• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Bidang Review Kebijakan dan Standar Internasional

Dalam dokumen e62979903c40404095ba3c224baef8b3LPS 2013 (Halaman 38-42)

BAB II. PELAKSANAAN KEBIJAKAN

2.1.3. Kegiatan Bidang Review Kebijakan dan Standar Internasional

Bidang kegiatan mengenai evaluasi kebijakan dan standar internasional termasuk yang cukup intens dilakukan pada tahun 2012, dimana di dalamnya juga mencakup pelaksanaan kerjasama dengan berbagai institusi domestik maupun institusi keuangan syariah internasional. Pelaksanaan evaluasi kebijakan yang dilakukan secara komprehensif, antara lain mencakup review terhadap kebijakan yang memiliki dampak luas, termasuk kesesuaian dan penerapan terhadap standar internasional, serta review terhadap pengaturan yang telah diterapkan maupun praktek yang terjadi dalam industri. Selain itu, peningkatan intensitas keikutsertaan Bank Indonesia pada lembaga dan forum internasional di bidang keuangan syariah juga memerlukan refocusing. Hasil dari review tersebut diharapkan menjadi rekomendasi guna terlaksananya fungsi penelitian, pengembangan, pengaturan dan pengawasan perbankan syariah yang lebih optimal dan sesuai dengan arah kebijakan yang telah digariskan.

Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain :

• Melakukan review mengenai penerapan standar IFSB No.12 tahun 2012 tentang Guiding Principles on Liquidity Risk Management for Institutions Offering Islamic Financial Services (IIFS). Review ini dilakukan dalam rangka rekomendasi penyusunan pengaturan manajemen risiko likuiditas bagi perbankan syariah di Indonesia, karena masih bervariasinya panduan dan praktek manajemen risiko likuiditas perbankan syariah di berbagai jurisdiksi. Selain itu penerapan manajemen risiko likuiditas bagi BUS/UUS di Indonesia saat ini masih berdasarkan ketentuan yang sama dengan Bank Umum Konvensional (BUK) yaitu SE No. 11/16/DPNP tahun 2009. Evaluasi dilakukan terhadap 15 prinsip yang hanya berlaku untuk lembaga keuangan syariah saja dari total 23 prinsip, serta berdasarkan kriteria : (i) kesesuaian dengan karakteristik perbankan syariah Indonesia, (ii) signifikansi hal yang diatur dengan kondisi perbankan syariah Indonesia dan (iii) ketercakupan dalam ketentuan BI.

Beberapa materi standar yang direkomendasikan untuk diakomodasi, antara lain : (i) pengawasan aktif Dewan Pengawas Syariah seperti mengevaluasi pertanggung jawaban Direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko likuiditas terkait pemenuhan Prinsip Syariah dan menyetujui mekanisme & produk manajemen risiko likuiditas sesuai Prinsip Syariah, (ii) Konsolidasi manajemen risiko likuiditas untuk BUS bagian dari BUK/UUS, agar pengurus dan

manajemen senior di induk mempersiapkan strategi, kebijakan dan prosedur untuk aktivitas perbankan syariah secara keseluruhan grupnya dan mempertimbangkan fasilitas likuiditas sesuai Prinsip Syariah dalam grupnya, (iii) identifikasi sumber risiko likuiditas seperti adanya implikasi/interaksi kontrak keuangan syariah a.l. dalam Mudarabah and Musharakah, risiko likuditas dapat timbul karena terjadinya keterlambatan atau tidak dibayarnya pembayaran bagi hasil selama kontrak dan tidak dibayarnya pokok oleh nasabah saat akhir kontrak dan (iv) dalam pengendalian internal, manajemen senior harus memastikan mekanisme internal control dan audit internal yang layak untuk menjaga integritas proses manajemen risiko likuiditas dengan menunjuk orang berkemampuan yang mengerti karakteristik kontrak dan aktivitas sesuai Prinsip Syariah. Di lain pihak terdapat juga materi dalam IFSB standard dimaksud yang belum diakomodasi tersendiri, karena karakteristik perbankan syariah Indonesia yang spesifik dan ketercakupan dalam ketentuan yang sudah ada. Pengaturan tersebut antara lain : (i) Identifikasi risiko likuiditas menyangkut penghimpunan dana berdasarkan Commodity Murabaha Transaction (CMT) dan (ii) Foreign Exchange Liquidity Risk, karena secara substansi sudah ada dalam pengaturan yang berlaku, selain portofolio perbankan syariah dalam international banking dan valuta asing masih kecil.

