• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Penelitian Kualitas Periwayat serta Menyimpulkan hasil Penelitian Sanad

KEGIATAN TAKHRIJ HADIS-HADIS DALAM TAFSIR AL-

E. Hadis Pertama “ Pengantin al-Qur’ân adalah al-Rahmân” 4.Teks Hadis dan Kegiatan Takhrij Hadis

6. Kegiatan Penelitian Kualitas Periwayat serta Menyimpulkan hasil Penelitian Sanad

Kegiatan penelitian sanad ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai keadaan perawi termasuk metode periwayatannya. Pada bagian ini diperlukan kitab-kitab yang menerangkan keadaan perawi hadis, baik dari sisi biografinya, pribadinya, kritik terhadap perawi yang bersangkutan dan sebagainya.

Al-Baihaqî (w. 458 H)

Nama lengkap: Al-Imâm Hâfiz ‘Allâmah Jalîl, Usûlî al-Zâhid al-Wara‘, Syaikh‘ Khurasân, Sâhib al-Tasânif: Abû Bakar Ahmad bin al- Husain bin ‘Alî bin ‘Abdillah bin Mûsâ al-Baihaqî al-Naisâbûrî43.

Gurunya: Al-Hâkim Abî ‘Abdullâh al-Hâfiz, ‘Abdullâh bin Yûsuf Asbahânî, Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ibnu Rajâ` Adîb, Ishâq bin Muhammad bin Yûsuf Sûsî, Mansûr ibn Husain al-Maqra’.

43 Abî Bakr Ahmad bin al-Husain bin ‘Alî al-Baihaqî, al-Sunan al-Saghîr, jilid 1, (Beirut: Dâr al-Kitab al-‘Ilmiyah,1992), h. 3.lihat Abû ‘Abdillah Syams al-Dîn Muhammad al-Dzahabî.

Tadzkirat al-Huffâz, jilid 3, (Beirût: Dar al-Kitab al-‘Ilmiyah, t.t.), h. 1132., lihat al-Dzahabî.

Muridnya: - 44

Pendapat ulama hadis tentang dirinya:

1. Al-Hâfiz ‘Abd al-Ghâfir bin ‘Ismâ‘îl di dalam târîkhnya: Al-Baihaqî adalah seorang tokoh ulama ternama, beliau juga terkenal sebagai orang yang zuhud dan wara. Beliau melanjutkan bahwa, Abû Bakar al-Faqîh, al-Hâfiz, Usuluddîn, al-Wara‘, salah seorang yang hafal pada masanya, dari pembesar al-Hâkim, beliau menambahkan berbagi macam ilmu kepada al-Hâkim, menulis, melatih al-Hâkim menghafal hadis, menguasai hingga mahir. Abû Bakar mengambil disiplin ilmu Usuluddin, beliau pergi ke Iraq, Jabal Hijaz, kemudian mulai menulis, karangannya hampir 1000 Juz, dari apa yang tidak pernah dilakukan seorangpun, beliau memadukan/ mengumpulkan ilmu fikih dan hadis, menjelaskan ‘ilal hadis, menaruh perhatian berbagai macam hadis, banyak para imam belajar dari Baihaqî sampai Naisabur, untuk mendengar berbagai macam kitab, menyelesaikan kitab selama 41 tahun 3 bulan, kemudian forum menyimpulkan untuk mendengarkan (membedah) kitab ma‘rifah dan para imam pun menghadirinya.

2. Al-Qudat Abû ‘Alî Ismâ‘îl bin al-Baihaqî: Beliau adalah seorang teman kita yang salih dan paling banyak bacaannya.45

3. Al-Sam‘ânî: Beliau imam yang faham, Hâfiz, yang mengumpulkan ilmu hadis dan fiqih.46

44 Setelah penulis melacak kebeberapa kitab Rijal dan Tarikh, penulis tidak menemukan

keterangan tentang murid-muridnya.

