PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN MELALUI METODE LATIHAN SISWA KELAS IV
SD. UMINDA TANAKARAENG KEC. MANUJU KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Oleh
KASMAWATI SALLE Nim: K. 10519 1481 11
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1435 H/2014 M
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN MELALUI METODE LATIHAN SISWA KELAS IV
SD. UMINDA TANAKARAENG KEC. MANUJU KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memeperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
KASMAWATI SALLE Nim: K. 10519 1481 11
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1435 H/2014 M
ABSTRAK
Salle, Kasmawati. 2014. Peningkatan Kemampuan Membaca Al Qur'an Melalui Metode Latihan Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Uminda Tanakaraeng Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Abd. Rahim Razaq dan pembimbing II Muri Chalid.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan jenis penelitiannya adalah populasi dan sampel, maka untuk mengetahui hal tersebut penulis menggunakan instrumen melalui informan, observasi, wawancara, angket dan catatan dokumentasi dengan instrumen pengumpulan data menggunakan pedoman angket, pedoman dan wawancara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca Al Qur'an melalui metode latihan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Uminda Tanakaraeng kecamatan Manuju kabupaten Gowa.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ada peran signifikan metode latihan dalam meningkatkan kemampuan membaca Al Qur'an pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Uminda Tanakaraeng kecamatan Manuju kabupaten Gowa. Dalam penelitian ini ditemukan juga adanya hubungan yang erat antara penerapan metode latihan dengan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur'an. Serta didpatkan adanya tolak ukur keberhasilan siswa berupa kemampuan siswa membaca Al Qur'an berdasarkan makhraj dan tajwid yang benar.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: metode latihan mempunyai peran yang vital dalam peningkatan kemampuan baca tulis Al Qur'an siswa di Sekolah Dasar Uminda Tanakaraeng. Hal ini disebabkan keberadaan metode latihan dapat menumbuhkan semangat belajar dikalangan siswa juga menumbuhkan semangat mengajar bagi guru. Oleh karena itu perlu adanya wujud kesadaran untuk mengembangkan kedua perspektif tersebut karena program pendidikan beserta visi dan misi sekolah harus mempunyai landasan yang kuat serta metode yang tepat dalam meningkatkan prestasi siswa juga sekaligus sebagai alat ukur keberhasilan siswa di Sekolah Dasar Uminda Tanakaraeng, ada keterkaitan hubungan antara metode latihan dengan kemampuan baca tulis Al Qur'an, kemudahan untuk mencapai kemampuan siswa membaca dan menulis Al Qur'an secara fluktuatif yang diharapkan dengan mudah tercapai apabila dikembangkan dalam proses pembelajaran, serta adanya keberhasilan dan prestasi belajar dalam penerapan metode latihan di Sekolah Dasar Uminda Tanakaraeng yang dapat diukur melalui peningkatan prestasi akademik siswa berupa kemampuan membaca dan menulis Al Qur'an, adanya perubahan pola pikir dan sikap siswa kearah yang lebih baik, serta adanya komitmen dan integritas yang menyatu dalam kepribadian siswa.
Kata Kunci: Al Qur'an, metode latihan, hasil belajar
PENGESAHAN PROPOSAL
JUDUL : PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-
QURAN MELALUI METODE LATIHAN PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SWASTA UMINDA KEC. MANUJU KAB. GOWA
NAMA : KASMAWATI SALLE
STAMBUK/NIM : K. 10519 1481 11
FAK/JURUSAN : AGAMA ISLAM/ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Setelah dengan saksama memeriksa dan meneliti, maka proposal penelitian ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk dilanjutkan pada penelitian guna penyelesaian skripsi pada jurusan PAI Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar.
Makassar, …. 1434 H September 2013 M
Disetujui
Pembimbing I
Drs. Abd Rahim Rasaq, M.Pd NIDN: 0920085902
Pembimbing II
Drs. Muri Chalid, M.Pd.I NBM: 659 471
Mengetahui Ketua Jurusan PAI
Drs. Mustahidang, M.Si NBM : 638 478
PERSETUJUAN PEMBIMBING
JUDUL : PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-
QURAN MELALUI METODE LATIHAN PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SWASTA UMINDA KEC. MANUJU KAB. GOWA
NAMA : KASMAWATI SALLE
STAMBUK/NIM : K. 10519 1481 11
FAK/JURUSAN : AGAMA ISLAM/ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Setelah dengan Seksama memeriksa dan meneliti, maka proposal penelitian ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan tim penguji ujian proposal fakultas Agama Islam Unismuh Makassar.
Makassar, …. 1434 H September 2013 M
Disetujui
Pembimbing I
Drs. Abd Rahim Rasaq, M.Pd NIDN: 0920085902
Pembimbing II
Drs. Muri Chalid, M.Pd.I NBM: 659 471
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ... i
PENGESAHAN PROPOSAL ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Baca Tulis al-Quran ... 6
B. Metode Baca Tulis al-Quran ... 15
C. Pengertian Metode Latihan... 22
D. Pentingnya Metode Latihan Pembelajaran Baca Tulis al- Quran ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27
B. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 27
C. Variabel Penelitian ... 27
D. Defenisi Operasional Variabel ... 28
E. Populasi dan Sampel ... 28
F. Instrumen Penelitian ... 31
G. Teknik Pengumpulan Data ... 31
H. Teknik Analisis Data ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 35
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, maka skripsi dan gelar yang diperolah karenanya, batal secara hukum.
Makassar, 4 Zulqaidah 1435 H 30 Aguistus 2014 M
KASMAWATI SALLE
Nim: K. 105191481 11
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alquran adalah kitab Allah yang diturunkan ke dunia yang harus diyakini oleh setiap orang mukmin. Beriman kepada kitab Allah adalah salah satu rukun iman yang ke tiga. Beriman kepada Alquran harus dibuktikan dengan mempelajarinya dan mengajarkannya kepada orang lain. Mempelajari Alquran adalah kunci sukses hidup dunia dan akhirat. Dengan mempelajari Alquran maka seseorang akan mempunyai banyak pengetahuan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Mempelajari Alquran berarti belajar membunyikan huruf-hurufnya dan menulisnya. Tentunya tingkatan ini adalah tingkatan yang paling awal dan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran Alquran pada tingkatan selanjutnya.
Pada tingkatan lanjutan mungkin seseorang bisa mempelajari Ulumul Qur’an dan tafsir Alquran. Namun untuk menuju kepada tingkatan ini seseorang harus menempuh tingkatan awal yaitu membaca dan menulis Alquran.
Di antara tugas yang memerlukan keseriusan yang sangat dan kepedulian yang ekstra dari setiap pendidik adalah tugas mencari metode terbaik untuk mengajarkan Alquran kepada anak- anak, sebab mengajarkan Alquran (kepada mereka) merupakan salah satu pokok dalam ajaran Islam.
Tujuannya adalah agar mereka tumbuh sesuai dengan fitrahnya dan hati mereka pun bisa dikuasai cahaya hikmah, sebelum dikuasai hawa nafsu dengan berbagai nodanya yang terbentuk melalui kemaksiatan dan kesesatan.
1
Dengan demikian, pengajaran yang sesuai dengan dasar-dasar yang benar, akan membuat anak- anak mencintai Alquran, sekaligus memperkuat ingatan dan pemahaman mereka.
Dalam mempelajari dan memahami Alquran banyak manfaat yang diperoleh bagi yang mempelajarinya, mengingat isi kandungan Alquran yang penuh dengan petunjuk dan sekaligus menjadi kewajiban umat manusia untuk mempelajari Alquran. sebagaimana firman Allah swt dalam Q. S al-An’am (6).:155
Terjemahnya :
”Dan inilah sebuah kitab yang telah kami (Allah swt) turunkan yang diberkati, maka dari itu turutlah dan bertaqwalah kamu (kepada Allah. swt) supaya kamu diberi rahmat.”(Depag RI, 1989 : 426)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Alquran diberkahi, yang berisi berbagai petunjuk kebaikan untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu, manusia diperintahkan agar mengikuti dan mempelajari Alquran supaya diberi rahmat dan petunjuk oleh Allah swt di dunia maupun di akhirat kelak.
