• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM

B. Struktur Organisasi Dan Pembagian Tugas

Secara garis besar untuk mengetahui struktur organisai PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Waiwerang dapat dilihat pada skema berikut:

STRUKTUR ORGANISASI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT WAIWERANG

Sumber data: Data diperoleh dari PT. Bank BRI Unit Waiwerang KEPALA UNIT

Pembagian Tugas

Pembagian tugas pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Larantuka Unit Waiwerang sebagai berikut:

1. KEPALA UNIT

a. Tugas Pokok Kepala Unit adalah:

1) Memimpin kantor BRI sesuai dengan tugas pokok (penerimaan simpanan, pemberian pinjaman dan pelayanan jasa bank lain yang telah di tetapkan) serta membina BRI Unit dalam rangka meningkatkan pelayanan BRI Unit kepada masyarakat di wilayahnya.

2) Menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan BRI Unit.

3) Menetapkan kebutuhan pegawai dan mengkoordinir atau senantiasa mengevaluasi pelaksanaan kerja pegawai BRI Unit yang menjadi bawahannya.

4) Melakukan pemeriksaan terhadap mekanisme kegiatan di BRI Unit yang meliputi penggunaan kas, administrasi pembukuan, dan pelayanan kepada nasabah.

b. Tanggung Jawab Kepala Unit Kepada UBM, Atas:

1) Pencapaian sasaran rencana kerja dan anggaran yang telah di tetapkan termasuk pencapaian target di bidang pengumpulan dana dari masyarakat atau kinerja usaha BRI Unit.

2) Tersediahnya kas yang selalu cukup.

3) Ketertiban dan di siplin kerja serta keterampilan pegawai BRI Unit yang di pimpinnya.

4) Memelihara citra BRI Unit dan BRI pada umumnya di mata masyarakat.

5) Kebenaran isi laporan dan ketetapan waktu penyimpanan laporan.

6) Terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang mengakibatkan kerugian bagi BRI Unit.

7) Terpeliharanya mekanisme built in control (warkat) di BRI Unit.

8) Kelengkapan petunjuk kerja.

9) Terselenggaranya kerjasama yang baik dengan instansi lain.

10) Kelengkapan berkas pinjaman, simpanan, kepegawaian dan logistik.

11) Keamanan, ketertiban, kebersihan kantor BRI Unit.

12) Peningkatan keterampilan dan pengetahuan diri sendiri dan bawahannya.

2. MANTRI

a. Tugas Pokok Mantri Adalah:

1) Memeriksa permintaan pinjaman di tempat usaha, letak jaminan dan menganalisanya, serta mengusulkan putusan pinjaman kepada Kaunit.

2) Melaksanakan pembinaan terhadap nasabah pinjaman dan simpanan.

3) Melaksanakan pemberantasan tunggakan dengan cara memeriksa di tempat usaha, menagih, dan mengusulkan langkah-langkah penanggulangannya.

4) Memelihara dan mengerjakan rencana kerja, buku tourney dan buku eksploitasi kendaraan bermotor.

5) Menyampaikan laporan kepada kepala unit apabila dijumpai adanya

penyimpangan dalam pelakasanaan operasional BRI Unit.

6) Mengikuti kegiatan ekonomi di wilayah kerjanya dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Ka unit sepanjang tidak melanggar asas pengawasan interen.

7) Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

b. Tanggaung Jawab Mantri kepada Ka Unit, atas:

1) Kebenaran hasil pemeriksaan ketempat nasabah yang meliputi kegiatan usahanya, letak jaminan, serta analisa usul putusan pinjamannya.

2) Perkembangan dan kemajuan usaha pinjaman, simpanan dan pelayanan jasa bank lainnya di BRI Unit.

3) Pengusaaan data perkembangan usaha masing-masing nasabah.

4) Memelihara citra BRI Unit dan BRI pada umumnya di mata masyarakat.

