• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR. Oleh: WINDA MAHESA RITONGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR. Oleh: WINDA MAHESA RITONGA"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

WINDA MAHESA RITONGA 182410008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Identifikasi Kandungan Formalin Pada Tahu Yang Beredar Di Kota Medan”. Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada Bapak Sony Eka Nugraha, S.Farm., M.Si., Apt.

yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus, dan ikhlas selama penulisan tugas akhir ini berlangsung. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Popi Patilaya S.Si., M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi Diploma Analis Farmasi dan Makanan. Dan terimakasih diucapkan kepada Ibu Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Ibu Khairunnisa S.Si., M.Pharm., Ph.D, Apt. yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tua tercinta, serta kakak dan adikku atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moral maupun materi dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Medan, 25 Agustus 2021 Penulis

Winda Mahesa Ritonga

(5)

iv

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Latar Belakang. Tahu merupakan produk makanan dengan bahan baku kedelai, berbentuk padatan dan bertekstur lunak. Tahu dibuat melalui proses pengolahan kedelai dengan cara mengendapkan protein. Tahu merupakan salah satu makanan yang rentan mengandung pengawet seperti Formalin. Formalin tidak diperbolehkan untuk digunakan sebagai pengawet makanan walau hanya sedikit, karena formalin tergolong zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker pada manusia. Jika pemakaiannya melebihi maka akan dapat menyebabkan kematian.

Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya Formalin pada Tahu Yang Beredar di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2021 di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Jl. Tri Dharma, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara, 20155. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan menggunakan pereaksi KMnO4 0,1 N.

Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua warna merah muda yang dihasilkan pada reaksi antara sampel tahu dengan KMnO4 tidak berubah menjadi bening, namun berubah menjadi warna coklat muda (negatif mengandung formalin).

Kesimpulan. Hasil identifikasi formalin pada tahu yang beredar di Kota Medan tidak terdapat bahan tambahan pangan formalin pada sampel.

Kata Kunci : Analisa Kualitatif, Formalin, Tahu. KMnO4

(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Bahan Tambahan Pangan ... 5

2.1.1 Penggolongan Bahan Tambahan Makanan... 7

2.1.2 Fungsi Bahan Tambahan Pangan ... 8

2.2 Formalin ... 9

2.2.1 Definisi Formalin ... 9

2.2.2 Sifat Fisika Kimia Formaldehida ... 11

2.2.3 Kegunaan Formalin ... 12

2.2.3 Bahaya Formalin Bagi Tubuh ... 13

2.3 Tahu... 15

2.3.1 Definisi Tahu ... 15

2.3.2 Ciri-Ciri Tahu Yang Mengandung Formalin ... 16

2.4 Uji Kualitatif Formalin ... 18

(7)

vi

2.4.1 Uji dengan KMnO4 ... 18

2.5 Kerangka Konsep ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 20

3.1 Tempat... 20

3.2 Sampel, Alat dan Bahan ... 20

3.2.1 Sampel ... 20

3.2.2 Alat ... 21

3.2.3 Bahan ... 21

3.3 Prosedur ... 21

3.3.1. Preparasi Sampel ... 22

3.3.2 Identifikasi Menggunakan KMnO4... ... 22

3.3.2.1 Pengujian Kontrol Positif ... 22

3.3.2.2 Pembuatan Pereaksi KMnO4 0,1 N ... 22

3.3.2.3 Pengujian Sampel dengan KMnO4 ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil ... 23

4.2 Pembahasan ... 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

5.1 Kesimpulan ... 28

5.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(8)

vii

DAFTAR TABEL Tabel

2.3.2 Ciri-Ciri Tahu mengandung formalin ... 17 3.2.1 Lokasi pengambilan sampel tahu yang beredar di beberapa tempat di kota medan... ... 20 4.1.1 Hasil pemeriksaan formalin pada tahu dengan KMnO4 ... 23

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR Gambar

2.2.2 Rumus Struktur Formalin ... 11 2.5 Kerangka Konsep ... 19 4.2 Mekanisme Reaksi ... 25

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Prosedur Pengujian Formalin pada Tahu dengan KMnO4... . 30 2. Sampel... ... 32 2. Hasil Uji KMnO4 pada Sampel Tahu setelah 30 menit ... 34

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Bahan Tambahan Pangan atau aditif makanan juga diartikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu produk makanan (Langi dan Oessoe, 2019).

Definisi bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor, dan memperpanjang daya simpan. Selain itu, juga dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral, dan vitamin. Jenis-jenis bahan tambahan makanan yang sering digunakan adalah bahan pengawet, pewarna, pemanis, antioksidan, pengikat logam, pemutih, pengental,pengenyal, emulsifier, buffer (asam, alkali), zat gizi, flavoring agent, dan sebagainya (Turnip, 2018).

Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu aditif sengaja dan aditif tidak sengaja. Aditif sengaja adalah aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman atau kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lainnya. Sedangkan aditif yang

(12)

2

tidak sengaja adalah aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan. Bila dilihat dari asalnya, aditif dapat berasal dari sumber alamiah (misalnya lesitin); dan dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa benar dengan bahan alamiah yang sejenis, baik dari susunan kimia maupun sifat metabolismenya (misal asam askorbat) (Langi dan Oessoe, 2019).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai pangan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas pangan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam pangan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan pangan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum oleh masyarakat, termasuk dalam pembuatan pangan jajanan. Masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan dalam pangan(Langi dan Oessoe, 2019).

Penggunaan pengawet dalam pangan harus tepat baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan pangan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan pangan lainnya karena pangan mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda (Fadila, 2017).

