• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. UNIT WAIWERANG ZULKIFLI ABDUL JASIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. UNIT WAIWERANG ZULKIFLI ABDUL JASIR"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ZULKIFLI ABDUL JASIR 1057 2027 8810

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR 2014

(2)

SKRIPSI

ZULKIFLI ABDUL JASIR 1057 2027 8810

Disusun Guna Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR 2014

(3)
(4)
(5)

iv

Puji dan syukur, penullis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan taufik-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanaknan. Skripsi ini bejudul Analisis Kebijaksanaan Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Waiwerang. Terkhusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua oarang tua atas dorongan dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga segala bantuan yang diberikan oleh berbagi pihak terkhusus Bapak H. Muhammad Rusydi, SE, M.Si

sebagai pembimbing I dan Bapak Fitro Manggabarani, SE.MM sebagai pembimbing II yang telah banyak memberkan arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini, semoga apa yang telah dilakukan mendapatkan pahala dan ridha Allah SWT, Amin. Dan secara khusus penulis juga mengucapakan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak DR.H. Irwan Akib, M.Pd sebagai Rektor Univesitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, M.A sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Moh. Aris Pasigai, SE, MM sebagai Ketua Jurusan Manajemen Univesitas Muhammadiyah Makassar.

4. Para dosen pengasuh Univesitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan yang berharga kepada penulis.

5. Bapak Pimpinan dan Seluruh Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Waiwerang. yang telah memberikan kesempatan dan bersedia

(6)

v

6. Sahabat – sahabatku Man 10 seperjuangan Manajemen angkatan 2010 yang selalu memberikan semangat dan mengajarkan arti sebuah kebersamaan dan persahabatan.

7. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis cantumkan, yang telah memberikan andil dalam proses penyelesaian studi penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, ibarat pepatah mengatakan “tak ada gading yang tek retak” untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat kontruktif demi perbaikan skripsi ini kedepannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis. Amin

Wassalamualaikum wr. wb

Makassar Juni 2014

Penulis

(7)

vi

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Waiwerang. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana kebijaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada pengusaha golongan ekonomi lemah di BRI Unit Waiwerang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada pengusaha golongan ekonomi lemah di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Waiwerang. Penelitian ini bersifat analisis deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode analisis yang bertitik tolak pada hasil-hasil pengumpulan data yang diperoleh dalam penelitian lapangan dan penelitian pustaka yang dianggap berhubungan dengan kebijaksanaan pemerintah tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR) yakni penyalurannya kepada calon nasabah/debitur (golongan ekonomi lemah). Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis 5C (Character, Capital, Capacity, Collateral, dan Condition of Economi).

.Hasil penelitian menunjukan bahwa mekanisme penyaluran atau pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Larantuka Unit Waiwerang sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hal ini dapat dilihat dari proses analisis yang digunakan sebagai standar Operasional Prosedur (SOP) pada bank tersebut mengacu pada analisis 5C (Character, Capital, Capacity, Collateral, dan Condition of Economi).

(8)

vii

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Kegunaan Penelitian ... 3

BAB II TIJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Pengertian Kredit ... 4

B. Unsur-unsur Kredit ... 7

C. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 8

D. Prosedur dalam Penyaluran Kredit ... 11

E. Penyelamatan Kredit Tak Tertagih ... 15

F. Pengertian Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah (PEGEL) ... 16

G. Bentuk-bentuk Kredit Kepada Masyarakat dan Dunia Usaha ... 17

H. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 19

I. Kerangka Berpikir ... 20

(9)

viii

B. Jenis dan Sumber Data ... 24

C. Metode Pengumpulan Data ... 25

D. Metode Analisis ... 26

E. Definisi Operasional ... 27

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 28

A. Sejarah Singkat PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk ... 28

B. Struktur Organisasi Dan Pembagian Tugas ... 31

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Ketentuan Prosedur Pemberian Pinjaman KUR ... 38

B. Pembahasan ... 43

BAB VI KESIMPILAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

(10)

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Maraknya persaingan di dunia perbankan, menyebabkan berbagai strategi telah dilakukan pihak Bank dalam rangka menarik minat masyarakat untuk menjadi nasabah. Persaingan perbankan pada beberapa tahun yang lalu, hanya berkisar pada strategi penawaran berbagai variasi produk Bank, seperti tabungan dan pemberian Kredit Usaha Rakyat.

Perkembangan perbankan secara pesat disebabkan karena timbulnya kesadaran masyarakat pentingnya Bank sebagai media bagi lalu lintas keuangan maupun investasi yang efektif. Faktor lain adalah karena kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi serta upaya terus menerus dunia perbankan untuk memudahkan kerja perbankan dan kenyamanan bagi para pengguna jasa perbankan.

Salah satu usaha pemerintah Indonesia dalam mengatasi gejolak monoter adalah mengintruksikan kepada BUMN untuk mengalokasikan dananya untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mengalami kesulitan likuiditas akibat dari krisis monoter. Agar penyaluran dana tersebut dapat efektif, maka perlu ditetapkan kriteria pengusaha, jenis usaha yang dapat dibiayai dan mekanisme penyalurannya dalam bentuk petunjuk pelaksanaan.

Selain dari itu pemerintah juga mengeluarkan suatu ketetapan bahwa Bank-Bank pemerintah maupun swasta nasional diwajibkan untuk menyalurkan

(11)

kredit kepada pengusaha kecil dan menengah. Salah satu dari itu adalah adanya ketetapan kebijaksanaan pemberian kredit yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Larantuka Unit Waiwerang.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha kecil sebagai salah satu upaya untuk lebih meningkatkan produktifitas guna membina dan mengembangkan usaha kecil, menengah, dan koperasi di Indonesia.

Sesuai dengan undang-undang perbankan Indonesia setiap kredit yang diberikan kepada debitur harus disertakan agunan (jaminan). Akan tetapi agunan yang utama dari kredit tersebut adalah proyek atau usaha yang dilaksanakan dan dibiayai oleh Bank pemberi kredit seperti PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Larantuka Unit Waiwerang.

Sebagai salah satu Bank penyalur kredit, maka PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Larantuka Unit Waiwerang sudah banyak melayani permohonan kredit dari nasabah/debitur di wilayah Flores Timur Kecamatan Adonara Timur, diantaranya adalah permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Dalam memberikan kredit ini, pihak Bank mengharuskan adanya agunan (jaminan) pokok, namun yang terpenting bagaimana keberadaan usaha rakyat tersebut layak atau tidak layak untuk memperoleh kredit sesuai dengan apa yang diinginkan sehingga cukup tepat untuk dijadikan objek pembahasan masalah kebijaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR).

(12)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pembahasan ini adalah :

Apakah kebijaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada pengusaha golongan ekonomi lemah di BRI Unit Waiwerang sudah sesuai dengan ketetapan pemberian kredit yang ditentukan oleh PT. Bank BRI.

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui kebijaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada pengusaha golongan ekonomi lemah.

