• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Perkembangan Desa Sikeben Kecamatan Sibolangit ( 1965-1998 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sejarah Perkembangan Desa Sikeben Kecamatan Sibolangit ( 1965-1998 )"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PERKEMBANGAN DESA SIKEBEN KECAMATAN

SIBOLANGIT ( 1965-1998 )

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

NAMA

: ETA LUDIKA KELIAT

NIM

: 070706015

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

SEJARAH PERKEMBANGAN DESA SIKEBEN KECAMATAN

SIBOLANGIT ( 1965-1998 )

Yang Diajukan Oleh :

Nama: ETA LUDIKA KELIAT

Nim: 070706015

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh:

Pembimbing

Dra. Junita Setiana Ginting, M. Si

tanggal,

NIP. 196709081993032002

Ketua Departemen Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M. Hum

tanggal,

NIP. 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

SEJARAH PERKEMBANGAN DESA SIKEBEN KECAMATAN

SIBOLANGIT ( 1965-1998 )

Skripsi Sarjana

DIKERJAKAN

O

L

E

H

ETA LUDIKA KELIAT

070706015

Pembimbing

Dra. Junita Setiana Ginting, M. Si

NIP. 196709081993032002

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk

melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

Lembar Persetujuan Ketua Departemen

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH

Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M. Hum

NIP. 196409221989031001

(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN:

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Ilmu Budaya

Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada

:

Tanggal

: 11 Oktober 2013

Hari

: Jumat

Fakultas Ilmu Budaya USU

Dekan

Dr. H. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 195110131976031001

Panitia Ujian

No

Nama

Tanda Tangan

1

Drs. Edi Sumarno, M.Hum.

(

………..

)

2

Dra. Nurhabsyah, M.Si.

(...)

3

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si

(………..

)

4

Drs. Sentosa Tarigan, M.SP.

(...)

(6)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat-Nya, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas

akhir ini. Skripsi ini dikerjakan sebagai tanggung jawab sejarawan dalam

merekonstruksi masa lalu untuk dijadikan pelajaran masa sekarang dan masa yang

akan datang. Di samping itu skripsi ini juga sebagai salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan perkuliahan penulis di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya

USU (Sejak tanggal 5 Maret 2011 berubah nama dari Fakultas Sastra menjadi

Fakultas Ilmu Budaya).

Adapun judul dari skripsi ini adalah ”

Sejarah Perkembangan Desa Sikeben

Kecamatan Sibolangit ( 1965-

1998 )”

. Tulisan ini menguraikan perubahan

masyarakat Desa Sikeben mulai dari latar belakang historisnya masyarakat membuat

permukiman baru di pinggiran jalan tahun 1965-an, dinamika yang terjadi selama

periode 1965

1998 masyarakat yang pergi meninggalkan desa dan masyarakat

pendatang yang akhirnya bermukim dan tinggal di Desa Sikeben, hingga berdirinya

Biara Santa Clara menyebabkan kunjungan orang-orang ke Desa Sikeben meningkat.

Dalam skripsi ini akan diuraikan faktor-faktor perkembangan masyarakat Desa

Sikeben sehingga memberikan perubahan.

(7)

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam

tulisan ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dari pembaca demi perbaikan

tulisan ini. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 10 September 2013

Penulis

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Cobaan dan rintangan yang penulis alami dalam mengerjakan skripsi ini,

begitu besar. Ketika semangat dan perjungan untuk menyelesaikan skripsi ini terhenti

di persimpangan jalan, karena rasa percaya diri yang dialami penulis sudah mulai

redup. Di saat teman-teman satu angkatan penulis sudah sibuk mengerjakan tugas

akhir dan bahkan sudah menyelesaikannya, semakin membuat penulis mundur.

Sehigga dalam hati penulis bertanya, apakah melalui jalan karya dan pengabdian,

atau penyelesaian studi dari kampus untuk kemudian berkarya dan mengabdi bagi

rakyat. Berkat dukungan banyak pihak, penulis menyadari bahwa sudah saatnya

menyelesaikan skripsi agar lebih maksimal berkarya ketika menjadi alumni. Untuk

itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka:

Terima kasih Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai saya dan memberikan

kekuatan kepada saya.

1.

Pertama kali ucapan terima kasih buat kedua orang tua saya, ayah saya tercinta

Bastian Keliat dan ibu saya tersayang Martha br Sebayang, berkat doa dan

dukungan mereka saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih semoga

Tuhan selalu memberkati kalian, saya sayang ayah dan ibu.

2.

Terima kasih kepada abang saya Ermonius Keliat dan istrinya Nova Ariyanti br

Sebayang beserta keponakan saya Angel Ekinia br Keliat dan Noista Batota

Keliat yang selalu menghibur saya dikala saya putus asa berkat seyuman dan

(9)

Keliat, Tri Bintara Keliat dan Jekel Heru Bastanta Keliat terimakasih ya

adik-adikku atas dukungan kalian kepada saya. Saya doakan kalian agar lebih baik

dari saya dan meraih cita-cita yang kalian harapakan tetap semangat dikala

rintangan yang ada kakak sayang kalian.

3.

Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU.

4.

Bapak Drs. Edi Sumarno M.Hum, dan Ibu Dra. Nurhabsyah M.Si selaku Ketua

dan Sekretaris Departemen Sejarah yang telah memberikan saran kepada

penulis.

5.

Ibu Dra. Peninna Simanjuntak, M.S.

selaku dosen wali penulis.

6.

Bapak Drs. J. Fachruddin Daulay, yang telah membimbing penulis dalam

mengerjakan proposal. Ibu Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. yang telah

membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Terima kasih buat

kesabaran Ibu telah membimbing saya selama ini.

7.

Terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen di Departemen Sejarah yang telah

mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.

8.

Terima kasih juga kepada Bang Amperawira yang telah memberikan pelayanan

administrasi di Departemen Sejarah.

9.

Terimakasih buat sahabat-sahabat saya

Rangers

, Leni yang selalu mendukung

saya,

membuat

saya

mengerti

bahwa dalam mengejar impian butuh

pengorbanan. Imelda selalu mengingatkan saya tentang arti perjungan, tetap

semangat dan pantang menyerah. Santio yang selalu memarahi saya,

(10)

buat

Rangers

berkat kalian saya bisa bertahan hingga akhir, saya sayang kalian

dan akan selalu merindukan kalian.

10.

Terima kasih kepada pak uda Wandi Trapalta Bangun,SE ,bulang Rante Malem

Keliat dan kila saya Armon Surbakti , yang sudah berada di sisi Tuhan, bibik

saya Ermina Malem br Keliat, mak uda Betheria br Sitepu dan seluruh keluarga

saya dari awal hingga akhir selalu mendukung saya. Terima kasih buat

dukungan dan semangat yang kalian berikan kepada saya.

11.

Terima kasih juga kepada Denny Ariesta Sembiring yang selalu ada buat saya,

menguatkan dan mengajarkan tentang kesabaran dengan bersabar semua akan

menjadi indah pada waktunya.

12.

Terima kasih untuk teman-teman sejarah O7 Nora, April, Usman, Mohan,

Azmi, Bona, David, Hendrik, Aka, Andre, Togi, Krisman, Antonius, Sogi,

Astin

a, Sari, Julianto, Andika, siti, Iwan, Sulis, Heri, Oki, Ade, Judika, Naf’an,

Intan, Olida, Asima, Meisia, Okta. Memiliki sejarah yang panjang bersama

kalian melewati hari selama kita sekelas, suka dan duka bersama.

13.

Terima kasih kepada teman saya Maya, Sari dan teman-teman PERMATA

(Persadaan Man Anak Gerejanta ). Terima kasih buat dukungan dan doa kalian.

Tuhan Yesus memberkati kita semua. Dan juga Hap-hap, Nawan, Elel, Igbal

dan Teguh yang sudah menemani saya di detik-detik penghabisaan kuliah saya.