M. Quraish Shihab ( 1992 : 173) mengemukakan bahwa:
Untuk membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah swt dan khalifahNya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah swt, atau dengan kata lain ”untuk bertaqwa kepadaNya”.
Dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan agar berjalan secara efektif maka perlu menerapkan berbagai metode mengajar sesuai dengan tujuan, situasi
dan kondisi yang ada guna meningkatkan pembelajaran dengan baik. Berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar ditentukan oleh metode pembelajaran yang merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran.
Oleh karena itu, belajar baca tulis Alquran secara khusus memerlukan perhatian yang serius dari para guru dalam menyajiakan metode-metode belajar mengajar yang variatif. Akan tetapi, proses belajar, khususnya pada proses mempelajari, membaca, dan menulis Alquran tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan apabila tidak didukung oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan para pebelajar. Salah satu faktor yang dimaksud adalah metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Pendidik memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan peserta didik. Pendidik sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan keberhasilannya secara optimal dengan mendayagunakan komponen yang terkait daam keberhasilan pendidikan yang di dalamnya termasuk penggunaan metode yang relevan dengan situasi dan kondisi yang dialami siswa.
Menurut Mastuhu (2004: 108-109), ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara kesesuaian metode pembelajaran dengan perkembangannya yang terjadi, di antaranya:
1. Kesesuaian antara metode pembelajaran dengan materi ajar dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik, dengan budaya dan kondisi yang melingkari baik lokal maupun global, dan tujuan yang akan dicapai.
2. Kesesuaian dan kemampuan metode pembelajaran dengan tumbuh kembangnya budaya di lingkungan masyarakat pembelajar.
3. Kesesuaian antara metode belajar dengan kemampuan pebelajar dalam pembelajaran dengan baik.
Berdasarkan uraian singkat di atas penulis mengambil judul penelitian ilmiah ini
dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca & Menulis Alquran melalui Metode Latihan pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Swasta Uminda Kec.
Manuju Kab. Gowa”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang maka permasalahan pokok dari penelitian ini adalah bagaimana peranan metode latihan dalam meningkatkan kemampuan membaca Alquran pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Swasta Uminda. Dari permasalahan pokok di atas, disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara metode pelatihan dengan kemampuan membaca Alquran pada siswa kelas IV sekolah dasar swasta Uminda Tanakaraeng ?
2. Bagaimana peran metode pelatihan dalam meningkatkan kemampuan membaca Alquran pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Swasta Uminda Tanakaraeng?
3. Bagaimana Tolok ukur metode pelatihan dalam meningkatkan kemampuan membaca Alquran ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antara metode pelatihan dengan kemampuan membaca Alquran pada siswa kelas IV sekolah dasar swasta Uminda Tanakaraeng.
2. Peran metode pelatihan dapat meningkatkan kemampuan membaca Alquran pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Swasta Uminda Tanakaraeng.
3. Meningkatnya kemampuan membaca Alquran metode latihan pada siswa kelas IV sekolah dasar swasta Uminda Tanakaraeng.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberi informasi secara deskriptif tentang peningkatan kemampuan membaca Alquran pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Swasta Uminda Tanakaraeng. Dan penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi bahan acuan bagi para guru sebagai pendidik, khususnya pada madrasah yang mengajarkan materi keagamaan di madrasah ibtidaiyah dan sederajat dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Alquran. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan bisa menambah khazanah ilmu pengetahuan keislaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori tentang Baca Tulis Alquran 1. Pengertian Baca Tulis Alquran
Mengungkap pengertian baca tulis Alquran terlebih dahulu penulis uraikan arti tiap katanya. Baca dalam arti kata majemuknya “membaca” yang penulis pahami berarti melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan yang tertulis. Kata “tulis” berarti batu atau papan batu tempat menulis (dahulu banyak dipakai oleh murid-murid sekolah), kemudian kata “tulis” ditambah akhiran “an” maka menjadi kata “tulisan” (akan lebih mengarah kepada usaha memberikan pengertian dari baca tulis Alquran) maka tulisan berarti hasil menulis.
Landasan tentang erintah Allah Swt termaktub dalam wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dalam QS. Al-Alaq (96):753 berbunyi:
Terjemahnya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
M. Quraish shihab (1992: 32), mengemukakan makna baca tulis Alquran sebagai berikut:
6
Dari kata “baca” dan “tulis” digabungkan akan membentuk sebuah kata turunan yaitu “Baca Tulis” yang berarti suatu kegiatan yang dilaksanankan secara berurutan yaitu menulis dan membaca. Kata
“Alquran” menurut bahasa artinya bacaan sedangkan menurut istilah adalah mukjizat yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw sebagai sumber hukum dan pedoman bagi pemeluk ajaran agama Islam, jika dibaca bernilai ibadah.
Pengertian dapat penulis uraikan dengan lebih terinci, bahwa Alquran adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara mutawatir dan berangsur-angsur, melalui malaikat Jibril yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas dan membacanya bernilai ibadah. Dari uraian di atas penulis dapat merumuskan suatu pengertian bahwa baca tulis Alquran adalah suatu kemampuan yang dimiliki untuk membaca dan menuliskan kitab suci Alquran.
Berangkat dari pengertian tersebut, maka terdapatlah gambaran dari pengertian baca tulis Alquran tersebut, yaitu diharapkan adanya kemampuan ganda yaitu membaca dan menulis bagi obyek yang diteliti. Sebab kemampuan tersebut berpengaruh kepada prestasi belajar bahasa Arab.
Jadi yang dikehendaki dari pengertian baca tulis Alquran tersebut adalah kemampuan ganda yakni membaca dan menulis. Maksudnya, di samping dapat membaca juga diharapkan mampu menulis dengan benar lafal dari ayat-ayat Alquran lalu bagaimana hubungan kedua kemampuan tersebut.
Untuk sementara penulis dapat mengemukakan bahwa kedua perkataan tersebut sangat erat hubungannya, karena merupakan dasar untuk membaca dengan baik adalah menulis, demikian pula sebaliknya bahwa dasar untuk menulis dengan baik adalah membaca secara teliti lebih dahulu.
Hal ini dapat kita lihat buktinya bahwa seseorang dapat membaca dengan lebih baik dan benar suatu naskah jika dia telah mengenal tulisannya atau bila dia telah mampu menulisnya. Demikian juga seseorang kadang- kadang dapat menulis dengan benar jika dia telah mampu membaca dengan lafal yang benar. Hal ini merupakan gambaran betapa erat hubungan antara membaca dan menulis.
Dalam wahyu pertama yang difirmankan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw ditegaskan bahwa perintah Allah pertama kepada manusia adalah membaca. Perintah tersebut memberikan pengertian bahwa membaca adalah kunci untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di muka bumi ini.
Membaca merupakan kewajiban individu, karena dengan membaca dapat terhindar dari kesalahan, dengan membaca akan senantiasa terbimbing untuk berbuat yang benar, berarti membaca dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk menganalisa sesuatu yang lebih jauh kedepan. Membaca adalah metode yang tepat untuk terhindar dari kesalahan, sebab dengan membaca terlebih dahulu maka akan difahami sesuatu mengenai apa, kapan, mengapa, di mana, dan bagaimana sesuatu.
Dari penjelasan di atas dapatlah diketahui luasnya pemahaman tentang membaca, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca adalah pondasi untuk memahami segala sesuatu, bukan hanya membaca tulisan, akan tetapi membaca lisan pun termasuk di dalamnya seperti mengetahui karakter seseorang dan sebagainya. Dalam bahagian pengertian ini jelaslah bahwa yang penulis maksudkan dengan baca tulis Alquran adalah bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan baca tulis Alquran objek atau sasaran penelitian, yaitu siswa Sekolah Dasar Swasta Uminda .
