• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegunaan penelitian ini ada dua, yakni kegunaan praktis dan kegunaan akademis. Dalam konteks kegunaan praktis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Peneliti dalam melakukan riset ilmiah. Penelitian ini diharapkan pula dapat melatih Peneliti berfikir secara kritis dan sistematis.

Sementara itu dalam konteks kegunaan akademis, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam, baik ilmu teologi, ilmu filsafat, maupun ilmu tasawuf, dengan memperkenalkan seorang filsuf Islam Klasik yang cukup terkenal ini. Penelitian ini diharapkan pula menjadi salah satu bahan dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang konsep manusia perspektif Islam.

E. BATASAN ISTILAH

Judul penelitian ini “Konsep Suhraward³ al-Maqt-l Tentang Manusia (Kajian Atas Kitab ¦ikmat al-Isyr±q)”. Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai makna judul penelitian ini, agaknya perlu dijelaskan makna-makna dari sejumlah istilah sebagaimana terdapat pada judul penelitian. Istilah-istilah dalam judul penelitian ini sangat lazim didengar oleh publik, sehingga maknanya bisa dipahami secara jelas. Akan tetapi, agar kekhawatiran tersebut tidak terjadi, sepertinya hanya dua istilah saja yang dipandang

penting untuk dijelaskan maknanya dalam bagian ini, yakni istilah “konsep” dan istilah “Manusia”.

Istilah “konsep” ini berasal dari bahasa Indonesia. Istilah ini diadaptasi dari bahasa Inggris, yakni dari kata concept. Dalam bahasa latin, istilah ini sinonim dari kata conceptus. Secara etimologi, istilah conceptus merupakan gabungan dari dua kata, yakni con, artinya ‘bersama’, dan capere, artinya ‘menangkap dan menjinakkan’. Kata conceptus diartikan sebagai ‘memahami, mengambil, menerima, dan menangkap’. Sementara secara terminologi, istilah ‘konsep’ diartikan sebagai ‘kesan mental, suatu pemikiran, ide, suatu gagasan yang mempunyai derajat konkrit yang digunakan dalam pemikiran abstrak”.161 Berdasarkan hal tersebut, istilah ‘konsep’ dalam penelitian ini pun dimaknai sebagai ‘ide’ atau ‘pemikiran’. Sebab itu, penelitian ini hendak mengkaji ide atau gagasan (konsep) Suhraward³ al-Maqt-l tentang Manusia.

Sementara itu, kata manusia bisa dipahami sebagai berikut. Dalam bahasa Inggris, kata manusia disebut man. Asal kata ini berasal dari bahasa Anglo-Saxon, yakni mann. Arti dasar kata ini tidak jelas, namun bisa dikaitkan dengan mens, yang merupakan bahasa Latin. Kata ini bermakna “ada yang berfikir”. Dalam bahasa Yunani, kata manusia disebut anthropos, namun makna dari kata ini tidak begitu jelas. Semula kata anthropos berarti “seseorang yang melihat ke atas”. Namun sekarang kata ini digunakan untuk mengartikan “wujud manusia”. Dalam bahasa Latin, kata manusia disebut pula sebagai homo yang bermakna “orang yang dilahirkan di atas bumi”. Inilah makna-makna kata manusia secara etimologi.

Secara terminologi, kata manusia diartikan sebagai satu kesatuan pikiran, kehendak, dan nafsu-nafsu. Manusia dimaknai pula sebagai kesatuan jiwa dan tubuh. Manusia pun diartikan sebagai makhluk jasmani dan

ruhani.162 Definisi-definisi ini bersifat umum, karena definisi tersebut belum bisa membedakan antara hewan dan manusia. Oleh karena itu, sejumlah pakar mendefinisikan manusia sebagai hewan berfikir (hay±wan al-n±¯iq). Definisi ini dianggap bisa membedakan antara hewan dan manusia. Hewan bukan makhluk berfikir sementara manusia itu hewan berfikir. Sementara itu, manusia disebut pula makhluk berilmu pengetahuan dan beragama. Ini sebagai konsekuensi logis dari manusia sebagai makhluk berfikir. Namun hewan sama sekali bukan makhluk berilmu pengetahuan apalagi makhluk beragama.163 Dalam penelitian ini, makna manusia dipahami dari pandangan Suhraward³ tentang manusia bahwa manusia dipahami sebagai makhluk yang terdiri atas tubuh, jiwa, dan ruh.

F. TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai pemikir Muslim yang cukup populer, tentu saja terdapat sejumlah penelitian tentang Suhraward³ al-Maqt-l. Peneliti telah melakukan penelusuran terhadap pelbagai buku dan penelitian tentang pemikiran Suhraward³ al-Maqt-l, dan hanya menemukan sejumlah penelitian, buku, dan artikel, yang memang secara khusus meneliti tentang tokoh ini, antara lain:

Muhammad Ali Abu Rayyan, U¡ul al-Falsafah al-Isyr±qiyyah ‘Inda Syihab al-D³n Suhraward³, (Beirut: D±r al-°alabat al-‘Ar±b, 1969). Buku ini membahas pokok-pokok filsafat Illuminasi Suhraward³ sembari mengemukakan analitis kritisnya terhadap sejumlah pemikirannya.

