• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Evaluasi Siklus II

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

H. Langkah-langkah Pembelajaran

2. Kegiatan Inti (120 menit) Eksplorasi

a. Secara klasik siswa memperhatikan penjelasan guru dengan menggunakan metode ceramah

b. Guru memimpin untuk melakukan tanya jawab siswa tentang pengertian al-Asma‟u al-Husna

c. Selesai tanya jawab guru meminta siswa untuk membuat rangkuman materi al-Asma‟u al-Husna dengan metode Mind Map Elaborasi

a. Guru membentukan 4-5 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang kemudian menentukan ketua kelompok

b. Guru meminta stiap kelompok untuk bekerjasama membuat kesimpulan dari materi al-Asma‟u al-Husna yang telah disampaikan dengan metode mind map

17 Konfirmasi

a. Guru memberikan pujian terhadap tiap-tiap kelompok karena sudah mempresentasikan hasil diskusi dengan baik

b. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran

c. Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan terhadap hasil pembelajaran.

Penutup (15 menit)

a. Guru dan siswa membuat kesimpulan tentang materi al-Asma‟u al-Husna

b. Guru memberi evaluasi dengan tes c. Guru menilai hasil evaluasi

d. Guru memberikan komentar terhadap aktivitas siswa saat pembelajran

e. Guru memberi tahu materi yang akan datang

f. Guru meminta siswa belajar materi yang akan datang g. Guru menutup dengan doa

h. Salam penutup  Skor Penilaian Pilihan Ganda Nilai = Benar x 1 = 10 x 1 = 10 Isian Nilai = Benar x 2 = 5 x 2 = 10 Penilaian = Jumlah Skor x 5 =100

19

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS II

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Materi Pokok : Iman Kepada Allah Swt (al-Karim, al-Mu‟min, al -Wakil, al-Matin, al-Jamii, al-Adl, al-Akhiir

Pokok Bahasan : Menjelaskan makna al-Asma‟u al-Husna (al-Wakil, al-Mu‟min, al-Wakil, Matiin, Jaami, al-Adl,dan al-Akhiir)

Kelas/Semester : X/I

Waktu : 2 Jam Pelajaran

Hari/Tanggal : Senin 27 Agustus 2018 A. Standar Kompetensi

- Memahami makna Beriman Kepada Allah SWT B. Kompetensi Dasar

- Menjelaskan makna al-Asma‟u al-Husna (al-Wakil, al-Mu‟min, al -Wakil, al-Matiin, al-Jaami, al-Adl,dan al-Akhiir)

- Memberikan contoh Asmaul Husna (al-kariim, al-mu‟min, al-wakiil, al-matiin, al-jamii‟, al-„adl dan al-akhiir) dalam kehidupan.

20 C. Indikator

- Memberikan contoh al-Asma‟u al-Husna (al-Wakil, al-Mu‟min, al -Wakil, al-Matiin, al-Jaami, al-Adl, dan al-Akhiir)

D. Tujuan Pembelajaran

- Siswa dapat memberikan contoh al-Asma‟u al-Husna (Karim, al-Mu‟min, al-Wakil, al-Matiin, al-Jaami, al-Adl dan al-Akhir)

E. Materi Pelajaran

Pengertian al-Asma’u al-Husna

Al-Asma‟u Al-Husna terdiri atas dua kata, yaitu asma‟ yang berarti nama-nama, dan husna berarti baik atau indah. Jadi, al-Asma‟u al-Husna dapat diartikan sebagai nama-nama yang baik lagi indah yang hanya dimiliki oleh Allah Swt. Sebagai bukti keagungan-Nya. Kata al-Asma‟u al -Husna diambil dari ayat al-Qur‟anQ.S Toha 20:8. Yang artinya, “Allah Swt tidak ada Tuhan melainkan Dia. Dia memiliki al-Asma‟u al-Husna.

3. Dalil Tentang al-Asma‟u al-Husna































Artinya : “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang Telah mereka

kerjaka”. (Q.S Al-A‟raf 7:180)

Dalam ayat lain dijelaskan bahwa al-Asma‟u al-Husna merupakan amalan yang bermanfaat dan mempunyai nilai yang tidak terhingga

21

tingginya. Berdoa dengan menyebut al-Asma‟u al-Husna sangat dianjurkan menurut ayat tersebut.

4. Hadits Rasulullah SAW Yang Diriwayatkan Oleh Imam Bukhari.

َلَخَد اَهاَصْحَأ ْهَم ةَدِحاَو َرْيَغ ةَئاِم ا مْسا َهيِعْسِتَو ةَعْسِت ىَلاَعَت ِ ِلِل نِإ

َة نَجْلا

Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW.