2. Untuk mengetahui pengawasan intern atas kebijaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Waiwerang.

D. Kegunaan Penelitian Kegunaan Penelitian adalah :

1. Untuk memberikan kontribusi bagi pimpinan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Larantuka Unit Waiwerang terutama pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada pengusaha golongan ekonomi lemah.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang bermaksud mengadakan penelitian yang serupa.

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kredit

Dalam melanjutkan pembahasan penulisan ini, maka terlebih dahulu perlu diketahui apa pengertian daripada kredit. Secara Etymologi kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan atau kata credo yang berarti aku percaya. Jadi dasar dari kredit adalah kepercayaan. Atas dasar kepercayaan dari pihak yang memerlukannya sesuai dengan apa yang telah disepakati (misalnya diserahkannya uang, barang dan jasa) dengan cara pengembalian dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati sebelumnya dan didalamnya terdapat beban tambahan berupa bunga yang merupakan balas jasa dari pemberian kredit tersebut.

Untuk mendapat penjelasan tentang kredit, maka ada beberapa pengertian kredit yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

1. H.M.A. Savelberg mengatakan bahwa kredit mempunyai arti antara lain:

 Sebagai dasar dari setiap perikatan (verbintenis) dimana seseorang berhak membuat suatu dari yang lain.

 Sebagai jaminan dimana seseorang menyerahkan semua pada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh apa yang diserahkan itu.

2. Mr.J.A. Levy merumuskan arti hukum dari kredit sebagai berikut:

Menyerahkan dengan sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh si penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan

(14)

pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu dibelakang hari.

3. Drs. Muchdarsyah Sinugan, memberikan pengertian kredit sebagai berikut:

Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak pada pihak lainnya dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentuyang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kredit yang dikemukakan oleh Salverberg mengarah pada pengertian kredit pada umumnya. Hal mana dapat dilihat pada kata setiap perikatan sebab dengan kata setiap perikatan mengandung pengertian bahwa perikatan itu dapat terjadi atas uang dan barang. Lain halnya dengan pengertian kredit yang dikemukakan sudah mengarah pada perjanjian pnjaman uang.

Setelah memperhatikan beberapa pengertian kredit yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan pengertian kredit menurut Undang-undang No.7 Tahun 2002 tentang perbankan dan dijelaskan bahwa:

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan yang telah ditentukan.

Kredit yang diberikan kepada masyarakat dan dunia usaha harus dapat dipertanggungjawabkan oleh pihak debitur agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu pihak Bank mengharuskan adanya jaminan dari kredit.

(15)

Jaminan yang diserahkan kepada Bank terdiri dari beberapa jenis, mulai dari jaminan yang bersifat material maupun non-material. Jaminan yang diberikan oleh nasabah kepada Bank harus nyata dan dapat dibuktikan.

Di Indonesia, pemenuhan persyaratan akan adanya jaminan ini tertuang didalam Undang-undang No. 7 Tahun 2002 tentang perbankan pasal 8, yang mengemukakan:

Dalam memberikan kredit, Bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai yang diperjanjikan.

Termasuk penjelasannya yang berbunyi:

Kredit yang diberikan oleh Bank mengandung resiko sehingga dalam pelaksanaannya Bank harus memperhatikan azas-azas perkreditan yang sehat untuk mengurangi resiko tersebut.

Jaminan pemberian kredit memberikan keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

Fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan kredit yang mengutamakan jaminan pokok yaitu pihak Bank/kreditur harus memperhatikan stok barang, barang hasil produksi, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan.

Pengertian dan Tujuan Penyaluran Kredit Usaha Rakyat adalah:

a. Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit/

pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas

(16)

penjaminan untuk usaha produktif.

b. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank.

c. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70%

sementara sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

d. KUR disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM).

B. Unsur-Unsur Kredit

Dalam kata kredit mengandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu.

Sehinggga jika kita bicara kredit maka yang termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.

Adapun unsur-unsur yang terkandung didalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang.

Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian, penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern.

b. Kesepakatan

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing

(17)

pihak mendatangi hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka waktu

Jangka waktu ini menyangkut masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bias berbentuk jangka pendek, menengah, atau jangka panjang.

d. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik yang disengaja oleh nasabah maupun yang tidak disengaja.

e. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga.

C. Tujuan dan Fungsi Kredit a. Tujuan Kredit

Penyaluran atau pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu yang tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan.

Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain 1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.

Hal tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank

(18)

sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank.

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut pihak debitur akan dapat memperluas dan mengembangkan usahanya.

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarkan pajak, membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat devisa Negara, meningkatkan devisa Negara.

b. Fungsi Kredit

Kemudian disamping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki suatu fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit yang sangat luas tersebut antara lain:

1. Untuk meningkatkan daya guna uang.

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan saja dirumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa bagi si penerimakredit. Kemudian juga dapat memberikan penghasilan tambahan kepada pemilik dana.

(19)

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas.

Dalam hal ini uang yang diberikan atau yang disalurkan akan beredar dari suatu wilaya ke wilaya yang lainnya sehingga,suatu daerah yang kekerungan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah yang lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang.

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Untuk meningkatkan peredan barang.

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke wilayah lainnya,sehingga jumlah barang yang beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang biasnya untuk kredit perdagangan atau kredit ekspor impor .

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi,karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya tebatas. Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau

(20)

memperluas usahanya.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah disalurkan atau diberikan untuk membangun pabrik maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pangangguran.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit.

Penyaluran kredit oleh Negara lain akan meningkatkan kerja sama dibidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.

D. Prosedur dalam Penyaluran Kredit

Prosedur penyaluran atau pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing.

Prosedur penyaluran atau pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum. Kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.

1. Tahapan prakarsa dan analisa permohonan kredit

Tahapan ini dilakukan oleh pejabat pemrakarsa kredit, yang meliputi beberapa

(21)

kegiatan berikut:

a. Kegiatan prakarsa permohonan kredit

Kegiatan pada tahap ini antara lain adalah penerimaan permohonan kredit dari nasabah atau memprakarsai permohonan kredit, baik untuk permohonan kredit baru, perpanjangan kredit, perubahan jumlah kredit, perubahan syarat kredit, restrukturisasi maupun penyelesaian kredit.

Permohonan kredit diajukan secara tertulis dan menggunakan format yang telah ditentukan oleh bank yang memuat informasi lengkap mengenai kondisi pemohon/calon nasabah termasuk riwayat kreditnya pada bank lain (kalau ada). Pejabat pemrakarsa kredit selanjutnya kemudian melakukan kegiatan pencarian informasi selengkap-lengkapnya dari berbagai sumber mengenai pemohon.

b. Kegiatan analisa dan evaluasi kredit

Dari data dan informasi yang diperoleh pejabat pemrakarsa melakukan analisa dan evaluasi tingkat resiko kredit. Analisa dan evaluasi kredit dituangkan dalam format yang telah ditetapkan oleh bank disesuaikan dengan jenis kreditnya. Dalam analisa tersebut sekurang-kurangnya mencakup informasi tentang identitas pemohon, tujuan permohonan kredit, dan riwayat hubungan bisnis dengan bank.