Terima kasih saya ucapkan buat kalian.

14.

Kepada para informan (Radu Keliat, Janes Tarigan, Pdt. Borong Tarigan,

(11)

Nanam Sembiring, Hormat Barus, Rumen br Tarigan, Daut Ginting,

Bungamari, Tigan br Tarigan, Paulus Tarigan, Bakti Surbakti, Robinson Keliat,

Drs. H. Naibaho dan Rosmaninta br Tarigan).

15.

Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua, khususnya bagi pihak yang tertarik pada

Sejarah Kehidupan Masyarakat Desa Sikeben.

Medan, Agustus 2013

(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

UCAPAN TERIMA KASIH...iii

DAFTAR ISI...vi

ABSTRAK...ix

BAB I. Pendahuluan...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah...9

1.3 Tujuan dan Manfaat...10

1.4 Tinjauan Pustaka...11

1.5 Metode Penelitian...13

BAB II. GAMBARAN UMUM DESA SIKEBEN 1965-1998...15

2.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Desa Sikeben...15

2.2.Desa Sikeben Sebelum tahun 1965...18

2.2.1 Sejarah Desa Sikeben……….…18

2.2.2 Kondisi Masyarakat………..21

2.2.3 Sistem Mata Pencaharian Masyarakat………...25

(13)

BAB III. PERKEMBANGAN MASYARAKAT DESA SIKEBEN (1965

1998)………...

...29

3.1 Masyarakat Desa Sikeben Tahun 1965-1998... 29

3.1.1 Kehidupan So

sial Budaya………29

3.1.2 Kehidupan Sosial Ekonomi………..36

BAB IV.

PENYEBAB TERJADINYA PERKEMBANGAN DESA SIKEBEN

TAHUN 1965-

1998………..………...45

4.1 Faktor Internal………...45

4.1.1 Kondisi Alam………..45

4.1.2 Masyarakat……….….46

4.2 Faktor Eksternal………...47

4.2.1 Pemerintah………..47

4.2.2 Lembaga Agama……….…48

4.2.3 Masyarakat Pendatang………49

4.3

Tantangan yang Dihadapi dalam Perkembangan Desa Sikeben…………..50

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN…………..

...56

5.1 Kesimpulan...56

5.2 Saran...61

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN

(14)

ABSTRAK

Desa Sikeben merupakan desa kecil yang berada di Kecamatan Sibolangit.

Masyarakat Desa Sikeben memiliki rasa solidaritas kuat, diperkaya oleh tradisi dan

budaya yang turun-temurun dari nenek moyangnya. Tradisi dan budaya Karo

berlangsung dalam kehidupan masyarakat, baik dalam upacara adat maupun kegiatan

lainnya. Kehidupan yang mereka jalani sehari-hari awalnya melalui pertanian dan

beternak dan berubah karena pengaruh masyarakat pendatang dan bermukim di Desa

Sikeben.

Kehidupan masyarakat desa Sikeben awalnya serba kekurangan, mulai dari

sarana dan prasarana yang tidak tersedia bagi masyarakat. Perubahan terjadi dari

setiap periode pemimpin di Desa Sekeben. Perubahan dimulai dari hal yang kecil

hingga hal-hal yang lebih berkembang bagi masyarakat. Awalnya masyarakat belum

memiliki fasilitas yang mendukung keberlangsungan hidup di Desa Sikeben tetapi

akhirnya dipenuhi dengan bantuan pemimpin desa dan masyarakat yang mereka sebut

swadaya murni desa.

Topik permasalahan dalam tulisan ini adalah: bagaimana Sejarah Desa

Sikeben, bagaimana kehidupan masyarakat Desa Sikeben sebelum tahun 1965,

bagaimana perkembangannya selama periode 1965-1998 serta faktor penyebab

perkembangan masyarakat Desa Sikeben selama periode 1965-1998.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan sejarah Desa

Sikeben, kehidupan masyarakat dan perkembangannya, serta tantangan dan hambatan

yang dialami masyarakat Desa Sikeben.

Hasil

penelitian

ini

menunjukkan

bahwa,

masyarakat Desa Sikeben

mengalami perubahan yang cukup jelas selama periode 1965-1998. Di mulai dari

perkembangan permukiman dan pertambahan masyarakat yang bermukim di Desa

Sikeben. Masuknya agama memberikan peningkatan terhadap fasilitas yang ada di

Desa Sikeben.

Sikap gotong royong yang dikembangkan masyarakat Desa Sikeben

membantu

mereka

untuk

memenuhi

kebutuhan

yang

mereka

harapkan.

Perkembangan masyarakat memberikan warna baru bagi masyarakat Desa Sikeben

baik bagi penduduk asli maupun pendatang.

(15)

ABSTRAK

Desa Sikeben merupakan desa kecil yang berada di Kecamatan Sibolangit.

Masyarakat Desa Sikeben memiliki rasa solidaritas kuat, diperkaya oleh tradisi dan

budaya yang turun-temurun dari nenek moyangnya. Tradisi dan budaya Karo

berlangsung dalam kehidupan masyarakat, baik dalam upacara adat maupun kegiatan

lainnya. Kehidupan yang mereka jalani sehari-hari awalnya melalui pertanian dan

beternak dan berubah karena pengaruh masyarakat pendatang dan bermukim di Desa

Sikeben.

Kehidupan masyarakat desa Sikeben awalnya serba kekurangan, mulai dari

sarana dan prasarana yang tidak tersedia bagi masyarakat. Perubahan terjadi dari

setiap periode pemimpin di Desa Sekeben. Perubahan dimulai dari hal yang kecil

hingga hal-hal yang lebih berkembang bagi masyarakat. Awalnya masyarakat belum

memiliki fasilitas yang mendukung keberlangsungan hidup di Desa Sikeben tetapi

akhirnya dipenuhi dengan bantuan pemimpin desa dan masyarakat yang mereka sebut

swadaya murni desa.

Topik permasalahan dalam tulisan ini adalah: bagaimana Sejarah Desa

Sikeben, bagaimana kehidupan masyarakat Desa Sikeben sebelum tahun 1965,

bagaimana perkembangannya selama periode 1965-1998 serta faktor penyebab

perkembangan masyarakat Desa Sikeben selama periode 1965-1998.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan sejarah Desa

Sikeben, kehidupan masyarakat dan perkembangannya, serta tantangan dan hambatan

yang dialami masyarakat Desa Sikeben.

Hasil

penelitian

ini

menunjukkan

bahwa,

masyarakat Desa Sikeben

mengalami perubahan yang cukup jelas selama periode 1965-1998. Di mulai dari

perkembangan permukiman dan pertambahan masyarakat yang bermukim di Desa

Sikeben. Masuknya agama memberikan peningkatan terhadap fasilitas yang ada di

Desa Sikeben.

Sikap gotong royong yang dikembangkan masyarakat Desa Sikeben

membantu

mereka

untuk

memenuhi

kebutuhan

yang

mereka

harapkan.

Perkembangan masyarakat memberikan warna baru bagi masyarakat Desa Sikeben

baik bagi penduduk asli maupun pendatang.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

“Ilmu sejarah merupakan ilmu yang meliputi seluruh aktifitas manusia, dengan memperhatikan proses dan struktur yang tunggal dalam ruang dan waktu. Demikian halnya dengan sejarah itu sendiri, sejarah dipandang sebagai rangkaian peristiwa yang dialami manusia di dunia ini, dengan kejadian-kejadian yang datang silih berganti di masa lalu dan membentuk masa sekarang serta masa yang akan datang.”

1

Keadaan yang kita kenal pada saat ini merupakan hasil dari proses sejarah. Proses

yang dengan jelas menunjukkan bagaimana sistem kemasyarakatan dengan struktur ekonomi,

sosial dan politik, tumbuh, berubah dan mencapai tingkat perkembangannya sampai saat ini.

