• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT

A. Kehidupan, Lingkungan dan Pengaruh Pemikiran

M. Dawam Rahardjo lahir di Solo pada 20 April 1942 sebagai anak sulung dari delapan bersaudara, putra dari pasangan Muhammad Zuhdi Rahardjo dan Muthmainnah. Aktivitas masa kecil Dawam dimulai dengan pengenalannya terhadap ilmu-ilmu agama dengan biasa mengaji al-Quran dan menghafal beberapa surat dalam Juz „Amma dari lingkungan keluarganya, terutama dari bibi dan kakak sepupunya. Secara tradisi keagamaan, keluarga Dawam dekat dengan Muhammadiah. Ini dibuktikan dengan status Zuhdi Rahardjo sebagai guru sekolah muhammadiah di Solo. Dawam pun nanti mengikuti jejak ayahnya, disamping aktif di berbagai LSM, juga terlibat aktif di PP. Muhammadiah. 1

Dawam Rahardjo dapat dikatakan sebagai seseorang yang multidimensi. Beliau dapat dikenal sebagai tokoh cendekiawan, budayawan, pemikir Islam dan pegiat LSM. Itu karena berbagai pengaruh yang dia dapatkan dari banyak bergaul dengan berbagai kalangan intelektual. Ia banyak bergaul dengan berbagai kalangan intelektual, dan tentunya juga dengan para pemikir Islam, namun ia

1

Artikel diakses pada 30 januari 2011 dari http://forginanjar.multiply.com/journal/item/7/ Tafsir_Sosial_M._Dawam_Rahardjo

lebih suka disebut sebagai intelektual Muslim. Tapi ia juga pengusaha, karena mewariasi bakat dan naluri kewiraswastaan dari ayahnya.2

Sarjana ekonomi dari Universitas Gadjah Mada ini turut membidani lahirnya Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) pada 1990. Ia menjadi wakil ketua Dewan Pakar pada periode pertama, dilanjutkan sebagai ketua ICMI Pusat pada periode berikutnya. Saat ini, selain sebagai Rektor Universitas Islam 45 (Unisma), Dawam masih aktif di Lembaga Studi Agama dan Filsafat dan International Institute of Islamic Thought. Lelaki kelahiran Solo, Jawa Tengah, itu juga aktif di beberapa perusahaan di bawah naungan Muhamadiyah.3

Sebenarnya Zuhdi Rahardjo, seorang guru yang kemudian jadi pengusaha batik dan tenun menginginkan anak sulungnya ini meneruskan usahanya kelak. Karena itu, Dawam kecil dididik ayahnya menjadi seorang pengusaha. Tapi ia gemar membaca, termasuk komik, selain sebagai anak keluarga santri yang akrab dengan bacaan Alqur‟an. Selain mengikuti sekolah umum pada pagi hari, petang harinya Dawam juga belajar di Madrasah Diniyah Al Islam, sekolah agama Islam yang termasuk terbaik di Solo.

Beranjak remaja, Dawam memiliki ketertarikan dengan dunia sastra. Ia menulis puisi di sebuah koran lokal di Yogyakarta, dan pada saat yang bersamaan sempat bergabung dengan Himpunan Peminat Sastra Surakarta. Mendapat

2

Artikel diakses pada 30 januari 2011 dari http://www.pdat.co.id/ads/html/D/ads,20030701-60,D.html

3

Artikel diakses pada 30 januari 2011 dari http://www.pdat.co.id/ads/html/D/ads,20030701-60,D.html

beasiswa lewat program American Field Service untuk belajar di Borah High School, Idaho, Amerika Serikat, pria yang sudah menulis kolom sejak SMA ini banyak membaca karya sastra Amerika. Puisinya yang ditulis dalam bahasa Inggris saat itu mendapat nilai A.

Selepas SMA, pertumbuhan minat Dawam pada ekonomi membawanya masuk Fakultas Ekonomi UGM. Namun di saat itu pula ketika suhu politik Nasional memanas menjelang pecahnya Gerakan 30 September (1965), ia tertarik pada politik, yang ia salurkan melalui Himpunan Mahasiswa Islam. Walau tidak duduk sebagai anggota pengurus, Dawam menjadi ideolog HMI Yogyakarta.4

Setelah lulus Fakultas Ekonomi UGM, 1969, Dawam bekerja di Bank of America, Jakarta, tapi tidak lama karena merasa tidak leluasa berkiprah dalam pergerakan. Dawam yang ketika itu redaktur Mimbar Demokrasi dan mingguan Forum memilih keluar. Ia ingin bekerja di sebuah lembaga riset. Nono Anwar Makarim adalah orang yang merekrutnya ke lembaga riset bernama Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Memulai sebagai peneliti pada 1971, satu tahun kemudian karirnya merambat naik. Dari kepala bagian penelitian, ia bahkan akhirnya dipercaya menjadi direktur dan pemimpin umum majalah Prisma yang amat berpengaruh di kalangan intelektual. Pada saat itu pula, ia memprakarsai berdirinya Inter-Non Governmental Forum

