• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT

E. Manajemen Zakat

Manajemen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah 1) penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran dan 2) pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi. Manajemen ialah bekerja dengan

53

Muhammad, Zakat Profesi : Wacana Pemikran Zakat Dalam Fiqih Kontemporer, h. 36

54

orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling).55

Jadi manajemen zakat ialah pengelolaan dengan menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran zakat.

Filosofi dari roti tawar untuk manajemen pengelolaan zakat adalah untuk mengingatkan betapa umat muslim dengan struktur social yang sekarang, berikut kemenangan pada kuantitas, tetap saja masih terasa tawar untuk pengelolaan dana zakat. Hanya sebagian kecil potensi dana zakat saja yang berhasil dikumpulkan dan didistribusikan kepada yang berhak.56 Entah di mana letak kesalehan sosial masyarakat muslim, bila melihat betapa pengelolaan dana zakat hanya berlaku sporadis atau kurang terorganisir. Walhasil, justru pada saat isu optimalisasi pengelolan dana zakat diluncurkan lewat UU No. 38 Tahun 1999, isu yang muncul kemudian malah mempertanyakan akan kemampuan sistem zakat sebagai solusi kemiskinan dan pemerataan, dan kemudian diusunglah isu perbedaan dan persamaannya dengan sistem pajak. Sistem penerapan mungkin boleh sama, tapi substansi muatan ibadah jelas berbeda. Pengelolaan dana zakat memang menurut

55

T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi II, Yogyakarta: BPFE-UGM, Cet. XVII, 2001, hlm. 1

56

Dari data yang disampaikan oleh Abu Syauki (Direktur Rumah Zakat IndonesiaDSUQ), bahwa potensi zakat di Indonesia pada tahun 2004 mencapai Rp 9 triliun. Namun hingga kini baru 250 miliar atau 2.7% yang berhasil dihimpun oleh lembaga-lembaga pengelola zakat (Tazkiah-PZU Persis, Juli 2004)

sebagian orang masih belum dapat optimal, rasanya masih setawar roti tawar57 yang belum memberikan hasil yang optimal.

Dalam pengelolaan zakat, yang terpenting dan tidak boleh dilupakan adalah peran para amil zakat selaku pengemban amanah pengelolaan dana-dana tersebut. Jika amil zakat baik, maka tujuh ashnaf mustahiq lainnya akan menjadi baik. Tetapi jika amil zakatnya tidak baik, maka mustahiq yang lain tidak akan baik. Dengan kata lain, hal terpenting dari zakat adalah bagaimana mengelolanya (manajemennya).

Baiknya manajemen suatu lembaga pengelola zakat (Badan dan Lembaga Amil Zakat) harus dapat diukur, yang terumus dalam tiga kunci yaitu amanah, profesional dan transparan. Tiga istilah ini dinamakan prinsip “Good Organization Governance”.58

Kedudukan Badan dan Lembaga Amil Zakat dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Badan Amil Zakat adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah, di mana pengelolanya terdiri dari unsur-unsur pemerintah (Sekretaris adalah ex-officio pejabat DEPAG) dan masyarakat, Badan Amil Zakat Daerah Propinsi oleh Gubernur, Kabupaten/Kota oleh Bupati/Walikota dan untuk Kecamatan oleh Camat. Pembentukannya harus sesuai dengan

57

M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, Akuntansi dan Manajemen Zakat, Jakarta, PRENADA MEDIA GROUP, 2006, cet kedua, h. 130

58

DEPAG RI, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga Pengelola Zakat, Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003, hlm. 96-98

mekanisme sebagaimana telah diatur dalam Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. D/291 Tahun 2000.

2. Lembaga Amil Zakat adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk

sepenuhnya atas prakarsa masyarakat dan merupakan badan hukum tersendiri serta dikukuhkan oleh pemerintah sesuai dengan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 Tahun 1999 yang telah disempurnakan dengan Keputusan menteri Agama Nomor 373 Tahun 2003.59

Pengumpulan zakat dapat dibentuk Unit Pengumpul Zakat di setiap tingkatan badan Amil Zakat dan bertugas mengumpulkan zakat, infak, shadaqah dan lainnya secara langsung atau melalui rekening bank.

Kebijakan pengumpulan zakat dapat melalui, Muzakki secara langsung datang ke BAZ/LAZ, melalui counter zakat, melalui Unit Pengumpul Zakat, melalui Pos, melalui Bank, melalui pemotongan gaji, melalui pemotongan pajak. Kebijakan pendayagunaan zakat dapat berupa, penyaluran terdiri atas pendistribusian dan pendayagunaan, distribusi dan pendayagunaan untuk delapan ashnaf, penekanan kepada kelangsungan hidup fakir miskin, untuk menciptakan lapangan kerja fakir miskin, memenuhi pokok makan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan, sumber perekonomian untuk memelihara masjid dan kesejahteraan umat, untuk keperluan masyarakat umum (sekolah, masjid, irigasi, sumur, jalan dan lain-lainnya), bantuan pendidikan berupa

59

beasiswa da‟i dan pembinaan umat Islam, bantuan pemberdayaan ekonomi umat.60

Pengelolaan zakat dari kedua jenis Lembaga Pengelola Zakat di atas haruslah bersifat independen, netral, tidak berpolitik (praktis) dan tidak diskriminasi.61 Agar tidak terjadi penyimpangan dalam manajemen distribusi zakat, maka diperlukan pelaporan, yaitu suatu teknik yang dimaksudkan agar semua tingkat manajemen tetap mendapat informasi yang lengkap mengenai proses perwujudan sasaran.

