• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberi informasi secara deskriptif tentang peningkatan kemampuan membaca Alquran pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Swasta Uminda Tanakaraeng. Dan penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi bahan acuan bagi para guru sebagai pendidik, khususnya pada madrasah yang mengajarkan materi keagamaan di madrasah ibtidaiyah dan sederajat dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Alquran. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan bisa menambah khazanah ilmu pengetahuan keislaman.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori tentang Baca Tulis Alquran 1. Pengertian Baca Tulis Alquran

Mengungkap pengertian baca tulis Alquran terlebih dahulu penulis uraikan arti tiap katanya. Baca dalam arti kata majemuknya “membaca” yang penulis pahami berarti melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan yang tertulis. Kata “tulis” berarti batu atau papan batu tempat menulis (dahulu banyak dipakai oleh murid-murid sekolah), kemudian kata “tulis” ditambah akhiran “an” maka menjadi kata “tulisan” (akan lebih mengarah kepada usaha memberikan pengertian dari baca tulis Alquran) maka tulisan berarti hasil menulis.

Landasan tentang erintah Allah Swt termaktub dalam wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dalam QS. Al-Alaq (96):753 berbunyi:

Terjemahnya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

M. Quraish shihab (1992: 32), mengemukakan makna baca tulis Alquran sebagai berikut:

6

Dari kata “baca” dan “tulis” digabungkan akan membentuk sebuah kata turunan yaitu “Baca Tulis” yang berarti suatu kegiatan yang dilaksanankan secara berurutan yaitu menulis dan membaca. Kata

“Alquran” menurut bahasa artinya bacaan sedangkan menurut istilah adalah mukjizat yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw sebagai sumber hukum dan pedoman bagi pemeluk ajaran agama Islam, jika dibaca bernilai ibadah.

Pengertian dapat penulis uraikan dengan lebih terinci, bahwa Alquran adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara mutawatir dan berangsur-angsur, melalui malaikat Jibril yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas dan membacanya bernilai ibadah. Dari uraian di atas penulis dapat merumuskan suatu pengertian bahwa baca tulis Alquran adalah suatu kemampuan yang dimiliki untuk membaca dan menuliskan kitab suci Alquran.

Berangkat dari pengertian tersebut, maka terdapatlah gambaran dari pengertian baca tulis Alquran tersebut, yaitu diharapkan adanya kemampuan ganda yaitu membaca dan menulis bagi obyek yang diteliti. Sebab kemampuan tersebut berpengaruh kepada prestasi belajar bahasa Arab.

Jadi yang dikehendaki dari pengertian baca tulis Alquran tersebut adalah kemampuan ganda yakni membaca dan menulis. Maksudnya, di samping dapat membaca juga diharapkan mampu menulis dengan benar lafal dari ayat-ayat Alquran lalu bagaimana hubungan kedua kemampuan tersebut.

Untuk sementara penulis dapat mengemukakan bahwa kedua perkataan tersebut sangat erat hubungannya, karena merupakan dasar untuk membaca dengan baik adalah menulis, demikian pula sebaliknya bahwa dasar untuk menulis dengan baik adalah membaca secara teliti lebih dahulu.

Hal ini dapat kita lihat buktinya bahwa seseorang dapat membaca dengan lebih baik dan benar suatu naskah jika dia telah mengenal tulisannya atau bila dia telah mampu menulisnya. Demikian juga seseorang kadang-kadang dapat menulis dengan benar jika dia telah mampu membaca dengan lafal yang benar. Hal ini merupakan gambaran betapa erat hubungan antara membaca dan menulis.

Dalam wahyu pertama yang difirmankan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw ditegaskan bahwa perintah Allah pertama kepada manusia adalah membaca. Perintah tersebut memberikan pengertian bahwa membaca adalah kunci untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di muka bumi ini.