4

Artikel diakses pada 30 januari 2011 dari http://www.pdat.co.id/ads/html/D/ads,20030701-60,D.html

for Indonesia, yang kemudian berubah nama menjadi Inter-Non Governmental for Development (INFID).5

Selain kolom dan artikel, Dawam banyak menulis buku. Dalam rangka pemberian gelar guru besar di Universitas Muhammadiyah Malang, 1992, ia meluncurkan buku berjudul Pragmatisme dan Utopia: Corak Nasionalisme Ekonomi Indonesia. Namun yang oleh pengagum Buya Hamka ini dinilai sebagai puncak karyanya adalah Ensiklopedia Tafsir Alquran.

Penyandang gelar doctor honoris causa dari IAIN Jakarta ini menikah dua kali. Dengan almarhum istri pertamanya, Dawam dikaruniai dua anak. Ia menikah lagi pada usia 54 tahun dengan Sumarni, yang tidak dianugerahi keturunan. “Dua -duanya berkesan dan sangat mempengaruhi hidup saya. Saya merasa beruntung karena keluarga saya alhamdulillah baik,” katanya. Hubungan anak-anaknya dengan ibu tirinya tidak menimbulkan konflik berarti, menurut kakek dari satu cucu ini.

Dawam suka mendengarkan musik klasik seperti karya Bethoven dan Mozart, terutama ketika sedang bekerja. “Ada kenikmatan bekerja ketika mendengar musik,” katanya. Ia hobi olahraga senam Tai Chi, yang biasa dilakukan setelah salat subuh bersama tetangga. Di waktu luang, Dawam

5

Artikel diakses pada 30 januari 2011 dari http://www.pdat.co.id/ads/html/D/ads,20030701-60,D.html

mengurus perpustakaan pribadi di rumahnya, yang memiliki koleksi 15 ribu buku.6

Ada dua hal penting yang mempengaruhi orientasi pemikiran Dawam Raharjo, pertama adalah pergulatan dia dengan objek penelitian yaitu pesantren, melahirkan kesadaran untuk mengkaji Islam lebih intensif langsung kepada dua sumber pokoknya yaitu al-Quran dan as-Sunnah. Kedua adalah pengaruh pendidikan keluarga, khususnya sang ayah, memberikannnya inspirasi baginya untuk lebih menggali al-Quran.7

Minat intelektualnya untuk menggali al-Quran, membawa Dawam menjelajah untuk mempelajari berbagai buku tafsir maupun buku-buku yang berkaitan dengan al-Quran. Sejak remaja Dawam sudah membaca beberapa buku tafsir diantaranya Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka dan The Holy Quran karya Maulana Muhammad Ali, yang diterjemahkan menjadi Quran Suci oleh Kol. Moh. Bachrun. Bahkan ketika SMP pun Dawam sering mendengarkan siaran tafsir al-Quran di RRI oleh Ustadz Zulkifli Mahmud. Ternyata ustadz tersebut mengambil tafsirnya dari buku tafsir yag ditulis oleh Bashiruddin Mahmud Ahmad, yang lama kelamaan diketahui sebagai khalifah kedua Gerakan

6

Artikel diakses pada 30 januari 2011 dari http://www.pdat.co.id/ads/html/D/ads,20030701-60,D.html

7

Artikel diakses pada 31 januari 2011 dari http://forginanjar.multiply.com/journal/item/7/ Tafsir_Sosial_M._Dawam_Rahardjo

Ahmadiyah Qadiyan. Keadaan tersebut tentu saja sangat mempengaruhi Dawam Muda yang begitu haus akan khazanah intelektual.8

Dawam tidak bisa bertahan lama dengan bacaan tafsir yang konvensional. Karena bagi Dawam kebanyakan tafsir konvensional dari segi pembacaan sangat „melelahkan‟ sehingga ia tak pernah bisa tamat atau khatam dalam membaca tafsir tersebut. Disamping itu, karena topiknya yang meloncat-loncat, seakan-akan ayat tersebut terputus-putus antara satu tema ketema yang lain. Berbeda mislnya ketika ia membaca membaca novel Tenggelamnya kapal Van Der Wick karya Hamka, atau Atheis-nya Achdiat Kartamiharja. Bacaan tersebut dibaca sampai habis. Oleh karena itu tafsir konvensional pada umumnya tidak mendalam. Berbeda dengan trend perkembangan tafsir modern sepeti buku tafsir Major Themes of the Quran karya Fazlur Rahman atau tafsir beberapa surat oleh Ayatullah Muthahhari atau tafsir kata-kata kunci tulisan Abu al-A‟la al-Maududi yang sangat dikaguminya.9

