• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan Kedua

Dalam dokumen Rpp ktsp bind smp kelas viii smt 2 mgmp (Halaman 32-37)

Langkah – langkah Pembelajaran Alokasi Waktu

Metode A.Kegiatan Awal:

1.

Membuka pelajaran dengan apersepsi berupa jawab tentang novel yang sudah dibaca siswa.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

10 menit

Tanya Jawab

B.Kegiatan Inti:

1. Siswa membahas tugas yang diberikan

2.

Siswa menuliskan watak / karakter dari masing – masing tokoh dengan disertai bukti pendukungnya.

3.

Dalam kelompok siswa menyampaikan hasil

pekerjaannya untuk dikomentari teman kelompoknya. 4. Siswa menyempurnakan hasil pekerjaannya berdasarkan

masukan anggota kelompok.

60

menit Penugasan Diskusi

C.Kegiatan Penutup

1. Siswa dan guru melakukan refleksi dengan menanyakan kesulitan siswa dalam menemukan watak tokoh dalam novel/cerpen.

2. Siswa menyimpulkan pelajaran.

10

menit Tanya jawab

V. SUMBER BELAJAR Buku novel remaja

Buku Bahasa Indonesia Harangan ... Penerbit ... Hal. ... LKS bahasa Indoesia kelas VIII MGMP BIND halaman 31 dan 32

VI. PENILAIAN

2. b. Bentuk Instrumen : Uji petik kerja dan produk 3. Kisi – Kisi soal penilaian

Standart Kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator Instrumen

13 13.1.

Mengidentifikasi Karakter

Disajikan penggalan novel, siswa menuliskan tokoh – tokohnya dan menjelaskan karakter masing – masing tokoh

4. Soal Penilaian

Bacalah penggalan novel berikut, jawablah pertanyaan dibawah ini !

Sebenarnya, sejak Sekar remaja bahkan sampai di perguruan tinggi dan kemudian bekerja sebagai guru, ia cukup banyak disukai di dalam pergaulan. Kehadirannya selalu diterima dengan senang hati karena ia memiliki banyak sifat yang menyenangkan. Tetapi di dalam masalah yang teramat peka, yaitu masalah cinta, Sekar mempunyai masalah tersendiri yang tak mungkin dapat diungkapkan dengan kata-kata. Sudah sejak dulu ia selalu bertanya-tanya sendiri mengapa dirinya tidak seperti gadis-gadis lain yang mengalami jatuh cinta beberapa kali dalam kehidupan remajanya. Entah itu cinta monyet entah pula cinta yang bukan pula cinta monyet sekalipun. Betapapun kuatnya daya tarik yang terpancar dari teman-teman lelakinya, hatinya tetap saja tegar tak bergerak. Bahkan tetap demikian meski ia telah menjadi mahasiswi di Yogya. Padahal ada beberapa pemuda yang menaruh hati kepadanya. Dua diantaranya malahan sudah hampir meraih gelar kesarjanannya.

Mula-mula Sekar menyangka kebekuan hati itu diakibatkan tumpukan kehati-hatiannya. Kehati-hatian sebagai hasil internalisasi dari simboknya yang berulang-ulang menekankan kehati- hatian ekstra, khusus untuk diri Sekar.

“Ingat, Nak. Kau itu cantik dan menarik. Menilik asal-usulmu, orang akan memiliki kecenderungan untuk lebih mempermainkan dirimu daripada sungguh-sungguh!” Begitu yang sering diucapkan oleh simboknya. Lebih-lebih apabila memergoki surat di tangan Sekar.

Kini ketika bertemu kembali dengan Joko sesudah lebih tujuh tahun tidak bertemu, tahulah Sekar biang keladi apa yang menyebabkan hatinya begitu beku terhadap daya tarik pemuda-pemuda lain. Dan kenyataan itu sungguh menyakitkan bersamaan dengan munculnya kesadaran bahwa ia jatuh cinta kepada Joko, timbul juga kesadaran lain. Ia hanyalah seekor katak yang merindukan rembulan. Tak lebih dari itu!

Sudah sejak Sekar mulai besar, dirinya terlihat dalam ambiguitas yang tak pernah usai. Ia tahu bahwa dirinya datang dari golongan rakyat kebanyakan. Orang bilang, rakyat kecil. Kelas masyarakat bawah. Bukankah ibunya seorang pembantu rumah tangga yang datangnya ke dalam rumah tangga Ibu Suryokusumo itu karena kemauan sendiri? Karena keinginan orang tuanya untuk memasukkan anak gadisnya yang masih kecil itu supaya masuk ke dalam kehidupan ‘orang-orang terhormat,’ orang –orang yang konon darahnya biru?

