• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Formalin

2.2.3 Kegunaan Formalin

Formalin bersifat desinfektan, kuat terhadap bakteri pembusuk dan jamur.

Dalam dunia kedokteran formalin digunakan sebagai pengawet mayat. Selain itu formalin juga dapat mengeraskan jaringan sehingga dipakai sebagai pengawet mayat dan digunakan pada proses pemeriksaan bahan biologi maupun patologi, Sebagai bahan dalam pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Dalam dunia fotografi, biasanya digunakan untuk pengeras lapisan

12

gelatin dan kertas. Sebagai bahan dalam pembuatan produk parfum. Sebagai bahan untuk pembuatan pupuk dalam urea. Sebagai bahan pengawet dalam produk kosmetik dan pengeras kuku. Dalam bidang industri, digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (Playwood), resin maupun tekstil.

Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ), formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, perawatan sepatu, shampo mobil, lilin, dan pembersih karpet (Rahmawati, 2017).

Menurut Antoni (2010). Manfaat formalin di bidang industri non pangan sangat beragam, diantaranya adalah sebagai berikut :

• Pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai pembersih : lantai, gudang, pakaian dan kapal.

• Pembasmi lalat dan serangga lainnya.

• Bahan pembuat Sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak.

• Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas

• Bahan pembentuk pupuk berupa Urea

• Bahan pembuatan produk parfum

• Bahan pengawet produk kosmetik dan pengeras kuku

• Pencegah korosi untuk sumur minyak

• Bahan untuk isulasi busa

• Bahan perekat untuk produk kayu lapis (playwood)

13

• Dalam konsentrasi yang sangat kecil (< 1 persen) digunakan sebagai

pengawet, Untuk berbagai barang konsumen, seperti pembersi rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, Shampo mobil,

lilin dan karpet.

• Pengawet mayat dan organ.

2.2.4 Bahaya Formalin Bagi Tubuh

Bahaya jangka pendek (Akut) Bahaya yang akan terjadi jika terhirup uap formalin pada jangka pendek, yaitu: terjadi iritasi, terasa terbakar pada tenggorokan dan hidung, batuk-batuk, gangguan saraf, kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti, radang paru dan pembengkakan paru, tanda-tanda umum, bersin, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, jantung berdebar, mual muntah, pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. Formalin murni atau larutan formalin, berupa cairan yang sangat mudah terpercik, misalnya saat menuangkan formalin jika mengenai kulit, maka pada kulit akan mengalami perubahan warna kulit, kulit terasa terbakar, menjadi merah, mengeras dan mati rasa. Jika formalin terkena mata maka dapat menimbulkan iritasi mata, mata menjadi merah, sakit gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Pada konsentrasi tinggi dapat merusak lensa mata. Keadaan yang sangat mengkhawatirkan apabila tertelan larutan formalin maka akan menyebabkan mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga

14

dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pancreas, sistem susunan saraf pusat dan ginjal (Benyamin, 2019).

Bahaya jangka panjang (kronis) Jika terjadi pemaparan formalin pada jangka panjang secara terus menerus akan terjadi radang selaput lendir hidung, batuk-batuk serta gangguan pernafasan, sensitasi paru, kanker pada hidung, tenggorokan, mulut, paru dan otok, luka pada ginjal, gangguan haid dan kemandulan pada wanita, efek neuropsikosis, sakit kepala, gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, mual, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Hal ini terjadi pada saat uap formalin secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama (Benyamin, 2019).

Penggunaan formalin dalam makanan dapat menyebabkan masalah kesehatan yakni gangguan pernapasan, sakit kepala dan kanker paru-paru.

Formalin diketahui berbahaya untuk tubuh manusia karena telah diketahui sebagai zat beracun, karsinogen, mutagen yang menyebabkan perubahan sel jaringan tubuh, korosif dan iritatif. Uap formalin sendiri sangat berbahaya jika terhirup oleh saluran pernafasan dan iritatif jika tertelan. Adapun dampak formalin yang menyebabkan sakit kepala, radang hidung kronis (rhinitis), dan mual-mual (Wuisan, dkk 2020).