Analisa kredit yang dilakukan oleh pejabat pemrakarsa kredit meliputi 5C yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan terhadap kualitas dan stabilitas usaha dengan mempertimbangkan posisi pasar dan persaingan, prospek usaha, karakter

(22)

pemohon, latar belakang dan kualitas manajemennya. Analisa kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis kondisi keuangan pemohon untuk mengetahui usulan kredit yang dapat diterima atau ditolak.

c. Perhitungan kebutuhan kredit

Perhitungan kebutuhan kredit dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti kredit yang benar-benar dibutuhkan oleh pemohon, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan kredit yang penggunaannya diluar usaha atau terjadi kekurangan kredit sehingga usaha tidak berjalan. Apabila dipandang perlu untuk mengetahui kepastian kredit yang dibutuhkan pemohon, bank dapat meminta studi kelayakan yang dibuat oleh konsultan atas beban biaya pemohon.

d. Pembagian resiko kredit

Dalam upaya mengurangi resiko kerdit yang harus ditanggung, bank membagi resiko tersebut dengan perusahaan asuransi, yaitu dengan melakukan asuransi kredit, asuransi kerugian maupun asuransi jiwa debitur.

e. Negosiasi kredit

Setelah kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah berikutnya adalah menguji kekuatan, kelemahan dan identifikasi resiko yang merupakan kesimpulan dari seluruh analisa kredit. Kesimpulan tersebut harus mencakup hal-hal sebagai berikut : pejabat pemrakarsa dapat menyimpulkan bahwa usaha debitur yang akan dibiayai mempunyai kemampuan untuk mengembalikan pnjaman, identifikasi risiko-risiko yang akan mengancam kelangsungan

(23)

usaha pemohon atau merupakan titik kritis dari usaha yang akan dibiayai, serta melakukan antisipasi terhadap risiko-risiko tersebut yang dituangkan dalam syarat dan ketentuan kredit.

Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan selanjutnya pejabat pemrakarsa kredit melakukan negosiasi dengan calon nasabah.

2. Tahapan pemberian rekomendasi kredit

Rekomendasi kredit dibuat oleh pejabat perekomendasi kredit berdasarkan analisa/evaluasi yang dibuat oleh pemrakarsa kredit. Dalam memberikan rekomendasi kredit, pejabat perekomendasian dapat meminta kelengkapan data dan analisis lebih lanjut dari pejabat pemrakrsa kredit. Disamping itu juga pejabat perekomendasian kredit dapat juga melakukan kunjungan ke lapangan untuk meyakinkan data/keterangan-keterangan yang telah disajikan akurat.

3. Tahapan pemberian keputusan

Pemberian putusan kredit hanya dapat dilakukan oleh pejabat pemutus kredit atau komite kredit yang diberikan kewenangan memutus kredit dari direksi bank. Sebelum memberikan putusan kredit pejabat pemutus kredit harus memeriksa dan meneliti kelengkapan paket kredit.

4. Tahapan persetujuan pencairan kredit

Penccairan kredit dapat dilakukan setelah intruksi pencairan kredit ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, yaitu pejabat administrasi kredit sebagai pembuat isntruksi dan disetujui oleh pimpinan unit kerja yang bersangkutan. Adapun syarat untuk menerbitkan intruksi pencairan kredit adalah surat pencairan kredit dan surat perjanjian accessoir yang mengikutinya

(24)

telah ditandatangani secara sah oleh pihak-pihak yang bersangkutan, semua dokumen yang telah ditetapkan dalam putusan kredit telah lengkap dan telah diperiksa keabsahannya dan telah memberikan perlindungan bagi bank, serta semua biaya-biaya yang berkaitan dengan pemberian kredit telah dilunasi oleh pemohon.

E. Penyelamatan Kredit Tak Tertagih

Penyaluran suatu fasilitas kredit mengandung suatu resiko kemacetan.

Akibatnya kredit tidak dapat ditagih sehingga menimbulkan kerugian yang harus ditanggung pihak bank.

Sepandai apapun analis kredit dalam menganalisis setiap permohonan kredit, kemungkinan kredit macet pasti ada. Hanya saja bagaimana caranya meminimalkan resiko tersebut seminimal mungkin. Dalam prakteknya kemacetan suatu kredit disebabkan oleh 2 unsur.

Menurut Kasmir (2002:128) kedua unsur tersebut adalah:

1. Dari pihak perbankan 2. Dari pihak nasabah

Dari kedua unsur diatas Kasmir menjelaskannya sebagai berikut:

a. Dari pihak perbankan

Dalam melakukan analisisnya, pejabat kredit atau pihak analis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan, terbatasnya pejabat kredit dalam pemisahan tugas penyaluran dan penagihan kredit. Dapat pula terjadi

(25)

akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur dalam analisisnya dilakukan secara subjektif dan akal-akalan.

b. Dari pihak nasabah

Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat 2 hal yaitu:

1. Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar, walaupun sebenarnya nasabah mampu.

2. Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, hama, kebanjiran dan sebagainya, sehingga untuk membayar kredit tidak ada.

Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit yang terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar.

F. Pengertian Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah (PEGEL)

Mengenai istilah Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah (PEGEL) atau perusahaan kecil didalam pembangunan yang banyak dipakai untuk memberikan gambaran mengenai masyarakat pengusaha kurang memadai. Namun demikian, pengusaha golongan ekonomi lemah dengan gambaran tersebut tidak berarti

(26)

bahwa peranan usaha kecil dalam pembangunan merupakan suatu strategi yang sangat tepat dan penting dalam pemerataan pembangunan.

Jadi Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah (PEGEL) adalah golongan pengusaha dalam masyarakat yang sebagian besar pribumi dimana keadaan modal, organisasi, manajemen dan keterampilan masih dalam taraf belum mamadai. Modal usaha yang dimiliki oleh golongan ekonomi lemah adalah sekurang-kurangnya 50% dan masing-masing pengurus (Dewan Komisaris dan Direksi) sekurang-kurangnya 75%.

G. Bentuk-bentuk Kredit Kepada Masyarakat dan Dunia Usaha

Kredit yang diberikan oleh Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat untuk masyarakat dan dunia usaha terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis- jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain:

1. Dilihat dari segi kegunaan.

a. Kredit Investasi

Kredit ini diberikan oleh Bank kepada parah nasabah untuk keperluan penanaman modal. Kredit tersebut tidak dimaksudkan untuk keperluan penambahan modal kerja melainkan untuk keperluan perbaikan atau penambahan barang modal serta keperluan perluasan usaha atau untuk membangun proyek/pabrik baru dan untuk rehabilitas.

b. Kredit Modal Kerja

Kredit ini digunakan untuk keperluan peningkatan produksi dalam operasionalnya.