• Melakukan kajian terkait income smoothing (PER dan IRR) di perbankan syariah. Latar belakang dilakukannya kajian ini antara lain karena karakteristik return bagi hasil (mudharabah) dari dana pihak ketiga perbankan syariah bersifat tidak tetap, sehingga dapat memunculkan timbulnya kekhawatiran antara lain risiko beralihnya nasabah kepada sistem perbankan yang dapat menetapkan return pasti kepada nasabah (Displacement Commercial Risk/DCR). Dalam pada itu, perbankan syariah berupaya untuk memelihara loyalitas nasabah dengan cara memberikan hak atas imbalan hasilnya atau bagian keuntungannya kepada nasabah pada saat terjadi imbal hasil secara equivalent rate lebih rendah dibandingkan dengan bank lain.

Berdasarkan standar IFSB terkait, mitigasi DCR oleh bank syariah dapat dilakukan melalui 2 (dua) metode yaitu income smoothing dengan mitigasi dan income smoothing tanpa mitigasi. Metode income smoothing dengan mitigasi yaitu dengan menggunakan model Profit Equalization Reserve (PER), di mana bank syariah hanya boleh membentuk cadangan (reserve) secara intern yang diambil dari bagian keuntungan bank syariah yang melebihi tingkat imbalan yang kompetitif. Sementara metode income smoothing tanpa mitigasi adalah metode di mana bank syariah dapat mengurangi bagian keuntungannya untuk diberikan kepada nasabah sebagai hibah/hadiah agar tingkat imbalannya kompetitif. Sementara berdasarkan kepada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) terkait, income smoothing diperbolehkan dengan memenuhi beberapa syarat tertentu antara lain : (i) dilakukan secara terbatas, yaitu hanya dalam kondisi di mana loyalitas nasabah harus dijaga yang disebabkan rendahnya daya saing tingkat imbalan yang diperoleh nasabah, (ii) kebijakan income smoothing boleh dilakukan apabila dalam praktiknya tidak menimbulkan kecenderungan praktik ribawi terselubung dan tidak menghilangkan karakteristik bagi hasil yang didasarkan pada hasil nyata dengan memastikan tingkat imbalan tertentu, dan (iii) kebijakan income smoothing yang dilakukan tidak boleh mengurangi bagi hasil yang merupakan hak nasabah kecuali disepakati lain dalam akad.

Pada prakteknya, walaupun belum diatur secara tersendiri oleh Bank Indonesia namun terdapat bank Syariah di Indonesia yang telah melakukan Income Smoothing. Pelaksanaannya dilakukan pada saat tertentu yaitu saat imbal hasil produk Mudharabah secara equivalent rate-nya sangat

jauh di bawah bank lain yang memberikan return pasti, dan hanya diberikan terbatas kepada nasabah yang ‘sensitif’ serta atas persetujuan direksi maupun adanya opini DPS.

• Melakukan penyusunan Outlook Perbankan Syariah 2013, yang berisi pemaparan mengenai pelaksanaan kebijakan yang telah digariskan pada tahun sebelumnya dan kondisi perekonomian serta proyeksi pertumbuhan perbankan syariah di tahun 2013, termasuk juga arah kebijakan perbankan syariah pada tahun 2013. Hasil outlook ini kemudian dipresentasikan di hadapan stakeholders perbankan syariah dalam Seminar Akhir Tahun Perbankan Syariah, dan sebagai salah satu bahan arahan Gubernur Bank Indonesia dalam acara Bankers’ Dinner 2012.

• Melaksanakan kegiatan Working Group Perbankan Syariah WGPS bersama Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) dan Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI) antara lain berupa penyiapan materi dan pembahasan usulan rekomendasi terkait fatwa perbankan syariah, untuk kemudian disampaikan kepada Badan Pelaksana Harian DSN untuk diproses lebih lanjut sampai dengan terbitnya fatwa jika diperlukan fatwa atau sebatas opini syariah DSN-MUI. Selanjutnya keputusan yang dikeluarkan DSN-MUI tersebut ditindaklanjuti oleh Bank Indonesia dengan penyusunan ketentuan perbankan syariah jika diperlukan serta standar akuntansinya oleh DSAS IAI. Rekomendasi yang telah dikeluarkan WGPS sepanjang tahun 2012 mencakup topik : (i) Hedging Bank Syariah (Tahawuth), (ii) Murabahah dan Investasi Emas, (iii) Wa’ad dalam Kontrak Multi Akad, (iv). Wadi’ah atau Qardh dalam Funding, dan (v) Hadiah dalam Produk Perbankan Syariah.