2. Pengertian kemampuan membaca Alquran Shihab ( 1992: 57), mengemukakan bahwa
Setiap muslim wajib mempelajari dan memahami Alquran. Untuk mempelajari dan memahaminya, maka seorang muslim harus memiliki kemampuan membaca. Karena dasar untuk mempelajari Alquran adalah kemampuan membaca dengan baik”.
Kata kemampuan berasal dari kata dasar mampu, mendapat awalan
“ke” dan akhiran “an” yang berarti kesungguhan, kecakapan, kekuatan.
Sedangkan membaca adalah usaha mendapatkan sesuatu yang ingin diketahui, mempelajari sesuatu yang yang ingin dilakukan, atau mendapatkan kesenangan dan mempelajarinya
Jadi kemampaun membaca Alquran adalah kecakapan yang dimiliki seseorang yang diperoleh dari pengalaman. Dengan demikian, kemampuan membaca Alquran merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan aktifitas belajar dalam jangka waktu tertentu.
Faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan membaca Alquran pada siswa adalah faktor bimbingan dari guru. Guru yang berpengalaman mengajar dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan siswa dalam mempelajari seni baca Alquran. Di samping itu peran orang tua di rumah dalam mengarahkan anaknya serta adanya faktor intern berupa motivasi dari siswa yang bersangkutan untuk mampu membaca Alquran.
3. Macam-macam kemampuan membaca Alquran
Perbedaan yang berhubungan dengan kecakapan, situasi belajar, waktu yang digunakan, bimbingan guru, serta dorongan daro orang tua
menyebabkan terjadinya perbedaan kemampuan membaca Alquran itu sendiri. Macam-macam kemampuan membaca Alquran secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Kemampuan membaca lancar dan tartil.
Kata tartil merupakan suatu istilah yang digunakan oleh Allah dalam Alquran surah Al-Alaq 1-5 yang berbunyi :
Terjemahnya:”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan1. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah2. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah3. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam4. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya5.” Al-alaq (96) : 1-5.
Dan surah al-Muzamil (74); 4 yang berbunyi sebagai berikut:
Terjemahnya:
dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan. (Depag RI, 1989: 754)
Kata tartil berasal dari kata rattala, yurattilu. Jadi tartil adalah masdhar, yang berarti bacaan perlahan-lahan dengan memperhatikan tajwidnya. Dalam Rawaliy al-Bayan, tartil diartikan bacalah Alquran dengan tenang, perlahan-lahan dan jelas huruf-hurufnya, di mana pendengarnya dapat mendengarkan dengan baik srkaligus mereningkan maknanya. Membaca Alquran dengan tartil juga bermakna bacaan yang bagus, jelas huruf-hurufnya, dan bagus makhrajnya. al-Shubuny
(1997.275) Sedangkan . A. Hasan (1998: 1149). mengartikan bahwa tartil adalah membaca dengan lambat, teratur, faham, dan keras.
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat mengemukakan bahwa, pengertian tartil yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kemampuan membaca Alquran secara perlahan-lahan dengan bacaan yang bagus, mengetahui maknanaya, jelas penyebutan huruf-hurufnya, benar makhrajnya dan orang yang mendengarkannya dengan baik serta tertarik terhadap bacaan yang didengarnya.
b. Kemampaun membaca Alquran dengan tajwid dan makhraj.
Menurut A. Hasan (2011: 21) mengemukakan bahwa
Membaca tajwid adalah bagaimana cara melafadzkan huruf yang berdiri sendiri, huruf yang dirangkaiakan dengan huruf lain, melatihlidah mengeluarkan huruf dengan makhrajnya, menempatkan panjang pendeknya bunyi sesuai kaidah membaca, mengetahui tanda-tanda berhenti dalam bacaan.
Tombak Alam (2009: 67), mengemukakan bahwa Tajwid adalah cara membaca Alquran dengan baik tan tertib menurut makhrajnya, panjang pendeknya, tebal tipisnya, berdengang atau tidaknya, irama dan nada serta tanda berhentinya.
Dari kedua pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa tajwid adalah cara melafadzkan huruf-huruf sesuai asalnya, mengengungkan bunyi-bunyinya, beat dan ringan, bedesis tidaknya, panjang pendeknya, irama dan nada serta tanda-tanda berhentinya.
Sedangkan makhraj adalah tempat keluar huruf-huruf hijaiyah.
Makhraj secara global terbagi atas dua bagian, yaitu ijmaaliy (ringkas atau global) dan tafshiliy (terinci atau mendetail). Jadi kemampuan makhraj
adalah kemampauan penyebut huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan tempat keluarnya.
c. Kemampaun membaca Alquran tetapi tidak menguasai tajwid dan tidak fasih.
Kemampaun membaca Alquran ini dikategorikan dengan kemampuan biasa karena tidak diiringi oleh kemampuan-kemampuan lainnya seperti tajwid, lagu, fasih. Kemampuan demikian dimiliki oleh mayoritas siswa dibandingkan dengan jumlah siswa yang termasuk dalam kategori lainnya.
Keterbatasan kemampuan siswa membaca tanpa tajwid dan tidak fashih dapat terjadi dan dialami oleh sebagian besar siswa. Hal ini terjadi karena kurangya bimbingan secara konfrehensif dari guru/ pembina.
d. Tidak mampu dan tertegung-tegung membaca Alquran.
Yang dimaksud dengan tidak mampu membaca Alquran adalah siswa-siswa yang sama sekali tidak mampu dan tidak dapat membaca Alquran. Sedangkan membaca tertegung-tegung adalah siswa-siswa yang memiliki kemampuan mengenal huruf-huruf hijaiyah, dapat membaca suku kata tetapi tidak mampu membaca ayat-ayat Alquran dengan lancar.
Mereka yang termasuk tidak mampu membaca Alquran dikategorikan sebagai buta aksara Alquran, sedangkam mereka yang mampu membaca Alquran dengan tertegung-tegung (tidak lancar) membaca Alquran dikategorikan melek huruf-huruf Alquran.
Siswa yang termasuk tidak mampu dan tertegung-tegung membaca Alquran dikategorikan dalam kemampuan membaca yang sangat rendah.
4. Kemampuan Dasar Baca Tulis Alquran
Kemampuan dasar baca tulis Alquran adalah kemampuan mengenal, membaca huruf-huruf hijaiyah (ayat-ayat Alquran) dengan makhraj dan tanda baca yang benar, dan mampu membedakan dan melafazkan bacaan-bacaan yang panjang dan pendek serta mampu menulis huruf-huruf hijaiyah tersebut pada posisi awal, tengah dan akhir kata apabila telah dirangkai (disambung) menjadi ayat-ayat Alquran.