45 Al-Syamsyu al-Dîn bin Muhammad bin Ahmad bin ‘Ustman al-Dzahabî. Siyaru A‘lâm

4. Lahir 384 H. bulan Sya‘ban, dan meninggal pada hari ke sepuluh bulan Jumâdi al-Awal tahun 458 H.47

Terdapat pertemuan dengan gurunya Abû ‘Abd Rahmân al-Sulamî, para ulama menilainya positif (ta’dîl) tingkat pertama disamping penilaian positif lainnya, Beliau menerima hadis dengan cara takhbir (

ﺎﻧﺮﺒﺧأ ). Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima.

Abû ‘Abd al-Rahmân al-Sulamî (w. 412 H)

Nama lengkap: Muhammad bin Abû ‘Abd al-Rahmân al-Sulamî, Syaikh Sufiyah, Sâhib al-Târih dan Tabaqâh.

Gurunya: Al-Asam. Muridnya: Al-Baihaqi.

Pandangan ulama kritikus hadis terhadap dirinya:

1. Al-Hâkim: Beliau adalah ahli Zuhud, tasawuf, ﺎﻨﻘﺘﻣ ,ﺚﯾﺪﺤﻟا ﺮﯿﺜﻛ

2. Al-Sirâj : Insya Allah tidak tergolong pendusta.

3. Al-Khatîb :ﺚﯾﺪﺤﻟا ﺐﺣﺎﺻ ,Beliau wafat bulan Sya’ban tahun 412 H.48 Terdapat kemungkinan pertemuan dengan muridnya melalui tahun wafatnya, penilaian para ulama positif (ta’dil) tingkat pertama, disamping

46 Abî Sa‘ad ‘Abd al-Karîm bin Muhammad bin Mansûr al-Tamîmî al-Sam‘ânî. Al-Ansâb, jilid 2, (Kairo: Maktabah Ibnu Taimiyah, 1980), h. 381.

47 Syamsu al-Dîn Ahmad bin Muhammad bin Abî Bakr bin Khalkân. Wafâyat al-A‘yân,

jilid 1, (Beirût: Dâr Sâdr, t.t.), h. 76.

48 Al-Imam Hâfiz Syihâb Dîn Ahmad bin ‘Alî bin Hajar ‘Asqalânî. Lisân

al-Mîzân, jilid 7, h. 140. Lihat juga Abî Bakr Ahmad ‘Alî al-Khatîb al-Baghdâdî. Târikh Baghdâd au

penilaian positif lainnya, dan Beliau juga menerima hadis dengan cara tahdits ( ﺎَﻨَﺛ )49. Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima.

‘Alî bin Husein bin Ja’far al-Hâfiz (w. 276 H)

Nama lengkap: ‘Alî bin Husein bin Ja’far bin Karnîb al-Rasâfî, Abû Hasan al-Bazâr. Nama tersebut adalah nama yang digunakan oleh Ibnu Hajar.

Gurunya: Al-Baghandî, dan Hamid bin Syua’îb. Muridnya : -50

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Al-Dâruqutnî: Apabila dalam namanya diberi pangkat Hâfiz dan al-Ma’rifah maka hal tersebut benar-benar lemah. Ia wafat tahun 276 H. 2. Ibnu Abî al-Fuwaris: باﺬﻜﻟا (pembohong), dia orang yang suka

mencampur-campurkan hadis. Aku pernah melihat kitabnya yang penuh dengan kebohongan, dia memotong tulisan diawal juz dan mengganti dengan tulisannya sendiri.

3. Al-Khatîb: ﻒﯿﻌﺿ , gelar al-Hâfiz dan al-Ma’rifah adalah bohong. Tidak terdapat kemungkinan pertemuan baik dengan guru maupun muridnya, para ulamapun menilainya negatif (al-Jarh), meskipun Beliau menerima hadis dengan cara tahdits ( ﺎَﻨَﺛ ). Oleh karena itu, periwayatannya tidak diterima.

Ahmad bin Hasan Dubaisi

49 Kata ( ﺎَﻨَﺛ ) tsannâ merupakan singkatan dari kata ( ﺎﻨﺛﺪﺣ ) Hadatssannâ, oleh karena itu kata tsanaâ termasuk kata tahdîts.