• Melaksanakan kegiatan Komite Perbankan Syariah (KPS), antara lain berupa penyiapan materi dan perumusan rekomendasi kepada Bank Indonesia dalam rangka implementasi Prinsip Syariah yang diatur dalam fatwa DSN MUI ke dalam Peraturan Bank Indonesia sebagaimana amanah Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Selain itu, diharapkan berbagai rekomendasi KPS tersebut dapat mencakup dan turut serta berperan dalam pengembangan perbankan syariah secara umum.

• Melaksanakan kerjasama strategis bilateral dengan DSN-MUI berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara Bank indonesia dan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia dalam Mengembangkan Perbankan Syariah di Indonesia Nomor 14/PK/DPbS tanggal 12 Maret 2012 yang merupakan tindak lanjut Nota Kesepahaman antara Bank lndonesia dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama lndonesia No.12/1/BI/DPbS/NK - No.B-031/DSN-MUI/ll/2010, tanggal 3 Februari 2010. (Perkembangan WGPS, KPS dan Kerjasama Bilateral dengan DSN MUI lebih jauh dapat dilihat di Bab Kerjasama Domestik dan Internasional).

• Melakukan penyusunan stance dan posisi Bank Indonesia dalam forum kerjasama organisasi kerjasama keuangan syariah internasional seperti dalam Governing Board Meeting IILM, Council Meeting IFSB maupun Board of Directors IIFM. Serta penyusunan tanggapan posisi Indonesia (Bank Indonesia) terhadap program kegiatan non rutin dari institusi keuangan syariah Internasional seperti IDB, yaitu dalam pembahasan dan penyusunan : (i) Risk Management on Islamic Finance (kerjasama IDB dengan GARP) dan (ii) Financial Sector Assessment Program (FSAP) on Islamic Finance (kerjasama IDB dengan IMF-World Bank).

• Kegiatan pengembangan perbankan dan keuangan syariah Indonesia supaya lebih dapat dikenal di dunia internasional, melalui penyelenggaraan seminar internasional keuangan syariah Bank Indonesia yang ke-2, yang dilaksanakan pada bulan Mei 2012 di Bandung. Seminar dihadiri oleh Presiden Islamic Development Bank (IDB) Group dari Arab Saudi, dan perwakilan dari lebih 11 negara di dunia dengan jumlah peserta lebih dari 250 orang yang berasal dari regulator, praktisi, akademisi dan stakeholders keuangan syariah lainnya. Lebih jauh, Bank Indonesia juga turut aktif dalam mengkomunikasikan framework kebijakan perbankan syariah Indonesia maupun perkembangan perbankan dan keuangan syariah Indonesia di dunia internasional, bekerjasama dengan berbagai pihak seperti SESRIC-OIC, IFSB dan Kedutaan Besar Republik Indonesia melalui berbagai aktivitas seperti pengiriman narasumber/pembicara seminar dan pelatihan maupun penyelenggaraan seminar perbankan/keuangan syariah di berbagai belahan dunia antara lain di Bahrain, Malaysia, Mesir, Singapura, Mauritius, Tajikistan, Turki dan London-UK. Kegiatan promosi perbankan dan keuangan syariah Indonesia di dunia internasional ini intens dilakukan, agar dapat lebih menunjukkan kiprah dan posisi Indonesia dalam keuangan syariah dunia, sehingga diharapkan dapat membuat Indonesia menjadi salah satu referensi dan pusat keuangan syariah dunia. Hal ini rupanya telah diapresiasi oleh dunia internasional, dimana Bank Indonesia atas kiprahnya mempromosikan keuangan syariah selama tahun 2012 telah memperoleh penghargaan dari Islamic Finance News (IFN) Malaysia sebagai “The Best Central Bank in Promoting Islamic Finance”.

• Melakukan penyusunan Product Development Strategic Plan (PDSP), sebagai salah satu arah kebijakan pengembangan produk perbankan syariah kedepan.