Bersabda: sesungguhnya Allah SWT. Mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, barang siapa yang menghafalnya, maka ia akan

masuk surga”. (H.R Bukhari)

Berdasarkan hadis di atas, menghafalkan as-Asma‟u al-Husna akan mengantarkan orang yang melakukannya akan masuk kedalam surga Allah Swt. Apakah hanya dengan menghafalkannya seseorang dengan mudah akan masuk kedalam surga? Jawabnya, tentu saja tidak. Karena menghafalkan al-Asma‟u al-Husna harus diiringi juga dengan menjaganya, baik menjaga hafalannya dan terus-menerus menzikirkannya, maupun menjaganya dengan menghindari perilaku-perilaku yang bertentangan dengan sifat-sifat Allah Swt. Dalam al-Asma‟u al-Husna tersebut.

a) Al-Karim

Al-Karim dimaknai Maha Pemberi karena Allah Swt, senantiasa memberi, tidak pernah terhenti pemberian-Nya. Manusia tidak boleh berputus asa dari kedermawanan Allah Swt. Jika miskin dalam harta, karena kedermawanan-Nya tidak hanya dari harta yang dititipkan melainkan meliputi segala hal. Manusia yang berharta dan dermawan hendaklah tidak sombong karena telah memiliki sifat dermawan karena Allah Swt tidak menyukai kesombongan. Dengan demikian, bagi orang yang diberikan harta

22

melimpah maupun orang tidak dianugerahi harta oleh Allah Swt. Maka keduanya harus bersyukur kepada-Nya karena orang yang miskin pun telah dibeikan nikmat selain harta.

Al-Karim juga dimaknai Yang Maha Pemberi Maaf karena Allah Swt. Memaafkan dosa para hamba yang lalai dalam melaksanakan kewajibannya kepada Allah Swt, kemudian hamba itu mau bertobat kepada Allah Swt. Bagi hamba yang berdosa, Allah Swt. Adalah Yang Maha Pengampun, Allah Swt. Akan mengampuni seberapapun besar dosa hamba-Nya selama hambanya tidak meragukan kasih sayang dan kemurahan-hamba-Nya.

Menurut imam al-Gazali, al-Karim adalah Dia yang apabila berjanji, menepatinya, bila memberi, melampaui batas harapan, tidak peduli berapa dan kepada siapa Dia memberi dan tidak rela bila da kebutuhan hambanya memohon kepada selain-Nya, meminta pada orang lain. Dia yang bila kecil hati menegur tanpa berlebih, tidak mengabaikan siapa yang menuju dan berlindung kepada-Nya, dan tidak membutuhkan sarana atau perantara.

b) Al-Mu‟min

Ketika kita akan menyeru dan berdoa kepada Allah Swt dengan nama-Nya al-Mu‟min berarti kita memohon diberikan keamanan, dihindarkan dari fitnah, bencana, dan siksa. Karena Dialah Yang Maha Memberi keamanan, Dia Yang Maha Pengaman. Dalam nama al-Mu‟min

terdapat kekuatan yang dahsyat dan luar biasa. Ada pertolongan dan perlindungan, ada jaminan dan ada balabantuan.

23

Berzikir dengan mama Allah Swt al-Mu‟min disamping menumbuhkan dan memperkuat keyakinan dan keimanan kita, bahwa keamanan dan rasa aman yang dirasakan manusia sebagai makhluk adalah suatu rahmat dan karunia yang diberikan dari sisi Allah Swt. Sebagai

al-Mu‟min, yaitu Tuhan Yang Maha Pemberi Rasa Aman juga terkandung pengertian bahwa sebagai hamba yang beriman, seorang mukmin dituntut mampu menjadi bagian dari pertumbuhan dan perkembangan rasa aman terhadap lingkungannya.

Mengamalkan dan meneladani al-Asma‟u al-Husna al-Mu‟min

artinya bahwa seorang yang beriman harus menjadikan orang yang ada di sekelilingnya aman dari ganguan lidah dan tangannya.

c) Al-Wakil

Menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah Swt melahirkan sikap tawakkal. Tawakkal bukan berarti mengabaikan sebab-sebab dari suatu kejadian. Berdiam diri dan tidak peduli terhadap sebab itu dan akibatnya adalah sikap malas. Ketawakkalan dapat diibaratkan dengan menyadari sebab-akibat. Orang harus berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Hamba yang al-Wakil adalah yang bertawakkal kepada Allah Swt ketika hamba tersebut telah melihat “tangan” Allah Swt dalam sebab-sebab dan alasan segala sesuatu, dia menyerahkan seluruh kehidupanya ditangan al-Wakil.