Perkembangan sering diidentikkan dengan perubahan. Perkembangan di suatu daerah atau

wilayah dengan sendirinya memberikan perubahan, bagi daerah tersebut baik itu secara

keseluruhan ataupun sebagian. Di dalam sejarah perkembangan desa ataupun kota

dipengaruhi oleh masyarakat setempat. Pertambahan atau berkurangnya penduduk

memberikan pengaruh yang besar bagi perubahan desa atau kota. Perubahan yang dimaksud

bisa dilihat melalui perilaku dari anggota masyarakat sehari-hari secara individual atau

kelompok.

(17)

Setiap gejala sejarah yang berhubungan dengan kehidupan sosial suatu

komunitas atau kelompok, disebut sejarah sosial. Adapun manifestasi kehidupan

sosial beraneka ragam, seperti kehidupan keluarga beserta pendidikannya, gaya hidup

yang meliputi pakaian, perumahan, makanan, perawatan kesehatan, segala macam

bentuk rekreasi, seperti permainan, kesenian, olahraga, peralatan, upacara, dan lain

sebagainya. Dengan demikian, ruang lingkup sejarah sosial sangat luas oleh karena

hampir segala aspek hidup mempunyai dimensi sosialnya.

2

Dalam memahami suatu proses, penelitian dan penulisan sejarah merupakan

suatu usaha untuk merekontruksi ataupun menulis kembali peristiwa sejarah dan

menyusunnya

menjadi

sebuah

historiografi yang lengkap. Historiografi pada

prinsipnya bukanlah sekedar suatu usaha penyuntingan ulang cerita lama. Untuk

menjadi disiplin ilmu, historiografi berkembang dengan menggunakan metode dan

pendekatan-pendekatan ilmu sosial. Sebab dengan menggunakan pendekatan

ilmu-ilmu sosial ruang lingkup sejarah tidak lagi dibatasi oleh pertanyaan-pertanyaan

tentang proses, tetapi juga mulai memikirkan mengenai struktur. Sejarah yang semula

bersifat cerita yang semata-mata deskriptif dan diakronik mulai menuju ke arah

tulisan yang analitis dan sinkronis.

3

2Sartono Kartodirdjo, Pendek atan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal. 50.

(18)

Dari sekian banyak tema penulisan sejarah, tema tentang sejarah sosial mempunyai

bahan garapan yang sangat luas dan beraneka ragam. Sejarah sosial menjadikan masyarakat

dengan segala aktifitasnya sebagai bahan kajian. Pada hakekatnya, untuk mencapai

kesempurnaan dalam masyarakat, manusia mempunyai rasa solidaritas yang sangat tinggi.

Setiap manusia akan selalu membutuhkan manusia lainnya dalam memenuhi kebutuhannya.

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa ada bantuan dari manusia

lainnya . Ketika membahas soal desa maka yang selalu ditonjolkan ialah sifat gotong-royong

yang kuat di mana orang-orangnya tidak mempunyai pamrih, suasananya harmonis dan suka

tolong-menolong.

Dasar terjadinya interaksi sosial adalah kontak sosial dan komunikasi.

Kontak sosial terjadi bila individu merasa ada individu lain di sekitarnya. Individu

secara sadar mengangap orang lain ada disekitar dirinya. Komunikasi terjadi setelah

ada informasi yang disampaikan, bisa bersifat komunikasi satu arah atau dua arah.

Komunikasi yang terjadi dalam masyarakat memberikan dampak bagi masyarakat,

baik hasilnya memberi pengaruh positif ataupun negatife bagi perkembangan

masyarakat.

Kurangnya interaksi suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain akan

menyebabkan lambannya perkembangan masyarakat tersebut. Untuk membuka

keterasingan masyarakat tertentu ada berbagai cara yang dapat dilakukan antara lain

membuka komunikasi dengan masyarakat itu. Pembangunan sarana komunikasi dan

transportasi disuatu daerah sebenarnya berdampak meningkatkan frekwensi interaksi

(19)

Masyarakat desa sebagai suatu kelompok orang-orang yang hidup dan

bekerja sama dalam suatu wilayah, yang terikat dan bersatu adalah orang-orang yang

masih hidup dan mematuhi tradisi dan adat istiadat yang turun-temurun yang dapat

saja mengakibatkan ketidakmajuan desa. Ketidakmajuan desa itu antara lain

disebabkan oleh letak desa yang sangat tertutup/terisolir dari dunia luar untuk

dipengaruhi, terlalu menjunjung kepercayaan tradisional dan adat hingga mereka

menolak usaha-usaha untuk merubahnya, terlalu bersikap masa bodoh atatu terlalu

miskin untuk merubah cara-cara mereka tanpa rangsangan yang lebih banyak,

pertolongan dan pengajaran daripada yang mereka miliki, transportasi yang sangat

minim, serta masih kurangnya komunikasi dan informasi dari luar.

Masyarakat pedesaan dalam konteks umum sering disamakan dengan

masyarakat pertanian, karena dimana saja masyarakat desa hidup dengan pertanian

dan mereka kebanyakan penduduk miskin. Kemiskinan dan ketertinggalan sangat

dominan pada masyarakat desa, dibandingkan dengan masyarakat kota. Sektor

modern yang sangat besar sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi selalu

mendapat kesempatan yang sangat luas, sehingga membawa kecenderungan

melupakan potensi pedesaan. Timbulnya perubahan-perubahan atau variasi-variasi

pendekatan terhadap pembangunan pedesaan, sebagai usaha untuk menyentuh dan

memperbaiki taraf hidup kelompok masyarakat miskin disebabkan oleh kompleksnya

dan sukarnya mengatasi keterbelakangan pedesaan. Kesukaran tersebut tidak hanya

bersumber dari factor-faktor yang sifatnya ekonomis mikro, seperti kekurangan

(20)

juga hambatan-hambatan yang bersumber dari dimensi struktur masyarakat pedesaan,

seperti susunan kekuasaan dan pola-pola kelembagaan tradisional.

Desa Sikeben merupakan bagian dari Kecamatan Sibolangit. Awalnya desa

ini dikenal dengan sebutan Sikeben Kuta, karena letaknya terpencil jauh dari pusat

kota menyebabkan masyarakat kekurangan sarana dan prasarana. Desa ini dahulu

merupakan tempat penyimpanan padi atau yang sering di sebut lumbung (dalam

bahasa Karo disebut “keben”). Pertanian padi di desa ini pada saat itu menunjukkan

hasil yang memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya dua buah lumbung

padi. Tanaman sayur-mayur seperti buncis, mentimun, sayur paret, bayam, dan lain

sebagainya juga dihasilkan dari daerah ini. Kehidupan masyarakat yang ada di Desa

Sikeben ini sederhana karena jauh dari pusat kota.

Keberlangsungan hidup masyarakat desa Sikeben sangat akrab dan rasa

solidaritas di antara sesama masyarakat sangat kuat, diperkaya oleh tradisi dan

budaya yang turun-temurun dari nenek moyangnya. Tradisi dan budaya asli Karo

berlangsung dalam kehidupan masyarakat, baik dalam upacara adat maupun kegiatan

lainnya. Masyarakat menggantungkan hidup pada kekayaan sumber daya alam dan

lahan pertanian.

Gotong-royong adalah bentuk pelaksanaan pekerjaan yang berfungsi mengatasi

masalah kepentingan bersama. Desa Sikeben masih kental dengan sifat gotong-royong dalam

melakukan kegiatan, baik itu dalam acara suka, duka ataupun kerjasama dalah pekerjaan

sehari- hari. Sikap toleransi dan mau bekerjasama serta partisipasi menjadi bagian penting

(21)

royong sepenuhnya dari masyarakat dimana dana hasil patungan masyarakat dan semua

kegiatan dilakukan oleh masyarakat desa Sikeben. Ada juga gotong-royong oleh masyarakat

dengan subsidi dari pemerintah. Gotong royong dan kerjasama membuat Desa Sikeben

mampu bertahan dan berkembang.