Perkembangan produk perbankan syariah dalam beberapa tahun terakhir, mulai menunjukkan inovasi yang disesuaikan kebutuhan dan karenanya mendapatkan sambutan luas masyarakat. Namun demikian, sejumlah kendala dan kritik dialamatkan kepada perbankan syariah terkait produk dan layanan yang ditawarkan. Diantara kritik dimaksud antara lain, produk yang dinilai menyerupai atau meniru produk bank konvensional, variasi produk yang terbatas karena didominasi produk berbasis utang-piutang, dan kurang mengedepankan produk bagi hasil, dan baru melayani sebagian segmen yaitu segmen ritel, dan produk yang mahal dan kurang memihak pada upaya pengentasan kemiskinan. Di sisi lain, kendala yang dihadapi bank-bank syariah seperti keterbatasan SDM dan kemampuan R&D, landasan hukum yang kurang memadai, dan tingginya konsentrasi industri pada beberapa bank konvensional yang menyebabkan inefisiensi pada sebagian besar bank termasuk bank syariah, umumnya belum dipahami oleh masyarakat sebagai hal yang mempengaruhi pengembangan dan kualitas produk bank syariah.

Dalam konteks ini, penyusunan PDSP ditujukan untuk mengevaluasi perkembangan, mengidentifikasi tantangan dan peluang pengembangan, serta menentukan arah dan strategi pengembangan produk perbankan syariah ke depan. Sesuai tujuan tersebut, secara garis besar lingkup materi PDSP meliputi identifikasi aspek-aspek strategis pengembangan produk termasuk proses pengembangan produk dan sharia governance, mapping posisi dan arah pengembangan produk bank-bank syariah dikaitkan dengan pengembangan model bisnis, serta perumusan arah dan strategi pengembangan produk. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah berkembangnya variasi produk perbankan syariah yang dapat bersaing dan diterima oleh pasar, dan sesuai dengan kebutuhan beragam segmen jasa keuangan yang berkembang di Indonesia.

Dari sisi proses, penyusunan PDSP yang dimulai pasca perumusan model bisnis perbankan syariah sebagai referensi utama, telah melewati beberapa tahap yaitu survey proses pengembangan produk bank syariah, diskusi dan penyusunan opinion papers, serta Focus Group Discussion (FGD) dengan perbankan syariah. Sedangkan dari sisi materi, PDSP disusun dengan mempertimbangkan (i) gap antara produk perbankan syariah dengan kebutuhan masyarakat (produk bank konvensional lokal dan bank syariah internasional sebagai proxy), (ii) proses pengembangan produk perbankan syariah, termasuk aspek sharia governance dan aspek perizinan, (iii) isu penerapan prinsip syariah dalam fungsi dan produk perbankan syariah, serta (iv) perkembangan ekonomi, demografi, regulasi dan persaingan pada industri perbankan.

Berdasarkan evaluasi berbagai aspek tersebut, kebijakan pengembangan produk perbankan syariah akan diarahkan untuk membangun positioning bank syariah sebagai lembaga intermediasi bagi kegiatan investasi yang memiliki keterkaitan dan berdampak langsung pada aktivitas ekonomi riil. Dalam rangka membangun positioning dimaksud, dalam jangka menengah hingga tahun 2020, diperlukan strategi yang secara garis besar meliputi:

i. mengembangkan produk dan layanan investasi dalam rangka mengakomodasi minat dan kebutuhan investasi masyarakat;

ii. memperkuat keterkaitan produk dan aktivitas perbankan syariah dengan aktivitas dan risiko sektor riil yang menjadi karakteristik utama perbankan syariah Indonesia;

iii. meningkatkan kapasitas perbankan syariah dalam memenuhi perkembangan kebutuhan jasa keuangan masyarakat guna mendukung pertumbuhan aset;

iv. mengembangkan peran perbankan syariah sebagai agen pemerataan ekonomi;

v. menciptakan lingkungan yang lebih kondusif dalam rangka mendorong inovasi dan aplikasi variasi fitur produk perbankan syariah; dan

vi. memperkuat governance dan meningkatkan kepastian dan perlindungan hukum bagi bank dan nasabah.

Penjabaran dan implementasi strategi dimaksud tidak hanya menjadi tugas dan tanggungjawab bersama regulator dan perbankan syariah, namun juga sangat memerlukan dukungan stakeholder terkait termasuk didalamnya pemerintah, lembaga legislatif/yudikatif, pakar hukum dan keuangan syariah.

Dalam dokumen e62979903c40404095ba3c224baef8b3LPS 2013 (Halaman 38-42)