(13)

3

Pengaruh formalin yang di campur dalam makanan, akan memyebabkan Keracunan kronis yang paling umum terjadi akibat formalin adalah rusaknya ginjal dan kanker. Formalin dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali atau kanker di perut, paru-paru dan pernafasan (Harahap, 2019).

Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Formalin juga cepat teroksidasi dalam tubuh dan membentuk asam format terutama jaringan di hati dan sel darah merah manusia (Sukamwati, 2018).

Pada saat ini masih banyak ditemukan penggunaan bahan pengawet yang dilarang untuk digunakan dalam pangan dan berbahaya bagi kesehatan. Formalin juga banyak disalah gunakan untuk mengawetkan pangan seperti tahu dan mie basah. Formalin sebenarnya merupakan bahan untuk mengawetkan mayat dan organ tubuh dan sangat berbahaya begi kesehatan, oleh karena itu dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 formalin merupakan salah satu bahan yang dilarang digunakan sebagai BTM (Fadila, 2017).

Berdasarkan penelitian sinaga, e. (2010) “analisis kandungan formalin pada ikan kembung rebus di beberapa pasar tradisional kota medan, dari 16 ekor sampel ikan kembung rebus yang di ambil secara purposive di 4 pasar tradisional Kota Medan. Dari hasil penelitian didapat 3 (tiga) sampel yang berasal dari Pasar Aksara dan Pasar Sei Sekambing positif teridentifikasi mengandung formalin dengan kadar masing-masing sebesar 1,86 mg/kg, 2,47 mg/kg, dan 1,46mg/kg.

Oleh karena itu, melihat tingginya dampak bagi kesehatan masyarakat jika mengonsumsi makanan yang mengandung formalin yang mana penggunaannya

(14)

4

telah dilarang oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, peneliti tertarik melakukan penelitian ini untuk memastikan adakah kandungan formalin pada tahu yang beredar di beberapa tempat di kota medan. Adapun penelitian dilakukan di Laboratorium Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Jl. Tri Dharma, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara, 20155 dengan metode uji warna dengan pereaksi KMnO4.

1.2 Rumus Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah tahu yang beredar di kota medan mengandung formalin?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari identifikasi kandungan formalin pada tahu adalah untuk membuktikan apakah tahu yang beredar di beberapa tempat di kota medan mengandung formalin.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini yaitu :

1. Memberikan informasi dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terkait beredarnya tahu yang mengandung formalin.

2. Penulis dapat menambah wawasan dan pengalaman dari penelitian yang dilakukan.

(15)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Tambahan Makanan

Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental (Fadila, 2017).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan bahwa BTM adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai pangan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas pangan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam pangan.

Tujuan penggunaan bahan tambahan makanan adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai gizi dan kualitas makanan (Fadila, 2017).

Peranan Bahan Tambahan Pangan khususnya bahan pengawet menjadi makin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan makanan yang sintesis. Salah satu bahan tambahan pangan yang diizinkan digunakan pada makanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 033 Tahun 2012 merupakan perubahan dari Permenkes nomor 722/Menkes/Per/X/1988 tentang bahan tambahan pangan adalah bahan pengawet, dimana bahan pengawet ini adalah untuk mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.

(16)

6

Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya (Lakuto, dkk 2017).

Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses degradasi bahan pangan terutama yang disebabkan oleh faktor biologi.

Tetapi tidak jarang produsen pangan menggunakannya pada makanan yang relatif awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur. Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan makanan lainnya karena makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda (Faridah, 2018).

Menurut Sarwendra (2015). bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahaya utama.

Penyalahgunaan bahan-bahan berbahaya sebagai bahan tambahan bagi produk makanan maupun minuman yang tidak sesuai dengan peruntukkannya telah membuat resah masyarakat. Penggunaan bahan kimia seperti perwarna dan pengawet untuk makanan ataupun minuman dilakukan oleh produsen agar produk olahannya menjadi lebih menarik, tahan lama dan juga tentunya lebih ekonomis sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar- besarnya. Namun dampak kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan bahan berbahaya tersebut

(17)

7

sangatlah buruk bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Keracunan makanan yang bersifat akut serta dampak akumulasi bahan kimia yang bersifat karsinogenik merupakan beberapa masalah kesehatan yang akan di hadapi oleh konsumen (Stientje, 2020).

2.1.1 Penggolongan Bahan Tambahan Makanan

Secara umum bahan tambahan makanan dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:

• Bahan tambahan makanan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan dan maksud penambahan BTM dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa dan membantu pengolahan seperti: pengawet, pewarna dan pengeras.

• Bahan tambahan makanan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tjuan produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terbawa ke dalam makanan yang akan dikonsumsi. Contoh:

residu pestisida, antibiotik dan pupuk (Fadila, 2017).

2.1.2 Fungsi Bahan Tambahan Pangan

Menurut Langi dan Oessoe (2019). Fungsi penggunaan bahan tambahan makanan adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai gizi dan kualitas makanan.

Secara khusus tujuan penggunaan BTP di dalam pangan adalah untuk :

(18)

8

• Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan;

• Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak di mulut,

• Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera,

• Meningkatkan kualitas pangan dan menghemat biaya.

Produsen produk pangan menambahkan BTP dengan berbagai tujuan, misalnya membantu proses pengolahan, memperpanjang masa simpan, memperbaiki penampilan dan cita rasa, serta pengaturan keseimbangan gizi (Langi dan Oessoe, 2019).