Namun ironisnya, formalin ini sangat mudah ditemukan dengan harganya yang murah, sehingga sering digunakan oleh produsen dan pedagang tahu untuk mengawetkan produknya. Hal ini menyebabkan keresahan dan kecemasan di masyarakat mengingat efek samping konsumsi formalin dapat membahayakan kesehatan (Wuisan, dkk 2020).

15 2.3 Tahu

2.3.1 Definisi Tahu

Tahu merupakan produk makanan dengan bahan baku kedelai (glycine max), berbentuk padatan dan bertekstur lunak. Di buat melalui proses pengolahan kedelai dengan cara mengendapkan protein (Rahmawati, 2017).

Tahu memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, karena kedelai merupakan salah-satu sumber protein nabati yang berasal dari jenis kacang-kacangan dan biji-bijian dengan kualitas protein yang hampir mendekati protein hewani. Hal tersebut dikarenakan kedelai banyak mengandung asam amino essensial yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan sel.

Kandungan protein pada kedelai sekitar 35% bahkan mencapai 40- 43% pada varitas yang unggul (Rahmawati, 2017).

Tahu adalah produk yang terbuat dari hasil penggumpalan protein kedelai yang diendapkan. Sehingga kandungan protein dalam tahu ditentukan oleh kandungan protein pada kedelai yang digunakan. Kedelai kuning dan kedelai hitam merupakan jenis kedelai yang sering digunakan untuk membuat tahu. Kadar protein pada kedelai mencapai 35 % bahkan dapat mencapai 40 – 43 % pada kedelai dengan varitas unggul. Kandungan protein pada tahu lebih tinggi jika dibandingkan dengan beras, jagung tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam (Benyamin, 2019).

Tahu sering direndam dalam air kran (bersih) untuk mencegah terjadinya pengeringan dan mengalami pencemaran mikroba pembusukan dari udara.

Sebaliknya air perendaman yang kurang bersih, justru akan mempercepat

16

pembusukan, sehingga tahu cepat menjadi asam. Dalam suhu ruang dan tanpa kemasan, tahu hanya dapat bertahan 1 – 2 hari. Lebih dari waktu tersebut rasanya menjadi asam, lalu berangsur – angsur menjadi busuk. Selanjutnya juga dilaporkan bahwa jika tahu direndam selama 30 menit, kemudian direndam dengan air yang masak daya simpannya bisa bertahan sampai 4 hari. Cara lain untuk mengawetkan tahu adalah dengan penambahan bahan pengawet (Indritani dan Nurindahsari, 2014).

2.3.2 Ciri-Ciri Tahu Yang Mengandung Formalin

Tahu merupakan bahan makanan atau pangan yang sangat mudah rusak sehingga digolongkan sebagai high perishable food. secara organoleptik tanda-tanda yang dapat untuk mengetahui telah terjadinya kerusakan tahu antara lain adalah rasa asam, bau masam sampai busuk, perrmukaan tahu berlendir, teksur menjadi lunak (Rahmawati,2017).

Formalin sering kali disalahgunakan kedalam makanan seperti tahu yang dijual di pasaran. Tahu yang ditambahkan formalin supaya daya tahan atau simpannya lebih lama hal ini dikarenakan tahu merupakan produk makanan yang rentan rusak. Makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat salah satunya adalah tahu karena harga yang murah, mudah didapat, banyak dijual di pasaran dan kaya akan sumber protein. Formalin mudah bereaksi dengan protein sehingga menyebabkan protein yang terkandung di dalam tahu mudah mati (Nasution dan Supriatna, 2019).

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan tahun 2012 No 033 menyatakan bahwa formalin dilarang sebagai bahan tambahan pangan. Alasan produsen

17

/industri makanan melakukan hal yang curang dan merugikan itu dikarenakan demi meraih keuntungan yang lebih besar dengan menambahkan zat-zat berbahaya kedalam makanan yang mereka jual. Menurut (Hastuti) alasan pemakaian formalin juga dipercaya dapat mempercepat proses pengeringan dan membuat tampilan fisik tidak cepat rusak (Dewi, 2019).