Masa pemerintah kolonial rakyat dihantui rasa takut terhadap penindasan. Jika

mereka bertemu dengan bangsa asing maka mereka akan memutar arah agar tidak

berpapasan. Masyarakat yang ada di desa Sikeben banyak membuat jalan pintas menuju desa

lain untuk menghindari bertemu dengan pemerintah kolonial. Masa kolonial Belanda, akibat

letaknya yang cukup terpencil maka kebutuhan dan alat pemenuhan kebutuhan penduduk

Desa Sikeben masih cukup sederhana baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Dengan

berkembangnya pengetahuan dan teknologi maka pembangunan dan kebutuhan ekonomi juga

mengalami peningkatan. Sarana transpotasi menjadi salah satu fasilitas yang banyak

dibangun untuk memudahkan akses pengiriman hasil bumi ke pelabuhan . Karena adanya

kebutuhan-kebutuhan baru ini, terbentuklah perkumpulan-perkumpulan baru, seperti

perkampungan baru karena desa tidak dapat lagi menampungnya.4 Perkembangan kebutuhan

sarana tranportasi, maka pemerintah colonial membangun jalan untuk memudahkan

pengiriman hasil bumi, salah satunya jalan Medan- Brastagi yang membuka akses yang lebih

luas bagi desa kecil.

Keberadaan Desa Sikeben yang terisolasi, jauh dari jalan menimbulkan masalah

tersendiri. Sulitnya akses keluar-masuk desa, menyebabkan Desa Sikeben mengalami

keterbelakangan dan kekurangan informasi. Adat istiadat memberi pengaruh besar dalam

menjalankan sistem kemasyarakatan yang berkembang di Desa Sikeben. Agama juga

4Soedjito, Aspek Sosial Budaya Dalam Pembangunan Pedesaan, Yogyakarta: PT. Tiara

(22)

berpengaruh dalam masyarakat. Gereja punya andil dalam membuka pandangan masyarakat

tentang pentingnya pendidikan, agar masyarakat Desa Sikeben mampu membaca dan

menulis.

Adanya keinginan untuk menjadi lebih baik mendorong penduduk untuk

menyekolahkan anak- anak sehingga penduduk membangun sarana pendididkan formal

tingkat dasar secara swadaya dan berusaha menyekolahkan anak- anak ke kota karena

keterbatasan fasilitas pendidikan yang ada di desa. Mereka mengharapkan anak-anak akan

lebih maju dari pada orang tuanya. Bahkan mereka sering mengatakan bahwa yang terpenting

anak bisa sekolah, pintar dan maju. Dalam upaya memajukan anak, petani di Desa Sikeben

ini berusaha untuk meningkatkan hasil usaha taninya. Sumber penghasilan mereka yang

terutama berasal dari hasil pertanian, selain usaha lain seperti berdagang dan berternak.

Masyarakat Desa Sikeben yang awalnya bermukim di pelosok akhirnya keluar

menuju tempat-tempat yang lebih terjangkau transportasi. Pengaruh dari agama yang masuk

ke desa ini memberikan perubahan yang cukup besar. Seperti GBKP membangun sekolah

dan juga Partisipasi Pembangunan (PARPEM) bagi desa Sikeben. Gereja Katolik

membangun Biara Santa Clara di desa tersebut, hingga orang luar mengenal dan melakukan

kunjungan ke desa Sikeben. Perubahan yang ada di desa Sikeben ini menarik perhatian

penduduk yang berada lebih dalam lagi lokasinya dari desa ini, seperti Desa Bukum dimana

jalan menuju desa ini rusak parah dan sangat sulit melewatinya bila menggunakan kendaraan

roda empat. Perpindahan penduduk ke Desa Sikeben memberikan pengaruh yang cukup besar

(23)

Walaupun perkembangan telah terjadi, masih ada beberapa rumah tangga yang dari awal

adanya desa hingga sekarang perumahannya tetap seperti itu.5

Perubahan dan perkembangan yang terjadi di Desa Sikeben menarik perhatian

penulis untuk mengulasnya dalam sejarah sosial. Agar pembabakan waktu dalam

penulisan ini tidak terlalu meluas, maka ditentukan periodisasi. Penelitian diawali

mulai dari tahun 1965 di mana sejak tahun inilah penduduk mulai membuat

permukiman baru di pinggiran jalan. Penelitian diakhiri tahun 1998 yaitu berdirinya

Biara Santa Clara dimana pembangunan dan kunjungan orang-orang ke desa Sikeben

meningkat.

2. Rumusan Masalah

Yang menjadi landasan dalam sebuah penelitian itu sendiri adalah apa yang menjadi

akar permasalahnnya. Maka berdasarkan latar belakang di atas, utuk mempermudah

penulisan dalam upaya menghasilkan penelitian yang objektif, pembahasannya dirumuskan

terhadap masalah-masalah sebagai berikut :

1.

Bagaimana sejarah Desa Sikeben?

2.

Bagaimana kehidupan masyarakat Desa Sikeben sebelum tahun 1965?

3.

Bagaimana perkembangan kehidupan masyarakat Desa Sikeben selama

periode 1965-1998?

4.

Apa saja faktor penyebab terjadinya perkembangan Desa Sikeben selama

periode 1965-1998?

(24)

3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Setelah mengetahui apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan, maka

yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah apa yang menjadi tujuan penulisan serta

manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan :

1.

Mengetahui sejarah Desa Sikeben.

2.

Mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat Desa Sikeben sebelum tahun

1965.

3.

Mengetahui bagaimana perkembangan kehidupan masyarakat Desa Sikeben

selama periode 1965-1998.

4.

Mengetahui apa saja faktor penyebab terjadinya perkembangan Desa Sikeben

selama periode 1965-1998.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan adalah sebagai berikut :

1. Menambah referensi dan literature mengenai Perkembangan Desa Sikeben yang

berguna terhadap dunia akademis, terutama dalam studi Ilmu Sejarah guna

membuka ruang penulisan sejarah yang berikutnya.

2. Menjadi masukan bagi masyarakat yang ada di Desa Sikeben agar dapat lebih

meningkatkan lagi perkembangan di masa yang akan datang.

3. Menambah wawasan pembaca mengenai perkembangan masyarakat yang ada di

(25)

4. Tinjauan Pustaka

Dalam memahami masalah penelitian ini, diperlukan beberapa refrensi yang dapat

dijadikan panduan penulisan nantinya dalam bentuk tinjauan pustaka.

Soedjito dalam bukunya yang berjudul : Aspek Sosial Budaya Dalam Pembangunan

Pedesaan ( 1987 ), menjelaskan tentang bagaimana kehidupan desa pada zaman penjajahan

yang akhirnya meninggalkan bekas-bekas kebudayaan yang ada pada masyarakat pedesaan.

Dalam buku ini juga menjelaskan sosial budaya yang ada pada masyarakat pedesaan

sehingga memberikan pengaruh yang begitu besar bagi masyarakat pedesaan. Dari buku ini

juga dapat dilihat persoalan-persoalan mengenai proses perubahan dalam masyarakat

pedesaan serta memiliki kesamaan dengan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis.

Buku terbitan Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Seminar Sejarah Lokal:

Dinamika Masyarakat Pedesaan (1983), oleh Muhammad Takari, dkk memberikan

gambaran tentang ciri- ciri masyarakat desa di Indonesia. Menunjukan persamaan dan juga

perbedaan gejala yang timbul di beberapa desa berbeda melalui adat istiadat, kerukunan

beragama, dan konflik yang terjadi dalam kaitannya terhadap pertumbuhan atau kemunduran

suatu desa.