Menurut Mudzkirah (2016). Beberapa pengawet yang termasuk antioksidan berfungsi mencegah makanan menjadi tengik yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dalam makanan tersebut. Fungsi pengawet adalah:

• Mencegah proses peluruhan yang terjadi sesuai dengan pertambahan waktu

• Menjaga kualitas yang memadai

• Sebagai penambah daya tarik makanan

2.2 Formalin

2.2.1 Definisi Formalin

Formalin adalah zat kimia yang mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, dan mempunyai nama lain formaldehid. Secara fisik terdapat dalam

(19)

9

bentuk larutan tidak berwarna dengan kadar antara 37-40%. Formalin biasanya mengandung alkohol/metanol 10-15% yang berfungsi sebagai stabilisator untuk mencegah polimerisasi formaldehid menjadi paraformaldehid yang bersifat sangat beracun (Rahmawati, 2017).

Formalin biasanya mengandung alkohol (methanol) sebanyak 10-15%

yang berfungsi sebagai stabilator supaya formaldehidnya tidak mengalami polimerasi. Formaldehida mudah larut dalam air, sangat rekatif dalam susnanan alkalis, serta bersifat sebagai pereduksi yang kuat. Secara alami formaldehida juga dapat ditemui dalam asap pada proses pengasapan makanan, yang bercampur dengan fenol, keton, dan resin. Bila menguap di udara, berupa gas tidak bewarna, dengan bau yang tajam menyengat ( Tih, dkk 2014).

Menurut Lakuto, dkk (2017). Formalin merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk produk makanan. Formalin dengan nama dagangannya yaitu formaldehyde dalam air dengan kadar 30-40%. Formalin dapat di peroleh dari pasaran dalam bentuk encer dan dalam bentuk tablet yang beratnya sekitar 5 gram. Formalin ini biasanya digunakan sebagai pembersih lantai, pembersih kapal, bahan baku industri lem, pembasmi lalat dan serangga lainnya.

Larutan formalin sering dipakai membalsem atau mematikan bakteri serta mengawetkan mayat. Tetapi formalin telah disalahgunakan untuk mengawetkan makanan.

Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama formalin ini adalah salah satu zat tambahan makanan yang dilarang. Meskipun sebagian banyak orang sudah mengetahui terutama produsen bahwa zat ini berbahaya jika digunakan

(20)

10

sebagai pengawet, namun penggunaanya bukannya menurun namun malah semakin meningkat dengan alasan harganya yang relatif murah dibanding pengawet yang tidak dilarang ( Nuhman dan Wilujeng, 2017).

Formalin sering disalahgunakan sebagai pengawet pada tahu, ayam, mie basah, dan ikan asin. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) saat ini formalin banyak disalahgunakan sebagai pengawet pada produk makanan seperti tahu. Pemerintah Indonesia juga telah melarang pengunaan formalin sebagai bahan pengawet pangan sejak tahun 1982 (Wahyono, dkk 2016).

Pengawetan dengan bahan kimia berbahaya seperti formalin sering dilakukan dengan alasan harga formalin yang relatif lebih murah deibandingkan dengan bahan pengawet yang aman. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes) Nomor 33 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan, formalin merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk produk makanan (Febrianti dan Sari, 2016).

Formalin bukan pengawet makanan tetapi banyak digunakan oleh industri kecil untuk mengawetkan produk makanan karena harganya yang murah sehingga dapat menekan biaya produksi, dapat membuat kenyal, utuh, tidak rusak, praktis dan efektif mengawetkan makanan. Kesalahan fatal yang dilakukan oleh para produsen makanan adalah menggunakan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi tentang formalin dan bahayanya, tingkat kesadaran kesehatan masyarakat yang masih rendah, dan harga formalin yang murah dan mudah didapatkan. Kontaminasi formaldehida dalam bahan makanan sangat membahayakan tubuh. Formaldehida dapat menyebabkan

(21)

11

kanker saluran pernapasan dan meningkatkan resiko leukimia. International Agenci for Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikan formaldehida kedalam kelompok 1 ( Mukminah, dkk 2018).

2.2.2 Sifat fisika kimia formaldehida

Rumus Molekul : CH2O

Nama Kimia : Formaldehyde

Nama Lain : Formol, Methanal, Formicaldehide, Methyloxide.

Massa Molar : 30,03 g/mol

Titik leleh : -920C

Titik Didih : -210C

Rumus Struktur :

(Benyamin, 2019).

2.2.3 Kegunaan Formalin

Formalin bersifat desinfektan, kuat terhadap bakteri pembusuk dan jamur.

Dalam dunia kedokteran formalin digunakan sebagai pengawet mayat. Selain itu formalin juga dapat mengeraskan jaringan sehingga dipakai sebagai pengawet mayat dan digunakan pada proses pemeriksaan bahan biologi maupun patologi, Sebagai bahan dalam pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Dalam dunia fotografi, biasanya digunakan untuk pengeras lapisan

(22)

12

gelatin dan kertas. Sebagai bahan dalam pembuatan produk parfum. Sebagai bahan untuk pembuatan pupuk dalam urea. Sebagai bahan pengawet dalam produk kosmetik dan pengeras kuku. Dalam bidang industri, digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (Playwood), resin maupun tekstil.

Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ), formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, perawatan sepatu, shampo mobil, lilin, dan pembersih karpet (Rahmawati, 2017).

Menurut Antoni (2010). Manfaat formalin di bidang industri non pangan sangat beragam, diantaranya adalah sebagai berikut :

• Pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai pembersih : lantai, gudang, pakaian dan kapal.

• Pembasmi lalat dan serangga lainnya.