50 Abî Bakr Ahmad ‘Alî al-Khatîb al-Baghdâdî. Târikh Baghdâd au Madînah al-Salâm,

Nama lengkap: Ahmad bin Hasan bin ‘Alî bin Husein, Abû ‘Alî al-Muqrâi yang dikenal dengan sebutan Dubaisi, atau Ahmad bin Hasan bin ‘Alî al-Muqarî Dubaisi.51

Gurunya: Muhammad bin ‘Abd al-Nûr dan Muhammad bin Musafî.

Muridnya: Abû Bakar bin al-Muqraî, Ibnu Mudzaffâr, dll. Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Al-Dâruqutnî berpendapat bahwa Ahmad bin Hasan: ﺔﻘﺛﺲﯿﻟ

2. Al-Khatîb juga menilai bahwa beliau adalah ﺚﯾﺪﺤﻟا ﺮﻜﻨﻣ.52

Terdapat kemungkinan pertemuan, melalui tahun wafat antara ‘Alî bin Husein bin Ja’far al-Hâfiz (w. 276 H) dengan Muhammad bin Yahyâ bin Ja’far al-Kisâî (w. 280 H), namun para ulama menilainya negatif ( al-Jarh) tingkat kedua. Meskipun Beliau menerima hadis dengan cara tahdits ( ﺎَﻨَﺛ ), periwayatannya tidak dapat diterima.

Muhammad bin Yahyâ bin Ja’far al-Kisâî (w. 280 H)

Nama lengkap: Muhammad bin Yahyâ bin Zakariya, Abû ‘Atu tibdullâh al-Muqraî yang dikenal dengan sebutan al-Kisâî al-Sagîr.

Gurunya: Khalaf bin Qisyâm Bazzâr, ‘Alî bin Mughirah al-Atsrâm, Abâ Mishal Sâhib al-Kisaî, Abâ Hârits al-Laits bin Khâlid.

Muridnya: Abû Bakar bin Mujahid, ‘Alî Ahmad bin Hasan Dubais.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya : 1. Ibnu al-Jazarî : ﺔﻘﺛ .53

51 Abî Bakr Ahmad ‘Alî al-Khatîb al-Baghdâdî. Târikh Baghdâd au Madînah al-Salâm,

jilid. 4, (Beirût: Dar al-Fikr, t.t.), h. 77.

Terdapat pertemuan dengan muridnya: Abû ‘Alî Ahmad bin Hasan Dubais, penilaian ulama positif (ta’dil) tingkat ketiga. Dan Beliau juga menerima hadis dengan cara tahdits ( ﺎَﻨَﺛ ). Oleh karena itu, periwayatanya dapat diterima.

Hisyâm al-Yazîdî

Setelah penulis menelusuri kitab-kitab Rijal al-Hadis dan Tarikh, penulis tidak menemukan nama tersebut, baik setelah menelusurinya melalui perawi sebelumnya maupun sesudahnya. Perawi ini oleh penulis dinilai majhul. Dia menerima hadis dengan cara tahdits ( ﺎَﻨَﺛ ).

‘Alî bin Hamzah al-Kisâî (w. 189 H)

Nama lengkap: ‘Alî Abû Hamzah bin ‘Abdullâh bin Qais al-Asadî, Abû Hasan al-Muqraî al-Kisâî.

Gurunya: Hamzah al-Ziyati, Abû Bakar bin ‘Iyâsy, Muhammad bin Sahl.

Muridnya: Abû ‘Ubaid Qâsim bin Sallâm, Abû Zakariyâ al-Farrâi, Ahmad bin Abî Suraij.54

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab تﺎﻘﺜﻟا

2. Beliau adalah salah satu ulam ahli qiraat dan tajwid di Baghdad. Guru qiraatnya adalah Hamzah Ziyâti, Sulaimân bin Arqâm, Ja’far al-Sâdik, dan Ibnu ‘Uyaynah. Beliau juga menerima hadis dari guru-guru

53 Abî Bakr Ahmad ‘Alî al-Khatîb al-Baghdâdî. Târikh Baghdâd au Madînah al-Salâm,

jilid. 4, (Beirût: Dar al-Fikr, t.t.), h. 655.