Karena tahu mudah mengalami kerusakan, maka beberapa produsen menggunakan formalin sebagai pengawet tahu. Adapun ciri-ciri tahu yang mengandung formalin terlihat pada tabel dibawah ini (Rahmawati, 2017)

Tabel 2.3.2 Ciri-Ciri Tahu mengandung formalin

No Tahu berformalin Tahu tidak berformalin 1 Bau agak menyengat, bau

formalin (dengan kandungan formalin 0,5-1 ppm).

Tahu yang tidak berformalin akan tercium bau protein kedelai yang khas.

2 Tahu yang berformalin mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal).

Tahu yang tidak berformalin paling hanya tahan satu sampai dua hari.

2.4 Uji Kualitatif Formalin

Analisis kualitatif cenderung mudah dilakukan yaitu dengan menambahkan pereaksi tertentu kedalam bahan makanan yang diduga mengandung bahan formalin sehingga akan dihasilkan perubahan warna yang khas, uji seperti ini biasanya disebut juga spot test (Asma, 2018).

18 2.4.1 Uji dengan KMnO4

Pereaksi KMnO4 di buat dengan konsentrasi 0,1 N kemudian di reaksikan dengan filtrate yang di ambil dari sampel dan di goyang-goyanngkan hingga filtrate dan larutan KMnO4 tercampur adanya penanda mengandung formalin jika warna pink (merah muda) hilang. Pelunturan warna pada larutan KMnO4 ini disebabkan karena sifat mereduksi dari gugus aldehid pada formalin terhadap KMnO4 0,1 N membentuk asam metanoat (Asma, 2018).

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di atas, maka kerangka konsep penelitian ditunjukkan seperti di bawah ini:

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter Uji

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Tahu Yang

Beredar Di Beberapa Tempat

Di Kota Medan

Kandungan Formalin Pada Tahu

-Uji Warna dengan pereaksi KMnO4

19 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat

Identifikasi zat pengawet formalin pada tahu yang beredar di Kota Medan dilakukan secara kualitatif dengan pereaksi KMnO4 dilakukan di Laboratorium Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Jl. Tri Dharma, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara, 20155.

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan

3.2.1 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah tahu yang beredar di beberapa tempat di kota medan, pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode simple random sampling, 5 sampel diambil dari penjual di pasar tradisional dan 5 sampel

diambil dari supermarket.

Tabel 3.2.1 Lokasi pengambilan sampel tahu yang beredar di beberapa tempat di kota medan

Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara, 20132

20

Kec. Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara, 20122

Bahan yang digunakan adalah Akuades, Formalin 37%, KMnO4 0,1N dan Tahu.

21 3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Preparasi Sampel

Sampel tahu ditimbang masing-masing sebanyak 10 gr, dan ditambah aquadest 20 ml, lalu digerus hingga homogen. Selanjutnya disaring dengan kertas saring dan diambil filtratnya. Kemudian dimasukkan kedalam tabung tabung reaksi.

3.3.2 Identifikasi Menggunakan KMnO4

3.3.2.1 Pembuatan Pereaksi KMnO4 0,1 N

KMnO4 ditimbang sebanyak 316,06 mg, kemudian dilarutkan dengan aquadest di labu ukur 100 ml, lalu larutan dipanaskan selama lebih kurang 15 menit.

3.3.2.2 Pengujian Kontrol Positif

Formalin diambil sebanyak 2 mL dari sediaan formalin 37%, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan 5 tetes larutan KMnO4.

3.3.2.3 Pengujian Sampel dengan KMnO4

Sampel tahu ditimbang sebanyak 10 gr, kemudian dihaluskan menggunakan mortir. Selanjutnya, ditambahkan 20 mL aquadest, lalu diaduk dan disaring. Hasil penyaringan diambil sebanyak 5 mL, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan 5 tetes larutan KMnO4 0,1 N.

Digoyang-goyangkan tabung reaksi.