24

Al-Matin artinya Maha Kukuh, Allah Swt adalah Maha Sempurna dalam kekuatan dan kekukuhan-Nya. Kekukuahan dalam prinsip sifat-sifat-Nya Alah Swt juga Maha Kukuh dalam kekuatan-kekuatannya-sifat-sifat-Nya. Oleh karena itu, sifat al-Matin adalah kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang tidak ada taranya. Dengan demikian, kekukuhan Allah Swt. Yang memiliki rahmat dan azab terbukti ketika Allah Swt memberikan rahmat kepada hamba-hamba-Nya. Tidak ada apa pun yang dapat menghalangi rahmat ini untuk tiba kepada sasarannya. Demikian juga tidak ada kekuatan yang dapat mencegah pembalasan-Nya.

Seseorang yang menemukan kekuatan dan kekukuhan Allah Swt akan membuatnya menjadi manusia yang tawakkal, memiliki kepercayaan dalam jiwanya dan tidak merasa rendah di hadapan manusia lain manusia akan selalu merasa rendah dihadapan Allah Swt. Hanya Allah Swt Yang Maha Menilai. Oleh karena itu, Allah Swt melarang manusia bersikap atau merasa lebih dari saudaranya. Karena hanya Allah Swt Yang Maha Mengetahui baik buruknya seorang hamba Allah Swt juga menganjurkan manusia bersabar karena Allah Swt Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Kekuatan dan kekukuhan-Nya tidak terhingga dan tidak terbayangkan oleh manusia yang lemah dan tidak memiliki daya upaya. Jadi, karena kekukuhan-Nya, Allah Swt tidak terkalahkan dan tidak tergoyahkan. Siapakah yang paling kuat dan kukuh selain Allah Swt? Tidak ada satupun makhluk yang dapat menundukan Allah Swt. Meskipun seluruh makhluk di bumi bekerja sam. Allah Swt berfirman:

25             

Artinya: “Sesungguhnya Allah dialah Maha pemberi rezki yang

mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”.(Q.S az-Zariyat 51:58).

Dengan demikian, akhlak kita terhadap sifat al-Matin adalah dengan beristiqomah, beribadah dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan oleh bisikan menyesatkan, terus berusaha dan tidak putus asa serta bekerja sama dengan orang lain sehingga menjadu lebih kuat.

e) Al-Jami

Al-jami secara bahasa artinya Yang Maha

Mengumpulkan/Menghimpun, yaitu bahwa Allah Swt Maha Mengumpulkan/menghimpun segala sesuatu yang tersebar atau terserak. Allah Swt Maha Mengumpulkan apa yang dia kehendaki-Nya dan dimanapun Allah Swt berkehendak.

Allah Swt akan menghimpun manusia di akhirat kelak sama dengan orang-orang yang satu golongan di dunia. Hal ini dapat dijadikan sebagai barometer, kepada siapa kita berkumpul didunia itulah yang akan menjadi teman kita di akhirat. Walaupun kita berjauhan secara fisik, tetapi hati kita berhimpun, di akhirat kelak kita juga akan terhimpun dengan mereka. Begitupun sebaliknya, walaupun kita berdekatan secar fisik, akan tetapi hati kita terhimpun, di akhirat kelak kita juga akan terhimpun dengan mereka. Begitupun sebaliknya, walaupun kita berdekatan secara fisik akan tetapi hati kita jahu, maka kita juga tidak akan berkumpul dengan mereka.

Oleh karena itu, apabila didunia kita terhimpun dengan orang-orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya, di akhirat kelak kita akan

26

berkumpul dengan mereka didalam neraka. Karena orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya, tempatnya di neraka.

Begitu pula sebaliknya, apabila kecenderungan hati kita terhimpun dengan orang-orang beriman, bertakwa dan orang-orang saleh, dia akhirat kelak kita juga akan terhimpun dengan mereka. Karena tidaklah mungkin orang-orang beriman hatinya berhimpun dengan orang-orang kafir dan orang-orang kafir juga tidak mungkin terhimpun dengan orang-orang kafir dan orang-orang kafir juga tidak akan terhimpun dengan terhimpun dengan orang-orang beriman.