5) Ketepatan pemasukan angsuran dan pemasukan tunggakan pinjaman.

6) Penguasaan data dan pemanfaatan situasi atau perkembangan perekonomian di wilayah kerjanya guna kepentingan BRI Unit.

3. TELLER

a. Tugas Pokok Teller

1) Bersama-sama Ka unit menyelenggarakan pengurusan kas BRI Unit.

2) Menerima setoran dari nasabah dan memvalidasikan dalam PC.

3) Membayarkan uang kepada nesabah yang berhak setelah ada fiat bayar dari yang berwenang dan telah divalidasi pada PC computer.

4) Menyetor setiap ada kelebihan kas selama ada jam kerja dan

menyetorkan sisa kas akhir hari ke kas induk dengan menggunakan tanda setoran dan mengisinya pada model 16.

5) Mengerjakan administrasi kupon undian simpedes simasskot.

6) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepada kepala unit sepanjang tidak bertentangan dengan asas pengwasan intern.

b. Tanggung Jawab Teller kepada Kepala Unit 1) Pengawasan kas bersama kepala unit.

2) Kelancaran dan ketepatan pelayanan penerimaan setoran dan pembayaran uang dari dan kepada nasabah.

3) Keamanan dan kecocokan uang kas tunai yang berada pada pengawasannya.

4) Kebenaran atau ketelitian dalam memvalidasikan bukti kas.

5) Memelihara citra BRI Unit dan BRI pada umumnya, khususnya melalui pelayanan loket.

4. DESKMAN

a. Tugas Pokok deskman adalah:

1) Melaksanakan semua posting semua transaksi yang terjadi di BRI Unit.

2) Menata uasahakan register-register yang berkaitan dengan pencatatan proses pelayanan pinjaman.

3) Menata uasahakan register pinjaman dan simpanan.

4) Menata usahakan register-register pemberantasan tunggakan.

5) Menata usahakan register surat-surat berharga.

6) Mengelola penyimpanan berkas-berkas pinjaman dan simpanan.

7) Mengerjakan laporan BRI Unit, baik laporan rutin maupaun laporan yang sewaktu-waktu dibutuhkan oleh Kanca.

8) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kaunit sepanjang tidak bertentangan dengan pengawasan intern.

b. Tanggung jawab Deskman kepada Kaunit, atas:

1) Ketertiban dan kebenaran setiap posting transaksi yang ada di BRI Unit.

2) Ketertiban dan kebenaran penyimpanan berkas pinjaman dan simpanan, pengarsipan bukti-bukti kas dan pembukuan.

3) Ketetapan dan kebenaran penyimpanan data-data laporan.

4) Kelengkapan dan kecermatan pelayanan administrasi setoran dan pengambilan, baik simpanan maupun pinjaman atau jasa lainnya.

5) Kebenaran dan ketertiban administrasi pembukuan, surat berharga, dan dokumen penting lainnya.

6) Terpeliharanya citra BRI Unit pada khususnya dan BRI pada umumnya.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ketentuan Prosedur Pemberian Pinjaman KUR

Prosedur kredit mencakup tentang ketentuan, syarat-syarat atau petunjuk tindakan-tindakan yang harus dilakukan sejak diajukan permohonan nasabah sampai dengan lunasnya suatu kredit yang diberikan oleh Bank.

Penyajian konteksnya dalam bentuk urutan langkah-langkah yang lazim dalam prosedur perkreditan yang harus ditangani oleh Bank yaitu:

1. Permohonan Kredit

Pengertian permohonan fasilitas kredit mencakup :

a. Permohonan baru untuk mendapatkan suatu jenis fasilitas kredit.

b. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.

c. Permohonan perpanjangan/pembaruan masa laku kredit yang telah berakhir jangka waktunya.

d. Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan/pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya.

Dalam permohonan kredit, nasabah diwajibkan melampirkan berkas-berkas yang terdiri atas :

1) Surat-surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan sah.