22 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.2 Tabel hasil pemeriksaan formalin pada sampel tahu dengan menggunakan Kalium Permanganat

No Kode Sampel

Warna awal Warna akhir Hasil pengamatan

1 S-1 Merah muda Coklat muda Negatif

Merah muda Bening Positif

4.2 Pembahasan

Hasil pemeriksaan zat pengawet formalin secara kualitatif dengan menggunakan pereaksi Kalium Permanganat (KMnO4) dapat disimpulkan bahwa sampel tahu yang beredar di Kota Medan tersebut Negatif mengandung Formalin karena menunjukkan hasil perubahan warna sampel tidak menjadi bening.

Melainkan hasil yang di dapat yaitu dari merah muda – coklat muda saja

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang beredar di beberapa Pasar dan di beberapa Swalayan Kota Medan yang berjumlah 10 sampel.

23

Sebelum dilakukan pengujian sampel tahu dengan pereaksi kalium permanganat (KMnO4), terlebih dahulu dilakukan pengujian dengan menggunakan kontrol positif yang bertujuan sebagai pembanding. Kontrol positif berisi 2 mL formalin 37% kemudian di tambahkan pereaksi Kalium Permanganat (KMnO4) sebanyak 1-5 tetes.

Pengujian dengan menggunakan pereaksi kalium permanganat (KMnO4) ini ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap perubahan warna dari warna ungu menjadi coklat dan lama kelamaan menjadi bening setelah kurang lebih 30 menit.

Pada awal reaksi warna yang terbentuk seharusnya adalah warna merah bata yang berasal dari larutan KMnO4 1 N. Namun pada penelitian ini konsentrasi larutan KMnO4 diencerkan menjadi 0,1 N sehingga warna yang terbentuk lebih muda yaitu merah muda kemudian terjadi perubahan warna menjadi coklat dan akhirnya menjadi bening. Penambahan KMnO4 (kalium permanganat) berfungsi untuk mengoksidasi formaldehid dalam formalin, yang ditandai dengan hilangnya warna merah muda menjadi tidak berwarna (bening). Hilangnya warna merah muda menjadi bening pada sampel mengindikasikan sampel positif mengandung formalin (Sikanna, 2016).

24 Gambar 4.2 Mekanisme Reaksi

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.

Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Formalin sering digunakan sebagai bahan desinfektan, bahan insektisida, bahan baku industri plastik dan digunakan juga pada berbagai macam industri seperti industri tekstil, farmasi, kosmetika serta digunakan untuk mengawetkan mayat (Khaira,2017).

Formalin dapat masuk ke dalam tubuh dengan jalan inhalasi uap, kontak langsung dengan larutan yang mengandung formalin, atau dengan jalam memakan atau meminum bahan makanan yang yang mengandung formalin. Apabila formalin tercampur dalam makanan dengan dosis yang rendah dapat menyebabkan keracunan. Namun apabila termakan dalam dosis yang tinggi akan sangat membahayakan karena kandungan formalin yang tinggi didalam tubuh tinggi akan menyebabkan formalin bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat didalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel.

Selain itu kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel dan jaringan) dan hanya dalam beberapa jam saja akan menyebabkan kejang-kejang, kencing darah, muntah darah bahkan dapat berujung pada kematian. Penggunaan formalin dalam jangka panjang dapat berakibat buruk pada organ tubuh seperti kerusakan hati dan ginjal (Khaira, 2017).

25

Formalin memiliki unsur aldehid yang mudah bereaksi dengan protein, karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu sampai ke bagian dalamnya.

Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal. Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, sehingga tahu akan menjadi lebih awet (Khaira,2017).

26 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berasarkan hasil yang didapat dari pengujian formalin pada sampel tahu dapat disimpulkan bahwa sampel tahu yang beredar di beberapa tempat di kota medan negatif mengandung formalin. Hal ini dibuktikan dengan adanya uji kualitatif dengan menggunakan pereaksi kalium permanganat (KMnO4).

5.2 Saran

Disarankan pada pengujian berikutnya dilakukan parameter uji lain seperti uji dengan menggunakan alat Spektrofotometri.

27

DAFTAR PUSTAKA

Asma.(2018). Uji Kualitatif Kandungan Formalin Pada Ikan Segar Yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Kendari. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kendari.

