• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Int

Dalam dokumen Rpp ktsp bind smp kelas viii smt 2 mgmp (Halaman 49-53)

AKHIR SEMESTER

B. Kegiatan Int

1. Siswa bergabung dalam kelompok

2.

Siswa diberi tugas membaca kutipan novel remaja terjemahan, kemudian mendiskusikan hal-hal yang menarik dari kutipan novel tersebut dengan alasan yang logis.

3.

Menyampaikan hal-hal yang menarik pada kelompoknya masing-masing dan anggota kelompok menanggapinya dengan bahasa yang santun. 60 menit Diskusi Penugasan Inkuiri presentasi C.Kegiatan Penutup

1.

Siswa dan guru melakukan refleksi dengan menanyakan ke siswa hambatan yang dihaapi dalam menyampaikan hal-hal yang menarik dari kutipan novel.

2. Siswa menyimpulkan pelajaran.

10 menit Tanya jawab

Pertemuan Kedua

Langkah – langkah Pembelajaran Alokasi Waktu

Metode A.Kegiatan Awal:

1.

Tanya jawab tentang materi pertemuan pertama sebelumnya

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaraan saat itu.

10 menit Tanya Jawab

B.Kegiatan Inti:

1. Siswa bergabung dengan kelompoknya seperti pada pertemuan sebelumnya

2. Siswa menyampaikan hal-hal yang menarik pada kelompok lain dengan alasan yang logis. 3. Siswa kelompok lain menanggapinya dengan mengajukan pertanyaan dan pendapat dengan alasan bahasa yang santun.

4. Siswa kelompok pemerhati memberikan penilaian terhadap penyaji dan penanggap dengan mengisikan pada format pengamatan.

60 menit

Diskusi presentasi

C.Kegiatan Penutup

1.

Siswa dan guru melakukan refleksi dengan menanyakan ke siswa hambatan yang dihaapi dalam menyampaikan hal-hal yang menarik dari kutipan novel.

2. Siswa menyimpulkan pelajaran.

10 menit Tanya jawab

V. SUMBER BELAJAR

Novel terjemahan berjudul ………..karya ………..penerbit ……… Buku Bahasa Indonesia Harangan ... Penerbit ... Hal. ... LKS bahasa Indonesia kelas VIII MGMP Kab. Malang hal. 45-46

VI. PENILAIAN

1. Teknik : observasi

2. Bentuk Instrumen : lembar observasi 3. Intrumen penilaian

Bacalah kuitpan novel berikut kemudian jawablah pertanyaannya!

AKHIR SEMESTER

MARY-LOU melihat lemari kecil di dekatnya. Ia tahu apa isinya. Bola, raket, sepatu rusak….pokoknya benda-benda yang sudah tak dipakai tapi pemiliknya merasa sayang untuk membuangnya. Mungkin sepatu Gwendoline ada di situ! Hati-hati ia membuka pintu lemari kecil tersebut, takut kalau-kalau ada labah-labah atau binatang kecil lain keluar.

Diperiksanya berbagai benda rongsokan di dalamnya. Dengan takut ia memindah-mindahkan barang-barang itu satu per satu. Ditariknya sebuah raket, dan sebuah benda terjatuh dengan suara keras. Mary-Lou membeku seketika. Adakah orang yang mendengar suara itu? Ia menahan napas dengan badan gemetar. Tidak, agaknya tak ada. Ia mulai mencari-cari lagi.

Dan ditemukannya sepatu Gwendoline! Ditemukannya botol dengan tinta ungu. Itulah yang jatuh dengan suara keras tadi. Mary-Lou memperhatikan botol tinta itu, dan ia tahu digunakan untuk apa benda tersebut oleh Gwendoline. Diperhatikannya sepatunya – dan di sepatu yang sebelah kanan terlihat bekas tinta ungu. Nyata sekali!

Dengan tangan gemetar Mary-Lou melihat nama yang tertulis di dalam sepatu itu. Untuk meyakinkan diri. Ya, di situ tertulis denagn tulisan rapi Nona Winters: Gwendoline Lacey.

“Jadi betul-betul Gwendoline!”piker Mary-Lou.