Dari Simboknya, Sekar tahu bahwa kakeknya dulu adalah seorang petani. Untuk ukuran masyarakat desa pada waktu itu, kakek Sekar termasuk orang yang berkecukupan. Justru karena itulah Simbok Sekar tidak perlu harus ikut menyangga beban ekonomi keluarga dengan jalan ikut pergi ke sawah atau pun ke ladang. Ambisi kakek Sekar sebagaimana juga ambisi kebanyakan orang-orang desa yang hidupnya sedikit dia atas rata-rata, adalah membawa anak gadisnya terutama yang tercantik, ke lingkungan yang dianggap lebih terhormat. Kalau tidak dapat di suwitokan (mengabdi) ke balik dinding keraton, ya dibalik kaum bangsawan atau priyayi. Entah sebagai abdi dalem, penari, penyanyi atau apa saja asal dapat mengabdi kepada Gusti Ratu. Sukur-sukur kalau ada pangeran atau malah Gusti sendiri yang mau menjadikannya sebagai selir. Pikiran picik orang-orang desa yang berorientasi ke arah keraton itu membawa pengertian bahwa menjadi selir atau bahkan cuma menjadi lelangenan (orang yang disayang dalam arti tertentu) raja, merupakan anugerah yang menaikkan derajat keluarga. Konon akibat cara berpikir yang seperti itu, beberapa puluh tahun lalu jika para pangeran sedang berjalan-jalan dengan kudanya ke pelosok-pelosok kampung, mereka yang mempunyai anak gadis yang sedikit manis saja, selalu berusaha ‘memajang’ si gadis. Entah dengan cara pura-pura sibuk menyiram tanaman di halaman depan atau momong adik-adiknya. Tentu saja cara mereka memajang itu tidak tampak menyolok namun para pangeran atau bangsawan muda itu mengetahuinya. Mereka sendiri pun tidak hanya mencari angin saja di atas kudanya itu sebab mata mereka seringkali melirik ke kiri atau ke kanan. Dan kalau kebetulan ada yang menarik hatinya, pastilah beberapa hari kemudian rumah si gadis itu akan kedatangan utusan untuk mematangkan ‘cinta’ kilat itu.

Memang bagi mereka yang memiliki wawasan lebih luas, keadaan itu terasa menoreh perasaan. Norma-norma moral seperti terabaikan. Dan nilai-nilai keindahan tersingkirkan. Bahkan martabat seorang wanita seperti tercampakkan. Nilai atau harga seorang wanita akan menjadi naik

apabila tersentuh, apabila jika disukai oleh pangeran-pangeran dari balik dinding keraton itu. Apalagi kalau pangeran itu seorang putra mahkota.

Kakek Sekar pun memiliki ambisi semacam itu. Ya, hanya semacam itu sebab dorongan utamanya bukan karena ingin melihat anak gadisnya berkulit putih bersih itu menjadi selir seorang pangeran melainkan karena ingin melihat si gadis itu menjadi lebih ‘beradab’. Tahu sopan santun, tahu aturan dan semacam itu. Beruntung bahwa Simbok Sekar yang pada waktu itu masih sebagai gadis kecil, diterima bangsawan tinggi kerabat keraton yang memiliki sikap hidup yang bersih. Gadis desa berkulit bersih berambut hitam tebal itu tidak pernah ‘dipakainya’ melainkan diberikannya kepada anak gadisnya untuk dijadikan pelayan pribadinya. Ketika gadis itu menikah, Simbok Sekar dibawanya. Begitulah simbok Sekar menjadi bagian dari kehidupan Ibu Suryokusumo hingga kini, setelah keduanya sama-sama menjadi tua.

Dengan demikian, Sekar pun ikut terbawa masuk di dalam lingkup kehidupan Ibu Suryokusumo. Hanya bedanya, kalau simboknya dulu hanya belajar membaca, menulis, dan meraih ilmu ‘peradaban’, Sekar yang hidup di alam kemerdekaan itu mendapat kesempatan yang lebih jauh dan luas di bidang pendidikan. Tetapi meskipun demikian asal-usul dirinya sebagai seorang anak pelayan, masih saja melekat pada dirinya. Seolah sebuah benda yang terlontar jauh tetapi talinya tak terlepas dari tonggaknya!

2. Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan penggalan novel yang telah dibacakan!

a

. Sebutkan pokok-pokok persoalan yang dibahas dalam penggalan novel yang dibacakan!

1) ... 2) ... 3) ... 4) ... b. Sebutkan tokoh dan karakternya dalam penggalan novel yang dibacakan!

1) ... ... 2) ... . 3) ... . 4) ... ...

c. Tentukan amanat penggalan novel yang dibacakan!

1) ... 2) ... 3) ... d. Tentukan sikap dan tingkah laku yang layak dicontoh dalam penggalan novel yang dibacakan!

... ... e. Tentukan sikap dan tingkah laku yang tidak layak dicontoh dalam penggalan novel yang

dibacakan !

... ... ...

5. Pedoman penskoran penilaian No soal skor maksimal

a 4

b 4

c 3

d. 2

e 2

Nilai = skor diperoleh siswa X 100 Skor maksimal (15)

...,... Mengetahui, Guru,

Kepala SMP ...

... ... NIP/NIK NIP ...

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

K.D.13.2

Sekolah : SMPN

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas /Semester : VIII/2

Standar Kompetensi

: 13. Memahami unsur instrinsik novel remaja ( asli/ terjemahan) yang dibaca

Kompetensi Dasar : 13.2 Menjelaskan tema dan latar novel remaja yang dibaca Indikator 1).Mampu menyimpulkan tema cuplikan novel

2). Mampu mengidentifikasi latar yang ada dalam cuplikan novel

Alokasi Waktu : 4 X 40 menit ( 2 pertemuan) I. Tujuan Pembelajaran

Melalui kegiatan pembelajara siswa :

1). Mampu menyimpulkan tema cuplikan novel

2). Mampu mengidentifikasi latar yang ada dalam cuplikan novel II. Materi Pembelajaran

1. Mengenal tema cerita

Masih ingatkah kalian pengertian tema? Tema merupakan pokok persoalan yang melandasi penyusunan novel. Biasanya dinyatakan dalam bentuk kalimat yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Misalnya:

(1) Kesabaran seorang istri dapat menyelamatkan seorang suami dari ketergantungan terhadap narkoba.

(2) Dengan kerja keras kuliah sambil bekerja dapat mengantarkan seseorang menjadi pengusaha sukses.

(3) Kecantikan fisik yang tidak disertai ketahanan mental justru membuat hidupnya sengsara dan teraniaya.

(4) Kemewahan harta tanpa keimanan dapat menjerumuskan anak dalam dunia kejahatan. Tema ada yang membedakan tema utama atau tema besar dengan tema pendukung, bawahan, atau tambahan. Tema utama dapat diibaratkan batang sedangkan tema pendukung merupakan cabang-cabangnya.

2. Mengenal setting

Masih ingatkah kalian pengertian latar?Setiap peristiwa dalam kehidupan tidak terlepas dari pertanyaan di mana terjadi, kapan terjadi, bagaimana suasana saat terjadi. Jawaban atas pertanyaan tersebut yang dikatakan sebagai latar. Dengan demikian terdapat latar tempat, nama ruang, gedung, kampung, desa, kecamatan, kabupaten, kota, propinsi, negara, darat, laut, hutan, gunung; terdapat latar waktu, zaman, masa, musim, abad, tahun, bulan, minggu, hari, tanggal, pagi, siang, sore, malam, jam, menit, detik; terdapat latar suasana, mencekam, panik, hiruk pikuk, gaduh, memilukan, mengerikan, mengharukan, tegang, ceria, bahagia, romantis, sahdu.

2). Menulis latar yang ada dalam cuplikan novel Perhatikan cuplikan novel berikut!

Rika memandang putrinya, Mayang, dengan rupa gusar. “Apa lagi yang diceritakan Oom Erwin?” Tanyanya dengan sikap bernafsu.

Ya itu saja, Ma. Bahwa Henry ikut membereskan rumah yang akan ditempati Papa kalau pulang dari rumah sakit nanti.

“Kok anak itu tidak bilang-bilang, ya?”

“Saya pikir, Mama sudah tahu. Bahkan saya kira Mama yang suruh.”