Adapun huruf-huruf hijaiyah yang dimaksud dengan cara penulisannya berdasarkan posisi di awal, di tengah dan di akhir kata adalah sebagai berikut:
Huruf Sambung
Huruf Akhir Huruf Tengah Huruf Awal Huruf Dasar
1 2 3 4 5
ااا ا ا ا ا
بب ب بـ ـب ـ ـ ب ب
تت ت تـ ـت ـ ـ ت ت
جخ ح جـ ـخ ـ ـ ح ث
ذزر ذـ ـزـ ـر د
شضص شـ ـضـ ـص س
ظغع ظـ ـغـ ـع ط
ػػػ ؼـ ؼـ ػ ػ
ؽؽؽ ؾـ ؾـ ؽ ؽ
ؿؿؿ ــ ــ ؿ ؿ
ففف قـ قـ ف ف
لن م لـ ـن ـ ـم ك
وي ى وـ ـي ـ ـى ه
ٌَ ٍ ٌـ ـَ ـ ـٍ ً
ِْ ّ ِـ ـْ ـ ـّ ُ
ٔطٓ ٔـ ـطـ ـٓ ٓ
عظظ عـ ـظـ ـظ ظ
غؼ ػ غـ ـؼ ـ ـػ ع
ؾـ ؿ ؾـ ــ ـ ـؿ ؽ
قل ك قـ ـل ـ ـ ك ف
نو ه نـ ـو ـ ـ ه م
يٌ ً يـ ـٌ ـ ـ ً ى
َِ ُ َـ ـِ ـ ـ ُ ٍ
ْٔٓ ْـ ـٔـ ـٓ ّ
ٖ٘ ٗ ٖـ ـ٘ ـ ـ ٗ ٕ
ٝٝٝ ٞـ ٞـ ٝ ٝ
ٙٙٛ ٚـ ـٜـ ـٛ ٛ
لا لالا لا ـ لا ـ لا لا
ء ء ء ء ء
يي ي يـ ـي ـ ـ ي ي
Adapun tanda baca yang dimaksud dari pengertian sebelumnya adalah sebagai berikut:
NO NAMA TANDA BACA
TANDA BACA
ARTI TANDA
BACA
KETERANGAN
01 Fathah A Fathah yaitu garis miring
kecil di atas huruf
02 Kasrah I Kasrah yaitu garis miring
kecil di bawah huruf
03 Dhammah U Dhammah yaitu seperti
wau kecil di atas huruf
04 Sukun Tanda mati Menyebut bagian awal
nama huruf
05 Tasydid Dobel tanda
mati Membanyakkan huruf mati
06 Fathah tegak AA A dibaca panjang
07 Kasrah tegak II I dibaca panjang
08 Dhammah tegak UU U dibaca panjang
09 Fathatain AN Fathatain=dua fathah =
tambah N di belakang A
10 Kasratain IN Kasratain= dua kasrah =
tambah N di belakang I
11 Dhammatain UN Dhammatain= dua
dhammah = tambah N di belakang U
12 Panjang alif ا AA A dibaca panjang 13 Panjang ya ي II I dibaca panjang 14 Panjang wau ٝ UU U dibaca panjang
B. Metode - metode Baca Tulis Alquran
Metode-metode pembelajaran baca tulis Alquran telah banyak berkembang di Indonesia sejak lama. Tiap-tiap metode dikembangkan berdasarkan karakteristiknya. Metode-metode tersebut yaitu:
1. Metode Baghdadiyah.
Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja “, berasal dari Baghdad masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti siapa penyusunnya. Dan telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air.
Secara dikdatik, materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke abstrak, dari yangmudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci ( khusus ). Secara garis besar, Qoidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkansecara utuh dalam tiap langkah.
Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema central dengan berbagai variasi.
Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak didengar ) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama. Metode inidiajarkan secara klasikal maupun privat.
Beberapa kelebihan Qoidah Baghdadiyah antara lain : a. Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.
b. 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh sebagai tema sentral.
c. Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.
d. Ketrampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri.
e. Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.
Beberapa kekurangan Qoidah baghdadiyah antara lain :
a. Qoidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah mengalami beberapa modifikasi kecil.
b. Penyajian materi terkesan menjemukan.
c. Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan pengalaman siswa.
d. Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca Alquran.
2. Metode Iqro’.
Metode Iqro’ disusun oleh Bapak As’ad Humam dan dikembangkan oleh AMM ( Angkatan Muda Masjid dan Musholla ) Yogyakarta dengan membuka TK Alquran dan TP Alquran. Metode Iqro’ semakin berkembang dan menyebarmerata di Indonesia setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Alquran dan metode Iqro’ sebagai sebagai program utama perjuangannya.Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak TK Alquran.
Sifat-siifat buku Iqro’ di antaranya bacaan langsung, CBSA, privat, modul, dan asistensi. Adapun bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’
antara lain:
a. TK Alquran b. TP Alquran
c. Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla d. Menjadi materi dalam kursus baca tulis Alquran
e. Menjadi program ekstra kurikuler sekolah f. Digunakan di majelis-majelis taklim 3. Metode Qiro’ati
Metode baca Alquran Qira’ati ditemukan K.H. Dachlan Salim Zarkasyi (w. 2001 M) dari Semarang, Jawa Tengah. Metode yang disebarkan
sejak awal 1970-an, ini memungkinkan anak-anak mempelajari Alquran secara cepat dan mudah.
K.H. Dachlan Salim yang mulai mengajar Alquran pada 1963, merasa metode baca al-Qur’an yang ada belum memadai. Misalnya metode Qa’idah Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yang dianggap metode tertua, terlalu mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan cara baca tartil (jelas dan tepat, red.)
K.H. Dachlan Salim kemudian menerbitkan enam jilid buku Pelajaran Membaca Alquran untuk TK Alquran untuk anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986. Usai merampungkan penyusunannya, K.H. Dachlan Salim berwasiat, supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Qira’ati. Tapi semua orang boleh diajar dengan metode Qira’ati. Dalam perkembangannya, sasaran metode Qiraati kian diperluas. Kini ada Qiraati untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6-12 tahun, dan untuk mahasiswa.
Secara umum metode pengajaran Qiro’ati adalah:
a. Klasikal dan privat.
b. Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri (CBSA).
c. Siswa membaca tanpa mengeja.
d. Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.
4. Metode Al Barqy
Metode al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat membaca Alquran yang paling awal. Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN
Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir Sulthon, (1965: ). Awalnya, al-Barqy diperuntukkan bagi siswa SD Islam at-Tarbiyah, Surabaya. Siswa yang belajar metode ini lebih cepat mampu membaca Alquran. Muhadjir lantas membukukan metodenya pada 1978, dengan judul Cara Cepat Mempelajari Bacaan Alquran al-Barqy.
Muhadjir Sulthon Manajemen (MSM) merupakan lembaga yang didirikan untuk membantu program pemerintah dalam hal pemberantasan buta Baca Tulis Alquran dan Membaca Huruf Latin. Berpusat di Surabaya, dan telah mempunyai cabang di beberapa kotabesar di Indonesia, Singapura &
Malaysia. Metode ini disebut ANTI LUPA karena mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf / suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru.
Penyebutan Anti Lupa itu sendiri adalah dari hasilpenelitian yang dilakukan oleh Departemen Agama RI. Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja mulai anak-anak hingga orang dewasa. Metode ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa sehingga secara langsung dapat mempermudah dan mempercepat anak / siswa belajar membaca. Waktu untuk belajar membaca Alquran menjadi semakin singkat.
Keuntungan yang di dapat dengan menggunakan metode ini adalah :
a. Bagi guru ( guru mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat mengajar dengan lebih baik, bisa menambah penghasilan di waktu luang dengan keahlian yang dipelajari).
b. Bagi Murid (Murid merasa cepat belajar sehingga tidak merasa bosan dan menambah kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan mengusainya dalam waktu singkat, hanya satu level sehingga biayanya lebih murah).
c. Bagi Sekolah (sekolah menjadi lebih terkenal karena murid-muridnya mempunyai kemampuan untuk menguasai pelajaran lebih cepat dibandingkan dengan sekolah lain).
5. Metode Tilawati.
Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari H.
Hasan Sadzili, H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-TPA, antara lain:
a. Mutu Pendidikan Kualitas santri lulusan TK/TP Alquran belum sesuai dengan target.
b. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran masih belum menciptakan suasana belajar yang kondusif. Sehingga proses belajar tidak efektif.
c. Pendanaan, yakni tidak adanya keseimbangan keuangan antara pemasukan dan pengeluaran.
d. Waktu pendidikan masih terlalu lama sehingga banyak santri drop out sebelum khatam Alquran.
e. Kelas TQA Pasca TPA TQA belum bisa terlaksana.
Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas bagi santri-santrinya, antara lain:
a. Santri mampu membaca Alquran dengan tartil.
b. Santri mampu membenarkan bacaan Alquran yang salah.
c. Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan secara kelompok 80%.
Adapun prinsip-prinsip pembelajaran Tilawati materi yang diisampaikan dengan praktis, menggunakan lagu Rost, sera menggunakan pendekatan klasikal dan individu secara seimbang.
6. Metode Iqro’ Dewasa dan Metode Iqro’ Terpadu
Kedua metode ini disusun oleh Drs. Tasrifin Karim dari Kalimantan Selatan. Iqro’ terpadu merupakan penyempurnaan dari Iqro’ Dewasa.