“Aku memang telah yakin bahwa bukan Darrell yang berbuat. Akau akan segera membangunkan anak-anak….akan kuceritakan sekarang juga. Ah, lebih baik jangan. Mungkin Katherine akan marah aku keluyuran malam-malam begini.”

Mary-Lou mengambil botol dan sepatu itu. Dipadamkannya lampu kamar. Ia berdiri dalam kegelapan. Tetapi apakah dia takut? Sedikitpun tidak. Tak sekali pun ia memikirkan kegelapan di sekelilingnya. Pikirannya dipenuhi oleh penemuannya yang begitu berarti. Ia telah membuktikan bahwa bukan Darrell yang melakukan perbuatan itu. Darrell tidak bersalah!

Mary-Lou bangun paling pagi. Ia langsung pergi ke tempat Katherine. Diguncangnya ketua kelasnya itu sehingga terbangun. “Bangun!” serunya. “Ada sesuatu yang sangat penting yang harus kukatakan padamu. Bangunkan yang lain!”

Yang lain terbangun juga oleh keributan Mary-Lou. Mereka duduk di tempat tidur, mengusap- usap mata masing-masing. Mary-Lou berdiri menghadap semua tempat tidur, dan ia angkat sepatu Gwendoline dengan gaya penuh arti.

“Lihat! Telah kutemukan sepatu yang betul-betul terkena tinta. Dan kutemukan pula satu botol tinta ungu. Lihat ini? Anak yang telah menghancurkan pulpenku menyembunyikan sepatunya dan mengoles sepatu Darrel dengan tinta ungu ini. Dengan demikian kalian semua menuduh Darrel berbuat.”

“Tetapi sepatu siapa itu?” tanya Katherine heran. “Dan kau temukan di mana?”

“Malam tadi aku pergi ke bawah, dan menyelidiki di tempat penyimpanan barang-barang yang tak terpakai,”kata Mary-Lou bangga. Semua semakin heran. Mary-Lou berani turun dalam kegelapan? Semua tahu bahwa Mary-Lou sangat takut di kegelapan.

“Kutemukan sepatu dan botol tinta ini di dalam lemari kecil di tempat itu,”kata Mary-Lou. “Dan apakah kalian ingin mengetahui sepatu siapakah ini? Aku tak akan mengatakannya pada kalian. Tidak. Lihat saja ke seisi kamar ini. Dan kalian bisa melihat dari gerak-gerik mukanya, nama siapa yang tertulis di dalam sepatu ini!”

Memang benar. Muka Gwendoline merah padam oleh rasa marah dan rasa ketakutan. Dengan gusar dipelototinya Mary-Lou. Wah, jadinya dirinya tertangkap juga. Mengapa tidak dibuangnya saja botol dan sepatu itu ke laut!

“Gwendoline!” bisik anak-anak itu. Mereka memandang dengan rasa marah dan jijik pada anak yang kini wajahnya merah padam itu. Dan kali ini Gwendoline tidak berusaha untuk menyangkal. Ia merebahkan badan kembali ke tempat tidur, menyembunyikan mukanya di bantal.

Katherine memeriksa sepatu dan botol itu. Kemudian ia mendekati Darrel, mengulurkan tangan minta maaf.

“Darrel, aku minta maaf karena telah berpikir bahwa kaulah yang berbuat,”katanya. “Sesungguhnya aku tak meragukan kejujuranmu, tapi aku harus mempunyai bukti nyata untuk itu.”

“Oh, tak apa. Lupakanlah ,”kata Darrel dengan wajah berseri-seri. “Memang aku sangat menderita karena sikap kalian, tetapi aku ternyata dapat mengandalkan dua orang sahabat yang tak pernah meragukan aku….Sally dan Mary-Lou. Aku masih beruntung. Gwendoline tak akan punya sahabat seperti keduanya.”

Satu persatu anak-anak di kamar itu minta maaf pada Darrel. Alicia agak kaku sikapnya, sebab ia betul-betul malu akan kata-kata keras yang diucapkannya dulu itu. Namun memang begitulah sifat Alicia. Selalu keras dan tajam. Ia harus mendapat banyak pelajaran sebelum bisa menguasai sifat kekerasannya itu dan memperoleh pengertian dari orang-orang di dekatnya.

