• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. GAMBARAN UMUM DESA SIKEBEN 1965-1998

3.1 Masyarakat Desa Sikeben Tahun 1965-1998

3.1.2 Kehidupan Sosial Ekonomi

Penduduk Desa Sikeben pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian ada juga yang bekerja sebagai pegawai negeri, pedagang dan tukang, namun tetap melakukan usaha di sektor pertanian. Mereka memahami cuaca dengan sistem kalender yang diajarkan secara turun temurun, sehingga dapat merencanakan waktu penanaman terbaik untuk komoditinya. Serangan hama dan penyakit terhadap tanaman, mereka hadapi dengan cara alami yang terdapat di lingkungan sekitarnya.

Pada umumnya penduduk desa Sikeben bercocok tanam pada permulaan musim hujan yaitu pada Bulan September dan panen pada Bulan Januari. Pengolahan tanah masih dilakukan dengan tenaga manusia, sebagian ada juga yang menggunakan tenaga hewan. Penduduk desa Sikeben hidup dengan mata pencaharian bertani yang menanam jenis tanaman muda dan keras. Tanaman muda yaitu, padi, jagung, sayur, tomat, buncis, cabe dan lain sebagainya. Tanaman keras yaitu, cengkeh, kopi, kayu manis, dan coklat.

Masyarakat juga bergerak di bidang peternakan yang dianggap sebagai mata pencahariaan yang sangat digemari oleh penduduk desa setempat. Ternak dianggap memiliki dua fungsi yaitu memberi hasil juga dapat membantu penduduk mengolah tanah. Kotoran ternak digunakan sebagai pupuk untuk kesuburan tanah dan juga perkembangan tumbuhan. Tanah yang subur dapat mempercepat pertumbuhan tanaman dan membuat hasil panen menjadi baik.

Tabel.5

Jenis Ternak yang dipelihara Masyarakat

Ternak

Jumlah

Kerbau

25 ekor

Sapi

27 ekor

Kuda

2 ekor

Kambing

75 ekor

Itik

50 ekor

Ayam

70 ekor

Babi

88 ekor

(Sumber: Arsip Desa Sikeben tahun 1981)

Berdasarkan kondisi alam desa Sikeben dapat dikatakan bahwa dalam bidang peternakan dapat dikembangkan dengan melepaskan ternak secara bebas, karena telahtersedianya lapangan. Hal ini disebabkan masih luasnya kawasan yang belum digunakan masyarakat dan wilayahnya yang terpencil sehingga tidak kuatir terhadap pencurian ternak. Peternakan yang ada di Desa Sikeben cukup memberikan penambahan pendapatan bagi perekonomi penduduk.

Penduduk Sikeben menjual hasil panen ke Desa Bandar Baru dan juga Pekan Sibolangit, karena pasar hanya ada di Pekan Sibolangit. Mereka berjalan kaki dan memikul hasil panen yang akan mereka jual. Mereka selalu menggunakan jalan pintas agar lebih cepat sampai di tempat tujuan. Jalan yang cukup jauh membuat masyarakat mencari jalan pintas supaya cepat tiba d Pekan sibolangit dan mengurangi jarak tempuh mereka dalam berjalan kaki.

Desa Sikeben merupakan desa dengan tingkat ekonomi di bawah rata-rata pada saat itu. Hal tersebut dapat kita lihat dari pemukiman mereka yang masih sederhana dan tingkat pendidikan yang rendah. Untuk meningkatkan mutu kehidupan mereka, masyarakat mulai mengupayakan peningkatan pendidikan kepada anak-anak mereka. Mereka menyekolahkan anak mereka keluar dari desa supaya anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di tahun 1965-1998 mulai berubah ke hal-hal yang lebih maju lagi. Di mulai dari mata pencaharian yang dulunya hanya bertani ke sawah dan mengelola hasil hutan, sekarang masyarakat mulai membuka lahan baru dan menanam tanaman lainnya yang bisa digunakan sendiri atau dijual. Kehidupan sosial ekonomi yang semakin meningkat memberikan perubahan yang cukup besar bagi masyarakat Desa Sikeben akibat dari tuntutan kebutuhan masyarakat.

