• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Kegunaan Penelitian

1. Untuk memberikan kontribusi bagi pimpinan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Larantuka Unit Waiwerang terutama pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada pengusaha golongan ekonomi lemah.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang bermaksud mengadakan penelitian yang serupa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kredit

Dalam melanjutkan pembahasan penulisan ini, maka terlebih dahulu perlu diketahui apa pengertian daripada kredit. Secara Etymologi kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan atau kata credo yang berarti aku percaya. Jadi dasar dari kredit adalah kepercayaan. Atas dasar kepercayaan dari pihak yang memerlukannya sesuai dengan apa yang telah disepakati (misalnya diserahkannya uang, barang dan jasa) dengan cara pengembalian dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati sebelumnya dan didalamnya terdapat beban tambahan berupa bunga yang merupakan balas jasa dari pemberian kredit tersebut.

Untuk mendapat penjelasan tentang kredit, maka ada beberapa pengertian kredit yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

1. H.M.A. Savelberg mengatakan bahwa kredit mempunyai arti antara lain:

 Sebagai dasar dari setiap perikatan (verbintenis) dimana seseorang berhak membuat suatu dari yang lain.

 Sebagai jaminan dimana seseorang menyerahkan semua pada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh apa yang diserahkan itu.

2. Mr.J.A. Levy merumuskan arti hukum dari kredit sebagai berikut:

Menyerahkan dengan sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh si penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan

pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu dibelakang hari.

3. Drs. Muchdarsyah Sinugan, memberikan pengertian kredit sebagai berikut:

Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak pada pihak lainnya dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentuyang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kredit yang dikemukakan oleh Salverberg mengarah pada pengertian kredit pada umumnya. Hal mana dapat dilihat pada kata setiap perikatan sebab dengan kata setiap perikatan mengandung pengertian bahwa perikatan itu dapat terjadi atas uang dan barang. Lain halnya dengan pengertian kredit yang dikemukakan sudah mengarah pada perjanjian pnjaman uang.

Setelah memperhatikan beberapa pengertian kredit yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan pengertian kredit menurut Undang-undang No.7 Tahun 2002 tentang perbankan dan dijelaskan bahwa:

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan yang telah ditentukan.

Kredit yang diberikan kepada masyarakat dan dunia usaha harus dapat dipertanggungjawabkan oleh pihak debitur agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu pihak Bank mengharuskan adanya jaminan dari kredit.

Jaminan yang diserahkan kepada Bank terdiri dari beberapa jenis, mulai dari jaminan yang bersifat material maupun non-material. Jaminan yang diberikan oleh nasabah kepada Bank harus nyata dan dapat dibuktikan.

Di Indonesia, pemenuhan persyaratan akan adanya jaminan ini tertuang didalam Undang-undang No. 7 Tahun 2002 tentang perbankan pasal 8, yang mengemukakan:

Dalam memberikan kredit, Bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai yang diperjanjikan.

Termasuk penjelasannya yang berbunyi:

Kredit yang diberikan oleh Bank mengandung resiko sehingga dalam pelaksanaannya Bank harus memperhatikan azas-azas perkreditan yang sehat untuk mengurangi resiko tersebut.

Jaminan pemberian kredit memberikan keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

Fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan kredit yang mengutamakan jaminan pokok yaitu pihak Bank/kreditur harus memperhatikan stok barang, barang hasil produksi, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan.

Pengertian dan Tujuan Penyaluran Kredit Usaha Rakyat adalah:

a. Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit/

pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas

penjaminan untuk usaha produktif.

b. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank.

c. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70%

sementara sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

d. KUR disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM).

B. Unsur-Unsur Kredit

Dalam kata kredit mengandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu.

Sehinggga jika kita bicara kredit maka yang termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.

Adapun unsur-unsur yang terkandung didalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang.

Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian, penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern.

b. Kesepakatan

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing

pihak mendatangi hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka waktu

Jangka waktu ini menyangkut masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bias berbentuk jangka pendek, menengah, atau jangka panjang.

d. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik yang disengaja oleh nasabah maupun yang tidak disengaja.

e. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga.

C. Tujuan dan Fungsi Kredit a. Tujuan Kredit

Penyaluran atau pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu yang tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan.

Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain 1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.

Hal tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank

sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank.

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut pihak debitur akan dapat memperluas dan mengembangkan usahanya.

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarkan pajak, membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat devisa Negara, meningkatkan devisa Negara.

b. Fungsi Kredit

Kemudian disamping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki suatu fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit yang sangat luas tersebut antara lain:

1. Untuk meningkatkan daya guna uang.

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan saja dirumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa bagi si penerimakredit. Kemudian juga dapat memberikan penghasilan tambahan kepada pemilik dana.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas.