Kelebihan Iqro’ Terpadu dibandingkan dengan Iqro’ Dewasa antara lain bahwa Iqro’ Dewasa dengan pola 20 kali pertemuan sedangkan Iqro’ Terpadu hanya 10 kali pertemuan dan dilengkapi dengan latihan membaca dan menulis.
Kedua metode ini diperuntukkan bagi orang dewasa. Prinsip-prinsip pengajarannya seperti yang dikembangkan pada TK-TP Alquran.
7. Metode Iqro’ Klasikal
Metode ini dikembangkan oleh Tim Tadarrus AMM Yogyakarta sebagai pemampatan dari buku Iqro’ 6 jilid. Iqro’ Klasikal diperuntukkan bagi siswa SD/MI, yang diajarkan secara klasikal dan mengacu pada kurikulum sekolah formal.
8. Dirosa (Dirasah Orang Dewasa)
Dirosa merupakan sistem pembinaan islam berkelanjutan yang diawali dengan belajar baca Alquran. Panduan Baca Alquran pada Dirosa disusun tahun 2006 yang dikembangkan Wahdah Islamiyah Gowa. Panduan ini khusus orang dewasa dengan sistem klasikal 20 kali pertemuan. Buku panduan ini lahir dari sebuah proses yang panjang, dari sebuah perjalanan pengajaran
Alquran di kalangan ibu-ibu yang dialami sendiri oleh Pencetus dan Penulis buku ini. Telah terjadi proses pencarian format yang terbaik pada pengajaran Alquran di kalangan ibu-ibu selama kurang lebih 15 tahun dengan berganti- ganti metode.
Dan akhirnya ditemukanlah satu format yang sementara dianggap paling ideal, paling baik dan efektif yaitu memadukan pembelajaran baca Alquran dengan pengenalan dasar-dasar keislaman. Buku panduan belajar baca Alquran nya disusun tahun 2006. Sedangkan buku-buku penunjangnya juga yang dipakai pada santri TK-TP Alquran.
Panduan Dirosa sudah mulai berkembang di daerah-daerah, baik Sulawesi, Kalimantan maupun beberapa daerah kepulauan Maluku; yang dibawa oleh para da’i . Secara garis besar metode pengajarannya adalah Baca- Tunjuk-Simak-Ulang, yaitu pembina membacakan, peserta menunjuk tulisan, mendengarkan dengan seksama kemudian mengulangi bacaan tadi. Tehnik ini dilakukan bukan hanya bagi bacaan pembina, tetapi juga bacaan dari sesama peserta. Semakin banyak mendengar dan mengulang, semakin besar kemungkinan untuk bisa baca Alquran lebih cepat.
C. Pengertian Metode Latihan
Metode latihan adalah suatu metode mengajar dimana siswa langsung diajak menuju ketempat latihan keterampilan/ eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya. Metode latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari,
karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan.
Adapun dalil yang menjelaskan tentang metode latihan (seperti telah diuraikan dalam teori Gestalt) adalah sebagai berikut:
َُّاللّ يَّلَص ُّيِبَّنلا ُهَرَصْبَأَف ِوِمَدَق يَلَع ٍرُفُظ َعِضْوَم َكَرَتَف َأَّضَوَت ًلاُجَر َّنَأ ِباَّطَخْلا ُهْب ُرَمُع ْهَع َ اَ َف َََّلََََ ِوََْلَع
ىراخبلا هاَر يَّلَص ََُّث َعَجَرَف َكَءوُضَُ ْهِسْحَأَف ْعِجْرا Terjemahnya:
“Umar ibn Khattab meriwayatkan bahwa seorang laki-laki berwuduk lalu ia meninggalkan membasuh tumitnya selebar kuku. Hal itu dilihat oleh Nabi SAW. Lalu, beliau bersabda: Ulangilah dan perbaiki wudukmu.
Seterusnya, laki-laki itu mengulang wuduknya lalu mengerjakan salat”.
Dalam hadis diatas, Rasulullah SAW, mengajarkan cara berwuduk setelah melihat ada rukun wuduk sahabat yang tidak sempurna. Beliau menyuruh sahabat itu mengulangi wuduknya. Metode praktik langsung dan pengulangan ini sangat penting dalam pembelajaran agama Islam terutama masalah ibadah agar peserta didik mampu memahami dan melaksanakan sesuai dengan kaifiyat yang benar. Tanpa praktik dan pengulangan, ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh peserta didik tidak aplikatif dan tidak fungsional.
Kelebihan Metode Latihan serta didik memperoleh kecakapan motoris, contohnya menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat. Di antara kelebihan metode latihan adalah:
a. Peserta didik memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
b. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. Peserta didik memperoleh keterampilan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipelajarinya.
c. Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa peserta didik yang berhasil dalam belajar telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak dikemudian hari.
d. Guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta didik saat berlangsungnya pengajaran.
Namun tidak dapat dipungkiri pula tentang adanya kelemahan metode latihan di antaranya:
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal. Dimana peserta didik dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan yang berkenaan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berfikir secara logis.
c. Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah peserta didik melakukan sesuatu secara mekanis, dalam dalam memberikan stimulus peserta didik bertindak secara otomatis.
d. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, dimana peserta didik menyelesaikan tugas secara statis sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru.
Maka untuk mengatasi kelemahan tersebut perlu dilakukan langkah- langkah sebagai berikut:
a. Metode ini hendaknya digunakan untuk melatih hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan grafik, kesenian dan sebagainya.
b. Sebelum latihan dimulai, pelajar hendaknya diberi pengertian yang mendalam tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi apa saja yang harus dikuasai.
c. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. Kalau pada latihan pertama, pelajar tidak berhasil, maka guru harus mengadakan perbaikan, lalu penyempurnaan.
d. Latihan harus menarik minat dan menyenangkan serta menjauhkan dari hal- hal yang bersifat keterpaksaan.
e. Sifat latihan, yang pertama bersifat ketepatan dan yang kedua bersifat kecepatan, kedua hal tersebut harus dimiliki oleh peserta didik agar mampu mengatasi hal-hal yang dianggap lemah didalamnya.
D. Pentingnya Metode Latihan Pembelajaran Baca Tulis Alquran.
Dalam mempelajari Alquran, untuk mendapatkan penguasaan yang sempurna bagi peserta didik maka tidak dapat dipisahkan dengan proses pemberian latihan secara terpadu dan komprehensif bagi siswa/ warga belajar.
Penekanan-penekanan penting dalam memberikan latihan kepada siswa harus difokuskan pada:
1. Latihan membaca huruf hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf. Sama seperti jika kita hendak belajar membaca bahasa indonesia. Karena jika siswa mengetahui dan bisa membaca 28 huruf hijaiyyah dengan benar, hal ini merupakan modal utama siswa untuk bisa membaca Alquran, karena isi Alquran adalah bacaan yang di dalamnya tersusun dari 28 huruf hijaiyyah.
2. Setelah faham dan mampu membaca huruf hijaiyyah dengan fasih, tahapan selanjutnya adalah latihan mengenali tanda baca, yaitu, fathah, kasrah, dan dhommah. Sama seperti belajar berbahasa indonesia, tiga tanda baca yang
disebutkan tadi mirip halnya dengan huruf vokal yang ada di bahasa indonesia.
3. Latihan menguasai atau paling tidak mengetahui mengenai isyarat baca di dalam Alquran. didalam tata cara membaca Alquran ada banyak isyarat tanda baca, seperti, Mad Arid Lissukun, Mad Wajib Muttasil, dll. Isyarat baca ini memang tidak sering muncul di dalam Alquran, frekuensi kemunculannya sedikit, namun hal ini penting diperhatikan dan dipelajari karena jika tidak kita belum bisa dikatakan fasih membaca Alquran kalau tidak memperhatikan isyarat baca ini.
