• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

C. Kegemukan

Menurut Tjay dan Raharja (2002), kegemukan didefinisikan sebagai terdapatnya lemak tubuh dalam jumlah abnormal, yang mengakibatkan kegemukan dan overweight pada keadaan tinggi badan dan jumlah otot tertentu. Kegemukan biasanya didefinisikan sebagai berat badan 20% atau lebih di atas rata-rata orang sehat dengan tinggi badan, rangka, usia dan jenis kelamin yang sama. Kelebihan berat badan adalah berat badan di antara obesitas dan normal atau antara 10-20% melebihi normal (Linder, 1992). Berdasarkan tabel klasifikasi berat badan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), obesitas termasuk dalam kelebihan berat badan (Adam, 2004).

Secara umum, kelebihan berat badan berkaitan dengan terjadinya penyakit-penyakit lainnya, seperti sleep apnoea, sindrom metabolik, diabetes melitus, dislipidemia, kelainan kulit yang berhubungan dengan higiene, stroke, batu kelenjar empedu dan komplikasinya, serta depresi (Ridjab dkk, 2006).

2. Faktor penyebab kegemukan

Faktor seperti penuaan, keturunan, dan rusaknya pusat kenyang di hipotalamus mempunyai peranan penting dalam menimbulkan serta meningkatkan kelebihan berat badan. Faktor yang disebut di atas adalah faktor yang sulit untuk dicegah. Faktor yang dapat dicegah yang berperanan penting dalam kelebihan berat badan adalah jumlah asupan makan, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik (Ridjab dkk, 2006).

Obesitas sendiri merupakan kompleks penyakit kronis multifaktorial yang terjadi akibat interaksi antara genotip dan lingkungan di mana fisiologi, biokimia, genetik, lingkungan, kultur, sosioekonomi, dan psikologis maempunyai peranan penting (Ridjab dkk, 2006). Penyebab obesitas secara pasti belum jelas, tetapi obesitas umumnya diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara asupan dengan penggunaan energi. Obesitas disebabkan oleh banyak hal, tetapi terutama disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Di negara yang sedang berkembang, faktor lingkungan sangat berperan. Perubahan pola makan dan kurangnya aktivitas tubuh dalam kehidupan sehari-hari sangat menentukan penimbunan lemak dalam tubuh (Adam, 2004).

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi gemuk antara lain:

a. makan melebihi kebutuhan tubuh, seperti kebiasaan makan yang berlebih, cara memilih makanan yang salah, dan kebiasaan mengemil

b. kurang menggunakan energi c. faktor keturunan

d. faktor hormonal, pada wanita menopause dapat terjadi penurunan hormon thyroid sehingga kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang.

e. faktor kecepatan metabolisme basal yang rendah (Iis, 2002) 3. Terapi Kegemukan

Menurut Adam (2004), penatalaksanaan pada obesitas dan berat badan berlebih terdiri atas perencanaan makan dengan mengurangi jumlah kalori, meningkatkan aktivitas fisik, dan pemakaian obat-obatan. Sasaran yang ingin dicapai adalah menurunkan berat badan sekitar 5-10% dari berat badan awal. Pedoman pengobatan berat badan berdasarkan IMT dapat dilihat pada tabel I.

Tabel I. Pedoman pengobatan berat badan berdasarkan IMT (Adam, 2004)

Nilai IMT Pengobatan

18,5 – 24,9 Tidak ada pengobatan. Diet dan olah raga untuk mempertahankan berat badan

25 – 29,9

tanpa penyakit lain

Diet hipokalori dan olah raga untuk menurunkan berat badan dan mencegah bertambahnya berat badan

25 -29,9

disertai penyakit

Diet hipokalori dan olah raga, ditambah obat penurun berat badan (anti obesitas)

30 – 39,9 Diet hipokalori dan olah raga, ditambah obat penurun berat badan (anti obesitas)

≥ 40 Bila gagal dengan pengobatan konservatif, perlu dipertimbangkan tindakan operasi

Selain itu, terdapat pula penatalaksanaan berat badan secara terpadu (holistik) dengan 4 konsep pendekatan. Dengan pendekatan ini maka penurunan berat badan dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Namun lain halnya jika penurunan berat badan tidak dilakukan secara holistik, maka akan terjadi sindrom yoyo, yaitu berat

badan dapat turun dengan cepat tetapi kemudian melonjak kembali dengan total timbangan yang lebih banyak. Pendekatan holistik meliputi:

a. perencanaan makan yang benar, yaitu dengan makan teratur tiga kali sehari dengan komposisi yang tepat, yaitu karbohidrat 50%, protein 20%, dan lemak 30% dari total kalori. Perlu selalu diusahakan untuk makan secara bervariasi agar tubuh memperoleh semua gizi yang diperlukan. Sayur dan buah-buahan diperlukan sebagai serat nabati.