• Bahan pembuat Sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak.

• Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas

• Bahan pembentuk pupuk berupa Urea

• Bahan pembuatan produk parfum

• Bahan pengawet produk kosmetik dan pengeras kuku

• Pencegah korosi untuk sumur minyak

• Bahan untuk isulasi busa

• Bahan perekat untuk produk kayu lapis (playwood)

(23)

13

• Dalam konsentrasi yang sangat kecil (< 1 persen) digunakan sebagai

pengawet, Untuk berbagai barang konsumen, seperti pembersi rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, Shampo mobil,

lilin dan karpet.

• Pengawet mayat dan organ.

2.2.4 Bahaya Formalin Bagi Tubuh

Bahaya jangka pendek (Akut) Bahaya yang akan terjadi jika terhirup uap formalin pada jangka pendek, yaitu: terjadi iritasi, terasa terbakar pada tenggorokan dan hidung, batuk-batuk, gangguan saraf, kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti, radang paru dan pembengkakan paru, tanda- tanda umum, bersin, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, jantung berdebar, mual muntah, pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. Formalin murni atau larutan formalin, berupa cairan yang sangat mudah terpercik, misalnya saat menuangkan formalin jika mengenai kulit, maka pada kulit akan mengalami perubahan warna kulit, kulit terasa terbakar, menjadi merah, mengeras dan mati rasa. Jika formalin terkena mata maka dapat menimbulkan iritasi mata, mata menjadi merah, sakit gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Pada konsentrasi tinggi dapat merusak lensa mata. Keadaan yang sangat mengkhawatirkan apabila tertelan larutan formalin maka akan menyebabkan mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga

(24)

14

dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pancreas, sistem susunan saraf pusat dan ginjal (Benyamin, 2019).

Bahaya jangka panjang (kronis) Jika terjadi pemaparan formalin pada jangka panjang secara terus menerus akan terjadi radang selaput lendir hidung, batuk-batuk serta gangguan pernafasan, sensitasi paru, kanker pada hidung, tenggorokan, mulut, paru dan otok, luka pada ginjal, gangguan haid dan kemandulan pada wanita, efek neuropsikosis, sakit kepala, gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, mual, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Hal ini terjadi pada saat uap formalin secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama (Benyamin, 2019).

Penggunaan formalin dalam makanan dapat menyebabkan masalah kesehatan yakni gangguan pernapasan, sakit kepala dan kanker paru-paru.

Formalin diketahui berbahaya untuk tubuh manusia karena telah diketahui sebagai zat beracun, karsinogen, mutagen yang menyebabkan perubahan sel jaringan tubuh, korosif dan iritatif. Uap formalin sendiri sangat berbahaya jika terhirup oleh saluran pernafasan dan iritatif jika tertelan. Adapun dampak formalin yang menyebabkan sakit kepala, radang hidung kronis (rhinitis), dan mual-mual (Wuisan, dkk 2020).

Namun ironisnya, formalin ini sangat mudah ditemukan dengan harganya yang murah, sehingga sering digunakan oleh produsen dan pedagang tahu untuk mengawetkan produknya. Hal ini menyebabkan keresahan dan kecemasan di masyarakat mengingat efek samping konsumsi formalin dapat membahayakan kesehatan (Wuisan, dkk 2020).

(25)

15 2.3 Tahu

2.3.1 Definisi Tahu

Tahu merupakan produk makanan dengan bahan baku kedelai (glycine max), berbentuk padatan dan bertekstur lunak. Di buat melalui proses pengolahan kedelai dengan cara mengendapkan protein (Rahmawati, 2017).

Tahu memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, karena kedelai merupakan salah-satu sumber protein nabati yang berasal dari jenis kacang-kacangan dan biji- bijian dengan kualitas protein yang hampir mendekati protein hewani. Hal tersebut dikarenakan kedelai banyak mengandung asam amino essensial yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan sel.

Kandungan protein pada kedelai sekitar 35% bahkan mencapai 40- 43% pada varitas yang unggul (Rahmawati, 2017).

Tahu adalah produk yang terbuat dari hasil penggumpalan protein kedelai yang diendapkan. Sehingga kandungan protein dalam tahu ditentukan oleh kandungan protein pada kedelai yang digunakan. Kedelai kuning dan kedelai hitam merupakan jenis kedelai yang sering digunakan untuk membuat tahu. Kadar protein pada kedelai mencapai 35 % bahkan dapat mencapai 40 – 43 % pada kedelai dengan varitas unggul. Kandungan protein pada tahu lebih tinggi jika dibandingkan dengan beras, jagung tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam (Benyamin, 2019).

Tahu sering direndam dalam air kran (bersih) untuk mencegah terjadinya pengeringan dan mengalami pencemaran mikroba pembusukan dari udara.

Sebaliknya air perendaman yang kurang bersih, justru akan mempercepat

(26)

16

pembusukan, sehingga tahu cepat menjadi asam. Dalam suhu ruang dan tanpa kemasan, tahu hanya dapat bertahan 1 – 2 hari. Lebih dari waktu tersebut rasanya menjadi asam, lalu berangsur – angsur menjadi busuk. Selanjutnya juga dilaporkan bahwa jika tahu direndam selama 30 menit, kemudian direndam dengan air yang masak daya simpannya bisa bertahan sampai 4 hari. Cara lain untuk mengawetkan tahu adalah dengan penambahan bahan pengawet (Indritani dan Nurindahsari, 2014).