4. Latihan yang ke-4 adalah latihan menguasai teknik membaca Alquran, seperti Idgham, Qalqolah, dll. Idgham adalah teknik membaca dengung, seperti halnya jika ada huruf hijaiyyah “nun” bertemu dengan “Mim”. Jika kita menemukan kalimat ini maka teknik membacanya harus dengung, dapat juga dikatakan Idgham Miimi.
5. Latihan terakhir adalah “praktek”. Seseorang tidak akan bisa membaca Alquran dengan fasih jika tidak pernah mempraktekkannya. Bacalah
Alquran secara rutin, sebelum waktu masuk subuh atau setelah maghrib adalah waktu yang bagus untuk membaca Alquran. Perlu diingat, jika kita masih belum fasih dalam membaca Alquran, ada baiknya jika ada yang membimbing anda selama kita membaca Alquran, agar jika ada kesalahan baca pendamping anda bisa membetulkan dan kita bisa langsung memperbaiki kesalahannya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersipat kualitatif dengan metode analisis deskritif tang bertujuan memberikan gambaransecara sederhana tentang peningkatan kemampuan membaca Alquran pada siswa Sekolah Dasar Swasta Uminda Tanakaraeng melalui metode latihan.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Sekolah Dasar Swasta Uminda Tanakaraeng terletak di kecamatan Manuju kabupaten Gowa yang menjadi objek penelitian penulis dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Sekolah ini merupakan sebagian kecil dari sekolah dasar yang berstatus swasta yang memberikan layanan pendidikan dasar kepada masyarakat.
2. Lokasi penelitian yang mudah dijangkau oleh penulis sehingga memungkinkan untuk dilakukannya penelitian secara maksimal.
C. Variabel Penelitian
Dari judul penelitian penulis “Peningkatan kemampuan membaca Alquran melalui metode latihan pada siswa kelas IV sekolah dasar swasta Uminda kec. Manuju kab. Gowa” maka yang menjadi variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan membaca Alquran pada siswa kelas IV di SD. Swasta Uminda Tanakaraeng sebagai variabel terikat.
27
2. Metode latihan dalam pembelajaran baca Alquran di SD. Swasta Uminda Tanakaraeng sebagai variabel bebas.
D. Definisi Operasional
Untuk memberikan pemahaman lebih jauh maka peneliti menguraikan defenisi operasional yang mengacu pada item penelitian sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan membaca Alquran adalah proses perpindahan dari keadaan rendah ke tingkat yang lebih tinggi, dari keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik dalam rangka menambah kecakapan yang dimiliki seseorang yang diperoleh dari pengalaman.
2. Metode latihan adalah cara atau langkah yang ditempuh untuk mendapatkan sesuatu melalui proses pembimbingan kepada peserta didik melalui kegiatan yang berulang-ulang/ pembiasaan.
Dari defenisi operasional di atas dapat diartikan secara umum bahwa
"Peningkatan Kemampuan Membaca Alquran Melalui Metode Latihan pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Uminda Tanakaraeng Kecamatan Manuju kabupaten Gowa” adalah usaha yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan membaca Alquran pada obyek penelitian yakni siswa kelas IV di sekolah dasar swasta Uminda dengan menggunakan metode latihan/ pembiasaan kepada siswa.
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Setiap kegiatan tidak terlepas dari keadaan subyek yang hendak dijadi-
kan sumber data tersebut tergantung pada masalah yang diteliti serta hipotesis yang diuji kebenarannya.
Untuk mengantar penulis kepada suatu permasalahan tehadap suatu obyek populasi peneliti dalam skripsi ini, terlebih penulis memberikan pengertian populasi berdasarkan rumusan para pakar sebagai berikut:
Surasmi, Arikunto mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Sedangkan populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Suharsimi Arikunto (1991: 81). Kemudian Nana Sudjana (1999: 120) memberikan defenisi tentang populasi yang berarti totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun kualitas daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Dari pengertian lain juga dikemukakan oleh Hermin warsito (1992: 87) bahwa populasi adalah kumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian dari elemen populasi itu merupakan suatu analisis atau peristiwa.
Dari pengertian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan dari sumber data yang menjadi obyek penelitian yang diperlukan mangenai sesuatu yang ada hubungannya dengan penelitian baik berupa benda, kejadian, manusia, nilai dan sebagainya.
Berdasarkan penelitian ini, maka populasi dalam penelitian ini adalah semua semua siswa kelas IV Sekolah Dasar Swasta Uminda Tanakaraeng beserta guru pendidikan agama Islam yang mengajarkan materi baca tulis Alquran. Oleh karena itu sehubungan dengan penelitian ini, maka kelompok
individu yang menjadi populasi penelitian ini adalah keseluruhan peserta didik yang ada di sekolah dasar swasta Uminda Tanakaraeng kecamatan Manuju yang duduk di bangku kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang.
TABLE 3.1
Jumlah Populasi Siswa Kelas IV SD. Swasta Uminda Tanakaraeng Tahun 2012/2013
No Jenis Kelamin Jumlah Siswa
1 2
Laki-Laki Perempuan
8 Orang 12 Orang
Jumlah 20 Orang
Sumber Data: SD. Swasta Uminda Tanakaraeng Desa Tanakaraeng Kec.
Manuju 2. Sampel
Dalam menentukan besar kecilnya sampel yang diambil, dari berbagai literatur yang ada tidak ditentukan ketentuan mutlak suatu sampel. Pada umumnya dalam penelitian untuk menentukan besar kecilnya sampel yang akan diambil hanya atas dasar pertimbangan praktis dalam hal ini didasarkan bahwa peneliti mempunyai keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga serta kemampuan, sekaligus luasnya wilayah penyabaran populasi.
Untuk memperjelas pengertian sampel akan dikemukakan bebrapa pengertian sebagai berikut:
Suharsimi Arikunto, (1999: 109), mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Berdasarkan dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari obyek pendidikan yang akan diteliti mewakili populasi sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan.
Karena populasi dalam penelitian ini jumlahnya sedikit, maka penulis menggunakan semua populasi sebagai sampel pula. Dengan demikian yang menjadi sampel adalah keseluruhan siswa di kelas IV Sekolah Dasar Swasta Uminda Tanakaraeng kecamatan Manuju tahun ajaran 2012/2013.
Tabel 3.2.
Jumlah Sampel Siswa Kelas IV SD. Swasta Uminda Tanakaraeng Desa Tanakaraeng Kec. Manuju TahunAjaran 2012/2013
No Jenis Kelamin Jumlah Siswa
1 Laki-laki 18 Orang
2 Perempuan 12 Oramg
Jumlah 20 Orang
Sumber Data: SD. Swasta Swasta Uminda Tanakaraeng Desa Tanakaraeng Kec. Manuju
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu unsure yang sangat penting dalam penelitian karena berfungsi sebagai alat bantu agar kegiatan penelitian berjalan secara sistimatis dan terstruktur. Oleh karena itu untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang akan diteliti maka instrument penelitian yang dianggap tepat untuk digunakan adalah pedoman wawancara dan angket.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam upaya mengakuratkan data penelitian, penulis menggunakan instrumen pengumpulan data. Instrumen ini berfungsi sebagai alat atau sarana untuk memperoleh data dan informasi yang dapat dipertanggung jawabkankebenarannya. Instrumen pengumpulan data yang penulis maksudkan adalah alat untuk menyatakan kebenaran dan persentase dalam bentuk data kuantitatif.
Dalam mengadakan penelitian di Sekolah Dasar Swasta Uminda, penulis menggunakan instrumen pengumpulan data dalam bentuk observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Untuk mengumpulkan data di lapangan, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek pelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian- kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden kecil.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
3. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.
4. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian melalui dokumen-dokumen data yang relevan penelitian. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan dua sumber yaitu:
a. Data primer, data yang dilumpulkan melalui wawancara dipergunakan untuk memperoleh imformasi dari siswa dan pembina mengenai peranan metode latihan dalam meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Swasta Uminda .
b. Data sekunder, data yang diperoleh melalui referensi, dokumen, arsip-arsip yang ada di kantor Sekolah Dasar Swasta Uminda yang dianggap penting.