2) Daftar isian yang disediakan oleh Bank yang secara sebenarnya dan

lengkap diisi oleh nasabah.

3) Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit.

Setiap surat permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam register khusus yang disediakan.

Permohonan kredit dinyatakan lengkap bila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk pengajuan permohonan menurut jenis kreditnya.

Selama permohonan kredit sedang dalam proses, maka berkas-berkas permohonan harus dipelihara dalam berkas permohonan.

Untuk memudahkan Bank memperoleh data yang diperlukan, Bank mempergunakan Daftar Isian Permohonan Kredit yang harus diisi oleh Nasabah, Formulir-formulir neraca, daftar rugi/laba

2. Penyidikan dan Analisis Kredit

a. Yang dimaksud dengan penyidikan (Investigasi) kredit meliputi : 1) Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.

2) Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan nasabah, baik data intern bank maupun data ekstern. Dalam hal ini termasuk informasi antarbank dan pemeriksaan pada daftar-daftar hitam dan daftar-daftar-daftar-daftar kredit macet.

3) Pemeriksaan/penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.

4) Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah dilaksanakan.

b. Sedangkan analisis kredit meliputi :

1) Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik keuangan maupun non keuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat/tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit.

2) Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari permohonan kredit nasabah.

Proses penyidikan dan analisis secara umum dilakukan dengan menggunanakan metode penilaian yang disebut dengan prinsip analisis 5 C.

Dimana disini Bank meneliti kewajaran dan konsistensi dari data-data dan informasi yang diterima dari Nasabah yang mencakup :

1) Informasi mengenai nasabah selengkapnya, mencakup perilaku/karakter nasabah, kemampuan dan pengalaman berusaha dan hal-hal lain yang mencerminkan kepribadian serta kemampunan nasabah/calon nasabah sebagai ukuran dari sebagian sumber dan daya pelunasan kreditnya.

2) Aktivitas usaha nasabah, penilaian terhadap kegiatan usaha serta prospek usaha, dari nasabah.

3) Jaminan, penilaian terhadap barang jaminan dan status kepemilikannya.

4) Financial statement, dimana diperlukan dan laporan keuangan dari nasabah sebagai salah satu data pokok mutlak untuk bagiananalisis.

5) Cash Flow Projection, untuk jenis-jenis kredit yang sifatnya aflopend (seperti kredit industri konstruksi, kredit musiman, kredit investasi, dan kredit lainnya yang sifatnya transaksional atau berangsuran dengan jangkawaktu tertentu), harus disertai dengan Cash Flow Projection, sehingga dapat disusun jadwal waktu pelunasannya. Dimana disini berfungsi sebagai alat pembantu dalam menentukan kebutuhan maksimal nasabah untuk modal kerja.

6) Aktivitas Rekening, calon nasabah/nasabah yang memiliki rekening, harus menguraikan juga mengenai aktivitas rekening antara lain saldo tertinggi, terendah dan saldo rata-rata tiap bulan serta indikasi aktivitas rekening berupa jumlah/frekuensi mutasi debet dan kreditnya.

3. Keputusan Atas Permohonan Kredit

Yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa menolak, menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi.

Setiap keputusan permohonan kredit, harus memperhatikan penilaian syarat- syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan dan analisis kredit. Adapun keputusan atas permohonan kredit terdiri adalah :

a. Penolakan Permohonan Kredit

Penolakan dilakukan untuk permohonan kredit yang nyata – nyata

dianggap oleh Bank secara teknis tidak memenuhi persyaratan.

b. Persetujuan Permohonan Kredit

Merupakan keputusan Bank untuk mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur.