Buku Robert Chambers yang berjudul, Pembangunan Desa “Mulai Dari Belakang”

(1996), menceritakan tentang bagaimana perjalanan sebuah desa yang berawal dari

keterbelakangan hingga nantinya berubah menjadi desa yang berkembang. Pembangunan

yang terjadi dimulai dari kehidupan desa yang di awal terbentuknya hingga memberikan

perbandingan bagi desa yang mulai menunjukan perkembangan. Perubahan yang terjadi di

desa dipengaruhi oleh pemuka dan penggerak yang ada di desa tersebut dengan dukungan

(26)

harus menbedakan akibat dari tujuan yang berbeda-beda. Pembangunan desa yang didukung

dari kerja sama yang baik antara penduduk dan pemerintahan desa dapat menghasilkan desa

yang maju dan berkembang.

Buku yang berjudul Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa secara

Partisipatif (1996) oleh Robert Chambers, mengkaji tentang partisipasi dan tanggapan

masyarakat dalam upaya membangun desa. Dari sini dapat dilakukan pendekatan untuk

mengetahui tingkat kerjasama masyarakat dalam menanggapi, menanggulangi dan mengatasi

masalah yang berhubungan dengan kepentingan bersama dalam merancang pembangunan

desa tersebut.

Koentrjaraningrat dalam buku : Beberapa Pokok Antropologi Sosial (1967),

menjelaskan bagaimana batasan-batasan kajian yang terdapat di kehidupan sosial masyarakat.

Dengan buku ini nantinya penulis dapat menjelaskan perjalanan kehidupan penduduk dari

jaman hanya masih mengandalkan fasilitas seadanya saja hingga nantinya berkembang

mengunakan fasilitas yang lebih memadai. Perjalanan kehidupan penduduk ini menjadi

bagian dari penulisaan skripsi untuk desa Sikeben yang dari awal hanya sebuah desa kecil

(27)

5. Metode Penelitian

Untuk menghasilkan suatu tulisan sejarah maka penulis memerlukan metode atau

tekhnik pengumpulan data sampai ke tahap penulisan. Oleh karena itu penulis menggunakan

metode penulisan sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.6

Tahap pertama heuristik (pengumpulan sumber) yang sesuai dan mendukung objek

yang diteliti. Hal ini dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dan penelitian

lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan menggunakan beberapa buku, majalah,

artikel, skripsi dan karya tulis yang pernah ditulis sebelumnya dan berkaitan dengan

Perkembangan Desa Sikeben. Penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan metode

wawancara terhadap informan-informan yang terkait dengan penelitian, seperti wawancara

dengan pemimpin dan mantan pemimpin desa, pegawai Kecamatan Sibolangit, juga kepada

penduduk setempat yang sudah lama berdomisili di Desa Sikeben.

Tahapan kedua yang dilakukan adalah kritik. Dalam tahapan ini kritik dilakukan

terhadap sumber yang telah terkumpul pada kegiatan heuristic kemudian di saring dan

diseleksi. Data yang terkumpul tersebut baik merupakan data hasil wawancara maupun data

tulisan/pustaka akan disaring dan diseleksi guna mengetahui keauntetikan serta

kesahihannya. Kritik sumber ini terbagi dua, yakni kritik ekstren meliputi berbagai sumber

yang penulis kumpulkan baik berupa dokumen atau sumber pustaka dimana aspek fisiknya

tersebut diuji dengan memperhatikan aspek dominan yang mempengaruhi kondisi dokumen

itu sehingga mendapat sumber yang autentik. Selanjutnya kritik intern adalah berupa

pengujian atas keaslian isi data yang kita

6Louis Gotshalk, Understanding History ( Mengerti Sejarah ), terjemahan Nugroho

(28)

peroleh, apakah data tersebut dapat dipercaya berdasarkan komposisi dan legalitas data. 7

Tahapan ketiga adalah interpretasi. Data yang diperoleh dianalisis sehingga

melahirkan satu analisis yang baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang

diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada

membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang

tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif pada perkembangan Desa Sikeben.

Tahap terakhir adalah historiografi, yaitu penulisan sejarah. Pada tahap ini,

studi ini berusaha untuk memahami sejarah sebagaimana yang dikisahkan, sehingga

mampu disaj

ikan dengan jelas ” Sejarah Perkembangan Desa Sikeben Kecamatan

Sibolangit (1965-

1998)”.

(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA SIKEBEN 1965-1998

2.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Desa Sikeben

Desa Sikeben merupakan satu desa kecil yang ada di wilayah Kecamatan Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang. Desa Sikeben memiliki beberapa sungai kecil yang sudah dijadikan

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) oleh penduduk dari bantuan Gereja Batak Karo

Protestan (GBKP) dalam program yang disebut Partisipasi Pembangunan (PARPEM) . Curah

hujan di daerah ini cukup tinggi karena berdekatan dengan Desa Bandar Baru, sehingga

tanah-tanah yang ada cukup subur digunakan untuk pertanian.

Desa Sikeben berjarak 15Km dari pusat Ibu kota Kecamatan, bentuknya memanjang

dan berkelompok dari Timur ke Barat yang berbatasan dengan:

-

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka sama

-

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Martelu

-

Sebelah Selatan berbatasan dengan DATI II Karo

(30)

Desa Sikeben memiliki luas lebih kurang 500 Ha, yang menurut perincian

penggunaannya sebagai berikut :

-

Irigasi/sawah

92 Ha

-

Tegalan/ladang 200 Ha

-

Pemukiman

3 Ha

-

Perikanan

13

Ha

-

Jalan Desa

2

Ha

-

Lapangan rekreasi

1 Ha

-

Hutan

87 Ha

-

Rawa-rawa

2

Ha

-

Kuburan

1

Ha

-

Kebun rakyat

98

Ha

-

Rumah ibadah

1Ha

(Sumber : Arsip dari Pemerintah Desa Sikeben 1981)

Desa Sikeben merupakan daerah pegunungan dan berbukit-bukit, dengan

ketinggian 850 meter dari permukaan laut. Suhu rata-rata 26º c dan curah hujan 3500mm.

Iklimnya sejuk, Bulan Januari sampai dengan akhir Bulan Desember mempunyai musim

(31)

rawan dengan angin puting beliung, Bulan September – Desember adalah musim hujan.

Terjadi perubahan iklim di desa ini, menyebabkan pengaruh dari seluruh wilayah yang ada di

sekitar Kecamatan Sibolangit. Angin puting beliung yang sering terjadi pada bulan Juni,

sejak tahun 1990 pada bulan Mei juga sudah mulai menerpa Desa Sikeben. Musim hujan juga

sudah mulai sejak Bulan Juli dan keadaan ini sudah sering terjadi.

Sejak abad ke-20 Belanda mulai membangun sarana transportasi untuk memudahkan

pengiriman hasil-hasil perkebunan dan sebagai bentuk pertahanan. Banyak jalan yang

dibangun memudahkan akses pengiriman barang dan kegiatan ekonomi semakin mudah dan

lancar. Di desa ini infrastruktur jalan mulai dibangun, karena awalnya merupakan daerah

hutan yang ditumbuhi tanaman keras, walaupun hanya jalan-jalan setapak bila hujan menjadi

becek dan licin. Di bukanya jalan tersebut sebenarnya mempermudah penduduk ke Desa

Bandar Baru, tetapi karena masih dikuasai oleh bangsa asing maka sulit melewati jalan yang

ada. Penduduk masih tetap menggunakan jalan-jalan pintas.

Daerah ini juga memiliki tumbuhan bambu yang cukup banyak, sehingga Desa

Sikeben pernah menjadi desa terjorok akibat bekas sampah-sampah daun bambu tersebut.