Membaca merupakan kewajiban individu, karena dengan membaca dapat terhindar dari kesalahan, dengan membaca akan senantiasa terbimbing untuk berbuat yang benar, berarti membaca dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk menganalisa sesuatu yang lebih jauh kedepan. Membaca adalah metode yang tepat untuk terhindar dari kesalahan, sebab dengan membaca terlebih dahulu maka akan difahami sesuatu mengenai apa, kapan, mengapa, di mana, dan bagaimana sesuatu.

Dari penjelasan di atas dapatlah diketahui luasnya pemahaman tentang membaca, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca adalah pondasi untuk memahami segala sesuatu, bukan hanya membaca tulisan, akan tetapi membaca lisan pun termasuk di dalamnya seperti mengetahui karakter seseorang dan sebagainya. Dalam bahagian pengertian ini jelaslah bahwa yang penulis maksudkan dengan baca tulis Alquran adalah bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan baca tulis Alquran objek atau sasaran penelitian, yaitu siswa Sekolah Dasar Swasta Uminda .

2. Pengertian kemampuan membaca Alquran Shihab ( 1992: 57), mengemukakan bahwa

Setiap muslim wajib mempelajari dan memahami Alquran. Untuk mempelajari dan memahaminya, maka seorang muslim harus memiliki kemampuan membaca. Karena dasar untuk mempelajari Alquran adalah kemampuan membaca dengan baik”.

Kata kemampuan berasal dari kata dasar mampu, mendapat awalan

“ke” dan akhiran “an” yang berarti kesungguhan, kecakapan, kekuatan.

Sedangkan membaca adalah usaha mendapatkan sesuatu yang ingin diketahui, mempelajari sesuatu yang yang ingin dilakukan, atau mendapatkan kesenangan dan mempelajarinya

Jadi kemampaun membaca Alquran adalah kecakapan yang dimiliki seseorang yang diperoleh dari pengalaman. Dengan demikian, kemampuan membaca Alquran merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan aktifitas belajar dalam jangka waktu tertentu.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan membaca Alquran pada siswa adalah faktor bimbingan dari guru. Guru yang berpengalaman mengajar dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan siswa dalam mempelajari seni baca Alquran. Di samping itu peran orang tua di rumah dalam mengarahkan anaknya serta adanya faktor intern berupa motivasi dari siswa yang bersangkutan untuk mampu membaca Alquran.

3. Macam-macam kemampuan membaca Alquran

Perbedaan yang berhubungan dengan kecakapan, situasi belajar, waktu yang digunakan, bimbingan guru, serta dorongan daro orang tua

menyebabkan terjadinya perbedaan kemampuan membaca Alquran itu sendiri. Macam-macam kemampuan membaca Alquran secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Kemampuan membaca lancar dan tartil.

Kata tartil merupakan suatu istilah yang digunakan oleh Allah dalam Alquran surah Al-Alaq 1-5 yang berbunyi :

Terjemahnya:”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan1. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah2. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah3. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam4. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya5.” Al-alaq (96) : 1-5.

Dan surah al-Muzamil (74); 4 yang berbunyi sebagai berikut:

Terjemahnya:

dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan. (Depag RI, 1989: 754)

Kata tartil berasal dari kata rattala, yurattilu. Jadi tartil adalah masdhar, yang berarti bacaan perlahan-lahan dengan memperhatikan tajwidnya. Dalam Rawaliy al-Bayan, tartil diartikan bacalah Alquran dengan tenang, perlahan-lahan dan jelas huruf-hurufnya, di mana pendengarnya dapat mendengarkan dengan baik srkaligus mereningkan maknanya. Membaca Alquran dengan tartil juga bermakna bacaan yang bagus, jelas huruf-hurufnya, dan bagus makhrajnya. al-Shubuny

(1997.275) Sedangkan . A. Hasan (1998: 1149). mengartikan bahwa tartil adalah membaca dengan lambat, teratur, faham, dan keras.

Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat mengemukakan bahwa, pengertian tartil yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kemampuan membaca Alquran secara perlahan-lahan dengan bacaan yang bagus, mengetahui maknanaya, jelas penyebutan huruf-hurufnya, benar makhrajnya dan orang yang mendengarkannya dengan baik serta tertarik terhadap bacaan yang didengarnya.

b. Kemampaun membaca Alquran dengan tajwid dan makhraj.

Menurut A. Hasan (2011: 21) mengemukakan bahwa

Membaca tajwid adalah bagaimana cara melafadzkan huruf yang berdiri sendiri, huruf yang dirangkaiakan dengan huruf lain, melatihlidah mengeluarkan huruf dengan makhrajnya, menempatkan panjang pendeknya bunyi sesuai kaidah membaca, mengetahui tanda-tanda berhenti dalam bacaan.

Tombak Alam (2009: 67), mengemukakan bahwa Tajwid adalah cara membaca Alquran dengan baik tan tertib menurut makhrajnya, panjang pendeknya, tebal tipisnya, berdengang atau tidaknya, irama dan nada serta tanda berhentinya.

Dari kedua pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa tajwid adalah cara melafadzkan huruf-huruf sesuai asalnya, mengengungkan bunyi-bunyinya, beat dan ringan, bedesis tidaknya, panjang pendeknya, irama dan nada serta tanda-tanda berhentinya.

Sedangkan makhraj adalah tempat keluar huruf-huruf hijaiyah.

Makhraj secara global terbagi atas dua bagian, yaitu ijmaaliy (ringkas atau global) dan tafshiliy (terinci atau mendetail). Jadi kemampuan makhraj

adalah kemampauan penyebut huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan tempat keluarnya.

c. Kemampaun membaca Alquran tetapi tidak menguasai tajwid dan tidak fasih.

Kemampaun membaca Alquran ini dikategorikan dengan kemampuan biasa karena tidak diiringi oleh kemampuan-kemampuan lainnya seperti tajwid, lagu, fasih. Kemampuan demikian dimiliki oleh mayoritas siswa dibandingkan dengan jumlah siswa yang termasuk dalam kategori lainnya.

Keterbatasan kemampuan siswa membaca tanpa tajwid dan tidak fashih dapat terjadi dan dialami oleh sebagian besar siswa. Hal ini terjadi karena kurangya bimbingan secara konfrehensif dari guru/ pembina.

d. Tidak mampu dan tertegung-tegung membaca Alquran.

Yang dimaksud dengan tidak mampu membaca Alquran adalah siswa-siswa yang sama sekali tidak mampu dan tidak dapat membaca Alquran. Sedangkan membaca tertegung-tegung adalah siswa-siswa yang memiliki kemampuan mengenal huruf-huruf hijaiyah, dapat membaca suku kata tetapi tidak mampu membaca ayat-ayat Alquran dengan lancar.

Mereka yang termasuk tidak mampu membaca Alquran dikategorikan sebagai buta aksara Alquran, sedangkam mereka yang mampu membaca Alquran dengan tertegung-tegung (tidak lancar) membaca Alquran dikategorikan melek huruf-huruf Alquran.

Siswa yang termasuk tidak mampu dan tertegung-tegung membaca Alquran dikategorikan dalam kemampuan membaca yang sangat rendah.

4. Kemampuan Dasar Baca Tulis Alquran

Kemampuan dasar baca tulis Alquran adalah kemampuan mengenal, membaca huruf-huruf hijaiyah (ayat-ayat Alquran) dengan makhraj dan tanda baca yang benar, dan mampu membedakan dan melafazkan bacaan-bacaan yang panjang dan pendek serta mampu menulis huruf-huruf hijaiyah tersebut pada posisi awal, tengah dan akhir kata apabila telah dirangkai (disambung) menjadi ayat-ayat Alquran.