2.3.2 Ciri-Ciri Tahu Yang Mengandung Formalin

Tahu merupakan bahan makanan atau pangan yang sangat mudah rusak sehingga digolongkan sebagai high perishable food. secara organoleptik tanda- tanda yang dapat untuk mengetahui telah terjadinya kerusakan tahu antara lain adalah rasa asam, bau masam sampai busuk, perrmukaan tahu berlendir, teksur menjadi lunak (Rahmawati,2017).

Formalin sering kali disalahgunakan kedalam makanan seperti tahu yang dijual di pasaran. Tahu yang ditambahkan formalin supaya daya tahan atau simpannya lebih lama hal ini dikarenakan tahu merupakan produk makanan yang rentan rusak. Makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat salah satunya adalah tahu karena harga yang murah, mudah didapat, banyak dijual di pasaran dan kaya akan sumber protein. Formalin mudah bereaksi dengan protein sehingga menyebabkan protein yang terkandung di dalam tahu mudah mati (Nasution dan Supriatna, 2019).

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan tahun 2012 No 033 menyatakan bahwa formalin dilarang sebagai bahan tambahan pangan. Alasan produsen

(27)

17

/industri makanan melakukan hal yang curang dan merugikan itu dikarenakan demi meraih keuntungan yang lebih besar dengan menambahkan zat-zat berbahaya kedalam makanan yang mereka jual. Menurut (Hastuti) alasan pemakaian formalin juga dipercaya dapat mempercepat proses pengeringan dan membuat tampilan fisik tidak cepat rusak (Dewi, 2019).

Karena tahu mudah mengalami kerusakan, maka beberapa produsen menggunakan formalin sebagai pengawet tahu. Adapun ciri-ciri tahu yang mengandung formalin terlihat pada tabel dibawah ini (Rahmawati, 2017)

Tabel 2.3.2 Ciri-Ciri Tahu mengandung formalin

No Tahu berformalin Tahu tidak berformalin 1 Bau agak menyengat, bau

formalin (dengan kandungan formalin 0,5-1 ppm).

Tahu yang tidak berformalin akan tercium bau protein kedelai yang khas.

2 Tahu yang berformalin mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal).

tahu tak berformalin jika ditekan akan hancur.

3 Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (25oC).

Bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10oC).

Tahu yang tidak berformalin paling hanya tahan satu sampai dua hari.

2.4 Uji Kualitatif Formalin

Analisis kualitatif cenderung mudah dilakukan yaitu dengan menambahkan pereaksi tertentu kedalam bahan makanan yang diduga mengandung bahan formalin sehingga akan dihasilkan perubahan warna yang khas, uji seperti ini biasanya disebut juga spot test (Asma, 2018).

(28)

18 2.4.1 Uji dengan KMnO4

Pereaksi KMnO4 di buat dengan konsentrasi 0,1 N kemudian di reaksikan dengan filtrate yang di ambil dari sampel dan di goyang-goyanngkan hingga filtrate dan larutan KMnO4 tercampur adanya penanda mengandung formalin jika warna pink (merah muda) hilang. Pelunturan warna pada larutan KMnO4 ini disebabkan karena sifat mereduksi dari gugus aldehid pada formalin terhadap KMnO4 0,1 N membentuk asam metanoat (Asma, 2018).

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di atas, maka kerangka konsep penelitian ditunjukkan seperti di bawah ini:

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter Uji

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Tahu Yang

Beredar Di Beberapa Tempat

Di Kota Medan

Kandungan Formalin Pada Tahu

-Uji Warna dengan pereaksi KMnO4

(29)

19 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat

Identifikasi zat pengawet formalin pada tahu yang beredar di Kota Medan dilakukan secara kualitatif dengan pereaksi KMnO4 dilakukan di Laboratorium Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Jl. Tri Dharma, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara, 20155.

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan

3.2.1 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah tahu yang beredar di beberapa tempat di kota medan, pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode simple random sampling, 5 sampel diambil dari penjual di pasar tradisional dan 5 sampel

diambil dari supermarket.

Tabel 3.2.1 Lokasi pengambilan sampel tahu yang beredar di beberapa tempat di kota medan

No Sampel Lokasi Alamat

1 S-1 Pasar Sentosa Baru Jl. Sentosa Baru, Sei Kera Hilir I, Kec. Medan Perjuangan. Kota Medan, Sumatera Utara, 20222 2 S-2 Pasar Pagi Setia Budi Jl. Setia Budi, Tj. Sari, Kec. Medan

Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara, 20132

3 S-3 Pasar Petisah Jl. Kota Baru 3, Petisah Tengah, Kec. Medan Sumatera Utara, 20132

4 S-4 Pasar Sukaramai Jl. Arief Rahman Hakim,

Sukaramai II, Kec. Medan Area, Kota Medan, 20227

(30)

20

5 S-5 Pasar MMTC Jl. Williem Iskandar, Kenangan Baru, Percut Sei Tuan, Deli Serdang.

6 S-6 Bina Swalayan Jl. Setia Budi No. 283, Tj Sari, Kec.

Medan Selayang, Kota Medan Sumatera Utara, 20154

7 S-7 Pondok Indah Pasar

Buah Setia Budi

Jl. Setia Budi No. 136, Tj Rejo, Kec. Medan Baru. Kota Medan, Sumatera Utara, 20157

8 S-8 Transmart Carrefour Jl. Jamin Ginting No 583, Titi Rantai, Kec. Medan Baru. Kota Medan, Sumatera Utara, 20122 9 S-9 Smarco RCW Jl. Ring Road No. 28, Tj. Rejo,

Kec. Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara, 20122

10 S-10 Brastagi Supermarket Jl. Gatot Subroto. No. 288, Sei Putih Tengah, Kec. Medan Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara, 20113

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan adalah Alumuniumfoil, Beaker Glass 400 ml (Pyrex), Gelas Ukur 50 ml (Pyrex), Kertas Saring, Labu Erlenmeyer 250 ml (Pyrex), Labu Tentukur 100 ml (Iwaki pyrex), Lumpang dan Alu, pipet tetes, tabung reaksi (Pyrex).

