• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

2. Kegiatan di Dunia Dakwah dan Pendidikan

Sebagaimana tradisi masyarakat Betawi, KH. Abdurrahman Nawi yang oleh para murid dan keluarganya dipanggil dengan “Abuya” ini, pada tahun 1962 membuka pengajian di rumahnya, Tebet Barat VI H. Pengajian yang diberi nama As-Salafi itu mengajarkan kitab-kitab tertentu sesuai dengan kemampuan dan minat para pesertanya. Untuk bapak-bapak dan ibu-ibu di

bacakan kitab Taqrib, Tijan Durar, Nashaih Diniyah. Sedangkan untuk

pemuda dan para ustadz di bacakan kitab Qawa‟idul Lughah, Ibnu „Aqil,

Fathul Mu‟in, Bughyah Mustarsyidin, Asybah wan-Nazhair, Qami‟ut Tughyan. Pesertanya datang dari beberapa kampung di Jakarta dan sekitarnya, seperti Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Menteng Dalam, Bukit Duri, Kp. Melayu, Pancoran, Pangadegan, Tangerang, Bekasi dan terutama pemuda Tebet sendiri.

Melihat perkembangan pengajian yang semakin ramai, pada tahun 1976

di atas tanah milik pribadi dan orang tuanya seluas 360 m2 dibangun gedung

majelis ta‟lim/madrasah 2 lantai dan mushalla. Pada tahun 1979 setelah bangunan selesai, maka diresmikanlah penggunaannya oleh Dr. KH. Idham

Khalid, dan nama As-Salafi diganti dengan nama „Al-Awwabin‟. Selain untuk

kegiatan pengajian, juga diselenggarakan pendidikan formal Madrasah Tsanawiyah.

Minat masyarakat untuk belajar kepada Abuya KH. Abdurrahman Nawi semakin tinggi. Mereka ingin anak-anak mereka bisa nyantri (mukim dan belajar) di Al-Awwabin. Maka, sekitar tahun 1981/1982 bersama beberapa tokoh masyarakat, Abuya KH. Abdurrahman Nawi berusaha mencari lokasi yang mungkin untuk didirikan pesantren, di mana ada madrasah dan asrama.

Akhirnya didapat sebuah lokasi di kampung Sengon, Kel. Pancoran Mas,

Depok I. Mula-mula dibebaskan tanah seluas 4.200 m2. Pada akhir tahun 1982

berhasil didirikan 1 unit gedung sekolah 5 lokal dan 1 unit asrama, dan diresmikanlah berdirinya pondok pesantren Al-Awwabin di atas lokasi sekitar

8.000 m2. Hingga kini pesantren tersebut telah berhasil membangun 4 unit

gedung sekolah, 1 unit masjid/mushalla, 1 unit aula, 2 unit asrama santri serta 4 rumah pengasuh dan guru. Di sana ada Madrasah Ibtidaiyyah, Tsanawiyah dan Aliyyah, dengan jumlah murid sekitar 400 anak, 180 di antaranya mukim (tinggal) di asrama.

Pesantren Al-Awwabin pada tahun 1992 membuka lagi cabang di Bedahan, Sawangan, Depok di atas tanah seluas 2,5 ha. Di sana juga dibuka Madrasah Tsanawiyah dan Aliyyah dengan santri sekitar 160 anak.

Tentang pesantren yang didirikan, Abuya KH. Abdurrahman Nawi bermaksud untuk membina kader-kader muslim yang menguasai ilmu agama dengan baik, dalam rangka membantu pemerintah dalam bidang pendidikan. Abuya mengutamakan penguasaan ilmu-ilmu alat bagi santri-santrinya, yaitu dengan pengajaran ilmu nahwu, sharaf dan bahasa Arab. Maka diluar kurikulum sekolah yang mengikuti kurikulum dari Departemen Agama, santri yang mukim pada sore dan malam hari diharuskan mengikuti halaqah mengaji kitab-kitab di bidang nahwu, sharaf, bahasa Arab, tauhid, fiqh, tafsir, hadist dan akhlaq. nahwu, sharaf dan bahasa Arab masing-masing diajarkan 4 kali

dalam seminggu. Siswa Tsanawiyah harus hafal 181 kaidah dalam Nahwul

Wadhih, sementara siswa Aliyah mulai belajar Ibnu „Aqil. Abuya sendiri mengajar pada halaqah 1 kali dalam seminggu, selain dibantu para guru yang dipercaya.

Dalam mengajar, Abuya memang cukup cermat dan sabar. Dalam setiap pengajian (majlis ta‟lim) ia hanya mengajar dengan kitab, agar pengajian

terarah Abuya membacakan „ibarah suatu kitab dengan menjelaskan i‟rab

seperlunya, kemudian menerjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara bebas, tidak memakai sistem ‟bermula‟ untuk mubtada, „itu‟ untuk khabar dsb. Berdasarkan pengalamannya belajar kepada beberapa guru dan merujuk berbagai macam kitab, Abuya berusaha menyampaikan ilmu secara sederhana agar mudah ditangkap oleh para muridnya. Abuya juga mampu memberikan penjelasan-penjelasan yang cukup luas sehingga menjadi mantap dan menarik. Prinsip Abuya dalam mengajar, biar sedikit asal betul-betul paham dari pada banyak tapi tak ada yang dipaham. Abuya juga berprinsip bahwa setiap murid yang belajar sesuatu tentang agama harus mampu mengamalkan ilmunya dalam sikap dan perilakunya sehari hari.