Adapun huruf-huruf hijaiyah yang dimaksud dengan cara penulisannya berdasarkan posisi di awal, di tengah dan di akhir kata adalah sebagai berikut:

Huruf Sambung

Huruf Akhir Huruf Tengah Huruf Awal Huruf Dasar

1 2 3 4 5

ْٔٓ ْـ ـٔـ ـٓ ّ

Adapun tanda baca yang dimaksud dari pengertian sebelumnya adalah sebagai berikut:

B. Metode - metode Baca Tulis Alquran

Metode-metode pembelajaran baca tulis Alquran telah banyak berkembang di Indonesia sejak lama. Tiap-tiap metode dikembangkan berdasarkan karakteristiknya. Metode-metode tersebut yaitu:

1. Metode Baghdadiyah.

Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja “, berasal dari Baghdad masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti siapa penyusunnya. Dan telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air.

Secara dikdatik, materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke abstrak, dari yangmudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci ( khusus ). Secara garis besar, Qoidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkansecara utuh dalam tiap langkah.

Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema central dengan berbagai variasi.

Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak didengar ) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama. Metode inidiajarkan secara klasikal maupun privat.

Beberapa kelebihan Qoidah Baghdadiyah antara lain : a. Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.

b. 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh sebagai tema sentral.

c. Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.

d. Ketrampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri.

e. Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.

Beberapa kekurangan Qoidah baghdadiyah antara lain :

a. Qoidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah mengalami beberapa modifikasi kecil.

b. Penyajian materi terkesan menjemukan.

c. Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan pengalaman siswa.

d. Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca Alquran.

2. Metode Iqro’.

Metode Iqro’ disusun oleh Bapak As’ad Humam dan dikembangkan oleh AMM ( Angkatan Muda Masjid dan Musholla ) Yogyakarta dengan membuka TK Alquran dan TP Alquran. Metode Iqro’ semakin berkembang dan menyebarmerata di Indonesia setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Alquran dan metode Iqro’ sebagai sebagai program utama perjuangannya.Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak TK Alquran.

Sifat-siifat buku Iqro’ di antaranya bacaan langsung, CBSA, privat, modul, dan asistensi. Adapun bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’

antara lain:

a. TK Alquran b. TP Alquran

c. Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla d. Menjadi materi dalam kursus baca tulis Alquran

e. Menjadi program ekstra kurikuler sekolah f. Digunakan di majelis-majelis taklim 3. Metode Qiro’ati

Metode baca Alquran Qira’ati ditemukan K.H. Dachlan Salim Zarkasyi (w. 2001 M) dari Semarang, Jawa Tengah. Metode yang disebarkan

sejak awal 1970-an, ini memungkinkan anak-anak mempelajari Alquran secara cepat dan mudah.

K.H. Dachlan Salim yang mulai mengajar Alquran pada 1963, merasa metode baca al-Qur’an yang ada belum memadai. Misalnya metode Qa’idah Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yang dianggap metode tertua, terlalu mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan cara baca tartil (jelas dan tepat, red.)

K.H. Dachlan Salim kemudian menerbitkan enam jilid buku Pelajaran Membaca Alquran untuk TK Alquran untuk anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986. Usai merampungkan penyusunannya, K.H. Dachlan Salim berwasiat, supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Qira’ati. Tapi semua orang boleh diajar dengan metode Qira’ati. Dalam perkembangannya, sasaran metode Qiraati kian diperluas. Kini ada Qiraati untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6-12 tahun, dan untuk mahasiswa.

Secara umum metode pengajaran Qiro’ati adalah:

a. Klasikal dan privat.

b. Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri (CBSA).

c. Siswa membaca tanpa mengeja.

d. Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.

4. Metode Al Barqy

Metode al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat membaca Alquran yang paling awal. Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN

Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir Sulthon, (1965: ). Awalnya, al-Barqy diperuntukkan bagi siswa SD Islam at-Tarbiyah, Surabaya. Siswa yang belajar metode ini lebih cepat mampu membaca Alquran. Muhadjir lantas membukukan metodenya pada 1978, dengan judul Cara Cepat Mempelajari Bacaan Alquran al-Barqy.