(27)

2. Dilihat dari segi tujuan kredit.

a. Kredit Produktif

Kredit ini digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.

Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa.

b. Kredit Konsumtif

Kredit ini digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Didalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha.

c. Kredit Perdagangan

Kredit ini digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.

3. Dilihat dari segi jangka waktu.

a. Kredit Jangka Pendek

Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 Tahun atau paling lama 1 Tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit Jangka Menengah

Kredit ini merupakan kredit yang berjangka waktu berkisar antara 1 Tahun sampai 3 Tahun dan biasanya kredit ini untuk keperluan investasi.

c. Kredit Jangka Panjang

Kredit ini merupakan kredit yang masa pengambilannya paling panjang yaitu 3 Tahun atau lebih. Kredit ini biasanya untuk membiayai proyek,

(28)

perluasan usaha atau rehabilitasi.

H. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C.

Metode analisis 5C adalah sebagai berikut:

1. Character

Karakter lebih banyak menyangkut tanggung jawab moral calon debitur dalam upaya untuk membayar kembali jumlah pokok pinjamannya. Kemauan identik dengan aspek psikologis moral dan etika baik nasabah serta komitmennya untuk pengakuan hutang dan upaya pelunasannya.

Beberapa aspek prnting yang harus diketahui untuk menilai karakter nasabah adalah melalui interview langsung yang mencakup aspek-aspek antara lain:

a. Kejujuran dan kepercayaan dalam menjalankan bisnis.

b. Kelancaran pembayaran hutang atau pinjaman selama ini.

c. Hubungan dengan masyarakat dan dunia usaha.

d. Lamanya hubungan dengan bank terutama dengan bank yang memberikan fasilitas kredit.

2. Capacity

Capacity atau kapasitas berhubungan langsung dengan karakter nasabah

(29)

yang berkaitan pada kemampuan nasabah untuk melunasi hutangnya ataupun untuk mencicil angsurannya.

3. Capital

Capital adalah dana yang dimiliki oleh calon debitur untuk menjalankan dan

memelihara kelangsungan usahanya. Adapun penilaian terhadap capital adalah untuk mengetahui keadaan permodalan, sumber-sumber dana dan penggunaannya.

4. Collateral

Collateral adalah barang jaminan yang diserahkan oleh calon debitur sebagai

agunan kredit yang akan diterimanya. Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana resiko tidak terpenuhinya kewajiban financial kepada bank dapat ditutup oleh nilai agunan yang diserahkan oleh debitur. Penilaian agunan ini meliputi jenis atau macam barang, nilainya, lokasinya, bukti kepemilikannya dan status hukumnya.

5. Condition

Adalah keadaan sosial ekonomi suatu saat yang mungkin mempengaruhi maju mundurnya usaha calon debitur. Penilaian terhadap kondisi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kondisi ekonomi itu berpengruh terhadap kegiatan usaha debitur dan bagaimana debitur tersebut mengantisipasinya, sehingga usahanya tetap hidup dan berkembang.

I. Kerangka Pemikiran

Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara, tanpa

(30)

bank, bisa kita bayangkan bagaimana kita sulitnya menyimpan dan mengirimkan uang, memperoleh tambahan modal usaha atau melakukan transaksi perdagangan Internasional secara efektif dan aman. Kita semua hampir pernah datang ke Bank, seperti menabung atau mengirim uang, megajukan pembiayaan dll.

Menurut UU RI No.7 Tahun 1998 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Aliran dana dalam kegiatan ekonomi perbankan dapat dimplementasikan dalam bentuk pemberian kredit. Jenis kredit dilihat dari sudut jaminannya dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : Kredit tanpa jaminan (Unsecured Loan) dan kredit dengan agunan (Secured Loan). Kredit tanpa jaminan dalam perkembangannya tidak semua bank menerapkannya, namun beberapa tahun terakhir ini telah muncul suatu kredit tanpa jaminan yang disebut Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa jaminan. Kredit dengan agunan, yaitu kredit yang dilakukan dengan menyertakan agunan seperti apa yang telah diperjanjikan. Agunan yang disertakan bisa berupa agunan barang, agunan pribadi (borgtocht) dan agunan efekefek saham.

Upaya pemerintah untuk mensukseskan pembangunan ekonomi di Indonesia salah satunya dengan mengeluarkan Kebijakan Pemerintah melalui Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM yang tertuang dalam Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007. Wujud aplikasi dari kebijakan tersebut adalah dengan adanya Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa jaminan. Pertimbangan mengeluarkan program KUR tanpa jaminan tersebut tidak

(31)

terlepas untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui kekayaan negara dengan sasaran program kepada usaha mikro, kecil dan menengah dengan cara memberi pinjaman untuk usaha yang didirikannya.

Kehadiran Kredit Usaha Rakyat ini didukung dengan Instruksi Presiden No.5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008/2009 untuk menjamin implementasi atau percepatan pelaksanaan KUR. Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa jaminan ini disediakan hanya terbatas oleh bank-bank yang ditunjuk oleh pemerintah saja, salah satunya adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), seperti yang disepakati dalam MoU tentang Penjaminan Kredit/ Pembiayaan Kepada UMKM dan Koperasi.

Dalam hal ini, penulis mencoba untuk mengetahui kebijakan dan prosedur permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada pengusaha golongan ekonomi lemah yang ditentukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI).

(32)

Berbagai permasalahan yang menjadi kerangka berpikir penulis, dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

J. Hipotesis

Kebijaksanaan pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Waiwerang belum sesuai dengan kebijakan dan prosedur- prosedur yang telah ditetapkan oleh PT. Bank BRI.

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Kebijakan Pemberian Kredit

Kredit Usaha Rakyat (KUR)

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam rangka penulisan karya ilmiah (skripsi) ini, maka penulis mengadakan penelitian di Kabupaten Flores Timur Kecamatan Adonara Timur dengan mengambil data dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Larantuka Unit Waiwerang. Waktu yang penulis butuhkan dalam penelitian ini yaitu kurang lebih selama satu bulan.

B. Jenis dan Sumber Data

Untuk mengumpulkan data dalam pembahasan penulisan karya ilmiah (skripsi) ini, maka ada dua jenis data yang dipakai oleh penulis yaitu :

1. Primary Data (Data Primer)

Data primer adalah data yang diproleh langsung dari lapangan (objek) penelitian mengenai Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Data primer merupakan hasil dari berbagai wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan pimpinan Bank, Kepala Bagian Kredit dan pegawai lainnya yang berhubungan dengan bidang perkreditan.

2. Secondary Data (Data Sekunder)

Data sekunder adalah data yang merupakan hasil penelitian pustaka berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul ini.

Sumber data yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini adalah :

(34)

1. Data Kualitatif

Yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan baik berupa lisan, maupun tulisan, seperti gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, serta uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam perusahaan.

2. Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Waiwerang mengenai jumlah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Observasi

Dalam metode ini, diadakan pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti. Metode ini digunakan untuk mengungkapkan data tentang kebijaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Waiwerang.