54 Abî Muhamad ‘Abd Rahman bin Abî Hâtim Muhammad Idrîs bin Mundzir al-Tamîmî al-Hanzalî al-Râzi, al-Jarh wa al-Tadîl Jilid 6, (Beirût: Dâr al-Kitab al-‘Ilmiyah,1953), h. 182.

qiraatnya. Murid-muridnya dalam qiraat cukup banyak diantaranya, Hafs bin ‘Umar al-Râzî.

3. Beliau pengarang kitab Ma’ânî al-Qurân dan al-Atsâr fî al-Qurân. 4. ‘Alî bin Hasan bin Bakar dari Ahmad bin Kamal al-Qâdî: Beliau wafat

hari Minggu tahun 189, dalam usia 70 tahun.55

Terdapat pertemuan dengan gurunya melalui tahun wafatnya, para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat pertama, disamping penilaian positif lainnya, dan Beliau menerima hadis dengan cara tahdits ( ﺎَﻨَﺛ ). Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima.

Mûsâ bin Ja’far (128 - 183 H)

Nama lengkap: Muhammad bin ‘Alî bin Husein bin Alî Abî Tâlib al-Quraisyî al-Hasyîmî al-‘Aluyyû (Abû Hasan al-Madânî al-Kazîm).

Gurunya: Ayahnya (Ja’far bin Muhammad al-Sâdik), ‘Abdullâh bin Dinâr, ‘Abd al-Malik bin Qudamah al-Jumanî.

Muridnya: anaknya (Ibrâhîm bin Mûsâ bin Ja’far), ‘Alî bin Hamzah al-Kasâî, Ismâ’îl bin Mûsâ bin Ja’far, Husein bin Mûsâ bin Ja’far, Sâlih bin Yazîd, Mûsâ bin Ja’far Abû Hasan Ridâ, saudaranya (Muhammad bin Ja’far), Muhammad bin Sadaqah al-Anbarî.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Abû Hâtim: قوﺪﺻ ,ﺔﻘﺛ. dan seorang Imam muslim.

2. Yûsuf bin Ya’kûb al-Syaibanî dari Zaid bin Hasan al-Hindî dari ‘Abd al-Rahmân bin Muhammad al-Qazzâz dari Abû Bakar Ahmad bin ‘Alî

bin Tsâbit al-Khabîbi mengatakan bahwa Mûsâ bin Ja’far lahir di Madinah pada tahun 128 H. dan wafat pada tahun 183 H.56

Terdapat pertemuan dengan gurunya: Ayahnya (Ja’far bin Muhammad al-Sâdik) dan muridnya: ‘Alî bin Hamzah al-Kasâî, penilaian ulama positif (ta’dil) tingkat pertama, disamping penilaian positif lainnya, dan Beliau menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ( ﻦﻋ ). Oleh karena itu,periwayatannya dapat diterima.

Abihi: Ja’far bin Muhammad al-Sâdik (80-148 H)

Nama lengkap: Ja’far bin Muhammad bin ‘Alî bin Husein bin ‘Alî bin Abî Tâlib al-Quraisyî al-Hasyîmî (Abû ‘Abdullâh al-Madânî al-Sâdik). Ibunya adalah Ummû Farwah binti Qâsim bin Muhammad bin Abû Bakar al-Siddîk.

Gurunya: ‘Ubaidillâh bin Râfi’ Kâtibul ‘Alî, ‘Urwah bin Zubeir, ’itâi bin Abî Rabâh, kakeknya (Qâsim bin Muhammad bin Abî Bakar al-Siddîk), ayahnya (Abî Ja’far Muhammad bin Qâsim), Muhammad bin ‘Alî al-Bâqir, Muhammad bin Muslim bin Syihâb al-Zuhrî, Muhammad al-Munkadir, Muslim bin Abî Maryam, Nâfi’ (Maulâ) Ibnu ‘Umar.