3.2.3 Bahan

Bahan yang digunakan adalah Akuades, Formalin 37%, KMnO4 0,1N dan Tahu.

(31)

21 3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Preparasi Sampel

Sampel tahu ditimbang masing-masing sebanyak 10 gr, dan ditambah aquadest 20 ml, lalu digerus hingga homogen. Selanjutnya disaring dengan kertas saring dan diambil filtratnya. Kemudian dimasukkan kedalam tabung tabung reaksi.

3.3.2 Identifikasi Menggunakan KMnO4

3.3.2.1 Pembuatan Pereaksi KMnO4 0,1 N

KMnO4 ditimbang sebanyak 316,06 mg, kemudian dilarutkan dengan aquadest di labu ukur 100 ml, lalu larutan dipanaskan selama lebih kurang 15 menit.

3.3.2.2 Pengujian Kontrol Positif

Formalin diambil sebanyak 2 mL dari sediaan formalin 37%, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan 5 tetes larutan KMnO4.

3.3.2.3 Pengujian Sampel dengan KMnO4

Sampel tahu ditimbang sebanyak 10 gr, kemudian dihaluskan menggunakan mortir. Selanjutnya, ditambahkan 20 mL aquadest, lalu diaduk dan disaring. Hasil penyaringan diambil sebanyak 5 mL, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan 5 tetes larutan KMnO4 0,1 N.

Digoyang-goyangkan tabung reaksi.

(32)

22 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.2 Tabel hasil pemeriksaan formalin pada sampel tahu dengan menggunakan Kalium Permanganat

No Kode Sampel

Warna awal Warna akhir Hasil pengamatan

1 S-1 Merah muda Coklat muda Negatif

2 S-2 Merah muda Coklat muda Negatif

3 S-3 Merah muda Coklat muda Negatif

4 S-4 Merah muda Coklat muda Negatif

5 S-5 Merah muda Coklat muda Negatif

6 S-6 Merah muda Coklat muda Negatif

7 S-7 Merah muda Coklat muda Negatif

8 S-8 Merah muda Coklat muda Negatif

9 S-9 Merah muda Coklat muda Negatif

10 S-10 Merah muda Coklat muda Negatif

11 Kontrol Positif

Merah muda Bening Positif

4.2 Pembahasan

Hasil pemeriksaan zat pengawet formalin secara kualitatif dengan menggunakan pereaksi Kalium Permanganat (KMnO4) dapat disimpulkan bahwa sampel tahu yang beredar di Kota Medan tersebut Negatif mengandung Formalin karena menunjukkan hasil perubahan warna sampel tidak menjadi bening.

Melainkan hasil yang di dapat yaitu dari merah muda – coklat muda saja

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang beredar di beberapa Pasar dan di beberapa Swalayan Kota Medan yang berjumlah 10 sampel.

(33)

23

Sebelum dilakukan pengujian sampel tahu dengan pereaksi kalium permanganat (KMnO4), terlebih dahulu dilakukan pengujian dengan menggunakan kontrol positif yang bertujuan sebagai pembanding. Kontrol positif berisi 2 mL formalin 37% kemudian di tambahkan pereaksi Kalium Permanganat (KMnO4) sebanyak 1-5 tetes.

Pengujian dengan menggunakan pereaksi kalium permanganat (KMnO4) ini ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap perubahan warna dari warna ungu menjadi coklat dan lama kelamaan menjadi bening setelah kurang lebih 30 menit.

Pada awal reaksi warna yang terbentuk seharusnya adalah warna merah bata yang berasal dari larutan KMnO4 1 N. Namun pada penelitian ini konsentrasi larutan KMnO4 diencerkan menjadi 0,1 N sehingga warna yang terbentuk lebih muda yaitu merah muda kemudian terjadi perubahan warna menjadi coklat dan akhirnya menjadi bening. Penambahan KMnO4 (kalium permanganat) berfungsi untuk mengoksidasi formaldehid dalam formalin, yang ditandai dengan hilangnya warna merah muda menjadi tidak berwarna (bening). Hilangnya warna merah muda menjadi bening pada sampel mengindikasikan sampel positif mengandung formalin (Sikanna, 2016).

Reaksinya sebagai berikut :

O O

4 KMnO4 + 2 H - C 2K2 + 4 MnO2 + 2 O2 + 2 H – C

H OH

(34)

24 Gambar 4.2 Mekanisme Reaksi

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.

Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Formalin sering digunakan sebagai bahan desinfektan, bahan insektisida, bahan baku industri plastik dan digunakan juga pada berbagai macam industri seperti industri tekstil, farmasi, kosmetika serta digunakan untuk mengawetkan mayat (Khaira,2017).

Formalin dapat masuk ke dalam tubuh dengan jalan inhalasi uap, kontak langsung dengan larutan yang mengandung formalin, atau dengan jalam memakan atau meminum bahan makanan yang yang mengandung formalin. Apabila formalin tercampur dalam makanan dengan dosis yang rendah dapat menyebabkan keracunan. Namun apabila termakan dalam dosis yang tinggi akan sangat membahayakan karena kandungan formalin yang tinggi didalam tubuh tinggi akan menyebabkan formalin bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat didalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel.