Masyarakat menggunakan bambu untuk membangun pagar ataupun kandang hewan

peliharaan mereka. Masyarakat membuang sampah bambu tersebut ke aliran sungai yang ada

hingga menjadi kotor. Akibatnya masyarakat ada yang terkena penyakit dari sampah-sampah

bambu yang dibuang tidak pada tempatnya.

Sebelum memasuki desa ini, kita menemukan Lau Petani yang merupakan perbatasan

antara Desa Bandar Baru dan Desa Sikeben. Jarak antara Desa Bandar Baru dengan Desa

Sikeben sekitar 4km, sehingga untuk mencapai daerah ini tidak sulit. Desa ini juga memiliki

(32)

lokasi untuk merayakan “ Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga” dalam bahasa karonya

“Nangkih Uruk-Uruk“. Masyarakat desa yang beragama Kristen akan berjalan dari pusat

perkampungan menuju Uruk Perkentangen yang cukup sulit dan melelahkan menuju daerah

tersebut karena jalan yang menanjak dan licin. Setibanya disana mereka akan melaksanakan

acara “Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga “. Dari tempat itu juga kita bisa melihat

pemandangan luas daerah Desa Sikeben dan Desa Bandar Baru.8

Sekitar 2 km perjalanan jalan masih dikelilingi pepohonan, hanya beberapa rumah

yang ada. Semakin ke dalam baru ditemukan rumah-rumah penduduk yang kebanyakan

adalah pendatang. Mereka bermukim di pinggiran jalan. Setelah melewati itu barulah kita

memasuki kawasan Sikeben Kuta, yang sepanjang perjalanan kiri-kanan masih ditumbuhi

tanaman keras dan itu merupakan kawasaan dengan rumah-rumah yang berdiri rapat

membentuk lingkaran. Di tengah desa dibuat tempat berkumpul yang disebut Jambur. Jambur

ini kemudian diubah menjadi balai desa sekitar tahun 1990-an.

Kawasan Desa ini ada juga perbukitannya, dimana terdapat beberapa pemukiman dan

sekolah di atas bukit tersebut. Jalan menuju ke sekolah berada di atas jalan menuju Sikeben

Kuta. Jalan yang naik mendaki dan menurun dan memasuki kawasan lebih dalam lagi. Jika

tidak di telusuri maka kita tidak mengetahui di dalam kawasan itu ada sebuah SD. Selain

curah hujan tinggi dan angin kencang di daerah ini, karena berada di kawasan perbukitan

maka pernah mengalami angin puting beliung. Sekolah SMP yang merupakan swadaya

penduduk hancur. Bangunannya yang sederhana sehingga mudah rusak akibat angin puting

beliung. Desa ini juga sejuk dan masih banyak daerah-daerah yang belum digunakan karena

masyarakat lebih banyak bermukim di pinggiran dekat jalan.

(33)

Di Desa Sikeben ini terdapat dua gereja yaitu GBKP dan Katolik. Dua gereja ini

sangat besar peranannya bagi perkembangan Desa Sikeben, baik itu dari segi pembangunan

desa atau perkembangan masyarakatnya. Hal ini dapat kita lihat dari

pembangunan-pembangunan yang dibuat masyarakat. GBKP berperan dalam pembangunan-pembangunan sekolah,

penyediaan air bersih, PLTA dan juga kilang padi Mambre (yang artinya : orang tua

laki-laki). Gereja katolik membangun Santa Klara, memperbaiki jalan dari simpang Sikeben

hingga tempat Biara Santa Klara menggunakan bata blok. Desa ini juga memiliki mesjid,

yang pembangunannya juga hasil kerja sama seluruh penduduk desa. Hal ini menunjukkan

gotong royong dan solidaritas masyarakat.

2.2 Desa Sikeben Sebelum tahun 1965

2.2.1 Sejarah Desa Sikeben

Menurut cerita orang tua yang menetap di desa ini, pada waktu rakyat menggarap

tanah salah seorang rakyat mencoba menanam padi ditempurung dan ternyata hasilnya

memuaskan. Kemudian dicoba lagi menanam padi di sawah dan hasilnya memuaskan juga.

Oleh karena hasil padinya tahun demi tahun melimpah ruah maka mereka mendirikan dua

buah lumbung padi. Desa Sikeben terdiri dari kata

Si dan Keben. Keben dalam bahasa Karo artinya lumbung padi. Sikeben berarti Silumbung

padi atau secara harafiah berarti gudang padi/beras. Desa Sikeben didirikan sekitar abad

ke-19, oleh Marga Karo-Karo Sinuhaji yang berasal dari Desa Aji Empat di Tanah Karo.

Keadaan desa ini biasa saja bila dilihat dari bentuk tempat tinggal masyarakatnya

(34)

terhadap desa ini, karena melalui gereja inilah masyarakat mendapat sarana pendidikan, air

bersih dan juga lampu dengan menggunakan tenaga air yang ada di Desa Sikeben. Lambat

laun dengan berjalannya waktu perkembangan yang ada di desa ini semakin membaik karena

pengaruh-pengaruh dari penduduk pendatang dan juga agama yang lain. Agama Katolik yang

membangun Biara Santa Clara Sikeben. Adanya biara tersebut memberikan sumbangan

memperbaiki jalan dari Simpang Bukum yang masih kawasan Desa Bandar Baru sampai ke

Desa Sikeben. Pembangunan mesjid juga ada di desa ini, pembangunan yang dilakukan

masyarakat desa secara bersama-sama atau gotong royong. Selain itu Desa Sikeben pernah

mendapatkan juara air terbersih seKecamatan Sibolangit. Atas permintaan masyarakat maka

mulai dibuat sertifikat atas tanah-tanah yang ditempati penduduk.

Adapun urutan kepemimpinan di Desa Sikeben ;

1. Gempang Sinuhaji Penghulu

2. Naro Sinuhaji Penghulu

3. Nidung Sembiring Penghulu (1955-1960)

4. Tolong Sembiring Miliala Penghulu (1960-1965)

5. Nungkat Barus Kepala Kampung (1965-1970)

6. Jaktat Sembiring Kepala Desa (1970-1980)

7. Ponten Tarigan Kepala Desa (1980-1998)

(Sumber : Arsip Pemeritahan Desa Sikeben )

2.2.2 Kondisi Masyarakat

(35)

sebaliknya, tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.9

Masyarakat bukan sekedar jumlah penduduk saja melainkan sebagai suatu sistem yang

dibentuk dari hubungan antar perubahan budaya dan akumulasi budaya, sehingga

menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai ciri-ciri tersendiri. Jadi masyarakat

merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

Desa Sikeben merupakan desa kecil di wilayah Kecamatan Sibolangit yang telah

berdiri sejak jaman penjajahan Belanda. Seperti desa-desa kecil umumnya, karena letaknya

yang terpencil, Desa Sikeben sulit berkembang. Kurangnya hubungan dengan masyarakat

lain menyebabkan masyarakat tidak mengetahui perkembangan yang sedang terjadi di luar

wilayahnya. Hal ini menyebabkan pola pemikiran dan kehidupan masyarakat Desa Sikeben

menjadi konservatif. Pada masa itu masyarakat Desa Sikeben belum mengenal pendidikan

karena kehidupan masyarakat yang terasing dan letaknya terpencil. Adat istiadat menjadi

pedoman terpenting dalam kehidupan. Segala persoalan yang timbul di desa ditanggapi dan

diselesaikan dengan Hukum Adat Karo karena seluruh penduduk Desa Sikeben adalah Suku

Karo.