“Aku ingin bersahabat denganmu lagi,”kata Alicia kikuk. “Bergabunglah dengan Betty dan aku seperti dulu.”

“Terima kasih,”kata Darrel, dan ia menoleh pada wajah kecil penuh rasa setia, Sally, di sampingnya “Tapi kalau kau tak keberatan aku lebih suka bersahabat dengan Mary-Lou dan Sally saja. Aku sering memperlakukan meraka buruk, tetapi ternyata mereka malah membelaku pada saat aku mendapat kesulitan. Kukira merekalah sahabat-sahabat sejatiku.”

“Oh, terima kasih, Darrell!” kata Mery-Lou dengan wajah bahagia.

Sally tak berkata apa-apa. Tetapi Darrel merasakan sebuah cubitan lembut di lengannya. Darrel berpaling pada Sally dan tersenyum. Ia juga merasa sangat bahagia kini. Segalanya telah selesai dan keadaan pasti akan baik terus sampai akhir semester. Bagus.

Ia melihat Gwendoline tengkurap di tempat tidurnya, menangis. Dalam kebahagiaannya, Darrel bahkan tak bisa melihat musuhnya bersedih. Didekatinya Gwendoline, dan diguncangkannya punggung anak itu perlahan.

“Gwendoline,”katanya, “aku tak akan mengatakan peristiwa ini pada siapapun. Dan teman- teman di kamar ini juga akan berbuat yang sama, bila kuminta. Tapi kau harus membelikan pulpen baru bagi Mary-Lou. Pulpen yang sama indahnya, sama bagusnya dengan pulpen yang kauhancurkan. Bagaimana?”

“Baiklah,” kata Gwendoline lemas, hamper tak terdengar. “Aku akan membelikannya.” Hanya itulah yang bisa dikatakan Gwendoline. Ia bahkan tak bisa berkata bahwa ia menyesal. Ia bahkan tak bisa berkata minta maaf ketika akhirnya ia memberi Mary-Lou sebuah pulpen baru dan sangat bagus.

1. Tulislah hal yang menarik terhadap novel tersebut dengan mengisi

tabel berikut!

No Hal yang ditanggapi Hal yang membuktikan dari cerita

Alasan Menarik

1 Tentang tokoh dan

karakternya

2 Gaya bahasa

3 Gaya bercerita

4 Tema

5 Latar

2.

Menanggapi komentar teman tentang hal yang menarik dari novel

No Hal yang Ditanggapi Uraian Tanggapan

1.

Pedoman penskoran penilaian observasi dalam menanggapi novel No. 1

Kegiatan Skor

Siswa menanggapi secara tepat 5

Siswa menanggapi kurang tepat 3

Siswa menanggapi salah 1

Siswa tidak menyampaikan apa-apa 0

No. 2

Kegiatan Skor

Siswa mengemukakan hal yang menarik dengan alasan logis 5 Siswa mengemukakan hal menarik dengan alasan kurang tepat 3 Siswa mengemukakan hal menarik kurang tepat 1

Siswa tidak menjawab apa-apa 0

No. 3

Kegiatan Skor

Siswa menunjukkan kerjasama dan aktif 5 Siswa kurang berkerja sama dan kurang aktif 3

Siswa tidak berkeja sama dan tidak aktif 1

Siswa tidak melakukan apa-apa 0

Keterangan:

Penghitungan nilai akhir dalam skala 0—100 adalah sebagai berikut: Perolehan skor

Nilai akhir = X skor (100) Ideal = ... Skor maksimum (5)

2. Lembar penilaian observasi dalam diskusi kelompok oleh pengamat

No Nama Tanggapan Penyajian

Kerjasama kelompok Jumlah skor 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Perolehan skor

Nilai akhir = X skor (100) Ideal = ... Skor maksimum (15) ...,... Mengetahui, Guru, Kepala SMP ... ... ... NIP/NIK NIP ...

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

K.D.15.1

Dalam dokumen Rpp ktsp bind smp kelas viii smt 2 mgmp (Halaman 49-53)

Dokumen terkait