Antoni, S. (2011). Analisa Kandungan Formalin pada Ikan Asin dengan Metoda Spektrofotometri di Kecamatan Tampan. Pekanbaru (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

Benyamin, N.C. (2019). Analisis Kandungan Formalin Pada Tahu Yang Dijual Di Pasar Oebobo Kota Kupang. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kendari.

Dewi, S. R. (2019). Identifikasi Formalin Pada Makanan Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Naga. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 2(1)

Fadilah, R.(2017). Bahan Tambahan Makanan. Bahan Ajar. Universitas Negeri Makassar.

Febrianti, D. R., & Sari, R. M. (2016). Analisis kualitatif formalin pada ikan tongkol yang dijual di Pasar Lama Banjarmasin. Jurnal Pharmascience.

3(2)

Harahap, F. A. R. (2019). Analisis Kadar Formalin Pada Ikan Segar Di Pasar Pagi Lawe Bulan Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).

Iftriani, I. (2016). Analisis Kandungan Bahan Pengawet Formalin Pada Tahu yang di Perdagangkan di Pasar Tradisional Kota Kendari (Pasar Panjang, Pasar Anduonohu, Pasar Basar dan Pasar Baruga). Jurnal Sains dan Teknologi Pangan, 1(2).

Indriyani, R., & Nurindahsari, I. (2014). Identifikasi Persentase Kandungan Formalin pada Tahu di Pasar Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon. Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan, 1(2).

Khaira, K. (2017). Pemeriksaan Formalin Pada Tahu Yang Beredar Di Pasar Batusangkar Menggunakan Kalium Permanganat (KMnO4) dan Kulit Buah Naga.

Khairunnisa, N. (2019). Analisa Formalin Pada Tahu Mentah Yang Dijual Di Pasar Aksara, Cemara dan Desa Lau Dendang Medan.

Lakuto, R. S., Akili, R. H., & Joseph, W. B. (2017). Analisis Kandungan Formalin pada Tahu Putih di Pasar Bersehati Kota Manado Tahun 2017. KESMAS, 6(3).

Langi, T.M., dan Oessoe, Y.Y.E.(2019). Bahan Tambahan Pangan. Bahan Ajar.

Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Tarbiyah STAIN Batusangka.

28

Mudzkirah, I. (2016). Identifikasi Penggunaan Zat Pengawet Boraks dan Formalin pada Makanan Jajanan di Kantin UIN Alauddin Makassar Tahun 2016 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Mukminah, S., Karimuna, L., & Asyik, N. Analisis Kandungan Formalin Pada Siomay Tahu yang Beredar di Sekolah Dasar di Kecamatan Baruga Kota Kendari. Jurnal Sains dan Teknologi Pangan, 4(2).

Nasution, A. S. N. A. S., & Ervina, A. E. S. S. A. (2019). Use Anthocyanin Extract from Dragon Fruit Peel to Identification Formalin in Tofu With Simple Methods: Pemanfaatan Ekstrak Antosianin Dari Kulit Buah Naga Untuk Identifikasi Formalin Pada Tahu Dengan Simple Methods. Jurnal Gizi KH, 1(2), 5-5.

Nuhman, N., & Wilujeng, A. E. (2017). Pemanfaatan Ekstrak Antosianin dari Bahan Alam untuk Identifikasi Formalin Pada Tahu Putih. Jurnal sains, 7(14).

Rahmawati.(2017). Identifikasi Formalin PadaTahu Yang Dijual Di Pasar Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Perendaman Dalam Air Hangat. Skripsi Kesmas Universitas Jember

Sikanna, R.(2016). Analisa Kualitatif Kandungan Formalin Pada Tahu Yang Di Jual Di Beberapa Pasar Kota Palu. Jurnal Kimia FMIPA Universitas Tadulako.

Stientje, S. dan Rostina, R..(2020). Identifikasi Formalin Pada Tahu di Pasar Tradisional PA’ Baeng-Baeng Kota Makassar. Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat, 20(2).

Sukmawati, S. (2018). Analisis Senyawa Formaldehid (Formalin) Pada Daging Ayam Di Kota Makassar. Jurnal Galung Tropika, 7(2).