Allah Swt juga mengumpulkan didalam diri seorang hamba ada yang lahir di anggota tubuh dan hakikat batin di dalam hati. Barang siapa yang sempurna mari‟fatnya dan baik tingkah lakunya, maka ia disebut juga sebagai al-jami. Dikatakan bahwa al-jami ialah orang-orang yang tidak padam cahaya ma‟rifatnya.

f) Al-Adl

Al-Adl berasal dari kata adala yang berarti lurus dan sama. orang yang adil adalah orang yang berjalan lurus dan sikap selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang menunjukan orang yang adil tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih. Adil juga di maknai sebagai penetapan sesuatu pada tempat yang semestinya.

Allah Swt dinamai al-Adl karena keadilan Allah Swt adalah sempurna. Dengan demkian, semua yang diciptakan dan ditentukan oleh

27

Allah Swt sudah menunjukan keadilan yang sempurna. Hanya saja, banyak diantara kita yang tidak menyadari atau tidak mampu menangkap keadilan Allah Swt terhadap apa yang menimpah mahkluk-Nya. Oleh karena itu, sebelum menilai sesuatu itu adil atau tidak, kita harus dapat memperhatikan dan mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan kasus yang akan dinilai. Akal manusia tidak akan bisa menembus dimensi tersebut. Seringkali ketika manusia memandang sesuatu secara luas dan menyeluruh, justru sebaliknya, merupakan suatu keindahan, kebaikan, atau keadilan. Tahi lalat secara sepintas terlihat buruk, namun jika berada di tengah-tengah wajah seseorang dapat terlihat indah. Bekitu juga memotong kaki seseorang terlihat kejam, namun ketika dikaitkan dengan penyakit yang mengharuskannya untuk dipotong, hal tersebut merupakan suatu kebaikan. Disitulah makna keadilan yang tidak gampang menilainya. Allah Swt Maha Adil. Dia menempatkan semua manusia pada posisi yang sama dan sedrajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan, kekayaan, atau karena jabata. Dekat jahunya posisi seseorang dengan Allah Swt. Hanya diukur dari seberapa besar mereka berusaha meningkatkan takwanya. Semakin tinggi takwa seseorang, semakin tinggi pula posisinya, makin mulia dan dimuliakan oleh Allah Swt begitupun sebaliknya.

Sebagian dari keadilan-Nya, Dia hanya menghukum dan memberi sanksi kepada yang terlibat langsung dalam perbuatan maksiat atau dosa. Istilah dosa turunan, hukum karma, dan lain semisalnya tidak dikenal dalam

28

syariat islam. Semua manusia dihadapan Allah Swt akan mempertanggung jawabkan dirinya sendiri.

Lebih dari itu, keadilan Allah Swt selalu disertai dengan sifat kasih sayang. Dia memberi pahala sejak seseorang berniat berbuat baik dan melipat gandakan pahalanya jika kemudian direalisasikan dalam amal perbuatan. Sebaliknya, Dia tidak langsung memberi catatan dosa selagi masih berupa niat berbuat jahat. Sebuah dosa baru dicatat apabila seseorang telah benar-benar berlaku jahat.

g) Al-Akhir

Allah Swt berkehendak untuk menetapkan makhluk yang kekal dan yang tidak, namun kekalan makhluk itu tidak secara zat dan tabiat, seluruh makhluk ciptaan Allah Swt adalah fana. Sifat kekal tidak dimiliki oleh makhluk, kekekalan yang ada hanya sebatas kekal untuk beberapa masa sesuai dengan ketentuan-Nya.

Orang yang mengesakan al-Akhir akan menjadikan Allah Swt sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selain-Nya, tidak ada permitaan kepada selain-Nya, segala kesudahan tertuju hanya kepada-Nya. Oleh sebab itu, jadikanlah akhir kesudahan kita hanya kepada-kepada-Nya. Karena sungguh akhir kesudahan hanya kepada Rabb kita, seluruh sebab dan tujua jalan akan berujung ke haribaan-Nya semata.

Orang yang mengesakan al-Akhir akan selalu merasa membutuhkan Rabb-nya, ia akan selalu mendasarkan apa yang diperbuatnya kepada apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt untuk hamba-Nya, karena manusia

29

mengetahui bahwa Allah Swt adalah pemilik segeal kehendak, hati, dan niat.

F. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Mind Map

G. Media, Alat dan Sumber Belajar 1. Media dan Alat

- Karton - Teks Bacaan 2. Sumber Belajar

- Buku

H. Langkah-langkah Pembelajaran

Dokumen terkait