H. Teknik Analisis Data
Setelah penulis mengadakan penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, maka selanjutnya data tersebut diorganisir berdasarkan jenis data serta karakteristiknya, kemudian diolah dengan menganalisis data atau informasi yang diperoleh dilapangan dengan cara sebagai berikut:
1. Tekhnik Analisis kuantitatif
Penelitian ini menggunakan data dalam bentuk deskriptif kuantitatif, yakni data yang berupa angka-angka yang diperoleh dilapangan diolah dan dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = 100 N
F %
Dimana :
P = Angka persentase F = Frekuensi jawaban
N = Jumlah responden. Sudjana (2003 :49) 2. Tekhnik Analisis Kualitatif
Margono, (1997: 107), mengemukakan bahwa teknik kualitatif adalah cara atau prosedur analisis data yang bersifat monografis atau berwujud kasus-
kasus untuk menemukan kebenaran atau pengetahuan. Deskriftif kualitatif digunakan untuk mengolah dan menganalisis data yang berupa kata-kata atau kalimat yang diperoleh di lapangan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang ada dalam penelitian ini untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data kuntitatif.
Di dalam mengelolah data ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode induktif yakni penulis menganalisis data dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian menarik kesimpulan umum.
b. Metode deduktif, yakni menganalisis permasalahan dari hal-hal yang bersifat umum kemudian menarik kesimpulan khusus.
c. Metode komparatif yakni penulis mengembangkan/mengemukakan beberapa masalah atau fakta, kemudian membandingkan antara satu dengan yang lainnya untuk mencari hubungan, persamaan serta perbedaan sehingga diambil kesimpulan yang dianggap baik dan representatif.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Swasta Uminda Tanakaraeng terletak di Desa tanah Karaeng kecamatan Manuju kabupaten Gowa dengan jarak sekitar 4 km dari ibukota kecamatan.
Sekolah Dasar ini didirikan pada tahun 2008 oleh keluarga besar K.H.Jamaluddin Amien.
Sekolah dasar Swasta Uminda Tanakaraeng adalah salah satu lembaga pendidikan dasar swasta yang ada di desa Tanakaraeng kecamatan Manuju dengan posisi yang starategis karena lokasinya yang relatif berjauhan dengan sekolah dasar lainnya, maka seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, sekolah dasar ini mempunyai peranan penting dalam memberi bekal pendidikan dan dakwa kepada masyarakat di sekitarnya. Sekolah dasar swasta Uminda Tanakaraeng mempunyai infastruktur yang terdiri dari bangunan fisik gedung enam (6) lokal kelas, ruang perpustakaan dan kantor.
Sekolah Dasar Swasta Uminda Tanakaraeng memiliki 8 pembina yang kebanyakan tenaga Pembina di dalam masih berstatus guru tetap yayasan dan tenaga honorer. Pembina Sekolah Dasar Swasta Uminda tersebut sebagaimana tergambar dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1.
Tenaga Pembina Sekolah Dasar Swasta Uminda
No Nama Pembina Jabatan Alamat
1. Sudirman,S.Pd.M.Pd Kepala Sekolah Sungguminasa
2. Abd.Hafid.S.Pd Guru kelas Makassar
3. Kasmawati.A.Ma Guru kelas Bissoloro
4. Arwati, S.Pd Guru kelas Tokka
5. Kartini.A.Ma Guru kelas Tokka
35
6. Nurhidayati,A.Ma Guru kelas Tokka
7. Rosminah.S.Pd Guru kelas Lemoa
8. Agustina,S.Ag Guru PAI Batunapara
Sumber: Data sekolah dasar Swasta Uminda Tanakaraeng Desa Tanakaraeng Kec.
Manuju 2013
Dalam menjalankan aktifitas mengajar di sekolah dasa, untuk menjamin kelancaran proses belajar mengajar maka dalam setiap tingkatan kelas ditangani langsung oleh seorang wali kelas. Wali-wali kelas tersebut bertanggungjawab menjalankan administrasi dan pembinaan di kelasnya masing-masing.Tugas wali kelas secara langsung membina perkembangan peserta didiknya setiap hah pada jam sekolah. Hal ini dimungkingkan adanya siswa yang tidak mengikuti pelajaran dengan maksimal.Tabel di bawah ini memberi gambaran imformasi tentang wali kelas di sekolah dasar Swasta Uminda untuk tahun pelajaran 2013/2014.
Tabel. 4.2.
Guru/wali kelas Sekolah Dasar Swasta Uminda
No. Nama Pembina Jabatan
1 Rosmina, S.Pd Wali kelas I
2 Kartini, A.Ma Wali kelas II
3 Nurhidayati, A.Ma Wali kelas III
4 Arwati, S.Pd Wali kelas IV
5 Kasmawati, A.Ma Wali kelas V
6 Abd. Hafid, S.Pd Wali kelas VI Sumber: Data sekolah dasar swasta UmindaTanakaraeng
Desa Tanakaraeng Kec. Manuju 2013
Untuk mendukung profesionalisme guru serta menjamin mutu peserta didik di sekolah dasar, dalam proses belajar mengajar mulai dari kelas I sampai kelas VI pada mata pelajaran tertentu bidang studi tersebut tidak diajarkan oleh wali kelasnya.
setiap kata dan tindakan, hams mempunyai makna dalam pembangunan karakter dan kecerdasang apabila hakekak ajaran itu diinterpretasikan dengan kebutuhan pembangunan dalam kontes kekinian dalam aplikasi utuh dan menyeluruh.
Metode latihan menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan cara belajar yang berfokus pada hubungan yang dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dan keranka untuk belajar yang diinterpertasi kedalam dunia pendidikan, ekonomi atau politik dalam suatu kerangka pembangunan untuk dijadikan landasan pendorong dan pengarah ketangguhan pribadi dalam peninkatan prestasi.
Metode latihan menawarkan suatu sintesis dari hal-hal yang kita butuhkan sebagai cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha pengajaran melalui usaha melalui perkembangan hubungan pengubahan belajar dan penyempurnaan hasil belajar.
Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, Sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses belajar selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan. Diperlukan adanya usaha nyata demi tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia ke arah yang lebih baik. dengan kata lain bahwa pemberdayaan potensi belajar siswa perlu dimaksimalkan.
pemahaman, wawasan, penerapan metode yang mengadopsi metode latihan membaca dan menulis Al-quran. Pertanyaan penulis berfokus pada pengetahuan dan dan sumber informasi yang didapatkan oleh guru tentang metode latihan dalam mempelajari baca tulis Al-quran. Hasil wawancara penulis tergambar pernyataan guru Sekolah Dasar berikut ini:
Agustina (guru PAI) mengemukakan bahwa dalam pelaksaan proses belajar mengajar khususnya dalam mengajarkan anak-anak membaca Al-quran dengan metode latihan. Menurutnya metode latihan sangat efektif karena dengan metode ini dapat langsung menyentuh kepentingan siswa dalam belajar. Dari penerapan metode latihan dengan menggunakan metode IQRA sebanyak 16 orang siswa (80%) dapat meningkat kemampuan membacanya dengan sangat pesat, sementara 4 orang sisanya (20%) mengalami peningkatan sedang dan butuh pengulangan beberapa kali latihan. (Wawancara pada tanggal 21 Oktober 2013 di SD Swasta Uminda Tanakaraeng)
Pemberdayaan potensi belajar siswa sesungguhnya diharapkan melahirkan perubahan. Kemampuan untuk berubah inilah yang merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Kemampuan untuk berubah dari individu siswa secara khusus merupakan tali perekat untuk memfungsikan dan mendayagunakan kemampuan dasar belajar ke arah kebebasan dari kemandekan fungsi sebagai cikal bakal" khalifah di bumi" di mana ia dapat bebas mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting dalam aktivitas belajarnya.
meningkatkan nilai, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan harga diri, dan melanjutkan penggunaan keterampilan.