Tih, F. Puspitasari, G., dan Sihaloho, P.(2014). Uji Kualitatif Formalin Pada AyamPedaging di Pasar Sarijadi Kota Bandung Tahun 2014. Jurnal Kedokteran.

Turnip, E. D. (2018). Identifikasi dan Penentuan Kadar Formalin pada Mie Basah dan Identifikasi Boraks pada Bakso. FMIPA Universitas Sumatera Utara Wahyono, B. S., Hersoelistyorini, W., & Suyanto, A. (2016). Identifikasi Penggunaan Formalin pada Tahu Putih di Pasar Kedungmundu dan

29

Randusari Semarang. Progr Stud Teknol Fak Ilmu Keperawatan dan Kesehat Univ Muhammadiyah Semarang.

Wuisan, C., Paat, V., Sambou, C., & Tumbel, S. (2020). Identifikasi Kandungan Formalin Pada Tahu Putih Di Pasar Tradisional Airmadidi. Biofarmasetikal Tropis, 3(1).

30 LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Prosedur Pengujian Formalin pada Tahu dengan KMnO4

3.3.1 Preparasi Sampel Preparasi Sampel

Ditimbang sampel tahu masing-masing sebanyak 10 gr Ditambahkan aquadest 20 ml

Digerus hingga homogen Disaring dengan kertas saring Diambil filtratnya

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Hasil

3.3.2 Identifikasi Menggunakan KMnO4

3.3.2.1 Pembuatan Pereaksi KMnO4 0,1 N Pembuatan Pereaksi KMnO4 0,1 N

Ditimbang sebanyak 316,06 mg KMnO4

Dilarutkan dengan aquadest di labu ukur 100 ml Dipanaskan selama lebih kurang 15 menit Hasil

31 3.3.2.2 Pengujian Kontrol Positif

Pengujian Kontrol Positif

Diambil sebanyak 2 ml dari sediaan formalin 37%

Dimasukkan kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes larutan KMnO4 Hasil

3.3.2.2 Pengujian Sampel dengan KMnO4 Pengujian Sampel dengan KMnO4

Ditimbang sebanyak 10 gr Dihaluskan menggunakan mortir Ditambahkan aquadest 20 ml Diaduk dan disaring

Diambil hasil penyaringan sebanyak 5 ml Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Diambil hasil penyaringan sebanyak 5 ml Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes larutan KMnO4 0,1 N Digoyang-goyangkan tabung reaksi

Hasil

32 Lampiran 2. Gambar Sampel Tahu

Gambar Sampel Tahu Keterangan

Sampel 1 adalah tahu yang diambil dari Pasar Sentosa Baru

Sampel 2 adalah tahu yang diambil dari Pasar Pagi Setia Budi

Sampel 3 adalah tahu yang diambil dari Pasar Petisah

Sampel 4 adalah tahu yang diambil dari Pasar Sukaramai

Sampel 5 adalah tahu yang diambil dari Pasar MMTC

Sampel 6 adalah tahu yang diambil dari Bina Swalayan

33

Gambar Sampel Tahu Keterangan

Sampel 7 adalah tahu yang diambil dari Pondok Indah Pasar Buah Setia Budi

Sampel 8 adalah tahu yang diambil dari Transmart Carrefour

Sampel 9 adalah tahu yang diambil dari Smarco RCW

Sampel 10 adalah tahu yang diambil dari Brastagi Supermarket

34

Lampiran 2. Gambar Hasil Uji KMnO4 pada Sampel Tahu

Gambar Hasil Pengujian Keterangan

Hasil pengujian menggunakan larutan formalin 37% ditambah dengan KMnO4 0,1 N menghasilkan warna bening.

Hasil pengujian sampel pada tabung reaksi no. 01 sampai sampel pada tabung reaksi 07 ditambah dengan KMnO4 0,1 N menghasilkan warna coklat muda

Hasil pengujian sampel pada tabung reaksi 06 dan tabung reaksi 07 ditambah dengan KMnO4 0,1 N menghasilkan warna coklat muda

35

Hasil pengujian sampel pada tabung reaksi 08 dan tabung reaksi 10 ditambah dengan KMnO4 0,1 N menghasilkan warna coklat muda

Dokumen terkait