Mata pencaharian penduduk ada juga dari peternakan, ataupun bekerja sebagai guru di sekolah SD yang ada sejak tahun 1970. SD yang dibangun di Desa Sikeben adalah hasil swadaya masyarakat yang menyadari pentingnya kemampuan membaca dan menulis. Awalnya anak- anak bersekolah di SD yang ada di luar wilayah Desa Sikeben, yaitu SD yang berada di Desa Bandar Baru namun karena jarak yang terlalu jauh dan jalan yang seringkali

menjadi becek saat hujan menyebabkan anak- anak sulit pergi ke sekolah yang jauh dari rumah. Sebagian penduduk juga ada yang berprofesi sebagai penjual ataupun bekerja sebagai tukang bangunan setelah mendapat pengaruh dari luar mengenai pengetahuan berdagang dan bertukang sehingga menjadi petani bukan lagi satu- satunya alternative pekerjaan. Masyarakat sudah mengetahui pentingnya pendidikan dan perkembangan teknologi, sehingga mendorong mereka untuk lebih maju dan berkembang.

Berakhirnya masa kepemimpinan Nungkat Barus 1970 digantikan oleh

Jaktat Sembiring. Masa kepemimpinan Jaktat sebagai kepala kampung mulai terlihat

perubahan yang lebih menonjol . Hal ini terlihat dari pembangunan jalan yang

awalnya masih tanah bebatuan, yang bila hujan turun sangat licin. Pengerasan jalan

yang dilakukan pada masa Jaktat dimulai dengan mengajak masyarakat bergotong

royong menimbun tanah dengan bebatuan dan pasir kerjasama mempermudah

masyarakat untuk lebih cepat menggunakan jalan yang mereka bangun sendiri.

Perubahan yang dialami masyarakat pada tahun ini dimulai dari sistem

pertaniaan yang sudah mulai meningkat. Saat itu mulai dikembangkan cara bertani

yang lebih baik, bagaimana cara merawatnya dan cara meningkatkan jumlah hasil

panen. Masyarakat diajak bekerjasama untuk meningkatkan jumlah hasil pertanian

dengan bantuan pemerintah desa memberikan penyuluhan. Masyarakat bersama-sama

mempelajari apa-apa saja yang digunakan meningkatkan mutu dan kualitas dalam

pertanian. Sehingga nantinya masyarakat mendapatkan hasil yang cukup memuaskan

dan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Tahun 1974 pembangunan sebuah tempat penumbukan padi (lesung)

dengan ukuran 3x4 meter dengan biaya murni dari masyarakat. Masa ini juga mulai

masuk agama Katholik dan Islam. Perkembangan perekonomian penduduk mulai

mengalami peningkatan walaupun belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Di

tahun ini juga masyarakat sudah ada yang memiliki kuda, yang digunakan untuk alat

transportasi. Sebelum ada kuda masyarakat melakukan perjalanan dengan memikul

barang yang ingin di jual ke Desa Bandar Baru dan Sibolangit. Saat itu fasilitas

kesehatan belum ada sehingga bila ada penduduk yang sakit seringkali hanya

menggunakan obat- obatan tradisional. Bila ada penduduk yang sakit berat dan harus

di rawat oleh dokter maka si sakit harus dibawa ke Desa Bandar Baru yang jaraknya

cukup jauh dan akan sulit dilakukan jika keadaan gawat terjadi di malam hari karena

sulitnya kendaraan dan jalan yang gelap.

Perubahan yang semakin meningkat di bidang sosial ekonomi juga merubah taraf hidup masyarakat yang ada di Desa Sikeben. Masyarakat mulai memikirkan peningkatan mutu kualitas hidup dalam perkembangan masyarakat yang ada. Masyarakat mulai memikirkan meningkatkan pendidikan anak untuk meningkatkan taraf hidup yang ada. Masyarakat mulai menyekolahkan anak mereka keluar desa.