Pelaporan harus disajikan tepat pada waktunya, karena diperlukan untuk mengambil keputusan atau koreksi. Pelaporan status sasaran yang benar merupakan alat bagi manajer untuk mengambil tindakan secara cepat, pada waktu yang tepat dan dilakukan oleh petugas dengan penuh tanggung jawab. Pelaporan status sasaran mengatur informasi yang akurat sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya penyimpangan untuk diambil tindakan koreksi.62 Laporan pengelolaan zakat terdiri atas, Laporan Persiapan, yaitu informasi tertulis yang memuat tentang segala kegiatan yang dilakukan sebelum pelaksanaan pengelolaan zakat dimulai, yang disampaikan dan sudah diterima

60

DEPAG RI, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga Pengelola Zakat, 128-129

61

DEPAG RI, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga Pengelola Zakat, 100-101

62

DEPAG RI, Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan Evaluasi Pengelolaan Zakat, Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, 2003, hlm. 89

selambat-lambatnya 10 hari sebelum tanggal mulai pelaksanaan suatu kegiatan oleh organisasi penyelenggara. Laporan Pelaksanaan, yaitu informasi tertulis yang memuat tentang segala kegiatan yang dilakukan selama dan setelah pelaksanaan pengelolaan zakat, yang disampaikan dan sudah diterima selambat-lambatnya 7 hari sesudah berakhirnya pelaksanaan suatu kegiataan pengelolaan/penyuluhan zakat oleh organisasi penyelenggara. 63

Berpedoman pada lampiran instruksi Menteri Agama tentang jenis-jenis dan ketentuan wajib zakat. Zakat tumbuh-tumbuhan seperti padi, jagung, tanaman hias, buah mangga, jeruk, sayur-sayuran yang bernilai ekonomis antara 5% dan 10% tiap panen. Jenis harta emas dan perak seperti emas murni, perhiasan wanita/perlengkapan rumah tangga dari emas, wajib zakatnya 2,5% satu tahun. Lalu jenis harta perusahaan, perdagangan, pendapatan, dan jasa satu industri seperti semen, pupuk, usaha perhotelan, jasa konsultan, notaris, pendapatan gaji, usaha perkebunan perikanan dan peternakan, deposito, tabanas, giro, dan sebagainya, wajib zakatnya 2,5% satu tahun. Jenis harta binatang setiap 40-120 ekor dalam satu tahun wajib zakatnya satu ekor. Bila 121-200 ekor wajib zakatnya 2 ekor, dan seterusnya. Sedangkan sapi setiap 30 ekor dalam satu tahun, wajib zakatnya satu ekor. Setiap tambah 30 ekor zakatnya 1 ekor umur satu tahun. Zakat uang, bila seseorang memiliki uang senilai 85 gram emas atau 595 gram perak dengan perhitungan harga di

63

daerah mana zakat itu dikeluarkan, zakatnya 2,5% setelah genap satu tahun dan setelah mencapai nishab (batas kadar zakat). Misalnya seseorang memiliki Rp 4 juta dalam jangka satu tahun, ketentuan zakatnya Rp 100.000. Kalau zakat yang diutang orang lain, uang yang dipinjam dan telah lewat waktu satu tahun, harus dikeluarkan zakatnya untuk satu tahun saja. Walaupun sudah lewat masa beberapa tahun, seorang bernama Ahmad misalnya meminjamkan uang Rp 2 juta dan uang tersebut masih ada pada si peminjam, kewajiban membayar zakatnya sekali saja, yaitu Rp 50.000. Zakat profesi, apabila seorang muslim menerima hasil uang dari pekerjaannya atau dari jabatannya, ia wajib membayar zakat 2,5% hasil tersebut setelah dipotong biaya kehidupan keluarganya dalam waktu sebulan atau ditunda pembayarannya berikut pendapatan-pendapatan lain selama satu tahun. Sebagai contoh, kita memiliki uang dan pada setiap awal Muharram mengeluarkan zakat, andaikata kita menerima gaji pada bulan Ramadan, dapat dibayarkan sebagai berikut. Pertama, uang yang didapat khusus bulan Ramadan dikeluarkan zakatnya setelah sampai pada ketentuan nishab. Kedua, atau menunda pembayaran zakat (uang tersebut) bersama pendapatan lain pada bulan Muharram yang lalu. zakat harta saham/cek, apabila telah sampai pada nishabnya, harus dibayarkan zakatnya seperti nishab termasuk labanya 2,5%. Sebagai contoh, seseorang memiliki beberapa saham/cek senilai Rp 20 juta ukuran pasar ketika mengeluarkan zakat dan labanya setiap tahun mencapai Rp 2 juta. Jadi, jumlah seluruhnya Rp 20 juta ditambah Rp 2 juta,

menjadi Rp 22 juta. Maka, zakat yang harus dikeluarkan Rp 550.000. Zakat hiasan wanita. Menurut para fuqaha yang didukung riwayat Anas bin Malik, beliau memberikan fatwa tentang wajib zakat perhiasan wanita hanya sekali dalam seumur hidupnya. Tapi apabila wanita tersebut membeli lagi yang lain dan mencapai nishabnya (85 gram), berkewajiban lagi membayar zakatnya sekali saja dengan syarat bila dipakai untuk hiasan. Zakat sewaan:rumah/bangunan, tanah. Apabila kita memiliki iqor (flat kamar-kamar atau tanah yang disewakan) wajib membayar zakatnya (sebanyak uang hasil sewaan) dengan zakatnya 2,5% kalau mencapai ketentuan zakatnya.

51

Dokumen terkait