2. Metode Wawancara

Dalam metode ini data yang diperoleh dengan cara melaksanakan Tanya jawab dengan kepala unit BRI ataupun karyawan secara langsung kepada bagian-bagian yang berhubungan langsung dengan kebijaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Unit Waiwerang.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

(35)

mengumpulkan dan mempelajari catatan-catatan yang berkaitan dengan penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum perusahaan yaitu pendirian perusahaan dan struktur organisasi.

D. Metode Analisis

Metode yang digunakan adalah metode analisis yang bertitik tolak pada hasil-hasil pengumpulan data yang diperoleh dalam penelitian lapangan dan penelitian pustaka yang dianggap berhubungan dengan kebijaksanaan pemerintah tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR) yakni penyalurannya kepada calon nasabah/debitur (golongan ekonomi lemah), maka ada dua metode analisis yang penulis gunakan dalam pembahasan ini adalah :

1. Metode Deskriptif

Dalam metode deskrpitif ini, penulis berusaha untuk menggambarkan fenomena- fenomena yang terjadi dalam menganalisis kebijaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) berdasarkan data yang diperoleh melalui serangkaian kegiatan bukan melalui pengujian statistik. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fenomena atau hubungan antar fenomena yang diselidiki.

2. Metode Komparatif

Dalam metode ini teknis analisis yang diterapkan yaitu dengan membandingkan antara teori dan fakta yang terjadi yaitu mengenai kebijaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR). Penganalisaan ini merupakan proses yang dimulai sejak pengumpulan data di lapangan. Kemudian data yang terkumpul baik berupa

(36)

catatan lapangan, dokumen dan lain sebagainya diperiksa kembali dan dikelompokkan untuk dapat diolah dan dan dianalisa.

E. Definisi Operasional

1. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamak dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan yang telah ditentukan.

2. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kerdit investasi dan modal kerja yang diberikan kepada pengusaha/pengusaha kecil untuk membiayai usaha produktif yang didasarkan pada kelayakan usaha, asas perkreditan yang sehat, prinsip kehati-hatian serta sumber pembayaran kembali yang pasti dengan agunan tambahan yang tidak mutlak ada.

3. Penilaian kredit adalah evaluasi terhadap seseorang atau badan usaha berdasarkan kelayakan usaha.

4. Kreditur adalah pihak yang memberikan kredit (Bank).

5. Debitur adalah pihak yang menerima kredit (Nasabah).

6. Suku bunga adalah tingkat bunga yang dinyatakan dalam persen pada jangka waktu tertentu.

7. Dana adalah uang yang disisikan untuk maksud tertentu dan aktiva lainnya yang tersedia dan segera dapat diuangkan. Dana digunakan untuk keperluan suatu perusahaan baik dalam bentuk investasi maupun dalam bentuk modal kerja.

(37)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Bank Rakyat Indonesia mulanya bernama Algemene Volk Credietbank yang didirikan pada tahun 1934 yang beraturannya dari Besluit Van Gouverneur General Nomor 20 tanggal 19 Februari 1934 yang peraturannya Besluit Van eee Algeme Volk Credietbank.

Ketika tentara Jepang masuk ke Indonesia ternyata bank tersebut tidak berjalan, sedangkan rakyat pada umumnya sangat membutuhkannya, maka melalui penggumuman bala tentara Jepang diyatakan bahwa Algemene Volkcredietbank diganti namanya menjadi Syamin Gink (bank rakyat).

Pada waktu kemerdekaan keluar peraturan pemerintah Nomor 1 tahun 1946 yang menegaskan bahwa Algemene Volkredietbank dan Syomin Ginko diganti namanya menjadi Bank Rakyat Indonesia. Persaingan dalam bentuk pelayanan menuntut adanya gugus pekerja yang kritis, kreataif dan inovatif.

Adalah tepat sekitarnya pada era pasca undang- undang Nomor 1 tahun 1992, titik perhatian utama dalam rangka konsoliasi perbankan adalah terlepas dari kerangka program PJPT-II yang menjadikan program pembangunan sumber daya manusia sebagai priorietas utama.

Sejak berlakunya undang- undang Nomor 7 tahun 1992 Bank Rakyat Indonesia mempersiapakan diri menyusaikan bentuk hukum menjadi perusahaan persero. Berdasarkan PP Nomor 21 tahun 1992 tanggal 29 April 1992 tentang

(38)

penyusaian persero, maka secara resmi bentuk badan hukum Bank Rakyat Indonesia dari Sui Generis Undang-Undang Nomor 21 1968 berubah menjadi persero.

Selanjutnya dengan akta pendirian Nomor 133 tanggal 31 juli 1992 yang dihadapan Muhadi Saleh, SH Notaris Jakarta yang telah disahkan dengan keputusan Mentri Kehakiman RI Nomor C.2-6584. HT.01.TH92 tanggal 12 Agustus 1992 nomor 73 tambahan berita Negara Repobik Indonesia Nomor 3A tahun 1992 nama Bank Rakyat Indonesia berubah menjadi perusahaan perseroan yaitu disingkat menjadi PT. BRI (Persero).

Meskipun Bank Rakyat Indonesia telah berubah status menjadi persero, Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tidak secara spesifik meyebutkan fungsi khusus untuk PT. Bank Rakyat Indonesia. Status sebagai bank umum seperti bank pada umumnya, PT. Bank Rakyat Indonesia tidak meninggalkan tugas dan misinya sebagai agen pembangunan pemerintah.

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) masih tetap melakukan secara konsisten pengembangan sektor perekonomian tertentu sepeti pertanian, koperasi, golongan ekonomi lemah, pengusaha kecil, pinjaman kepada para pensiunan dan mereka yang berpengasilan tetap yang kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat secara keseluruhan. Dalam era regulasi, di samping mengembang peranannya untuk memajukan perekonomian pedesaan, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) juga berusaha meningkatkan peranan pada sektor ekonomi menengah ke atas.

(39)

1. Asas, Fungsi, dan Tujuan Didirikannya Bank Rakyat Indonesia a. Asas

Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

b. Fungsi

Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

c. Tujuan

Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

2. Visi dan Misi Bank Rakyat Indonesia a. Visi

Menjadi Bank komersial terkemuka dan selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

b. Misi

1) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan pada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan perekonomian masyarakat.

2) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia

(40)

yang profesional dengan melaksanakan praktek Good Corporate Governance.

3) Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak- pihak yang berkepentingan.

c. Motto

Dalam rangka mengantisipasi perkembangan dunia perbankan saat ini dan yang akan datang serta persaingan global, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) memiliki motto MELAYANI DENGAN SETULUS HATI artinya PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) bertekad untuk bekerja secara efektif dan efisien agar dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik kepada nasabahnya dan mempertahankan atau meningkatkan hubungan bisnis dengan para nasabahnya.

B. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Bentuk Organisasi Fungsional dan Garis

Secara garis besar untuk mengetahui struktur organisai PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Waiwerang dapat dilihat pada skema berikut:

(41)

STRUKTUR ORGANISASI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT WAIWERANG

Sumber data: Data diperoleh dari PT. Bank BRI Unit Waiwerang KEPALA UNIT

DOMINIKUS DIMY LAMURY

MANTRI I ROSALIA E. F

MANTRI II MARIA K AMA

MANTRI II MASWIN USMAN

TELLER I INA RAHMAYANI

TELLER II ERNI TUTO

CS I

DOMINIKUS DONI KOLI

CS II

MUHAMMAD K ZIAM ZAM

CS KUR ALIMUDIN

AZHARI MANTRI KUR

SITI SAFURA

(42)

Pembagian Tugas

Pembagian tugas pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Larantuka Unit Waiwerang sebagai berikut:

1. KEPALA UNIT

a. Tugas Pokok Kepala Unit adalah:

1) Memimpin kantor BRI sesuai dengan tugas pokok (penerimaan simpanan, pemberian pinjaman dan pelayanan jasa bank lain yang telah di tetapkan) serta membina BRI Unit dalam rangka meningkatkan pelayanan BRI Unit kepada masyarakat di wilayahnya.

2) Menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan BRI Unit.

3) Menetapkan kebutuhan pegawai dan mengkoordinir atau senantiasa mengevaluasi pelaksanaan kerja pegawai BRI Unit yang menjadi bawahannya.

4) Melakukan pemeriksaan terhadap mekanisme kegiatan di BRI Unit yang meliputi penggunaan kas, administrasi pembukuan, dan pelayanan kepada nasabah.

b. Tanggung Jawab Kepala Unit Kepada UBM, Atas:

1) Pencapaian sasaran rencana kerja dan anggaran yang telah di tetapkan termasuk pencapaian target di bidang pengumpulan dana dari masyarakat atau kinerja usaha BRI Unit.

2) Tersediahnya kas yang selalu cukup.

3) Ketertiban dan di siplin kerja serta keterampilan pegawai BRI Unit yang di pimpinnya.

(43)

4) Memelihara citra BRI Unit dan BRI pada umumnya di mata masyarakat.

5) Kebenaran isi laporan dan ketetapan waktu penyimpanan laporan.

6) Terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang mengakibatkan kerugian bagi BRI Unit.

7) Terpeliharanya mekanisme built in control (warkat) di BRI Unit.

8) Kelengkapan petunjuk kerja.

9) Terselenggaranya kerjasama yang baik dengan instansi lain.

10) Kelengkapan berkas pinjaman, simpanan, kepegawaian dan logistik.

11) Keamanan, ketertiban, kebersihan kantor BRI Unit.

12) Peningkatan keterampilan dan pengetahuan diri sendiri dan bawahannya.

2. MANTRI

a. Tugas Pokok Mantri Adalah:

1) Memeriksa permintaan pinjaman di tempat usaha, letak jaminan dan menganalisanya, serta mengusulkan putusan pinjaman kepada Kaunit.

2) Melaksanakan pembinaan terhadap nasabah pinjaman dan simpanan.

3) Melaksanakan pemberantasan tunggakan dengan cara memeriksa di tempat usaha, menagih, dan mengusulkan langkah-langkah penanggulangannya.

4) Memelihara dan mengerjakan rencana kerja, buku tourney dan buku eksploitasi kendaraan bermotor.

5) Menyampaikan laporan kepada kepala unit apabila dijumpai adanya

(44)

penyimpangan dalam pelakasanaan operasional BRI Unit.

6) Mengikuti kegiatan ekonomi di wilayah kerjanya dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Ka unit sepanjang tidak melanggar asas pengawasan interen.

7) Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

b. Tanggaung Jawab Mantri kepada Ka Unit, atas:

1) Kebenaran hasil pemeriksaan ketempat nasabah yang meliputi kegiatan usahanya, letak jaminan, serta analisa usul putusan pinjamannya.

2) Perkembangan dan kemajuan usaha pinjaman, simpanan dan pelayanan jasa bank lainnya di BRI Unit.

3) Pengusaaan data perkembangan usaha masing-masing nasabah.

4) Memelihara citra BRI Unit dan BRI pada umumnya di mata masyarakat.

5) Ketepatan pemasukan angsuran dan pemasukan tunggakan pinjaman.

6) Penguasaan data dan pemanfaatan situasi atau perkembangan perekonomian di wilayah kerjanya guna kepentingan BRI Unit.

3. TELLER

a. Tugas Pokok Teller

1) Bersama-sama Ka unit menyelenggarakan pengurusan kas BRI Unit.

2) Menerima setoran dari nasabah dan memvalidasikan dalam PC.

3) Membayarkan uang kepada nesabah yang berhak setelah ada fiat bayar dari yang berwenang dan telah divalidasi pada PC computer.

4) Menyetor setiap ada kelebihan kas selama ada jam kerja dan

(45)

menyetorkan sisa kas akhir hari ke kas induk dengan menggunakan tanda setoran dan mengisinya pada model 16.

5) Mengerjakan administrasi kupon undian simpedes simasskot.

6) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepada kepala unit sepanjang tidak bertentangan dengan asas pengwasan intern.

b. Tanggung Jawab Teller kepada Kepala Unit 1) Pengawasan kas bersama kepala unit.

2) Kelancaran dan ketepatan pelayanan penerimaan setoran dan pembayaran uang dari dan kepada nasabah.

3) Keamanan dan kecocokan uang kas tunai yang berada pada pengawasannya.

4) Kebenaran atau ketelitian dalam memvalidasikan bukti kas.

5) Memelihara citra BRI Unit dan BRI pada umumnya, khususnya melalui pelayanan loket.

4. DESKMAN

a. Tugas Pokok deskman adalah:

1) Melaksanakan semua posting semua transaksi yang terjadi di BRI Unit.

2) Menata uasahakan register-register yang berkaitan dengan pencatatan proses pelayanan pinjaman.

3) Menata uasahakan register pinjaman dan simpanan.

4) Menata usahakan register-register pemberantasan tunggakan.

5) Menata usahakan register surat-surat berharga.

6) Mengelola penyimpanan berkas-berkas pinjaman dan simpanan.

(46)

7) Mengerjakan laporan BRI Unit, baik laporan rutin maupaun laporan yang sewaktu-waktu dibutuhkan oleh Kanca.

8) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kaunit sepanjang tidak bertentangan dengan pengawasan intern.

b. Tanggung jawab Deskman kepada Kaunit, atas:

1) Ketertiban dan kebenaran setiap posting transaksi yang ada di BRI Unit.

2) Ketertiban dan kebenaran penyimpanan berkas pinjaman dan simpanan, pengarsipan bukti-bukti kas dan pembukuan.

3) Ketetapan dan kebenaran penyimpanan data-data laporan.

4) Kelengkapan dan kecermatan pelayanan administrasi setoran dan pengambilan, baik simpanan maupun pinjaman atau jasa lainnya.