Selain itu kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel dan jaringan) dan hanya dalam beberapa jam saja akan menyebabkan kejang-kejang, kencing darah, muntah darah bahkan dapat berujung pada kematian. Penggunaan formalin dalam jangka panjang dapat berakibat buruk pada organ tubuh seperti kerusakan hati dan ginjal (Khaira, 2017).

(35)

25

Formalin memiliki unsur aldehid yang mudah bereaksi dengan protein, karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu sampai ke bagian dalamnya.

Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal. Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, sehingga tahu akan menjadi lebih awet (Khaira,2017).

(36)

26 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berasarkan hasil yang didapat dari pengujian formalin pada sampel tahu dapat disimpulkan bahwa sampel tahu yang beredar di beberapa tempat di kota medan negatif mengandung formalin. Hal ini dibuktikan dengan adanya uji kualitatif dengan menggunakan pereaksi kalium permanganat (KMnO4).

5.2 Saran

Disarankan pada pengujian berikutnya dilakukan parameter uji lain seperti uji dengan menggunakan alat Spektrofotometri.

(37)

27

DAFTAR PUSTAKA

Asma.(2018). Uji Kualitatif Kandungan Formalin Pada Ikan Segar Yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Kendari. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kendari.

Antoni, S. (2011). Analisa Kandungan Formalin pada Ikan Asin dengan Metoda Spektrofotometri di Kecamatan Tampan. Pekanbaru (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

Benyamin, N.C. (2019). Analisis Kandungan Formalin Pada Tahu Yang Dijual Di Pasar Oebobo Kota Kupang. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kendari.

Dewi, S. R. (2019). Identifikasi Formalin Pada Makanan Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Naga. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 2(1)

Fadilah, R.(2017). Bahan Tambahan Makanan. Bahan Ajar. Universitas Negeri Makassar.

Febrianti, D. R., & Sari, R. M. (2016). Analisis kualitatif formalin pada ikan tongkol yang dijual di Pasar Lama Banjarmasin. Jurnal Pharmascience.

3(2)

Harahap, F. A. R. (2019). Analisis Kadar Formalin Pada Ikan Segar Di Pasar Pagi Lawe Bulan Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).

Iftriani, I. (2016). Analisis Kandungan Bahan Pengawet Formalin Pada Tahu yang di Perdagangkan di Pasar Tradisional Kota Kendari (Pasar Panjang, Pasar Anduonohu, Pasar Basar dan Pasar Baruga). Jurnal Sains dan Teknologi Pangan, 1(2).

Indriyani, R., & Nurindahsari, I. (2014). Identifikasi Persentase Kandungan Formalin pada Tahu di Pasar Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon. Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan, 1(2).

Khaira, K. (2017). Pemeriksaan Formalin Pada Tahu Yang Beredar Di Pasar Batusangkar Menggunakan Kalium Permanganat (KMnO4) dan Kulit Buah Naga.

Khairunnisa, N. (2019). Analisa Formalin Pada Tahu Mentah Yang Dijual Di Pasar Aksara, Cemara dan Desa Lau Dendang Medan.

Lakuto, R. S., Akili, R. H., & Joseph, W. B. (2017). Analisis Kandungan Formalin pada Tahu Putih di Pasar Bersehati Kota Manado Tahun 2017. KESMAS, 6(3).

Langi, T.M., dan Oessoe, Y.Y.E.(2019). Bahan Tambahan Pangan. Bahan Ajar.

Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Tarbiyah STAIN Batusangka.

(38)

28

Mudzkirah, I. (2016). Identifikasi Penggunaan Zat Pengawet Boraks dan Formalin pada Makanan Jajanan di Kantin UIN Alauddin Makassar Tahun 2016 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Mukminah, S., Karimuna, L., & Asyik, N. Analisis Kandungan Formalin Pada Siomay Tahu yang Beredar di Sekolah Dasar di Kecamatan Baruga Kota Kendari. Jurnal Sains dan Teknologi Pangan, 4(2).

Nasution, A. S. N. A. S., & Ervina, A. E. S. S. A. (2019). Use Anthocyanin Extract from Dragon Fruit Peel to Identification Formalin in Tofu With Simple Methods: Pemanfaatan Ekstrak Antosianin Dari Kulit Buah Naga Untuk Identifikasi Formalin Pada Tahu Dengan Simple Methods. Jurnal Gizi KH, 1(2), 5-5.

Nuhman, N., & Wilujeng, A. E. (2017). Pemanfaatan Ekstrak Antosianin dari Bahan Alam untuk Identifikasi Formalin Pada Tahu Putih. Jurnal sains, 7(14).

Rahmawati.(2017). Identifikasi Formalin PadaTahu Yang Dijual Di Pasar Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kendari.

Saleha, S., Khairi., dan Yulian, M.(2009). Kandungan Formalin Dalam Bahan Makanan di Banda Aceh. Jurnal FMIPA Univrsitas Syah Kuala Banda Aceh.

Sarwendra, F. A.(2015). Penurunan Kadar Formalin Pada Tahu Dengan Perendaman Dalam Air Hangat. Skripsi Kesmas Universitas Jember

Sikanna, R.(2016). Analisa Kualitatif Kandungan Formalin Pada Tahu Yang Di Jual Di Beberapa Pasar Kota Palu. Jurnal Kimia FMIPA Universitas Tadulako.

Stientje, S. dan Rostina, R..(2020). Identifikasi Formalin Pada Tahu di Pasar Tradisional PA’ Baeng-Baeng Kota Makassar. Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat, 20(2).