Dari pengalaman pembacaannya terhadap kajian al-Quran, Dawam membagi ada dua macam tulisan. Pertama, tulisan yang membahas persoalan-persoalan umum yang merujuk pada ayat-ayat al-Quran. Dalam kasus ini tulisan memang tidak langsung menafsirkan ayat-ayat al-Quran, tetapi dengan merujuk Al-Quran, penulis mau tidak mau harus menafsirkan ayat yang menjadi rujukan

8

Artikel diakses pada 30 januari 2011 dari http://forginanjar.multiply.com/journal/item/7/ Tafsir_Sosial_M._Dawam_Rahardjo

9

Artikel diakses pada 30 januari 2011 dari http://forginanjar.multiply.com/journal/item/7/ Tafsir_Sosial_M._Dawam_Rahardjo

tersebut. Kedua, tulisan yang membahas ayat-ayat al-Quran tetapi penjelasannya memakai bahan-bahan empiris atau teori ilmu-ilmu sosial. Dengan penafsiran ini, maka penafsir akan bisa menemukan makna-makna baru dalam al-Quran.

Tulisan-tulisan model pertama itulah yang menimbulkan perubahan dalam wacana al-Quran sehingga melahirkan metode baru dalam tafsir yaitu metode tafsir maudu‟i. Contohnya adalah masalah demokrasi dan HAM, isu kesetaraan gender, isu bioteknologi dan lain sebagainya. Masalah-masalah tersebut merupakan masalah kontemporer yang memerlukan jawaban versi al-Quran. misalnya buku Kesetaraan Jender Dalam Al-Quran karya Prof. Dr. Nasharuddin Umar.10

Dawam sendiri menaruh perhatian kembali kepada tafsir al-Quran pada tahun 1980-an, berawal dari seorang pemuda yang bernama Fanani datang ke rumah Dawam pada bulan ramadan dan mengajarkan al-Quran padanya. Teori yang digunakan adalah menafsirkan al-Quran dengan al-Quran. Disamping itu, ia juga memberi tahu Dawam tentang metodologi tafsir berdasarkan sejarah perjuangan atau dakwah Nabi selama 23 tahun. Ketika dikonsultasikan dengan Kiai Dasuki, beliau membenarkan metode tersebut, dan ternya pak Kiai menggunakan metode tersebut dalam setiap pengajiannya. Menurut Kiai tersebut, Sayyid Qutb pun menggunakan pola yang sama dalam menafsirkan al-Quran. secara tak sengaja, kitapun ingat dengan apa yang dikatakan oleh Ahmad Wahib

10

Artikel diakses pada 30 januari 2011 dari http://forginanjar.multiply.com/journal/item/7/ Tafsir_Sosial_M._Dawam_Rahardjo

bahwa sumber Islam itu bukanlah al-Quran dan as-Sunnah, tapi sejarah Muhammad saw. walaupun pendapat tersebut kurang diterima oleh khalayak karea bahasanya yang provokatif tapi substansinya sama dengan cara penafsiran Sayyid Qutb tadi. 11

Buku-buku yang dibaca Dawam untuk memahami metode penafsiran al-Quran diantaranya karya M. Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta : Bulan Bintang, 1961), Sejarah Tafsir Al-Quran terjemahan Ahmad al-Syirbashi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985), hingga karya orientalis seperti J.M.S Baljon, Modern Moslem Koran Interpretation (Leiden: E.J. Brill, 1968), atau sarjana Jerman Gort Helmut, The Quran and it‟s Exegetes (Barkeley: University of California Press, 1976). Akan tetapi, dari beberapa buku pengantar tersebut, khususnya yang berbahasa Indonesia, Dawam tidak menemukan satu bukupun yang membahas metodologi penafsiran al-Quran secara komprehensif .

Dalam pemikiran keislaman, seperti diakuinya sendiri, ia lebih menyukai tipe pemikiran yang bersifat rekonstruksi seperti yang dilakuakan tokoh-tokoh pemikir muslim semacam Fazlur Rahman, Hassan Hanafi, dan M. „Abid al-Jabiri. Cara ini lebih tepat dalam memberdayakan umat Islam agar melakuakan transformasi menuju kondisi yang lebih baik.12

11

Artikel diakses pada 30 januari 2011 dari http://forginanjar.multiply.com/journal/item/7/ Tafsir_Sosial_M._Dawam_Rahardjo

12

Artikeldiaksespada31januari2011darihttp://forginanjar.multiply.com/journal/item/7/Tafsir_S osial_M._Dawam_Rahardjo

Dokumen terkait