Dari sini banyak orang yang senang belajar kepada Abuya KH. Abdurrahman Nawi. Orang yang pernah mengikuti pelajarannya pun tertarik untuk selalu mengikutinya. Karna itu, di luar pesantren Al-Awwabin, Abuya mempunyai pengajian rutin di beberapa masjid dan majlis ta‟lim, selain juga

mengajar tetap kitab Fathul Mu‟in pada Radio Asy-Syafi‟iyyah sejak tahun 1982. Pengajian tetap yang sampai sekarang masih berjalan antara lain:

a. MT. Al-Awwabin, Tebet Barat, untuk kaum ibu (senin malam), untuk

para guru (sabtu pagi) dan untuk kaum bapak (minggu pagi).

b. MT. Al-Ikhwan, Jl. Tawes, Tebet Barat.

c. MT. Al-Istiqomah, Pondok Kopi, Jakarta Timur.

d. MT. Nurul Iman, Lampiri, Pondok Kelapa, Jakarta Timur.

e. MT. Al-Barokah, Pinang Ranti, Jakarta Timur.

f. MT. Darus Shalihin, Kebon Tebu.

g. MT. Baitur Rahmah, Cawang Kapling, Jakrta Timur.

h. MT. Guru Salma, Jatinegara, Jakarta Timur.

i. MT. An-Nur, Bekasi .

j. MT. Tanjung Barat, Jakarta Selatan.

k. MT. Darus Sa‟adah, Jeruk Purut, Cilandak, Jakarta Selatan.

l. MT. Subulus Salam, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Pengajian atau ta‟lim tersebut biasanya dilaksanakan sekali seminggu, ada yang dilakuakan sehabis sholat Shubuh (Tanjung Barat), ada yang di waktu pagi (07.00-09.00 WIB), ada yang di waktu siang (10.00-12.00 WIB), ada yang sore hari sehabis sholat „Ashar, dan kebanyakan dilakukan sehabis sholat Magrib (18.30-19.30 WIB). Setiap pengajian diikuti oleh peserta-peserta yang tetap, dari kalangan kaum bapak, ustadz dan pemuda, serta sebagian juga ada kaum ibu. Sebagian besar peserta adalah penduduk asli Betawi, tetapi tidak sedikit juga orang Sunda, Jawa maupun Sumatra dan Sulawesi.

Selain pengajian yang dilakukan secara tetap, Abuya juga sering di undang untuk pengajian-pengajian umum diberbagai wilayah seJABOTABEK. Abuya sejak tahun 1984 juga menjadi salah seorang khatib di masjid Baiturrahim Istana Negara. Abuya juga pernah dan sebagian masih aktif dalam kegiatan organisasi dakwah. Sebelum sibuk dalam kegiatan pesantren, Abuya pernah menjabat sebagai ketua NU Cabang Jakarta Selatan, dan mengikuti Muktamar NU di Surabaya (1971) serta Muktamar NU di Semarang (1979). Sejak tahun 1989 menjadi guru tetap pada pengajian bulanan PBNU Jl. Kramat

Raya Jakarta. Abuya juga pernah menjabat sebagai kordinator dakwah majlis ta‟lim pusat umat Islam At-Thohiriyah (1971-1978), dan ketua umum ikatan majlis ta‟lim kaum bapak (IMTI), Depok (1984-1988).

Yang menjadi kelebihan Abuya KH. Abdurahman Nawi dibandingkan kyai lain, bahwa dia tidak hanya mengajar dan berdakwah secara langsung, tetapi juga menulis kitab. Hingga sekarang tercatat ada 12 buah kitab yang telah ditulis dan diterbitkan dalam bahasa Melayu dengan tulisan Arab, yaitu :

a. Al-Amtsilah at-Tashrifiyyah, tentang sharaf b. Ilmu Nahwu Melayu, tentang ilmu nahwu c. Sullamul al‟Ibad, tentang akidah (tauhid) d. Tujuh Kaifiyat, tuntunan shalat-shalat sunnah e. Tiga Kaifiyat, tuntunan shalat khusuf dll

f. Mutiara Ramadhan,tuntunan puasa dan ibadah Ramadhan

g. Pedoman Ziarah Kubur

h. Pedoman Penyembelihan Qurban dan Aqiqah

i. Pelajaran Ilmu Tajwid, tentang tajwid j. Risalah Tahajjud, tuntunan shalat tahajjud

k. Miskatul Anwar Fi Haflati An Nabi Al-Mukhtar, tentang maulid l. Terjemah Tanqihul Qoul.

Motivasi menulis kitab-kiab tersebut adalah untuk membantu umat Islam secara luas bagaimana ilmu dan cara menjalankan ibadah-ibadah dengan benar. Abuya merasa bahwa tidak semua orang bisa membaca dan mempelajari kitab-kitab fiqh berbahasa Arab, karenanya dia menulis kitab-kitab bahasa Melayu yang disusun dengan cara yang mudah, lengkap dan praktis agar setiap orang mudah paham dan bisa mengamalkannya. Kitab-kitab yang ditulis memang kebanyakan tentang tuntutan ibadah praktis selain juga tentang nahwu dan sharaf. Dan kitab-kitab karangan Abuya KH. Abdurrahman Nawi hingga kini banyak diminati umat Islam, karena juga dibaca dan diajarkan oleh para

ustadz-ustadzah di wilayah JABOTABEK.117

Dokumen terkait