5) Kebenaran dan ketertiban administrasi pembukuan, surat berharga, dan dokumen penting lainnya.

6) Terpeliharanya citra BRI Unit pada khususnya dan BRI pada umumnya.

(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ketentuan Prosedur Pemberian Pinjaman KUR

Prosedur kredit mencakup tentang ketentuan, syarat-syarat atau petunjuk tindakan-tindakan yang harus dilakukan sejak diajukan permohonan nasabah sampai dengan lunasnya suatu kredit yang diberikan oleh Bank.

Penyajian konteksnya dalam bentuk urutan langkah-langkah yang lazim dalam prosedur perkreditan yang harus ditangani oleh Bank yaitu:

1. Permohonan Kredit

Pengertian permohonan fasilitas kredit mencakup :

a. Permohonan baru untuk mendapatkan suatu jenis fasilitas kredit.

b. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.

c. Permohonan perpanjangan/pembaruan masa laku kredit yang telah berakhir jangka waktunya.

d. Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan/pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya.

Dalam permohonan kredit, nasabah diwajibkan melampirkan berkas- berkas yang terdiri atas :

1) Surat-surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan sah.

2) Daftar isian yang disediakan oleh Bank yang secara sebenarnya dan

(48)

lengkap diisi oleh nasabah.

3) Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit.

Setiap surat permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam register khusus yang disediakan.

Permohonan kredit dinyatakan lengkap bila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk pengajuan permohonan menurut jenis kreditnya.

Selama permohonan kredit sedang dalam proses, maka berkas-berkas permohonan harus dipelihara dalam berkas permohonan.

Untuk memudahkan Bank memperoleh data yang diperlukan, Bank mempergunakan Daftar Isian Permohonan Kredit yang harus diisi oleh Nasabah, Formulir-formulir neraca, daftar rugi/laba

2. Penyidikan dan Analisis Kredit

a. Yang dimaksud dengan penyidikan (Investigasi) kredit meliputi : 1) Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.

2) Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan nasabah, baik data intern bank maupun data ekstern. Dalam hal ini termasuk informasi antarbank dan pemeriksaan pada daftar- daftar hitam dan daftar-daftar kredit macet.

3) Pemeriksaan/penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal- hal yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.

4) Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah dilaksanakan.

(49)

b. Sedangkan analisis kredit meliputi :

1) Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik keuangan maupun non keuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat/tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit.

2) Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari permohonan kredit nasabah.

Proses penyidikan dan analisis secara umum dilakukan dengan menggunanakan metode penilaian yang disebut dengan prinsip analisis 5 C.

Dimana disini Bank meneliti kewajaran dan konsistensi dari data-data dan informasi yang diterima dari Nasabah yang mencakup :

1) Informasi mengenai nasabah selengkapnya, mencakup perilaku/karakter nasabah, kemampuan dan pengalaman berusaha dan hal-hal lain yang mencerminkan kepribadian serta kemampunan nasabah/calon nasabah sebagai ukuran dari sebagian sumber dan daya pelunasan kreditnya.

2) Aktivitas usaha nasabah, penilaian terhadap kegiatan usaha serta prospek usaha, dari nasabah.

3) Jaminan, penilaian terhadap barang jaminan dan status kepemilikannya.

4) Financial statement, dimana diperlukan dan laporan keuangan dari nasabah sebagai salah satu data pokok mutlak untuk bagiananalisis.

(50)

5) Cash Flow Projection, untuk jenis-jenis kredit yang sifatnya aflopend (seperti kredit industri konstruksi, kredit musiman, kredit investasi, dan kredit lainnya yang sifatnya transaksional atau berangsuran dengan jangkawaktu tertentu), harus disertai dengan Cash Flow Projection, sehingga dapat disusun jadwal waktu pelunasannya. Dimana disini berfungsi sebagai alat pembantu dalam menentukan kebutuhan maksimal nasabah untuk modal kerja.

6) Aktivitas Rekening, calon nasabah/nasabah yang memiliki rekening, harus menguraikan juga mengenai aktivitas rekening antara lain saldo tertinggi, terendah dan saldo rata-rata tiap bulan serta indikasi aktivitas rekening berupa jumlah/frekuensi mutasi debet dan kreditnya.

3. Keputusan Atas Permohonan Kredit

Yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa menolak, menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi.

Setiap keputusan permohonan kredit, harus memperhatikan penilaian syarat- syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan dan analisis kredit. Adapun keputusan atas permohonan kredit terdiri adalah :

a. Penolakan Permohonan Kredit

Penolakan dilakukan untuk permohonan kredit yang nyata – nyata

(51)

dianggap oleh Bank secara teknis tidak memenuhi persyaratan.

b. Persetujuan Permohonan Kredit

Merupakan keputusan Bank untuk mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur.

4. Pencairan Fasilitas Kredit

Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi dengan menggunakan kredit yang telah disetujui oleh Bank dan Perjanjian Kredit sebagai perjanjian pokok dan pengikatan jaminannya berupa barang bergerak (dengan fidusia eigendom overdraft) atau barang tidak bergerak (dengan Surat Kuasa Membebankan Hak Tangungan atau dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan). Kemudian debitor dapat menarik dana tersebut sesuai dengan jumlah kredit yang diberikan. Cara pencairan fasilitas kredit antara lain dengan cara menarik cek atau giro bilyet, dengan kuitansi, dengan dokumen-dokumen lainnya yang oleh Bank dapat diterima sebagai perintah pembayaran, atau dengan pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman nasabah.

5. Pelunasan Fasilitas Kredit

Pelunasan fasilitas kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah terhadap Bank yang berakibat hapusnya perikatan perjanjian kredit dan perikatan jaminan kredit dan untuk barang tidak bergerak, yaitu dengan diterbitkan Surat Roya untuk jaminan barang tidak bergerak yang fungsinya untuk menghapus hak tanggungan.

(52)

B. PEMBAHASAN

Penggunaan 5C Dalam Analisis Pemberian Kredit Untuk Mengurangi Resiko Kredit Macet di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Larantuka Unit Waiwerang.

Prosedur Pemberian Kredit, sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu harus melalui tahap- tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal kredit dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit sampai dengan kredit dikucurkan. Tahap-tahapan dalam memberikan kredit ini kita kenal dengan nama prosedur pemberian kredit. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak. Dalam menentukan kelayakan suatu kredit maka dalam setiap tahap selalu dilakukan penilaian yang mendalam. Apabila dalam penilaian mungkin ada kekuarangan maka pihak Bank dapat meminta kembali ke nasabah atau bahkan langsung ditolak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Unit Bapak Dominikus Dimi Lamury, dan Ibu Siti Safura, sebagai Mantri KUR pada tanggal 21 april 2014 di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Waiwerang, prosedur pemberian kredit adalah sebagai berikut:

1. Pengajuan Proposal

Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank maka tahap yang pertama pemohon kredit mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam suatu proposal. Proposal kredit harus dilampiri dengan dokumen-dokumen lainnya yang dipersyaratkan.