Muridnya: Abân bin Taglab, Ismâ’îl bin Ja’far, Hâtim bin Ismâ’îl, Hasan bin Sâlih bin Hayyî, Hasan bin ‘Îyâsy, Abû Bakar bin ‘Îyâsy, Hafs bin Giyâsy, Zuhair bin Muhammad al-Tamîmî’ Zaed bin Hasan al-Anmâtî, Sa’îd bin Sofyan al-Islamî, Sofyân Tsaurî, Sofyân bin ‘Uyanah, Sulaimân bin Bulâl, Mûsâ bin Ja’far al-Kadîmî, Malik bin Anas.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

56 Al-Mizî, Jamal al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf, Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995), jilid. 29, h. 43.

1. Ahmad bin Salâmah al-Naisâbûrî dari Ishâq bin Rahâwiyah berkata: Saya bertanya kepada Syafi’î, bagaimana menurutmu Ja’far bin Muhammad? lalu Syafi’î mejawab: ﺔﻘﺛ

2. Abbâs al-Daurî dari ‘Utsmân bin Sa’îd al-Dârimî dari Abû Bakar Ibnu Abî Khutsaimah, Ahmad bin Sa’ad bin Abî Maryam dari Yahyâ bin Ma’în berkata: ﺔﻘﺛ

3. Abû Bakar Ji’âlî, Abû Bakar bin Manjuwiyah dan Abû Qâsim al-Lalikâi. Mereka mengatakan: Ja’far bin Muhammad lahir pada tahun 80 H.

4. Hasan al-Madânî, Khalifah bin Khayyât dan Zubair bin Bakar mereka mengatakan: Beliau wafat pada tahun 148 H.57

Terdapat pertemuan dengan muridnya: anaknya (Ja’far bin Muhammad al-Sâdik) dan gurunya: ayahnya (Abî Ja’far Muhammad bin Qâsim), para ulama menilainya positif (ta’dil) tingkat kedua, beliau juga menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ( ﻦﻋ ). Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima.

Abihi: Abî Ja’far Muhammad bin Qâsim (w. 114/118 H)

Nama lengkap: Muhammad bin ‘Alî bin Husein bin ‘Alî bin Abî Tâlib al-Quraisyî al-Hasyîmî, Abû Ja’far al-Bâqir. Ibunya adalah ‘Ummu ‘Abdullah binti Hasan bin ‘Alî bin Abî Tâlib.

Gurunya: Anas bin Mâlik, ‘Alî bin Husein bin ‘Alî, Jâbir bin ‘Abdullâh, kakeknya (Hasan dan Husein), ‘Abdullâh bin ‘Umar bin Khattab, ‘Abdullâh bin Abbâs.

Muridnya: Abân bin Taglib al-Kûfî, Abyad bin Abân, anaknya (Ja’far bin Muhammad bin ‘Alî bin Husein), Rabi’ah bin ‘Abd al-Rahmân, ‘Abdullâh bin ‘Atai, Syaibah bin Nisâh, Hakam bin ‘Utaybah. Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Muhammad bin Sa’ad: beliau adalah Tabaqah yang ketiga dari ahli Madinah, wafat tahun 118 H.

2. Al-‘Ijlî: Tabi’in Ahli Madinah, ﺔﻘﺛ

3. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab تﺎﻘﺜﻟا

4. Ibnu Barqî: Beliau adalah seorang ahli fikih pada masanya, wafat tahun 114 H.58

Terdapat pertemuan dengan muridnya: anaknya (Ja’far bin Muhammad bin ‘Alî bin Husein) dan gurunya: ‘Alî bin Husein, para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat pertama, disamping penilaian positif lainnya, dan beliau juga menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ( ﻦﻋ ). Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima.

‘Alî bin Husein (w. 74 H)

Nama lengkap: ‘Alî bin Husein bin ‘Alî bin Abî Tâlib al-Qurasyî al-Hasyîmî, Abû Husein.

Gurunya: pamannya (Hasan bin ‘Alî bin Abî Tâlib), ayahnya (Husein bin ‘Alî bin Abî Tâlib), Dzakwan Abî ‘Amrû (Maulâ) ‘Aisyah, Sa’îd bin Marjânah, Sa’îd bin Musayyib, ‘Abdullâh bin Abbâs, kakeknya (‘Alî bin Abî Tâlib), dll.