Muhadjir Sulthon Manajemen (MSM) merupakan lembaga yang didirikan untuk membantu program pemerintah dalam hal pemberantasan buta Baca Tulis Alquran dan Membaca Huruf Latin. Berpusat di Surabaya, dan telah mempunyai cabang di beberapa kotabesar di Indonesia, Singapura &

Malaysia. Metode ini disebut ANTI LUPA karena mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf / suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru.

Penyebutan Anti Lupa itu sendiri adalah dari hasilpenelitian yang dilakukan oleh Departemen Agama RI. Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja mulai anak-anak hingga orang dewasa. Metode ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa sehingga secara langsung dapat mempermudah dan mempercepat anak / siswa belajar membaca. Waktu untuk belajar membaca Alquran menjadi semakin singkat.

Keuntungan yang di dapat dengan menggunakan metode ini adalah :

a. Bagi guru ( guru mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat mengajar dengan lebih baik, bisa menambah penghasilan di waktu luang dengan keahlian yang dipelajari).

b. Bagi Murid (Murid merasa cepat belajar sehingga tidak merasa bosan dan menambah kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan mengusainya dalam waktu singkat, hanya satu level sehingga biayanya lebih murah).

c. Bagi Sekolah (sekolah menjadi lebih terkenal karena murid-muridnya mempunyai kemampuan untuk menguasai pelajaran lebih cepat dibandingkan dengan sekolah lain).

5. Metode Tilawati.

Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari H.

Hasan Sadzili, H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-TPA, antara lain:

a. Mutu Pendidikan Kualitas santri lulusan TK/TP Alquran belum sesuai dengan target.

b. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran masih belum menciptakan suasana belajar yang kondusif. Sehingga proses belajar tidak efektif.

c. Pendanaan, yakni tidak adanya keseimbangan keuangan antara pemasukan dan pengeluaran.

d. Waktu pendidikan masih terlalu lama sehingga banyak santri drop out sebelum khatam Alquran.

e. Kelas TQA Pasca TPA TQA belum bisa terlaksana.

Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas bagi santri-santrinya, antara lain:

a. Santri mampu membaca Alquran dengan tartil.

b. Santri mampu membenarkan bacaan Alquran yang salah.

c. Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan secara kelompok 80%.

Adapun prinsip-prinsip pembelajaran Tilawati materi yang diisampaikan dengan praktis, menggunakan lagu Rost, sera menggunakan pendekatan klasikal dan individu secara seimbang.

6. Metode Iqro’ Dewasa dan Metode Iqro’ Terpadu

Kedua metode ini disusun oleh Drs. Tasrifin Karim dari Kalimantan Selatan. Iqro’ terpadu merupakan penyempurnaan dari Iqro’ Dewasa.

Kelebihan Iqro’ Terpadu dibandingkan dengan Iqro’ Dewasa antara lain bahwa Iqro’ Dewasa dengan pola 20 kali pertemuan sedangkan Iqro’ Terpadu hanya 10 kali pertemuan dan dilengkapi dengan latihan membaca dan menulis.

Kedua metode ini diperuntukkan bagi orang dewasa. Prinsip-prinsip pengajarannya seperti yang dikembangkan pada TK-TP Alquran.

7. Metode Iqro’ Klasikal

Metode ini dikembangkan oleh Tim Tadarrus AMM Yogyakarta sebagai pemampatan dari buku Iqro’ 6 jilid. Iqro’ Klasikal diperuntukkan bagi siswa SD/MI, yang diajarkan secara klasikal dan mengacu pada kurikulum sekolah formal.