b. aktivitas fisik/olah raga, dengan melakukan aktivitas fisik, energi yang dikeluarkan akan meningkat, otot tubuh menjadi kencang, dan secara psikologis orang yang rajin berolahraga biasanya juga lebih fit dan percaya diri. Jenis olah raga yang dianjurkan adalah aerobik seperti jalan kaki, joging, ataupun berenang. c. perubahan tingkah laku, yaitu menanamkan motivasi dan disiplin diri dalam

usaha penurunan berat badan. Termasuk di sini adalah membiasakan diri merencanakan makan yang benar dan berolahraga sesuai yang dianjurkan serta menghindari makanan berlemak sebagai pelampiasan stress.

d. pengobatan, yang dilakukan dengan konsultasi dokter. Terdapat 2 mekanisme kerja obat-obat penurun berat badan, yaitu golongan penekan nafsu makan yang bekerja di susunan saraf pusat dan penghambat penyerapan lemak yang bekerja secara lokal di usus. Jenis obat yang bekerja secara lokal di usus ini relatif lebih aman untuk dikonsumsi dalam jangka panjang dan efek samping yang minimal (Anonim, 2006)

4.Pengukuran kegemukan a. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Ukuran untuk menentukan obesitas atau kelebihan berat badan adalah dengan menghitung IMT, yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2) (Adam, 2004). Pada tahun 1998 WHO menggunakan IMT untuk mempermudah pembagian dan pengartian kelebihan berat badan secara klinis walaupun sebenarnya kelebihan berat badan dan obesitas merupakan masalah kompleks yang penyebabnya belum diketahui secara lengkap. Indeks Massa Tubuh menggambarkan perbandingan antara berat dan tinggi badan yang berhubungan secara signifikan dengan kadar lemak tubuh total dan tidak berlaku untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan, orang yang sangat berotot, contohnya atlet, dan wanita hamil (Ridjab dkk, 2006). Pada orang Asia, angka persentase lemaknya lebih tinggi dari orang barat (Caucasian) pada IMT yang sama, sehingga WHO membuat klasifikasi IMT tersendiri bagi orang Asia seperti tampak pada tabel III.

Tabel II. Klasifikasi berat badan dengan menggunakan IMT pada orang dewasa menurut WHO (Adam, 2004)

Klasifikasi IMT ( kg/m2 ) Risiko komorbiditas

Kekurangan berat badan < 18,5 Rendah (tetapi terjadi peningkatan rata-rata risiko masalah klinis lainnya)

Normal 18,5 – 24,9 Rata-rata

Kelebihan berat badan ≥ 25

Pre-obes 25 – 29,9 Meningkat

Obesitas I 30 – 34,9 Moderat Obesitas II 35 – 39,9 Tinggi Obesitas III ≥ 40 Sangat tinggi

Tabel III. Klasifikasi berat badan dengan menggunakan IMT pada orang Asia dewasa menurut WHO (Adam, 2004) Klasifikasi IMT ( kg/m2 ) Risiko komorbiditas

Kekurangan berat badan < 18,5 Rendah (tetapi terjadi peningkatan rata-rata risiko masalah klinis lainnya)

Normal 18,5 – 22,9 Rata-rata

Kelebihan berat badan ≥ 23

Pre-obes 23 – 24,9 Meningkat

Obesitas I 25 – 29,9 Moderat

Obesitas II ≥ 30 Tinggi

b. Standard Brocca

Berat badan ideal dapat dihitung dengan rumus:

Berat badan ideal = (TB-100)-10% (TB-100) TB = Tinggi badan dalam cm

Disebut kelebihan berat badan (overweight) bila berat badan berada 10-20% di atas berat badan ideal, dan disebut kegemukan (obesitas) bila berat badan lebih dari 20% diatas berat badan ideal.

c. Berat badan relatif (Relative Body Weight/ RBW) Dapat diukur dengan rumus:

BBR = 100

100x TB

BB

BBR = Berat Badan Relatif TB = Tinggi badan dalam cm BB = Berat Badan dalam kilogram

Nilai BBR normal adalah 90 -110, bila nilai BBR > 120 berarti telah terjadi kegemukan (obesitas).

d. Rasio lingkar pinggang terhadap lingkar panggul (Waist-to-Hip Ratio/WHR)

Kegemukan atau penumpukan jaringan lemak juga dapat terjadi di perut (abdominal). Cara ini dapat digunakan untuk menilai apakah seseorang menderita obesitas abdominal, yaitu dengan cara menghitung rasio antara lingkar pinggang dan lingkar panggul. Wanita dikatakan menderita obesitas abdominal bila nilai WHR>0,9 , sedangkan pria dengan nilai WHR>1,0.

e. Lingkar pinggang (Waist Circumference/ WC)

Cara ini juga digunakan untuk menentukan obesitas abdominal. Dikatakan abnormal bila nilai lingkar pinggang > 88 cm pada wanita dan nilai lingkar pinggang > 102 cm pada pria. Untuk Asia sendiri terdapat ketentuan lain, yaitu > 80 cm pada wanita dan > 90 cm pada pria.

Dokumen terkait