Potensi belajar siswa khususnya pada belajar baca tulis Al-quran dalam perspektif keagamaan, dapat dikemukakan bahwa belajar kewajiban bag! setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya menuju kepada fluktuasi iman. Peningkatan taraf hidup dan proses perubahan yang signifikan ke arah yang lebih baik. Kecerdasan spiritual atau spiritual quotient yang tertuang dalam ajaran Islam dikukuhkan oleh Allah sebagai suatu jaminan eksistensi hidup manusia.
Lebih jelasnya dalam Alquran surah al-Mujadilah {58}: 11
Terjemahnya :
"Niscaya Allah akan meningglkan beberapa derajat kepada orang-orang beriman dan berilmu". (Depag Rl: 2011)
Ilmu dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntunan zaman dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dengan demikian bahwa metode latihan dalam mempelajari Alquran secara khusus memiliki peranan penting dalam pemberdayaan potensi belajar siswa. Dari adanya pengajaran dan pembelajaran yang menarik akan membawa motivasi tertinggi bagi seorang siswa untuk tampil dengan pemberdayaan potensi dirinya sebagai insan pilihan Allah untuk menebar maslahat di persada bumi dengan kemurniaan dan ketulusan nuraninya.
motivasi belajar siswa. Kesadaran seseorang siswa bahwa pemberdayaan potensi belajar siswa yang idealnya ditandai munculnya semangat dan motivasi baru yang positif.. Umumnya siswa mengalami penigkatan motivasi dan minat belajar melalui metode IQRA yang kami Pembina terapkan pada pelajaran membaca Alquran. Siswa yang dibekali oleh motivasi tulus dalam belajar sebagai buah penempatan kecerdasan emosi dalam belajar, sebagai pengantar untuk mengarahkan potensi belajar siswa tersalurkan ke sisi hidup yang positif. Metode latihan ternyata mutlak dibutuhkan dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Alquran. (Wawancara pada tanggal 24 Oktober 2013 di SD Swasta Uminda Tanakaraeng)
Dalam mengembang visi dan misi pendidikan yang berciri khas pendidikan agama Islam, lebih jauh dijelaskan oleh salah seorang pembina Sekolah Dasar mengemukakan bahwa Sekolah Dasar Swasta Uminda Tanakaraeng Desa Tanakaraeng Kec. Manuju Kab. Gowa sebagai suatu lembaga pendidikan yang bernaung di bawah kementerian pendidikan dan kebudayaan dalam mengembangkan visi dan misinya tidak terlepas dari nilai-nilai luhur agama yang tertuang dalam Alquran dan Hadits Rasulullah saw, yang merupakan titik tolak utama dalam mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Sebagai lembaga pendidikan yang bernuansa Islam, maka dalam mengembangkan pendidikan kepada masyarakat luas.
Menurut Sudirman, urgensi penerapan metode latihan di Sekolah Dasar Swasta Uminda juga memberikan dukungan dan motivasi yang dapat
sumber daya manusia yang handal di bidang keagamaan, melalui pembalajaran Al-quran menciptakan manusia yang memiliki Iman yang kokoh dengan memberikan pemahaman terhadap Alquran pada anak. (Wawancara pada tanggal 4 November 2013 di SD Swasta Uminda Tanakaraeng)
Dapat disimpulkan bahwa adanya sinergi metode latihan belajar baca tulis Al-quran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis Al-quran. Maka perlu kolaborasi kecerdasan siswa yang bersipat praktikal yang dapat memberdayakan potensi belajar siswa dalam membentuk siswa yang berjiwa paripurna dalam meningkatkan puncak prestasinya.
C. Hubungan Metode Latihan dengan Kemampuan baca tulis Al-quran di SD Uminda Tanakaraeng
Belajar hendaknya menjadi prioritas dengan suatu motivasi prestasi belajar bagi siswa. Prestasi belajar dalam tujuan jangka pendek dan juga tidak mengabaikan tujuan jangka panjangnya. Metode latihan baca tulis Alquran hendaknya mampu mengantarkan siswa pada kemampuan baca tulis Alquran.
depan yakni belajar dengan mengantisipasi masa realitas.
Dalam era globlisasi diperlukan adanya metode yang dapat mengantarkan siswa pada kemampuan praktis yang mengacu pada reorientasi pendidikan sebagai adaptasi terhadap perubahan-perubahan yang kian kompleks.
Perlu adanya keterbukaan dan kelenturan dalam pimikiran serta kemampuan memecahkan masalah-masalah non-rutin secara kreatif dan kritis. Dalam hal ini kemampuan baca tulis Alquran, Khusus dalam term penelitian ini di Sekolah
latihan dalam pencapaian kemampuan baca tulis Al-quran para siswa.
Kemampuan baca tulis Alquran dapat tercapai dengan mudah apabila ada singkronisasi antara penerapan metode yang tepat dalam hal ini metode latihan dalam pengajaran yang menyenangkan bagi siswa. Karena adanya keterkaitan dan hubungan yang erat antara keduanya, maka satu di antara dua hal tersebut tidak bisa dipisahkan.
Perlu disadari bahwa hubungan metode latihan dengan kemampuan baca tulis Alquran bila tidak diseimbangkan atau dihilangkan salah satunya. Hal ini akan memunculkan kemungkinan bila tidak ada keseimbangan akan berpengaruh dengan penurunan prestasi anak didik karena mereka akan merasa jenuh dalam penerimaan mata pelajaran dari dari guru sebagai tenaga pendidik. Boleh jadi bila hal ini tidak ditangani akan merupakan penyia-nyiaan potensi intelektual yang unggul.
Sekolah Dasar Swasta Uminda Tanakaraeng sebagai lembaga pendidikan formal yang dalam aplikasi proses belajar mengajar sering mengadopsi penerapan sistim metode latihan hams menampilkan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan baca tulis Alquran bagi peserta didik. Tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program pengajaran adalah sebuah academic performance yang melahirkan prestasi atau nilai unggul di dalamnya.
Peningkatan prestasi belajar diaktualisasikan melalui berbagai ciri, perwujudan jenis-jenis belajar dan pendekatan serta metode belajar yang menyertainya karateristik manipestasi dan pendekatan serta jenis-jenis belajar inilah yang dapat mengantarkan kemampuan baca tulis Alquran secara menyelumh. Karateristik perilaku belajar dalam perspektif metode latihan hams
1. Perubahan Intensional yang meliputi aktualisasi pengalaman praktek secara sengaja ke arah yang lebih baik. Hal ini tercermin dalam perubahan diri siswa yang didasari berupa penambahan pengetahuan kebiasaan, sikap dan keterampilan.
2. Perubahan positif dan aktif yakni perubahan bersifat positif atau bermanfaat, tercapainya hal-hal bam secara maksimal dan berlangsung tidak statis tapi ideal melalui usaha siswa.
3. Perubahan epektif dan fungsional, yang berhasil guna serta bermanfaat baik kepada siswa yang bersangkutan maupun kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Perwujudan belajar melalui metode latihan secara nyata nampak dalam perubahan kebiasaan berupa pemanfaatan perilaku yang baik secara berulang- ulang dan kecenderungan untuk mengurangi kebiasaan yang kurang baik.
Perubahan keterampilan juga berupa kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku kompleks dan tersusun rapi dari siswa. Selanjutnya ialah adanya perubahan sikap, perilaku afektif cara berpikir rasional yang mengantar pada nuansa positif bagi kepribadian siswa.
Sejalan dengan kebutuhan belajar siswa dalam metode latihan untuk peningkatan prestasinya. Beberapa ragam belajar yang dapat dilakukan oleh siswa di antaranya ialah belajar kebiasaan untuk mendapatkan kebiasaan baru atau penyempumaan sifat dan pemahaman juga bisa dapat dimanfaatkan belajar pengetahuan untuk melakukan penelitian langsung tentang suatu obyek ilmu. Sedangkan belajar keterampilan, sosial