Memasuki tahun 1980 Ponten Tarigan diangkat menjadi Kepala Desa. Pada periode ini pengaruh pembangunan oleh pemerintah ke Desa Sikeben mulai dilakukan. Tahun 1978 pembangunan gereja Roma Katholik (RK) dengan ukuran 6x10 meter. Sekolah Dasar yang ada masih tetap sekolah yang berdiri dengan swadaya masyarakat. Fasilitas yang ada sangat tidak memadai baik dari segi tenaga pengajar maupun sarana dan prasarana seperti gedung dan buku. Tahun 1980 SD di Desa Sikeben mengalami perbaikan gedung dan buku dengan

bantuan dari GBKP. Di tahun ini juga dilakukan pembangunan SMP dengan swadaya masyarakat. Bangunannya masih sederhana dan tenaga pengajar juga masih kurang. Hal ini sebagai upaya penduduk desa.

Awalnya penduduk desa memenuhi kebutuhan air bersih dengan mengambil dari sungai. Daerah Sibolangit memiliki banyak sumber mata air. Untuk memudahkan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air bersih maka fasilitas air minum dibangun oleh masyarakat desa dengan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sepanjang 4,8Km. Penduduk tidak perlu berjalan jauh mengambil air atau MCK. Sejak tahun ini beberapa bantuan dari pemerintah diberikan ke Desa Sikeben. Setelah dinyatakan sebagai desa terjorok maka Desa Sikeben melakukan banyak perbaikan terutama dalam hal kebersihan desa. Hal ini dilakukan secara perorangan maupun kelompok dengan bergotong royong. Sampah rumah tangga tidak lagi dibuang ke sungai. Pada tahun 1981, Desa Sikeben mengikuti lomba air bersih dan mendapat juara pertama.

Perubahan dan kemajuan yang dicapai Desa Sikeben tersebut mengakibatkan terjadi perubahan pola pikir dalam masyarakat. Masyarakat mulai menghargai nilai tanah dan memohon kepada pemerintah untuk membuat sertifikat atas tanah mereka dengan kesadaran hak milik pribadi. Di tahun ini juga pembangunan Gereja Protestan berukuran 18x10 meter dilakukan. Tahun 1986 angin puting beliung merusak Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang merupakan swadaya masyarakat. Setelah kejadian itu Pemerintah Daerah memberikan bantuan untuk membangun gedung sekolah tersebut menjadi permanen.

Perkembangan penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan listrik maka masyarakat berusaha agar Desa Sikeben memiliki akses terhadap listrik. Keadaan topografi jalan menuju Desa Sikeben yang berupa hutan, jurang dan bukit membuat pembangunan tiang listrik dari

Bandar Baru menjadi sulit. Tahun 1985 bantuan dari gereja GBKP oleh Pdt. Em. Borong mengadakan pembangunan PLTA bagi masyarakat Desa Sikeben. Masyarakat bersama-sama membangun PLTA melalui bantuan dari gereja GBKP melalui program kerja gereja yang bernama PARPEM (Partisipasi Pembangunan). Pada tahun 1985 juga masyarakat Desa Sikeben mendirikan gilingan padi tetapi melalui bantuan gereja dalam program kerja yang bernama MAMBRE (yang artinya orang tua laki-laki). Tahun 1986 pembangunan puskesmas dilakukan dan mendapatkan bantuan dari pemerintah sehingga penduduk tidak lagi bergantung pada pengobatan tradisional.

Setelah masuknya Agama katolik ke Desa Sikeben dan semakin banyak penduduk yang menganut baik di Desa Sikeben maupun dari desa lainnya maka, tahun 1992 dilakukan pembangunan gereja Santa Clara oleh Pastor Corado berkebangsaan Italia. Kepala biaranya yaitu Suster Run. Pada saat itu banyak pengunjung yang datang untuk berdoa, berziarah atau sekedar berwisata melihat pemandangan. Masa itu masyarakat boleh masuk ke kawasaan ini dengan bebas, sampai pembangunan gereja Santa Clara selesai pada tahun 1994. Meningkatnya jumlah pengunjung ke desa ini mendorong pengurus Santa Clara memperbaiki jalan dari Lau Petani hingga ke Biara Santa Clara mengunakan batu bata blok. Santa Clara

juga melakukan perbaikan dengan memperluas daerahnya dan menambahkan bangunan- bangunan yang baru dan memagari semua wilayah gereja Santa Clara. Sejak saat itu pengunjung tidak bisa lagi masuk dengan bebas ke daerah itu tanpa seijin suster atau penjaga Biara Santa Clara.

Dokumen terkait