Dalam hal ini uang yang diberikan atau yang disalurkan akan beredar dari suatu wilaya ke wilaya yang lainnya sehingga,suatu daerah yang kekerungan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah yang lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang.

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Untuk meningkatkan peredan barang.

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke wilayah lainnya,sehingga jumlah barang yang beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang biasnya untuk kredit perdagangan atau kredit ekspor impor .

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi,karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya tebatas. Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau

memperluas usahanya.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah disalurkan atau diberikan untuk membangun pabrik maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pangangguran.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit.

Penyaluran kredit oleh Negara lain akan meningkatkan kerja sama dibidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.

D. Prosedur dalam Penyaluran Kredit

Prosedur penyaluran atau pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing.

Prosedur penyaluran atau pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum. Kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.

1. Tahapan prakarsa dan analisa permohonan kredit

Tahapan ini dilakukan oleh pejabat pemrakarsa kredit, yang meliputi beberapa

kegiatan berikut:

a. Kegiatan prakarsa permohonan kredit

Kegiatan pada tahap ini antara lain adalah penerimaan permohonan kredit dari nasabah atau memprakarsai permohonan kredit, baik untuk permohonan kredit baru, perpanjangan kredit, perubahan jumlah kredit, perubahan syarat kredit, restrukturisasi maupun penyelesaian kredit.

Permohonan kredit diajukan secara tertulis dan menggunakan format yang telah ditentukan oleh bank yang memuat informasi lengkap mengenai kondisi pemohon/calon nasabah termasuk riwayat kreditnya pada bank lain (kalau ada). Pejabat pemrakarsa kredit selanjutnya kemudian melakukan kegiatan pencarian informasi selengkap-lengkapnya dari berbagai sumber mengenai pemohon.

b. Kegiatan analisa dan evaluasi kredit

Dari data dan informasi yang diperoleh pejabat pemrakarsa melakukan analisa dan evaluasi tingkat resiko kredit. Analisa dan evaluasi kredit dituangkan dalam format yang telah ditetapkan oleh bank disesuaikan dengan jenis kreditnya. Dalam analisa tersebut sekurang-kurangnya mencakup informasi tentang identitas pemohon, tujuan permohonan kredit, dan riwayat hubungan bisnis dengan bank.

Analisa kredit yang dilakukan oleh pejabat pemrakarsa kredit meliputi 5C yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan terhadap kualitas dan stabilitas usaha dengan mempertimbangkan posisi pasar dan persaingan, prospek usaha, karakter

pemohon, latar belakang dan kualitas manajemennya. Analisa kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis kondisi keuangan pemohon untuk mengetahui usulan kredit yang dapat diterima atau ditolak.

c. Perhitungan kebutuhan kredit

Perhitungan kebutuhan kredit dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti kredit yang benar-benar dibutuhkan oleh pemohon, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan kredit yang penggunaannya diluar usaha atau terjadi kekurangan kredit sehingga usaha tidak berjalan. Apabila dipandang perlu untuk mengetahui kepastian kredit yang dibutuhkan pemohon, bank dapat meminta studi kelayakan yang dibuat oleh konsultan atas beban biaya pemohon.

d. Pembagian resiko kredit

Dalam upaya mengurangi resiko kerdit yang harus ditanggung, bank membagi resiko tersebut dengan perusahaan asuransi, yaitu dengan melakukan asuransi kredit, asuransi kerugian maupun asuransi jiwa debitur.

e. Negosiasi kredit

Setelah kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah berikutnya adalah menguji kekuatan, kelemahan dan identifikasi resiko yang merupakan kesimpulan dari seluruh analisa kredit. Kesimpulan tersebut harus mencakup hal-hal sebagai berikut : pejabat pemrakarsa dapat menyimpulkan bahwa usaha debitur yang akan dibiayai mempunyai kemampuan untuk mengembalikan pnjaman, identifikasi risiko-risiko yang akan mengancam kelangsungan

usaha pemohon atau merupakan titik kritis dari usaha yang akan dibiayai, serta melakukan antisipasi terhadap risiko-risiko tersebut yang dituangkan dalam syarat dan ketentuan kredit.

Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan selanjutnya pejabat pemrakarsa kredit melakukan negosiasi dengan calon nasabah.

