• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

1. Mendapatkan pengetahuan dan praktik dalam proses penelitian tentang pengelolaan keuangan Desa.

2. Mendapatkan pemahaman dan pengetahuan tentang peran perangkat desa dalam mengelola keuangan desa sesuai Permendagri Nomor 113 Tahun 2014.

b. Bagi Instansi Terkait Penelitian

Dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi Pemerintah Desa, Kabupaten, dan Pemerintah Pusat dalam mengelola keuangan desa termasuk Dana Desa sesuai Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 khususnya dalam asas pengelolaan keuangan desa yang transparan dan akuntabel untuk meningkatkan kinerjanya.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah literatur dan pengembangan ilmu terkait peran perangkat desa dalam mengelola keuangan desa.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya khususnya penelitian yang berkaitan dengan peran perangkat desa dalam mengelola keuangan desa.

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Dana Desa (DD)

Sebagaimana diamatkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi Nomor 22 Tahun 2017 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2017 digunakan untuk membiayai pembangunan Desa yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, peningkatan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan dengan prioritas penggunaan Dana Desa diarahkan untuk pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

2.1.2 Alokasi Dana Desa (ADD)

Alokasi dana desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Peraturan Bupati Demak Nomor 21 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengelolaan Alokasi Dana Desa, Pemerintah Daerah mengalokasikan ADD dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setiap tahun anggaran.ADD paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Pengalokasian ADD mempertimbangkan:

a. Kebutuhan penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa; dan b. Jumlah penduduk desa, jumlah penduduk miskin, luas wilayah desa,

dan indeks kesulitan geografis desa.

Indikator-indikator sebagai pertimbangan pengalokasian ADD bersumber dariinstansi yang berwenang. Penggunaan ADD adalah untuk:

a. Penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa;

b. Belanja lainnya yang terdiri dari:

1. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

12

2. Pelaksanaan Pembangunan Desa;

3. Pembinaan Kemasyarakatan Desa;

4. Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan 5. Belanja Tak Terduga.

Penyaluran ADD kepada Desa dilakukan secara bertahap dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Tahap I sebesar 60% (enam puluh perseratus); dan b. Tahap II sebesar 40% (empat puluh perseratus).

Penyaluran ADD dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKUD ke RKD. Pemindah bukuan dilakukan setelah desa memenuhi syarat-syarat pencairan.

2.1.3 Dana Bagi Hasil

Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada Daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu dengan tujuan mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa). Bagi hasil pajak & retribusi daerah kabupaten/kota diantaranya:

a. Pajak daerah, paling sedikit 10%;

b. Retribusi daerah, sebagian;

2.1.4 Keuangan Desa

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

Pengelolaan keuangan desa dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa). Sesuai dengan UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa,Pendapatan Desa bersumber dari:

a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;

b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;

d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota;

e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;

f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan g. lain-lain pendapatan Desa yang sah.

14

2.1.5 Pemerintahan Desa

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa (UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa).

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Perangkat Desa, terdiri dari:

Sekretaris Desa, Kepala Seksi dan Bendahara. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah Kepala Desa atau sebutan nama lain yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disingkat PTPKD adalah unsur perangkat desa yang membantu Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa. Sekretaris Desa adalah bertindak selaku koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa.

Kepala Seksi adalah unsur dari pelaksana teknis kegiatan dengan bidangnya. Bendahara adalah unsur staf sekretariat desa yang membidangi urusan administrasi keuangan untuk menatausahakan keuangan desa.

2.1.6 Peran Perangkat Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan bahwa Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa mempunyai kewenangan:

a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa;

b. menetapkan PTPKD;

c. menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa;

d. menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa; dan

e. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa. Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa, dibantu oleh PTPKD. PTPKD ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

Sekretaris Desa selaku koordinator pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa mempunyai tugas:

a. menyusun dan melaksanakan Kebijakan Pengelolaan APBDesa;

b. menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa, perubahan APBDesa dan pertanggung jawaban pelaksanaan APBDesa;

c. melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APBDesa;

d. menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa; dan

16

e. melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APBDesa.

Kepala Seksi mempunyai tugas:

a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya;

b. melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan di dalam APBDesa;

c. melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan;

d. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;

e. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa; dan

f. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

Bendahara mempunyai tugas: menerima, menyimpan, menyetorkan atau membayar, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.

2.1.7 Transparansi

Transparan adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa. Asas yang membuka diri terhadap hak

masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa)

2.1.8 Akuntabilitas

Akuntabel adalah perwujudan kewajiban untuk mem pertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang di percayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas akuntabel yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa).

2.1.9 Pengelolaan Keuangan Desa

Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa).

18

1. Tahap Perencanaan:

a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan.

b. Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada Kepala Desa.

c. Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa disampaikan oleh Kepala Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati bersama.

d. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh KepalaDesa kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa.

Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya. Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota. Pembatalan Peraturan Desa sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya. Dalam hal Pembatalan Kepala Desa hanya dapat melakukan pengeluaran terhadap operasional penyelenggaraan Pemerintah Desa. Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan dan selanjutnya Kepala Desa bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud.

Bupati/walikota dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada camat atau sebutan lain.

Camat menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa. Dalam hal Camat tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.

Dalam hal Camat menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak ditindak lanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan

20

Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa, Camat menyampaikan usulan pembatalan Peraturan Desa kepada Bupati/Walikota. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendelegasian evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada Camat diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota.

2. Tahap Pelaksanaan:

a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

b. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

c. Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa selain yang ditetapkan dalam peraturan desa.

Bendahara dapat menyimpan uang dalam Kas Desa pada jumlah tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa. Pengaturan jumlah uang dalam kas desa ditetapkan dalam Peraturan Bupati/Walikota.

Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa. Pengeluaran desa tidak termasuk

untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa. Penggunaan biaya tak terduga terlebih dulu harus dibuat Rincian Anggaran Biaya yang telah disahkan oleh Kepala Desa.

Pelaksana Kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan harus disertai dengan dokumen antara lain Rencana Anggaran Biaya. Rencana Anggaran Biaya di verifikasi oleh Sekretaris Desa dan disahkan oleh Kepala Desa. Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di desa.

Berdasarkan rencana anggaran biaya, pelaksana kegiatan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa.

Surat Permintaan Pembayaran (SPP) tidak boleh dilakukan sebelum barang dan atau jasa diterima. Pengajuan SPP terdiri atas:Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Pernyataan tanggungjawab belanja, dan Lampiran bukti transaksi.

Dalam pengajuan pelaksanaan pembayaran, Sekretaris Desa berkewajiban untuk: meneliti kelengkapan permintaan pembayaran di ajukan oleh pelaksana kegiatan, menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBdes yang tercantum dalam permintaan pembayaran, menguji ketersedian dana untuk kegiatan dimaksud dan menolak pengajuan permintaan pembayaran oleh pelaksana kegiatan apabila

22

tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Berdasarkan SPP yang telah di verifikasi Sekretaris Desa, Kepala Desa menyetujui permintaan pembayaran dan bendahara melakukan pembayaran. Pembayaran yang telah dilakukan selanjutnya bendahara melakukan pencatatan pengeluaran.

Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa diatur dengan peraturan bupati/walikota dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perubahan Peraturan tentang Desa dapat dilakukan apabila terjadi: keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja, keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SILPA) tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan, terjadi penambahan dan/atau pengurangan dalam pendapatan desa pada tahun berjalan; dan/atau terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Perubahan APBDesa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran. Tata cara pengajuan perubahan APBDesa adalah sama dengan tata cara penetapan APBDesa.

Dalam hal Bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota serta hibah dan bantuan pihak ketiga yang tidak mengikat ke desa disalurkan setelah ditetapkannya Peraturan Desa tentang Perubahan APB Desa, perubahan diatur dengan Peraturan Kepala Desa tentang perubahan APBDesa. Perubahan APBDesa diinformasikan kepada BPD.

3. Tahap Penatausahaan:

a. Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa.

b. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

c. Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.

d. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Penatausahaan penerimaan dan pengeluaranmenggunakan:

a. buku kas umum;

b. buku Kas Pembantu Pajak; dan c. buku Bank.

4. Tahap Pelaporan:

a. Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota berupa: laporan semester pertama; dan laporan semester akhir tahun.

24

b. Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa.

c. Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.

d. Laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

5. Tahap Pertanggungjawaban:

a. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran.

b. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

c. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa ditetapkan dengan Peraturan Desa.

d. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa dilampiri: format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran berkenaan; format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan; dan format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa.

Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban

realisasi pelaksanaan APBDesa diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat. Media informasi antara lain papan pengumuman, radio komunitas, dan media informasi lainnya.

Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.

2.2 Telaah Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan menjadi sumber referensi bagi peneliti, antara lain :

Tabel 2.1

Perangkat Desa cukup berperan dalam pengelolaan keuangan desa dan di seluruh manajemen dari desa manajemen keuangan sesuai dengan Permendagri no. 113 tahun 2014

Proses Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Kubutambahan tidak melibatkan seluruh Krama Desa Pakramannya melainkan hanya melalui perwakilan-perwakilan Krama Desa. Sejalan dengan hal tersebut, proses akuntabilitas pengelolaan keuangan Desa Pakraman Kubutambahan telah berlangsung secara konsisten setiap bulan dengan menggunakan sistem akuntansi sederhana.

26

3. Mimin Yatminiwati (2018)

Perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan keuangan desa di desa Kunir Kidul sesuai dengan Permendagri No.113 tahun 2014 dan UU yang berlaku.

4. Ni Ketut Juni Kalmi Dewi dkk (2015)

Alasan dadia Punduh Sedahan tidak membuat laporan keuangan yaitu; transaksi yang tidak rutin terjadi, lingkup organisasi yang kecil, dan kompetensi warga dadia yang kurang.

Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan di Dadia Punduh Sedahan dilakukan dengan cara mengumumkan pemasukan dan pengeluaran, serta menempel laporan keuangan sederhana di papan pengumuman dadia.

5. Ida Ayu Alit Oktaviani (2017)

Variabel akuntabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap potensi fraud, conflict of interest berpengaruh positif dan signifikan terhadap potensi fraud, variabel penegakan hukum berpengaruh positif dan signifikan terhadap potensi fraud dalam pengelolaan keuangan desa.

2.3 Alur Penelitian

Gambar 2.1 Alur Penelitian

Sumber: Data diolah 2018

Peran Perangkat Desa dalam Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Pada Desa Rejosari Kecamatan Karangawen

Kabupaten Demak )

Alat analisis dengan Laporan Keuangan Desa Rejosari Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak berupa

APBDesa

Pengumpulan data dengan metode wawancara secara lisan dan tertulis dengan informan empat

perangkat desa yaitu: Seksi Tata Pemerintahan Kecamatan, Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Staff

Kaur Keuangan

Menguji Keabsahan Data Dengan Teknik Triangulasi

Mendeskripsikan seberapa besar Peran Perangkat Desa di Desa Rejosari terkait Pengelolaan Keuangan Desa dalam konteks Akuntabilitas dan

Transparansi sesuai Permendagri Nomor 113 tahun 2014

Hasil

Kesimpulan

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dilakukan dengan metode kualitatif studi kasus.

Metode studi kasus dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data yang telah terkumpul sebagaimana adanya kemudian mendeskripsikan permasalahan atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah saat penelitian dilaksanakan, data penelitian kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu di Desa Rejosari Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak tepatnya di Kantor Pemerintahan Desa Rejosari yang beralamat di Jalan Boweh No.34 Rejosari Karangawen Demak 59566.

Penelitian ini berlangsung selama dua bulan mulai tanggal 28 November 2018 sampai dengan 28 Januari 2019.

3.3 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berfokus pada Sekretaris Desa yang lazim disebut Carik di Desa Rejosari sebagai informan kunci karena yang paham tentang pengelolaan keuangan desa dan dalam penyusunan APBDesa di Desa

Rejosari. Agar data yang diperoleh peneliti kredibel dan datanya bagus maka obyek pengamatan didukung dengan penjelasan dari informan lain diantaranya Seksi Tata Pemerintahan Kecamatan Karangawen, Kepala Desa Rejosari dan Staf Kaur Keuangan Desa Rejosari.

3.4 Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini berupa wawancara secara lisan dan tertulis dengan pertanyaan yang sama tetapi diajukan dalam waktu yang berbeda kepada pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan keuangan desa di Desa Rejosari yaitu Seksi Tata Pemerintahan Kecamatan Karangawen, Kepala Desa Rejosari, Sekretaris Desa Rejosari dan Staf Kaur Keuangan Desa Rejosari. Dengan enam pertanyaan yang diajukan sebagai berikut:

F : bagaimana mekanisme musrenbangdes dalam penyusunan APBDesa di Desa Rejosari ini, itu seperti apa?

D : nggih, jadi kita mengundang lembaga desa, kemudian tokoh masyarakat, tokoh agama, kemudian karang taruna kemudian eee linmas, TP PKK.

F : kendala apa saja yang dihadapi perangkat desa disini khususnya bapak sendiri dalam penyusunan APBDesa di Desa Rejosari?

D : yaaa selama ini sih tidak ada kendala mbak. Kita menyusun sudah sesuai RKPDes yang ada

F : bagaimana penatausahaan keuangan desa diperaturan desa berkenaan?

D : ya pakai aplikasi Siskeudes dan yang melaksanakannya Bendahara Desa

F : mekanisme pelaporan APBDesa dan kendala apa saja yang dihadapi Perangkat desa khususnya bapak?

D : pelaporannya pakai aplikasi Siskeudes juga Kepala Desa lapor ke

30

Bupati terkait realisasi pelaksanaan APBDes

F : menurut pendapat bapak sendiri, apakah mekanisme

pertanggungjawaban APBDesa di Desa Rejosari sudah sesuai dengan pedoman yang berlaku atau belum?

D : sudah sesuai, selama kita mengikuti aplikasi Siskeudes insyaallah sudah sesuai pedoman yang berlaku baik itu Perbup maaupun Perda

F : bagaimana mekanisme pelaksanaan pencairan uang di Desa Rejosari dalam APBDesa?

D : PK atau pelaksana kegiatan mengajukan kepada Sekretaris Desa, kemudian Sekretaris Desa mengajukan ke Kepala Desa, nahhh kemudian Kepala Desa memerintahkan Bendahara Desa untuk melaksanakan pencairan lewat SPP, SPM. Kemudian Bendahara ambil uang di Rekening Desa

1. Bagaimana mekanisme musyawarah rencana pembangunan desa

1. Bagaimana mekanisme musyawarah rencana pembangunan desa

Dokumen terkait