Muridnya: Habîb bin Abî Tsâbit, Hakam bin ‘Utaibah, anaknya (Zaed bin ‘Alî bin Husein), anaknya (‘Abdullâh bin ‘Alî bin Husein), anaknya (Abû Ja’far bin ‘Alî bin Husein), ‘Abudullâh bin ‘Abd al-Rahmân bin Mauhib, dll.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya: 1. Al-‘Ijlî : ﺔﻘﺛ

2. ‘Umar bin Syabbât dari Ibnu ‘Aisyah dari ayahnya: Berkata Tawis: Beliau adalah ﺢﻟﺎﺻ ﻞﺟر, dari ahlul Bait.

3. Ibnu Sa’ad: Wara’, ﺚﯾﺪﺤﻟا ﺮﯿﺜﻛ, ﺎﻧﻮﻣﺄﻣ ﺔﻘﺛ

4. Abu Hâtim dan yang lainya: Aku tidak pernah melihat orang Hisyam yang lebih utama yang lebih utama darinya.59

5. Al-‘Ijlî menambahkan: Aku tidak pernah melihat orang Hisyam yang lebih utama yang lebih utama dari ‘Alî bin Husein.60

6. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab تﺎﻘﺜﻟا

7. Ma’mar dari Zuhrî: aku tidak pernah menemui Ahli Bait yang lebih utama dari ‘Alî bin Husein bin ‘Alî. Abû Wahbi juga berpendapat demikian.61

Terdapat pertemuan dengan gurunya ayahnya (Husein bin ‘Alî) dan muridnya anaknya (Abû Ja’far bin ‘Alî), para ulama menilainya positif (ta’dil) tingkat pertama, disamping penilaian positif lainnya, Beliau juga menerima hadis dengan cara ‘an ‘anah ( ﻦﻋ ). Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima.

59 Syihâb al-Dîn Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-‘Asqalânî. Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 7, (Beirût: Dar al-Fikr, t.t.), h. 262-275.

60 Abî Hâtim Muhammad bin Hibân bin Ahmad al-Tamîmî al-Bustî. Al-Tsiqât, jilid 8, cetakan pertama, (Haiderabâd al-Dakan: Majlis Dâirah al-Ma‘rifah, 1982), h. 514.

Abihi: Husein bin ‘Alî (w. 61 H)

Nama lengkap: Husein bin ‘Alî bin Abî Tâlib Qurasyî al-Hasyîmî, Abû ‘Abdullâh al-Madânî.

Gurunya: kakeknya (Rasulullah saw), ayahnya (‘Alî bin Abî Tâlib), ‘Umar bin Khattâb, ibunya (Fatimah binti Rasulullah saw).

Muridnya: anaknya (‘Alî bin Husein), Basyar bin Ghîlib al-Asadî, saudaranya (Hasan bin ‘Alî bin Abî Tâlib), ‘Ikrimah (Maulâ) Ibnu ‘Abbâs, Sa’îd bin Khâlid al-Kûfî, anak perempuannya (Fatimah binti Husein, Sukainah binti Husein).

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya :

1. Tidak hanya satu ulama yang berkata bahwa: Husein adalah cucu dari Rasulullâh saw. anak dari ‘Alî Bin Abî Tâlib.

2. Khalifah bin Khiyât: Husein lahir tahun ke empat Hijriyah.

3. Zubeir bin Bakkâr, Muhammad bin Sa’îd: Husein lahir hari kamis bulan Sya’ban tahun 4 H. wafat pada hari Jum’at bulan ‘Asyura tahun 61 H. beliau dibunuh di Karbala.

4. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab تﺎﻘﺜﻟا

5. Hafs bin Ghiyâts dari Ja’far bin Muhammad: Hasan dan Husein adalah dua orang yang tidak perlu lagi dilakukan penelitian tentang mereka. 6. ‘Abdullâh bin Ziyâd al-Asadî dari ‘Amrû bin Tsâbit dari al-A’masy

dari Abî Wail Syaqîq bin Salamah dari ‘Ummu Salamah: Husein sedang bermain-main di atas pangkuan Rasulullah ketika itu Malaikat

Jibril datang dan berkata: Ada diantara umatmu yang akan membunuh Husein. Mendengar hal itu Rasulullâh menangis.62

Dari sekian kritikus hadis tidak satu pun yang mencela Husein bin ‘Alî bin Abî Tâlib. Ia merupakan cucu Nabi, sehingga tidak diragukan lagi ketsiqahannya, terdapat pertemuan dengan gurunya ayahnya (‘Alî bin Abî Tâlib) dan muridnya anaknya (‘Alî bin Husein). Beliau menerima hadis dengan cara ‘an ‘anah ( ﻦﻋ ). Oleh karena tidak diragukan lagi ketsiqahannya, maka periwayatannya dapat diterima.

‘Alî bin Abî Tâlib ra. (w. 64 H.)

Nama lengkap: Abû Manaf bin ‘Abd Mutallib bin Hasyîm al-Quraisyî.

Gurunya: Nabi Muhammad saw., Abû Bakar, ‘Umar bin Khatâb, ‘Usman bin affan, dll.

Muridnya: Khilâs bin ‘Amr al-Hajarî, anaknya Husein bin ‘Alî, Husein bin Sofwân, Sa’îd bin Musyayyah, dll.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Tidak hanya satu ulama yang berkata bahwa ‘Alî bin Abî Tâlib adalah anak bungsu Abû Tâlib. ‘Alî lebih muda dari Ja’far dengan selisih 10 tahun (Ja’far lebih muda dari ‘Aqil dengan selisih 20 tahun) ‘Aqil lebih muda dari Tâlib dengan selisih 10 tahun.

2. Abu Bakar bin ‘Abd al-Bâr berkata: Abû Ja’far Muhammad bin ‘Alî bin Husein ditannya tentang sifat-sifat ‘Alî bin Abî Tâlib, maka ia menjawab: ‘Alî adalah pria berkulit sawo matang pekat, berat tatapan

matanya, perut gendut, botak kepala bagian depan, pendek, tidak memakai semit, dan telah diriwayatkan terkadang beliau menyemir kunung janggutnya.

3. Ishâq berkata: orang yang pertama kali iman kepada Allah dan Rasulnya dari kalanyan pria adalah ‘Alî bin Abî Tâlib sebagaimana pendapat ibnu Sihab, dan ia menambahkan dari kalangan pria setelah Siti Khadizah dan demikian pendapat mayoritas tentang Khadizah ra63. Dari sekian kritikus hadis tidak satu pun yang mencela ‘Alî ra., Ia merupakan sahabat Nabi yang pertama masuk islam. Terdapat pertemuan dengan gurunya: Nabi Muhammad saw. dan muridnya: Husein bin ‘Alî. Oleh karena tidak diragukan lagi ketsiqahannya, maka periwayatannya dapat diterima.

Penalitian sanad hadis riwayat Baihaqî melalui Abû ‘Abd al-Rahmân al-Sulamî, sampai ‘Alî bin Abî Tâlib ra, dapat disumpulkan bahwa sebahagian periwayat dalam keadaan bersambung antara guru dengan muridnya, sebahagian lainnya tidak. Komentar-komentar para kritikus hadis pun menyatakan bahwa tidak semua periwayat bersifat ‘adil dan dabit, seperti ‘Alî bin Husein bin Ja’far al-Hâfiz dan Ahmad bin Hasan Dubîsi yang dinilai pendusta dan mungkar al-hadis, dan Hisyâm al-Yazîdî, yang majhul (tidak terlacak). Oleh karena tiga perarawi yang tidak memenuhi persyaratan kesahîhan sanad hadis tersebut, maka sanad hadis ini berkualitas da’if.

63 Al-Mizî, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal, jilid. 13, h. 293-306. Lihat juga Al-‘Asqalânî. Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 7, h. 297

B. Hadis Kedua “Jawaban jin atas ayat (fa biayyi âlâ’i Rabbikumâ

Dokumen terkait