“Ah, nggak mama nggak tahu apa-apa. Bagusnya Erwin mau memberitahu, ya” “Pantasnya Oom Erwin juga mengira, Mama sudah tahu atau Mama yang nyuruh.”

“Huh anak itu sudah main diam-diam. Kalau ada apa-apa, nggak mau bilang. Sudah berapa hari dia sibuk membereskan rumah Papa?”

“Baru tiga hari.”

Rika merenung sambil cemberut. Dalam usianya yang setengah abad dia masih memiliki sisa kecantikan waktu muda. Kulitnya yang putih masih halus dan licin. Dari jauh tak tampak keriput- keriputnya. Tapi tubuhnya yang dulu langsing sekarang sudah menjadi tambun, hingga dagunya jadi rangkap. Mayang, sang putri tidak secantik dirinya sewaktu berusia muda. Usia Mayang baru berusia 28 tahun, tapi kelihatan seperti berusia 35 tahun. Justru Henry, sang putra, yang mewarisi keindahan rupa Rika.

“Nanti tanya langsung saja sama dia kalau pulang, Ma,” Mayang menganjurkan.

“Oh, ya, tentu saja. Itu pasti. Cuma Mama lagi mikirin apa motivasi perbuataannya itu. Kok tumben, ya. Tiba-tiba nggak hujan nggak angin dia mendekati Papa.”

“ Barangkali ada maunya Ma.”

...

(lihat LKS BIND Kelas VIII MGMP BIN Kab. Malang hal 27 –30)

III. Metode Pembelajaran Tanya jawab

Penugasan Inkuiri

IV. Langkah – Langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama

Langkah – langkah Pembelajaran Alokasi Waktu

Metode A.Kegiatan Awal:

1. Guru membuka pelajaran dengan menanyakan pengalaman siswa dalam membaca buku novel yang pernah dibacanya. 2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

10 menit

Tanya Jawab B.Kegiatan Inti:

1. Siswa bertanya jawab untuk memahami tema dan latar novel. 2. Siswa berkelompok berdasarkan judul novel yang berbeda. 3. Siswa membaca kutipan novel dari buku sumber yang

disediakan guru dalam kelompoknya.

3. Siswa menemukan pokok-pokok masalah yang terdapat dalam novel yang dibacanya.

4. Siswa menyampaikan rumusan pokok-pokok cerita dari novel ke kelompok lain yang sama judulnya untuk ditanggapi temannya. 60 menit Tanya jawab Diskusi Kelompok Inkuiri C.Kegiatan Penutup

1. Siswa dan guru melakukan refleksi 2. Siswa menyimpulkan pelajaran

10 menit

Tanya jawab

Pertemuan Kedua

Langkah – langkah Pembelajaran Alokasi Waktu

Metode

A. Kegiatan Awal:

1.

Membuka pelajaran dengan tanya jawab tentang novel yang sudah dibaca

2. Guru menjelaskan tujuan pelajaran

10 menit

Tanya Jawab

B. Kegiatan Inti:

1.

Siswa dalam kelompok merumuskan tema dan latar cerita dari novel yang dibcanya

2.

Siswa menyampaikan hasil kegiatannya untuk dikomentari kelompok lain

3.

Siswa memperbaiki hasil pekerjaannya berdasarkan masukan dari temannya.

60 menit

Penugasan Diskusi

C.Kegiatan Penutup

1. Siswa dan guru melakukan refleksi untuk mengetahui kesulitan siswa dalam menemukan tema dan latar dari novel yang dibaca.

2. Siswa menyimpulkan pelajaran

10 menit

Tanya jawab

V. SUMBER BELAJAR

Novel dengan judul …………..

Buku Bahasa Indonesia Harangan ... Penerbit ... Hal. ... LKS Bind kelas VIII MGMP Kab. Malang hal. 27—30.

VI. PENILAIAN

1. a. Teknik : tes

2. Bentuk Instrumen :Uji petik kerja dan produk 3. Kisi – Kisi soal penilaian

Standart Kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator Instrumen

13 13.2.

Menjelaskan tema dan latar novel

Disajikan penggalan novel, siswa menuliskan tema dan latar

4. Soal Penilaian

Bacalah penggalan novel berikut, jawablah pertanyaan dibawah ini !

ULANG TAHUN PALING BURUK

Dalam dokumen Rpp ktsp bind smp kelas viii smt 2 mgmp (Halaman 32-37)

Dokumen terkait