Kegiatan yang dilakukan masyarakat sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup

dengan cara bercocok tanam ke sawah dan juga berburu ke hutan. Tingkat pengetahuan yang

rendah membuat masyarakat hanya memenuhi kebutuhan hidupnya secara sederhana untuk

bertahan hidup dengan cara yang tidak banyak berubah dari generasi ke generasi. Masyarakat

menanam padi dan saat menunggu tanaman itu dipanen masyarakat berburu ke hutan atau

menangkap ikan di sungai. Mereka membuka lahan baru dengan cara menebang pohon yang

ada di hutan dan menanami sayur-sayuran yang dapat mereka kosumsi. Sulitnya akses keluar-

9 Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan (Kajian Kultural dan Struk tural Masyarakat

(36)

masuk desa menyebabkan penduduk hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokok

sendiri. Hasil panen yang sulit dijual membentuk sistem barter antara penduduk atau

membagi hasil panennya secara gratis ke tetangga.

Sikap masyarakat Desa Sikeben masih sangat tradisional. Sikap yang

mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau membuat masyarakat sulit menerima kemajuan dan

perubahan teknologi. Masyarakat tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau

kebudayaan yang telah turun temurun. Masyarakat desa Sikeben cenderung menutup diri dari

pengaruh asing karena melihat tindakan yang dilakukan bangsa asing terhadap mereka.

Sebelum tahun 1965 kehidupan masyarakat Sikeben sangat sederhana. Mereka melakukan

kegiatan sehari-hari dengan cara bergotong-royong.

Di Desa Sikeben gotong-royong dilakukan oleh segenap lapisan masyarakat

secara berkelanjutan dalam menjaga kebersihan dan dalam melaksanakan

pembangunan desa. Gotong-royong dilakukan oleh masyarakat secara menyeluruh,

baik dalam kegiatan sosial maupun kebutuhan lainnya dalam kehidupan sehari-hari

untuk kepentingan bersama. Kegotong-royongan masyarakat Desa Sikeben di bidang

pembangunan desa cukup tinggi. Semua dilaksanakan atas kesadaran dan penuh rasa

tanggung-jawab yang memang dipengaruhi oleh adat dan rasa kekeluargaan yang

muncul akibat lokasi yang terisolasi.

Kegiatan gotong-royong yang dilakukan masyarakat desa Sikeben bukan

hanya dalam pembangunan desa saja. Budaya Karo yang ada di desa ini juga sangat

mendukung hal yang menunjukkan kerjasama, misalnya dalam acara pernikahan,

(37)

seluruh kegiatan yang ada mulai dari urusan adat hingga menyediakan makanan yang

disediakan dalam acara tersebut. Biasanya masyarakat akan memberikan bantuan atau

dikatakan dalam bahasa karo “adangen”. Misalnya satu keluarga memberi bantuan

tomat 2kg, keluarga yang lain buncis 5kg dan lain sebagainya hingga terpenuhi

apa-apa saja yang dibutuhkan dalam acara tersebut.

Kerjasama yang dibangun masyarakat desa sangat membantu, selain

meringankan upaya penyelesaian masalah yang ada juga menciptakan hubungan yang

baik dalam masyarakat. Sikap gotong-royong yang sudah ada dari dulu di dalam

masyarakat memberi dukungan yang besar untuk tetap menjaga hubungan yang baik

dalam sosialisasi penduduk desa. Gotong-royong ini semakin dikembangkan

masyarakat untuk meningkatkan keakrapan dalam hubungan masyarakat yang dijalin

selama mereka bersama-sama di Desa Sikeben.

Kehidupan sosial budaya Desa Sikeben sebelum tahun 1965 masih kental

dengan adat istiadat yang diajarkan nenek moyang mereka, belum dipengaruhi oleh

perkembangan. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan masyarakat desa masih tetap

sama dengan kegiatan gotong-royong yang mendarah daging di kehidupan pedesaan.

Ada sedikit kebiasaan yang menjadi tradisi bahwa baik pemuda maupun pemudi

biasanya menghabiskan waktu mereka di lumbung untuk menumbuk padi dalam

lesung. Di Desa Sikeben peran orang tua yang laki-laki sangat besar, di mana mereka

kerap melakukan musyawarah bersama untuk kerukunan kampung. Jadi setiap orang

dewasa terlibat aktif sebagai pembela terhadap keamanan kampung apabila

(38)

2.2.3 Siste m Mata Pencaharian Masyarakat

Masyarakat desa pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya,

memiliki mata pencaharian sebagai petani, walaupun ada sebagian di bidang peternakan.

Sistem mata pencaharian masyarakat bercocok tanam dan bersawah. Mereka mengandalkan

potensi alam lingkungan. Ketersediaan sumber pangan dirasa mampu mencukupi kebutuhan

hidup sehari-hari. Tantangan untuk memasuki hutan belantara adalah kesulitan yang sering

menjadi penghambat sekaligus memotivasi penduduk membuat alternatif baru untuk

mencukupi pangan. Alasan tersebut kemudian menjadi faktor dibukanya hutan dengan

menumbang pohon-pohon kayu sehingga bersih untuk dijadikan lahan pertanian.

Kehidupan masyarakat seadanya sebelum mendapatkan sentuhan pengaruh luar.

Mereka terpusat pada aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup saja ditandai dengan peralatan

yang mereka gunakan dalam urusan dapur rumah tangga. Kegiatan sehari-hari masyarakat

salah satunya adalah menyediakan air bersih untuk kebutuhan memasak dan minuman.

Masyarakat mengambil air dari sungai-sungai, dan membawanya mengunakan kendi. Wanita

membawa air itu dengan cara menjunjung mengunakan kain atau mereka sebut dengan kata

“lanam”. Peralatan masak yang digunakan masyarakat juga masih sederhana, menggunakan

tungku api. Peralatan masak lainnya masih terbuat dari tanah liat seperti wajan, panci

menanak nasi dalam bahasa karo “kudin” dan juga sendok nasi dari bambu dalam bahasa

karo “ukat”.

Tumbuhan bambu tidak hanya terdapat di hutan dan jurang saja, yang tumbuh

secara liar. Sebagian ada juga yang sengaja ditanam oleh penduduk dengan berbagai

keperluan seperti untuk perlindungan kampung, perkakas dapur, peralatan pertanian dan

(39)

yang sifatnya ekonomis umumnya adalah komoditi untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Padi

misalnya, bagi masyarakat di luar daerah merupakan komoditi yang bernilai ekonomis dan

bisa dipasarkan. Berbeda dengan tradisi masyarakat Desa Sikeben, padi yang telah dipanen

akan tertimbun pada lumbung-lumbung maupun dalam rumah. Menyimpan padi di lumbung

sudah menjadi tradisi bagi masyarakat yang ada di Desa Sikeben.

2.3 Komposisi Penduduk

Penduduk Desa Sikeben Kuta mayoritas suku karo, yang merupakan penduduk asli

desa tersebut. Mereka adalah “manteki kuta” dalam istilah bahasa karo yang artinya pertama

kali menemukan desa tersebut dan bermukim disana tata pemerintahan waktu itu diatur dan

dipegang oleh penghulu dibantu oleh seorang anak beru. Pengulu yang dikenal pada waktu

itu ( Jaman Belanda ) ialah Bapak Gempang Sinuhaji yang disegani dan dihormati rakyat.

Merga tanah Sikeben Kuta ini adalah Marga Sinuhaji, dan yang menjadi Kalimbubunya

Merga Sembiring dan Anak Berunya Merga Tarigan. Banyak juga penduduk asli desa keluar

dari Desa Sikeben Kuta menuju desa-desa yang lain seperti Desa Bandar Baru, Berastagi dan

Kabanjahe, sehingga yang bermukim sekarang kebanyakan adalah penduduk pendatang.

Jumlah penduduk ada sekitar 495 jiwa dan 87 KK. Pemerintahan yang ada di desa ini di

awali dengan Kepala Dusun, dan yang menjadi Kepala Dusun yang pertama adalah Gempang

(40)
[image:40.612.232.429.138.220.2]

Tabel. 1

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

243

252

(Sumber : Arsip Desa Sikeben tahun 1981)

Tabel.2

Jumlah penduduk menurut agama / kepercayaan

Islam

8 org.

Protestan

419 org.