4. Pencairan Fasilitas Kredit

Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi dengan menggunakan kredit yang telah disetujui oleh Bank dan Perjanjian Kredit sebagai perjanjian pokok dan pengikatan jaminannya berupa barang bergerak (dengan fidusia eigendom overdraft) atau barang tidak bergerak (dengan Surat Kuasa Membebankan Hak Tangungan atau dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan). Kemudian debitor dapat menarik dana tersebut sesuai dengan jumlah kredit yang diberikan. Cara pencairan fasilitas kredit antara lain dengan cara menarik cek atau giro bilyet, dengan kuitansi, dengan dokumen-dokumen lainnya yang oleh Bank dapat diterima sebagai perintah pembayaran, atau dengan pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman nasabah.

5. Pelunasan Fasilitas Kredit

Pelunasan fasilitas kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah terhadap Bank yang berakibat hapusnya perikatan perjanjian kredit dan perikatan jaminan kredit dan untuk barang tidak bergerak, yaitu dengan diterbitkan Surat Roya untuk jaminan barang tidak bergerak yang fungsinya untuk menghapus hak tanggungan.

B. PEMBAHASAN

Penggunaan 5C Dalam Analisis Pemberian Kredit Untuk Mengurangi Resiko Kredit Macet di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Larantuka Unit Waiwerang.

Prosedur Pemberian Kredit, sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu harus melalui tahap- tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal kredit dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit sampai dengan kredit dikucurkan. Tahap-tahapan dalam memberikan kredit ini kita kenal dengan nama prosedur pemberian kredit. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak. Dalam menentukan kelayakan suatu kredit maka dalam setiap tahap selalu dilakukan penilaian yang mendalam. Apabila dalam penilaian mungkin ada kekuarangan maka pihak Bank dapat meminta kembali ke nasabah atau bahkan langsung ditolak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Unit Bapak Dominikus Dimi Lamury, dan Ibu Siti Safura, sebagai Mantri KUR pada tanggal 21 april 2014 di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Waiwerang, prosedur pemberian kredit adalah sebagai berikut:

1. Pengajuan Proposal

Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank maka tahap yang pertama pemohon kredit mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam suatu proposal. Proposal kredit harus dilampiri dengan dokumen-dokumen lainnya yang dipersyaratkan.

Yang perlu diperhatikan dalam setiap pengajuan proposal suatu kredit hendaknya yang berisi keterangan tentang :

a. Untuk Debitur Badan Hukum, Proposal memuat :

1) Riwayat perusahaan seperti riwayat hidup perusahaan, jenis bidang usaha, nama pengurus berikut latarbelakang pendidikannya, perkembangan perusahaan serta wilayah pemasaran produknya.

2) Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan pengambilan kredit. Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau untuk mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya. Kemudian juga yang perlu mendapat perhatian adalah kegunaan kredit apakah untuk modal kerja atau investasi.

3) Besarnya kredit dan jangka waktu.

4) Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau dengan cara lainnya.

5) Jaminan Kredit, yang diberikan dalam bentuk surat atau sertipikat penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan asuransi tertentu. Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti :

a) Akta Pendirian Perusahaan dan Akta-akta perubahannya.

b) Bukti Kartu Tanda Penduduk pengurus.

c) Tanda Daftar Perusahaan.

d) Nomor Pokok Wajib Pajak.

e) Neraca dan Laporan rugi laba 3 tahun terakhir.

f) Foto copy sertifikat yang dijadikan jaminan (apabila jaminan berupa tanah), Foto copy Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (apabila jaminan berupa kendaraan bermotor), Faktur/kuitansi pembelian mesin (apabila jaminan berupa mesin atau alat-alat berat).

b. Untuk Debitur perorangan, proposal memuat : 1) Riwayat hidup dari calon Debitur.

2) Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan pengambilan kredit.

3) Besarnya kredit dan jangka waktu.

4) Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari penghasilannya atau dengan cara lainnya.