Hossein Ziai, Knowledge and Illumination: A Study of Suhraward³’s ¦ikmat al-Isyr±q, (Atlanta: Georgia Scholar Press, 1990). Edisi Indonesia, Suhrawardi dan Filsafat Iluminasi: Pencerahan Ilmu Pengetahuan, terj. Afif Ahmad dan Munir. Bandung: Zaman Wacana Mulia, 1998. Buku ini

162Ibid, h. 565.

163Lihat Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta: Konsepsi Islam

membahas konsep Suhraward³ tentang epistemologi dan komentarnya atas pandangan para filsuf Peripatetik.

Mehdi Amin Razavi. “The Significance of Suhrawardi’s Persia Sufi Writings in the Philosophy of Ilumination”, dalam Leonard Lewishon (ed.). The Heritage of Sufism: Classical Persian Sufism from It’s Origins to Rumi (700-1300), vol. I. Oxford: One World, 1993. Karya ini mengulas pandangan Suhraward³ tentang epistemologi dan ontologi filsafat Iluminasi.

Seyyed Hossein Nasr, “Syihab al-D³n Suhraward³ Maqt-l”, dalam M. M. Sharif, A History of Muslim Philosophy, Vol. 1 (Delhi: Adam Publisher & Distributors, 2001). Artikel ini mengkaji biografi Suhraward³, filsafat Illuminasi, dan perkembangan filsafat ini pasca kematian pendirinya.

Amroeni Drajat, Filsafat Illuminasi: Sebuah Kajian Terhadap Konsep Cahaya, (Jakarta: Riora Cipta, 2001). Buku ini membahas masalah konsep cahaya dalam pemikiran filsafat Illuminasi Suhraward³. Selain membahas konsep cahaya, karya ini sedikit mengulas pemikiran Suhraward³ tentang konsep ontologi, kosmologi, dan psikologi.

Mehdi Amin Razavi, Suhraward³ and the School of Illumination, (Surrey: Curzon Press, 1997). Buku ini mengkaji tentang poin-poin pemikiran Suhraward³ dan pengaruh pemikirannya terhadap perkembangan filsafat Islam.

Hossein Ziai, “Syihab al-D³n Suhraward³: Founder of the Illuminationist School”, dalam Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leamen (ed.), History of Islamic Philosophy (London-NY: Routledge, 2003). Artikel ini membahas pokok-pokok pikiran Suhraward³ tentang logika, epistemologi, dan eskatologi.

Hossein Ziai, “The Illuminationist Tradition”, dalam Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leamen (ed.), History of Islamic Philosophy (London-NY: Routledge, 2003). Artikel ini membahas perkembangan filsafat Illuminasi pasca kematian Suhraward³.

Ian Richard Netton, “Unsur-Unsur Neoplatonis Filsafat Illuminasi Suhraward³: Filsafat sebagai Tasawuf”, dalam S. H. Nasr (ed.), Warisan Sufi: Warisan Sufisme Persia Abad Pertengahan, terj. Ade Alimah, dkk (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003). Tulisan ini mengkaji tentang pengaruh pemikiran filsafat Neo-Platonis terhadap filsafat Illuminasi Suhraward³.

M. ‘Umaruddin, “Suhrawerdi Maqtul’s Philosophical Position According to the Works of His Youth” dalam M. ‘Umaruddins, Some Fundamental Aspects of Imam Ghazzali’s Thought (New Delhi: Adam Publishers & Distributors, 2005). Tulisan ini mengkaji tentang filsafat cahaya Suhraward³.

Amroeni Drajat, Suhraward³: Kritik Falsafah Paripatetik, (Yogyakarta: LkiS, 2005). Buku ini menganalisis kritik Suhraward³ terhadap pemikiran filsuf Peripatetik, baik Peripatetik Yunani maupun Peripatetik Muslim, terutama tentang konsep ontologi dan epistemologi, sembari menguraikan konsep teosofi Suhraward³ mencakup masalah metafisika, kosmologi, dan jiwa.

Selain dari penelitian, buku, dan artikel tersebut, banyak pula ditemukan buku-buku pengantar filsafat Islam yang di dalamnya memuat secara singkat tentang Suhraward³. Pelbagai buku ini memuat sejumlah biografi dan pokok-pokok pemikiran filsuf-filsuf Muslim terkemuka. Sebagai filsuf terkemuka, buku-buku sejenis ini memuat pula pokok-pokok pemikiran Suhraward³ secara umum. Semuanya sama sekali tidak mengkaji pemikiran Suhraward³ tentang manusia.

Setelah peneliti melacak sejumlah buku dan penelitian tentang pemikiran Suhraward³ al-Maqt-l, bisa dipastikan bahwa belum ada penelitian khusus tentang pemikiran Suhraward³ tentang manusia. Oleh karena itu, penelitian ini masih dianggap penting dan aktual dilakukan, serta penelitian ini diharapkan bisa mengisi kekosongan itu.