8. Dirosa (Dirasah Orang Dewasa)

Dirosa merupakan sistem pembinaan islam berkelanjutan yang diawali dengan belajar baca Alquran. Panduan Baca Alquran pada Dirosa disusun tahun 2006 yang dikembangkan Wahdah Islamiyah Gowa. Panduan ini khusus orang dewasa dengan sistem klasikal 20 kali pertemuan. Buku panduan ini lahir dari sebuah proses yang panjang, dari sebuah perjalanan pengajaran

Alquran di kalangan ibu-ibu yang dialami sendiri oleh Pencetus dan Penulis buku ini. Telah terjadi proses pencarian format yang terbaik pada pengajaran Alquran di kalangan ibu-ibu selama kurang lebih 15 tahun dengan berganti-ganti metode.

Dan akhirnya ditemukanlah satu format yang sementara dianggap paling ideal, paling baik dan efektif yaitu memadukan pembelajaran baca Alquran dengan pengenalan dasar-dasar keislaman. Buku panduan belajar baca Alquran nya disusun tahun 2006. Sedangkan buku-buku penunjangnya juga yang dipakai pada santri TK-TP Alquran.

Panduan Dirosa sudah mulai berkembang di daerah-daerah, baik Sulawesi, Kalimantan maupun beberapa daerah kepulauan Maluku; yang dibawa oleh para da’i . Secara garis besar metode pengajarannya adalah Baca-Tunjuk-Simak-Ulang, yaitu pembina membacakan, peserta menunjuk tulisan, mendengarkan dengan seksama kemudian mengulangi bacaan tadi. Tehnik ini dilakukan bukan hanya bagi bacaan pembina, tetapi juga bacaan dari sesama peserta. Semakin banyak mendengar dan mengulang, semakin besar kemungkinan untuk bisa baca Alquran lebih cepat.

C. Pengertian Metode Latihan

Metode latihan adalah suatu metode mengajar dimana siswa langsung diajak menuju ketempat latihan keterampilan/ eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya. Metode latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari,

karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan.

Adapun dalil yang menjelaskan tentang metode latihan (seperti telah diuraikan dalam teori Gestalt) adalah sebagai berikut:

َُّاللّ يَّلَص ُّيِبَّنلا ُهَرَصْبَأَف ِوِمَدَق يَلَع ٍرُفُظ َعِضْوَم َكَرَتَف َأَّضَوَت ًلاُجَر َّنَأ ِباَّطَخْلا ُهْب ُرَمُع ْهَع َ اَ َف َََّلََََ ِوََْلَع

ىراخبلا هاَر يَّلَص ََُّث َعَجَرَف َكَءوُضَُ ْهِسْحَأَف ْعِجْرا Terjemahnya:

“Umar ibn Khattab meriwayatkan bahwa seorang laki-laki berwuduk lalu ia meninggalkan membasuh tumitnya selebar kuku. Hal itu dilihat oleh Nabi SAW. Lalu, beliau bersabda: Ulangilah dan perbaiki wudukmu.

Seterusnya, laki-laki itu mengulang wuduknya lalu mengerjakan salat”.

Dalam hadis diatas, Rasulullah SAW, mengajarkan cara berwuduk setelah melihat ada rukun wuduk sahabat yang tidak sempurna. Beliau menyuruh sahabat itu mengulangi wuduknya. Metode praktik langsung dan pengulangan ini sangat penting dalam pembelajaran agama Islam terutama masalah ibadah agar peserta didik mampu memahami dan melaksanakan sesuai dengan kaifiyat yang benar. Tanpa praktik dan pengulangan, ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh peserta didik tidak aplikatif dan tidak fungsional.

Kelebihan Metode Latihan serta didik memperoleh kecakapan motoris, contohnya menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat. Di antara kelebihan metode latihan adalah:

a. Peserta didik memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.

b. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. Peserta didik memperoleh keterampilan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipelajarinya.

c. Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa peserta didik yang berhasil dalam belajar telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak dikemudian hari.

d. Guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta didik saat berlangsungnya pengajaran.

d. Guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta didik saat berlangsungnya pengajaran.

Dokumen terkait