(53)

Yang perlu diperhatikan dalam setiap pengajuan proposal suatu kredit hendaknya yang berisi keterangan tentang :

a. Untuk Debitur Badan Hukum, Proposal memuat :

1) Riwayat perusahaan seperti riwayat hidup perusahaan, jenis bidang usaha, nama pengurus berikut latarbelakang pendidikannya, perkembangan perusahaan serta wilayah pemasaran produknya.

2) Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan pengambilan kredit. Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau untuk mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya. Kemudian juga yang perlu mendapat perhatian adalah kegunaan kredit apakah untuk modal kerja atau investasi.

3) Besarnya kredit dan jangka waktu.

4) Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau dengan cara lainnya.

5) Jaminan Kredit, yang diberikan dalam bentuk surat atau sertipikat penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan asuransi tertentu. Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti :

a) Akta Pendirian Perusahaan dan Akta-akta perubahannya.

b) Bukti Kartu Tanda Penduduk pengurus.

(54)

c) Tanda Daftar Perusahaan.

d) Nomor Pokok Wajib Pajak.

e) Neraca dan Laporan rugi laba 3 tahun terakhir.

f) Foto copy sertifikat yang dijadikan jaminan (apabila jaminan berupa tanah), Foto copy Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (apabila jaminan berupa kendaraan bermotor), Faktur/kuitansi pembelian mesin (apabila jaminan berupa mesin atau alat-alat berat).

b. Untuk Debitur perorangan, proposal memuat : 1) Riwayat hidup dari calon Debitur.

2) Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan pengambilan kredit.

3) Besarnya kredit dan jangka waktu.

4) Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari penghasilannya atau dengan cara lainnya.

5) Jaminan Kredit, yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan asuransi tertentu. Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipesyaratkan seperti :

a) Kartu Tanda Penduduk, Surat Nikah dan Kartu Keluarga Calon Debitur, Kartu Tanda Penduduk Suami/Istri calon debitur

(55)

b) Nomor Pokok Wajib Pajak.

c) Keterangan penghasilan calon debitur.

d) Foto copy sertipikat yang dijadikan jaminan (apabila jaminan berupa tanah), Foto copy Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (apabila jaminan berupa kendaraan bermotor), Faktur/kuwitansi pembelian mesin (apabila jaminan berupa mesin atau alat-alat berat).

2. Penyelidikan Berkas Pinjaman

Setelah pengajuan proposal dan berkas-berkas, tahap selanjutnya adalah penyelidikan dokumen-dokumen yang diajukan pemohon kredit.

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau belum cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

Dalam penyelidikan berkas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah membuktikan kebenaran dan keaslian dari berkas-berkas yang ada, seperti kebenaran dan keaslian Akta Notaris, Tanda Daftar Perusahaan, Kartu Tanda Penduduk dan surat-surat Jaminan seperti Sertipikat Tanah, Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor ke instansi yang berwenang mengeluarkannya. Kemudian jika asli dan benar maka pihak Bank mencoba mengkalkulasi apakah jumlah kredit yang diminta memang relevan dengan kemampuan nasabah untuk membayar.

(56)

Semua ini dengan menggunakan perhitungan terhadap angka-angka yang dilaporkan keuangan dengan berbagai risiko keuangan yang ada.

3. Penilaian Kelayakan Kredit.

Dalam penilaian layak atau tidak suatu kredit disalurkan maka perlu dilakukan suatu penilaian kredit. Penilaian kelayakan suatu kredit dapat dilakukan dengan menggunakan analisis 5 C namun untuk kredit yang lebih besar jumlahnya perlu dilakukan metode penilaian dengan studi kelayakan. Dalam studi kelayakan ini setiap aspek dinilai apakah memenuhi syarat atau tidak.. Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah :

a. Dari segi Character (watak), maka penilaiannya meliputi Riwayat hidup calon debitur, mencakup reputasi calon debitur di lingkungan bisnis/usahanya dan riwayat hubungan calon debitur dengan Bank, dimana disini hubungan dengan PT. Bank Rakyat Indonesia atau hubungan dengan Bank lain.

b. Dari segi Capacity (kemampuan), penilaiannya meliputi pengalaman dari calon Debitur dalam mengelola usahanya, termasuk sumber daya manusia yang dimilikinya.

c. Dari segi Capital (modal), penilaiannya keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan yaitu neraca dan laporan rugi dan laba 3 tahun terakhir.

d. Dari segi Collateral (jaminan), penilaian meliputi barang jaminan yang diserahkan calon debitur kepada Bank sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya.

(57)

Adapun hasil wawancara dengan Ibu Rosalia E. F, selaku Mantri I, bahwa kriteria barang jaminan yang harus diserahkan oleh calon debitur adalah : 1) Memiliki nilai yang lebih besar dari jumlah nilai fasilitas kredit.

2) Mempunyai nilai ekonomis yang lebih panjang jangka waktunya dibanding dengan jangka waktu fasilitas kredit yang diberikan.

3) Secara fisik tidak mudah rusak.

4) Dapat diperjualbelikan secara bebas dan relatif mudah dengan biaya yang relatif kecil.

5) Dapat diasuransikan.

Hasil wawancara dengan Bapak Dominikus Dimi Lamury, selaku Kepala Unit di PT. BRI (Persero) Tbk. Unit waiwerang mengenai kriteria barang jaminan dari segi hukum/yuridis, adalah sebagai berikut :

1) Benar-benar milik calon debitur atau orang/pihak ketiga yang bersedia menjaminkan kepada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Waiwerang

2) Tidak dalam kondisi dijaminkan kepada pihak lain, tidak dalam sengketa, atau disita dalam suatu kasus perkara di pengadilan.

3) Memiliki bukti kepemilikan yang sah dan masih berlaku serta telah mempunyai kekuatan hukum.

4) Dapat dilakukan pengikatan secara nyata dengan menggunakan lembaga jaminan sesuai ketentuan yang berlaku.

5) Tidak terhutang pajak.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada Gambar 5 dapat dilihat bangunan Model B (gedung 3 lantai dengan perletakan jepit) dengan 1 titik pantauan dijoin 114 yang berada di atap gedung mampu menahan gaya

Alhamdulillah berkat rahmat Allah subhanahu wa taala tugas penelitian fonologi bahasa Indonesia ya,ng telah ditawarkan oleh Pemimpin Proyek Pe· nelitian Bahasa dan Sastra

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hasil nilai penguasaan konsep dan ni- lai motivasi belajar siswa dengan uji n-Gain dan

Changed buildings not extracted by texture extraction In order to compare the methods between the proposed method and the past method, Table 6 shows the extraction results by the

Ukuran Perusahaan Klien, Tingkat Pertumbuhan Klien, Kesulitan keuangan, Pergantian Manajemen dan Opini Audit berpengaruh negatif terhadap auditor switching. Nabila (2011)

[r]

The research method in this study covers research design, unit of analysis, source of data, technique of data collection and technique of data analysis.. Based o the theo ies above,