5) Jaminan Kredit, yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan asuransi tertentu. Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipesyaratkan seperti :

a) Kartu Tanda Penduduk, Surat Nikah dan Kartu Keluarga Calon Debitur, Kartu Tanda Penduduk Suami/Istri calon debitur

b) Nomor Pokok Wajib Pajak.

c) Keterangan penghasilan calon debitur.

d) Foto copy sertipikat yang dijadikan jaminan (apabila jaminan berupa tanah), Foto copy Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (apabila jaminan berupa kendaraan bermotor), Faktur/kuwitansi pembelian mesin (apabila jaminan berupa mesin atau alat-alat berat).

2. Penyelidikan Berkas Pinjaman

Setelah pengajuan proposal dan berkas-berkas, tahap selanjutnya adalah penyelidikan dokumen-dokumen yang diajukan pemohon kredit.

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau belum cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

Dalam penyelidikan berkas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah membuktikan kebenaran dan keaslian dari berkas-berkas yang ada, seperti kebenaran dan keaslian Akta Notaris, Tanda Daftar Perusahaan, Kartu Tanda Penduduk dan surat-surat Jaminan seperti Sertipikat Tanah, Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor ke instansi yang berwenang mengeluarkannya. Kemudian jika asli dan benar maka pihak Bank mencoba mengkalkulasi apakah jumlah kredit yang diminta memang relevan dengan kemampuan nasabah untuk membayar.

Semua ini dengan menggunakan perhitungan terhadap angka-angka yang dilaporkan keuangan dengan berbagai risiko keuangan yang ada.

3. Penilaian Kelayakan Kredit.

Dalam penilaian layak atau tidak suatu kredit disalurkan maka perlu dilakukan suatu penilaian kredit. Penilaian kelayakan suatu kredit dapat dilakukan dengan menggunakan analisis 5 C namun untuk kredit yang lebih besar jumlahnya perlu dilakukan metode penilaian dengan studi kelayakan. Dalam studi kelayakan ini setiap aspek dinilai apakah memenuhi syarat atau tidak.. Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah :

a. Dari segi Character (watak), maka penilaiannya meliputi Riwayat hidup calon debitur, mencakup reputasi calon debitur di lingkungan bisnis/usahanya dan riwayat hubungan calon debitur dengan Bank, dimana disini hubungan dengan PT. Bank Rakyat Indonesia atau hubungan dengan Bank lain.

b. Dari segi Capacity (kemampuan), penilaiannya meliputi pengalaman dari calon Debitur dalam mengelola usahanya, termasuk sumber daya manusia yang dimilikinya.

c. Dari segi Capital (modal), penilaiannya keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan yaitu neraca dan laporan rugi dan laba 3 tahun terakhir.

d. Dari segi Collateral (jaminan), penilaian meliputi barang jaminan yang diserahkan calon debitur kepada Bank sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya.

Adapun hasil wawancara dengan Ibu Rosalia E. F, selaku Mantri I, bahwa kriteria barang jaminan yang harus diserahkan oleh calon debitur adalah : 1) Memiliki nilai yang lebih besar dari jumlah nilai fasilitas kredit.

2) Mempunyai nilai ekonomis yang lebih panjang jangka waktunya dibanding dengan jangka waktu fasilitas kredit yang diberikan.

3) Secara fisik tidak mudah rusak.

4) Dapat diperjualbelikan secara bebas dan relatif mudah dengan biaya yang relatif kecil.

5) Dapat diasuransikan.

Hasil wawancara dengan Bapak Dominikus Dimi Lamury, selaku Kepala Unit di PT. BRI (Persero) Tbk. Unit waiwerang mengenai kriteria barang jaminan dari segi hukum/yuridis, adalah sebagai berikut :

1) Benar-benar milik calon debitur atau orang/pihak ketiga yang bersedia menjaminkan kepada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Waiwerang

2) Tidak dalam kondisi dijaminkan kepada pihak lain, tidak dalam sengketa, atau disita dalam suatu kasus perkara di pengadilan.

3) Memiliki bukti kepemilikan yang sah dan masih berlaku serta telah mempunyai kekuatan hukum.

4) Dapat dilakukan pengikatan secara nyata dengan menggunakan lembaga jaminan sesuai ketentuan yang berlaku.