Sukmawati, S. (2018). Analisis Senyawa Formaldehid (Formalin) Pada Daging Ayam Di Kota Makassar. Jurnal Galung Tropika, 7(2).

Tih, F. Puspitasari, G., dan Sihaloho, P.(2014). Uji Kualitatif Formalin Pada AyamPedaging di Pasar Sarijadi Kota Bandung Tahun 2014. Jurnal Kedokteran.

Turnip, E. D. (2018). Identifikasi dan Penentuan Kadar Formalin pada Mie Basah dan Identifikasi Boraks pada Bakso. FMIPA Universitas Sumatera Utara Wahyono, B. S., Hersoelistyorini, W., & Suyanto, A. (2016). Identifikasi Penggunaan Formalin pada Tahu Putih di Pasar Kedungmundu dan

(39)

29

Randusari Semarang. Progr Stud Teknol Fak Ilmu Keperawatan dan Kesehat Univ Muhammadiyah Semarang.

Wuisan, C., Paat, V., Sambou, C., & Tumbel, S. (2020). Identifikasi Kandungan Formalin Pada Tahu Putih Di Pasar Tradisional Airmadidi. Biofarmasetikal Tropis, 3(1).

(40)

30 LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Prosedur Pengujian Formalin pada Tahu dengan KMnO4

3.3.1 Preparasi Sampel Preparasi Sampel

Ditimbang sampel tahu masing-masing sebanyak 10 gr Ditambahkan aquadest 20 ml

Digerus hingga homogen Disaring dengan kertas saring Diambil filtratnya

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Hasil

3.3.2 Identifikasi Menggunakan KMnO4

3.3.2.1 Pembuatan Pereaksi KMnO4 0,1 N Pembuatan Pereaksi KMnO4 0,1 N

Ditimbang sebanyak 316,06 mg KMnO4

Dilarutkan dengan aquadest di labu ukur 100 ml Dipanaskan selama lebih kurang 15 menit Hasil

(41)

31 3.3.2.2 Pengujian Kontrol Positif

Pengujian Kontrol Positif

Diambil sebanyak 2 ml dari sediaan formalin 37%

Dimasukkan kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes larutan KMnO4 Hasil

3.3.2.2 Pengujian Sampel dengan KMnO4 Pengujian Sampel dengan KMnO4

Ditimbang sebanyak 10 gr Dihaluskan menggunakan mortir Ditambahkan aquadest 20 ml Diaduk dan disaring

Diambil hasil penyaringan sebanyak 5 ml Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Diambil hasil penyaringan sebanyak 5 ml Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes larutan KMnO4 0,1 N Digoyang-goyangkan tabung reaksi

Hasil

(42)

32 Lampiran 2. Gambar Sampel Tahu

Gambar Sampel Tahu Keterangan

Sampel 1 adalah tahu yang diambil dari Pasar Sentosa Baru

Sampel 2 adalah tahu yang diambil dari Pasar Pagi Setia Budi

Sampel 3 adalah tahu yang diambil dari Pasar Petisah

Sampel 4 adalah tahu yang diambil dari Pasar Sukaramai

Sampel 5 adalah tahu yang diambil dari Pasar MMTC

Sampel 6 adalah tahu yang diambil dari Bina Swalayan

(43)

33

Gambar Sampel Tahu Keterangan

Sampel 7 adalah tahu yang diambil dari Pondok Indah Pasar Buah Setia Budi

Sampel 8 adalah tahu yang diambil dari Transmart Carrefour

Sampel 9 adalah tahu yang diambil dari Smarco RCW

Sampel 10 adalah tahu yang diambil dari Brastagi Supermarket

(44)

34

Lampiran 2. Gambar Hasil Uji KMnO4 pada Sampel Tahu

Gambar Hasil Pengujian Keterangan

Hasil pengujian menggunakan larutan formalin 37% ditambah dengan KMnO4 0,1 N menghasilkan warna bening.

Hasil pengujian sampel pada tabung reaksi no. 01 sampai sampel pada tabung reaksi 07 ditambah dengan KMnO4 0,1 N menghasilkan warna coklat muda

Hasil pengujian sampel pada tabung reaksi 06 dan tabung reaksi 07 ditambah dengan KMnO4 0,1 N menghasilkan warna coklat muda

(45)

35

Hasil pengujian sampel pada tabung reaksi 08 dan tabung reaksi 10 ditambah dengan KMnO4 0,1 N menghasilkan warna coklat muda

Gambar

Tabel 2.3.2 Ciri-Ciri Tahu mengandung formalin
Gambar 2.5 Kerangka Konsep Tahu Yang Beredar Di Beberapa Tempat Di Kota Medan Kandungan Formalin Pada Tahu
Tabel 3.2.1 Lokasi pengambilan sampel tahu yang beredar di beberapa tempat di  kota medan

Referensi

Dokumen terkait

722/Menkes/Per/IX/1988, bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredient khas makanan, mempunyai atau

Pengertian bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.722/Menkes/Per/IX/88 No.1168/Menkes/PER/X/1999 secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan

tentang Bahan Tambahan Pangan tercantum dalam PERMENKES NOMOR 722/MENKES/PER/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan, yang berisi bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.722/Menkes/PER/IX/88, Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya

No.722/Menkes/PER/IX/88, bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan merupakan ingredient khas makanan,

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988, BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredient khas

Bahan tambahan pangan (BTP) dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.772/Menkes/Per/IX/88 dan No.1168/Menkes/PER/X/1999, adalah : “Bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan

722/Menkes/Per/IX/1988, bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredient khas makanan, mempunyai atau tidak