereka miliki. Diketahui bahwa saving capacity rumahtangga petani lapisan bawah

bernilai negatif dengan nilai kongkrit sebesar negatif Rp3,34 juta dalam satu tahun terakhir.

Posisi Rumahtangga Petani Di Dua Dusun terhadap Garis Kemiskinan

Posisi rumahtangga petani dilihat dari garis kemiskinan bertujuan untuk melihat status rumahtangga petani berdasarkan tingkat pendapatan. Garis kemiskinan yang digunakan berdasarkan World Bank yaitu sebesar US$2 atau jika dikonversi ke rupiah adalah sebesar Rp27 ribu per kapita per hari. Nilai tersebut bedasarkan hasil pembulatan dari angka Rp26.600 dimana US$1 bernilai Rp13.300 per tanggal 16 Mei 2016 pukul 00.31 WIB. Pendapatan total yang diperoleh oleh rumahtangga petani dibagi berdasarkan jumlah orang dalam rumahtangga petani

167 33,44 8,4 40,96 38,16 25,66 11,84 34,94 0 50 100 150 200

Atas Menengah Bawah Rata-rata

Ju m lah p en d ap atan d an p en g elu ar an r u m ah tan g g a p er tah u n ( d alam j u taan r u p iah ) Lapisan Ekonomi Pendapatan Pengeluaran

55

kemudian diambil rata-rata per lapisan ekonomi dan kemudian diambil rata-rata per dusun. Berikut adalah posisi rumahtangga petani di dua dusun berdasarkan World Bank.

Gambar 8 Posisi rumahtangga petani Dusun Kedung Palungpung Desa Tunggilis terhadap garis kemiskinan menurut World Bank pertahun 2015-2016 Berdasarkan Gambar 8 diketahui bahwa hanya rumahtangga petani lapisan atas yang berada di atas garis kemiskinan dengan penghasilan rata-rata per kapita per hari sebesar Rp60 ribu atau sekitar US$4,5 mereka memanfaatkan semua sektor

baik on-farm, off-farm, maupun non-farm untuk memiliki pendapatan. Artinya

rumahtangga pertani lapisan atas di Dusun Kedung Palungpung tergolong kedalam kategori kaya. Sementara itu untuk rumahtangga petani lapisan menengah dan bawah berada di bawah garis kemiskinan.

Rumahtangga petani lapisan menengah berada pada posisi miskin dengan pendapatan per kapita per hari adalah sebesar Rp26 ribu atau sekitar US$1,9 sementara itu pendapatan rumahtangga petani lapisan bawah Dusun Kedung Palungpung adalah sebesar Rp14 ribu atau sekitar US$1,05 dan menjadikan mereka sebagai rumahtangga petani miskin. Artinya hanya sebanyak 4 dari 30 responden daerah banjir berada pada posisi kaya dan sebanyak 26 responden berada pada posisi miskin. 60000 26000 14000 27000 0 13500 27000 40500 54000 67500

Atas Menengah Bawah Rata-rata

Dusun Kedung Palungpung, Desa Tunggilis

Gambar 9 Posisi rumahtangga petani Dusun Sirung Watang Desa Tunggilis terhadap garis kemiskinan menurut World Bank pertahun 2015-2016 Berdasarkan Gambar 9 diketahui bahwa rumahtangga petani lapisan atas berada pada posisi diatas garis kemiskinan menurut World Bank dengan pendapatan per kapita per hari adalah sebesar Rp170 ribu atau sekitar US$12,8 hal tersebut dikarenakan rumahtangga petani lapisan atas mampu memanfatkan modal nafkah yang dimiliki serta memiliki pendapatan dari sektor on-farm dan sektor non- farm yang sangat tinggi.

Rumahtangga petani lapisan menengah berada tepat di garis kemiskinan dengan pendapatan Rp27 ribu per kapita per hari sekaligus menempatkan rumahtangga petani lapisan menengah berada pada posisi kaya menurut World Bank. Hal ini terjadi karena rumahtangga petani lapisan menengah di Dusun Sirung

Watang mampu memanfaatkan sektor on-farm secara maksimal dibantu dengan

sektor non-farm.

Dilihat dari Gambar 9 bahwa rumahtangga petani lapisan bawah berada dibawah garis kemiskinan menurut World Bank dengan pendapatan per kapita per hari hanya sebesar Rp10 ribu atau kurang dari US$1 meskipun rumahtangga petani lapisan bawah memiliki pendapatan dari sektor off-farm. Hal ini terjadi karena kepemilikan lahan yang rendah serta kecilnya pendapatan yang diterima baik dari hasil panen yaitu sektor on-farm, sektor off-farm maupun sektor non-farm.

Ikhtisar

Struktur nafkah yang dilihat dari pendapatan, pengeluaran, serta tabungan di kedua dusun menunjukkan perbedaan dari segi jumlah nominal baik pendapatan, pengeluaran, maupun tabungan. Rumahtangga petani di Dusun Sirung Watang cenderung memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan rumahtangga petani di Dusun Kedung Palungpung. Berdasarkan rata-rata pendapatan diketahui bahwa rumahtangga petani di Dusun Sirung Watang memiliki pendapatan dua kali

170000 27000 10000 37000 0 13500 27000 40500 54000 67500 81000 94500 108000 121500 135000 148500 162000 175500 189000

Atas Menengah Bawah Rata-rata

Dusun Sirung Watang, Desa Tunggilis

57

lipat dari pendapatan rumahtangga petani di Dusun Kedung Palungpung. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara pemanfaatan modal alam, dimana rumahtangga petani di Dusun Kedung Palungpung tidak memanfaatkan modal alam secara maksimal karena adanya gangguan alam berupa banjir yang setiap tahunnya selalu menggenang area persawahan. Kedua, rumahtangga petani di Dusun Kedung Palungpung tidak memanfaatkan secara maksimal lahan kebun yang dimiliki dengan alsan gangguan babi hutan dan letaknya yang jauh dari tempat tinggal.

Pengeluaran rumahtangga petani di Dusun Sirung Watang lebih rendah dibandingkan dengan pengeluaran rumahtangga petani di Dusun Kedung Palungpung, sehingga rumahtangga petani di Dusun Sirung Watang memiliki saving capacity yang lebih besar dibandingkan dengan rumahtangga petani di Dusun Kedung Palungpung. Alasannya adalah karena Dusun Kedung Palungpung berada dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan sehingga dinilai lebih “kota” dibandingkan dengan Dusun Sirung Watang sehingga menyebabkan kebutuhan konsumsi semakin meningkat karena adanya pengaruh modernisasi. Sementara Dusun Sirung Watang berada jauh dari kota sehingga tidak membuat masyarakatnya menjadi konsumtif dan terpengaruh modernisasi sehingga pengeluaran akan semakin kecil dan saving capacity semakin besar.

Berdasarkan garis kemiskinan menurut World Bank, sebagian besar rumahtangga petani Dusun Kedung Palungpung berada dibawah garis kemiskinan. Sementara rumahtangga petani di Dusun Sirung Watang berada diatas garis kemiskinan dengan rata-rata pendapatan keseluruhan sekitar Rp37 ribu per kapita per hari.

BASIS MODAL NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI DI DUA