2. Tahapan pemberian rekomendasi kredit

Rekomendasi kredit dibuat oleh pejabat perekomendasi kredit berdasarkan analisa/evaluasi yang dibuat oleh pemrakarsa kredit. Dalam memberikan rekomendasi kredit, pejabat perekomendasian dapat meminta kelengkapan data dan analisis lebih lanjut dari pejabat pemrakrsa kredit. Disamping itu juga pejabat perekomendasian kredit dapat juga melakukan kunjungan ke lapangan untuk meyakinkan data/keterangan-keterangan yang telah disajikan akurat.

3. Tahapan pemberian keputusan

Pemberian putusan kredit hanya dapat dilakukan oleh pejabat pemutus kredit atau komite kredit yang diberikan kewenangan memutus kredit dari direksi bank. Sebelum memberikan putusan kredit pejabat pemutus kredit harus memeriksa dan meneliti kelengkapan paket kredit.

4. Tahapan persetujuan pencairan kredit

Penccairan kredit dapat dilakukan setelah intruksi pencairan kredit ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, yaitu pejabat administrasi kredit sebagai pembuat isntruksi dan disetujui oleh pimpinan unit kerja yang bersangkutan. Adapun syarat untuk menerbitkan intruksi pencairan kredit adalah surat pencairan kredit dan surat perjanjian accessoir yang mengikutinya

telah ditandatangani secara sah oleh pihak-pihak yang bersangkutan, semua dokumen yang telah ditetapkan dalam putusan kredit telah lengkap dan telah diperiksa keabsahannya dan telah memberikan perlindungan bagi bank, serta semua biaya-biaya yang berkaitan dengan pemberian kredit telah dilunasi oleh pemohon.

E. Penyelamatan Kredit Tak Tertagih

Penyaluran suatu fasilitas kredit mengandung suatu resiko kemacetan.

Akibatnya kredit tidak dapat ditagih sehingga menimbulkan kerugian yang harus ditanggung pihak bank.

Sepandai apapun analis kredit dalam menganalisis setiap permohonan kredit, kemungkinan kredit macet pasti ada. Hanya saja bagaimana caranya meminimalkan resiko tersebut seminimal mungkin. Dalam prakteknya kemacetan suatu kredit disebabkan oleh 2 unsur.

Menurut Kasmir (2002:128) kedua unsur tersebut adalah:

1. Dari pihak perbankan 2. Dari pihak nasabah

Dari kedua unsur diatas Kasmir menjelaskannya sebagai berikut:

a. Dari pihak perbankan

Dalam melakukan analisisnya, pejabat kredit atau pihak analis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan, terbatasnya pejabat kredit dalam pemisahan tugas penyaluran dan penagihan kredit. Dapat pula terjadi

akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur dalam analisisnya dilakukan secara subjektif dan akal-akalan.

b. Dari pihak nasabah

Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat 2 hal yaitu:

1. Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar, walaupun sebenarnya nasabah mampu.

2. Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, hama, kebanjiran dan sebagainya, sehingga untuk membayar kredit tidak ada.

Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit yang terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar.

F. Pengertian Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah (PEGEL)

Mengenai istilah Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah (PEGEL) atau perusahaan kecil didalam pembangunan yang banyak dipakai untuk memberikan gambaran mengenai masyarakat pengusaha kurang memadai. Namun demikian, pengusaha golongan ekonomi lemah dengan gambaran tersebut tidak berarti

bahwa peranan usaha kecil dalam pembangunan merupakan suatu strategi yang sangat tepat dan penting dalam pemerataan pembangunan.

Jadi Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah (PEGEL) adalah golongan pengusaha dalam masyarakat yang sebagian besar pribumi dimana keadaan modal, organisasi, manajemen dan keterampilan masih dalam taraf belum mamadai. Modal usaha yang dimiliki oleh golongan ekonomi lemah adalah sekurang-kurangnya 50% dan masing-masing pengurus (Dewan Komisaris dan Direksi) sekurang-kurangnya 75%.

G. Bentuk-bentuk Kredit Kepada Masyarakat dan Dunia Usaha

Kredit yang diberikan oleh Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat untuk masyarakat dan dunia usaha terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain:

1. Dilihat dari segi kegunaan.

a. Kredit Investasi

Kredit ini diberikan oleh Bank kepada parah nasabah untuk keperluan penanaman modal. Kredit tersebut tidak dimaksudkan untuk keperluan penambahan modal kerja melainkan untuk keperluan perbaikan atau penambahan barang modal serta keperluan perluasan usaha atau untuk membangun proyek/pabrik baru dan untuk rehabilitas.

b. Kredit Modal Kerja

Kredit ini digunakan untuk keperluan peningkatan produksi dalam operasionalnya.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit.

a. Kredit Produktif

Kredit ini digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.

Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa.

b. Kredit Konsumtif

Kredit ini digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Didalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha.

c. Kredit Perdagangan

Kredit ini digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.

3. Dilihat dari segi jangka waktu.

a. Kredit Jangka Pendek

Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 Tahun atau paling lama 1 Tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit Jangka Menengah

Kredit ini merupakan kredit yang berjangka waktu berkisar antara 1 Tahun sampai 3 Tahun dan biasanya kredit ini untuk keperluan investasi.

c. Kredit Jangka Panjang

Kredit ini merupakan kredit yang masa pengambilannya paling panjang yaitu 3 Tahun atau lebih. Kredit ini biasanya untuk membiayai proyek,

perluasan usaha atau rehabilitasi.

H. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C.

Metode analisis 5C adalah sebagai berikut:

1. Character

Karakter lebih banyak menyangkut tanggung jawab moral calon debitur dalam upaya untuk membayar kembali jumlah pokok pinjamannya. Kemauan identik dengan aspek psikologis moral dan etika baik nasabah serta komitmennya untuk pengakuan hutang dan upaya pelunasannya.

Beberapa aspek prnting yang harus diketahui untuk menilai karakter nasabah adalah melalui interview langsung yang mencakup aspek-aspek antara lain:

a. Kejujuran dan kepercayaan dalam menjalankan bisnis.

b. Kelancaran pembayaran hutang atau pinjaman selama ini.

c. Hubungan dengan masyarakat dan dunia usaha.

d. Lamanya hubungan dengan bank terutama dengan bank yang memberikan fasilitas kredit.

2. Capacity

Capacity atau kapasitas berhubungan langsung dengan karakter nasabah

yang berkaitan pada kemampuan nasabah untuk melunasi hutangnya ataupun untuk mencicil angsurannya.

3. Capital

Capital adalah dana yang dimiliki oleh calon debitur untuk menjalankan dan

memelihara kelangsungan usahanya. Adapun penilaian terhadap capital adalah untuk mengetahui keadaan permodalan, sumber-sumber dana dan penggunaannya.

4. Collateral

Collateral adalah barang jaminan yang diserahkan oleh calon debitur sebagai

agunan kredit yang akan diterimanya. Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana resiko tidak terpenuhinya kewajiban financial kepada bank dapat ditutup oleh nilai agunan yang diserahkan oleh debitur. Penilaian agunan ini meliputi jenis atau macam barang, nilainya, lokasinya, bukti kepemilikannya dan status hukumnya.

5. Condition

Adalah keadaan sosial ekonomi suatu saat yang mungkin mempengaruhi maju mundurnya usaha calon debitur. Penilaian terhadap kondisi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kondisi ekonomi itu berpengruh terhadap kegiatan usaha debitur dan bagaimana debitur tersebut mengantisipasinya, sehingga usahanya tetap hidup dan berkembang.

I. Kerangka Pemikiran

Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara, tanpa

bank, bisa kita bayangkan bagaimana kita sulitnya menyimpan dan mengirimkan uang, memperoleh tambahan modal usaha atau melakukan transaksi perdagangan Internasional secara efektif dan aman. Kita semua hampir pernah datang ke Bank, seperti menabung atau mengirim uang, megajukan pembiayaan dll.

Menurut UU RI No.7 Tahun 1998 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Aliran dana dalam kegiatan ekonomi perbankan dapat dimplementasikan dalam bentuk pemberian kredit. Jenis kredit dilihat dari sudut jaminannya dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : Kredit tanpa jaminan (Unsecured Loan) dan kredit dengan agunan (Secured Loan). Kredit tanpa jaminan dalam perkembangannya tidak semua bank menerapkannya, namun beberapa tahun terakhir ini telah muncul suatu kredit tanpa jaminan yang disebut Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa jaminan. Kredit dengan agunan, yaitu kredit yang dilakukan dengan menyertakan agunan seperti apa yang telah diperjanjikan. Agunan yang disertakan bisa berupa

Aliran dana dalam kegiatan ekonomi perbankan dapat dimplementasikan dalam bentuk pemberian kredit. Jenis kredit dilihat dari sudut jaminannya dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : Kredit tanpa jaminan (Unsecured Loan) dan kredit dengan agunan (Secured Loan). Kredit tanpa jaminan dalam perkembangannya tidak semua bank menerapkannya, namun beberapa tahun terakhir ini telah muncul suatu kredit tanpa jaminan yang disebut Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa jaminan. Kredit dengan agunan, yaitu kredit yang dilakukan dengan menyertakan agunan seperti apa yang telah diperjanjikan. Agunan yang disertakan bisa berupa

Dokumen terkait