5) Tidak terhutang pajak.

e. Condition Of Economy (keadaan ekonomi), menilai keadaan usaha dari calon debitur, serta keadaan pasar dan kebijakan pemerintah pada masa kredit berlangsung.

Faktor yang ada dalam Analisis 5C merupakan faktor-faktor penting dalam menjamin mutu kredit. Setiap permohonan kredit yang telah melewati tahap penilaian kredit (analisis 5’C), maka kredit yang berjalan akan menjadi kredit yang faktor risikonya minim. Hal ini dapat berarti bahwa Analisis 5’C yang baik membantu dalam menghasilkan kredit dengan mutu yang baik dengan faktor resikonya yang rendah.

4. Wawancara Pertama

Dalam tahap ini dilakukan kepada calon debitur dengan cara berhadapan langsung dengan calon debitur. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang Bank inginkan.

Wawancara ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Dalam wawancara ini dilakukan dengan serileks mungkin sehingga mendapatkan hasil wawancara yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan Bank. Pertanyaan yang diajukan dilakukan dengan wawancara terstruktur, tidak terstruktur

5. Peninjauan Ke Lokasi (On the Spot)

Setelah memperoleh keyakinan atas keabsahan dokumen dari hasil penyelidikan dan wawancara maka langkah selanjutnya adalah melakukan peninjauan ke lokasi yang menjadi obyek kredit. Kemudian hasil peninjauan ke lapangan dicocokkan dengan hasil wawancara pertama. Pada saat melakukan

peninjauan ke lapangan tidak dilakukan pemberitahuan terlebih dahulu kepada calon debitur agar apa yang dilihat dilapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Tujuan peninjauan ke lapangan adalah untuk memastikan bahwa obyek yang dibiayai benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang tertulis dalam proposal.

6. Wawancara Kedua

Hasil peninjauan ke lapangan dicocokkan dengan dokumen yang ada serta hasil wawancara pertama dalam wawancara kedua. Wawancara kedua ini merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan- kekurangan pada saat dilakukan peninjauan ke lokasi di lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara pertama dicocokkan dengan pada saat peninjauan ke lokasi apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran.

7. Keputusan Kredit

Setelah melalui berbagai penilaian mulai dari kelengkapan dokumen keabsahan dan keaslian dokumen serta penilaian yang meliputi seluruh aspek studi kelayakan kredit maka langkah selanjutnya adalah keputusan kredit.

Keputusan kredit adalah untuk menentukan apakah kredit layak untuk diberikan atau ditolak, jika layak maka, dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit akan mencakup :

a. Akad kredit yang akan ditandatangani b. Jumlah uang yang diterima

c. Jangka waktu kredit

d. Dan biaya-biaya yang harus dibayar

Keputusan kredit untuk jumlah tertentu harus di kirim ke kantor Cabang untuk diputuskan. Begitu pula bagi kredit yang ditolak maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing atau dengan penjelasan secara langsung oleh mantri yang berwenang.

8. Penandatanganan Akad Kredit/Perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit. Sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon debitur menandatangani akad kredit, kemudian mengikat jaminan kredit dengan Hak tanggungan atau Fidusia tergantung dari jenis jaminan yang dijaminkan. Atau menandatangani Perjanjian lain yang dianggap perlu. Penandatanganan akad kredit dilakukan antara Bank dengan debitur secara langsung atau melalui Notaris.

9. Realisasi Kredit

Setelah penandatanganan akad kredit maka langkah selanjutnya adalah merealisasikan kredit. Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan pada PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Waiwerang. Dengan demikian penarikan dana kredit dapat dilakukan melalui rekening yang telah dibuka.

Pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dapat diambil sesuai dengan tujuan kredit. Pencairan dana kredit

Pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dapat diambil sesuai dengan tujuan kredit. Pencairan dana kredit

Dokumen terkait