Katholik

68 org.

(Sumber: Arsip Desa Sikeben tahun 1981)

Pertambahan penduduk yang terjadi membuat desa mengalami perubahan mulai dari

kebersihan, kesejahteraan penduduk yang mulai meningkat dengan rumah-rumah yang mulai

[image:40.612.185.462.354.471.2]
(41)
[image:41.612.148.477.136.332.2]

Tabel.3

Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

Tidak pernah sekolah

63 org.

Tamat SD/sederajat

328 org.

Tamat SMP/setingkat

54 org.

Tamat SLTA/sederajat

47 org.

Tamat perguruan tinggi

3 org.

(Sumber: Arsip Desa Sikeben tahun 1981)

Tabel.4

Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

Pegawai Negeri

17 org.

Petani

83 org.

Tukang

18 org.

Pedagang

3 org.

[image:41.612.170.461.468.623.2]
(42)

BAB III

PERKEMBANGAN MASYARAKAT DESA SIKEBEN (1965 – 1998)

3.1

Masyarakat Desa Sikeben Tahun 1965-1998

3.1.1 Kehidupan Sosial Budaya

Kehidupan sosial budaya masyarakat Desa Sikeben tahun 1965-1998 mulai

memasuki perubahan yang berkembang. Masyarakat sudah dipengaruhi budaya asing,

masyarakat jadi mengenal budaya lain selain kebudayaan yang mereka dapat dari nenek

monyangnya. Walaupun seperti itu kebudayaan dan adat istiadat tetap masih dipegang teguh

masyarakat Desa Sikeben. Sikap peduli sesama masih mereka gunakan. Kegiatan menanam

dan memanen padi masih dilakukan masyarakat secara gotong royong. Kegiatan acara suka

dan duka masyarakat juga masih tetap ikut andil didalamnya.

Pemerintahan desa memiliki peranan signifikan dalam pengelolaan proses sosial di

dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban pemerintahan desa adalah bagaimana

menciptakan kehidupan demokrasi, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga dapat

membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram dan berkeadilan.

Pemerintahan masyarakat desa dipimpin oleh seorang kepala desa yang dibantu oleh

sekretaris desa dan beberapa orang pembantu desa yang terdiri dari urusan pemerintahan

urusan ekonomi dan pembangunan, urusan kesejahtraan rakyat, urusan keuangan dan urusan

(43)

Memasuki tahun 1965 masyarakat Desa Sikeben mulai berkembang dimana pada

masa ini yang menjadi pimpinan yang disebut kepala kampung ialah Nungkat Barus.

Kehidupan masyarakat mulai berkembang dari perkembangan pemukiman yang ada.

Masyarakat mulai keluar dari tempat tinggalnya di pedalamaan menuju pinggiran jalan.

Keluarnya masyarakat ke pinggiran jalan menarik perhatian penduduk desa tetangga untuk

ikut serta pindah ke pinggiran jalan tersebut. Alasan masyarakat pindah dan bermukim di

pinggiran jalan untuk mendapatkan lahan dan suasana yang baru. Masyarakat juga

mendapatkan sarana yang lebih memadai yang memudahkan akses menjual dan membeli

kebutuhan.

Pada masa kepemimpinan kepala kampung Nungkat Barus perkembangan

yang terjadi masih lambat. Selain sulitnya akses terhadap alat transportasi akibat jalan

yang belum memadai. Saat itu listrik juga belum masuk ke daerah tersebut. Dalam

proses pengembangan pemukiman penduduk, tingkat perekonomian masyarakat Desa

Sikeben masa ini dikatagorikan masyarakat sederhana karena kondisi perumahan

yang masih terbuat dari bambu dan daun rumbia sehingga mudah rusak akibat curah

hujan yang tingi yang turun terus- menerus dan juga akibat angin puting beliung. Lalu

diadakan musyawarah dan usaha penggalangan dana bersama untuk memperbaiki

dan membangun kembali rumah- rumah yang mengalami kerusakan karena tidak ada

bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Kepala kampung

Nungkat Barus memfokuskan pembangunan pemukiman penduduk dengan cara

bergotong-royong karena keterbatasan dana untuk membayar pekerja bangunan dan

(44)

Masyarakat bekerjasama membangun pemukiman mereka. Satu kelompok

berusaha menyelesaikan satu rumah dan begitu juga dengan kelompok yang lain

sehingga pembangunan kembali rumah penduduk cepat selesai. Hal ini dilakukan

dengan sesegera mungkin karena sedang musim hujan, untuk mencegah munculnya

berbagai penyakit dan memastikan setiap rumah tangga memiliki tempat berteduh

dari hujan. Kaum perempuan bertugas menyediakan minuman dan makanan bagi

mereka semua. Setelah pemukiman penduduk selesai dibangun, mereka membangun

jalan yang akan digunakan penduduk keluar atau masuk ke desa. Masyarakat

bersama-sama mengangkat batu-batu untuk menutup tanah-tanah yang digenangi air

agar tidak terlalu becek dan dapat dilalui saat hujan turun. Untuk mengantisipasi

keperluan penduduk keluar dari desa pada saat musim penghujan. Karena

sebelumnya seringkali terjadi longsor yang menyebabkan jalan tertimbun sehingga

penduduk tak bisa keluar dari desa saat musim penghujan.

Semasa Orde Baru, persoalan kemiskinan pedesaan hanya direduksi sebagai

persoalan ekonomi semata. Sedangkan yang seringkali terjadi adalah penduduk

kesulitan memasarkan hasil buminya dan sulit membeli kebutuhan sehari- harinya,

akibat kurang memadainya sarana transportasi ke desa- desa yang terpencil letaknya.

Padahal sebagai sebuah proses, kemiskinan mencerminkan kegagalan suatu sistem

masyarakat dalam mengalokasikan sumber daya dan dana secara adil kepada seluruh

angota masyarakat.

10

Selama Orde baru berlangsung perkembangan ekonomi

(45)

Indonesia meningkat, namun belum menyentuh desa kecil yang terpencil seperti Desa

Sikeben.

Kondisi sosial ekonomi dimulai dari keadaan yang terbelakang hingga

mengalami perubahan berkat dorongan dan kreatifitas baru pada masyarakat itu yang

dibawa oleh gereja. Sistem tanam padi ladang yang dilakukan secara turun- temurun

mulai diubah menjadi sisitem tanam padi sawah. Untuk itu dibutuhkan kerjasama

baik dalam dana maupun pengerjaan sistem baru tersebut. Gotong royong swadaya

murni yang dilakukan masyarakat masih berlangsung hingga masa pemerintahan

Nungkat Barus. Dana dikumpulkan guna pembangunan Desa Sikeben yang dimulai

dengan pembangunan kebutuhan irigasi di desa ini.

Tahun 1968 pembangunan irigasi sepanjang 5 Km dilaksanakan penduduk

bersama-sama melalui bantuan dari gereja GBKP dan swadaya murni masyarakat.

Pembuatan irigasi ini sangat membantu penduduk Desa Sikeben dalam mengolah

pertanian sawah mereka.

Memasuki tahun 1970 gotong royong yang ada di Desa Sikeben mengalami

perkembangan. Gotong-royong di Desa Sikeben mempunyai arti khusus yang jarang terdapat

pada desa-desa lainnya. Gotong-royong dilakukan pria maupun wanita sepanjang hari.

Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan dana yang nantinya menjadi uang kas bersama

masyarakat Desa Sikeben. Khusus bagi kaum wanita setiap menanak nasi menyumbangkan

sejumput beras dan memasukkan ke dalam satu tempat yang telah disediakan. Setiap minggu

dalam satu kalinya bisa menghasilkan 1kg beras. Di Desa Sikeben ada 100 kepala keluarga,

sehingga dalam satu bulan 400kg beras terkumpul dan kemudian beras tersebut dijual dan

(46)

di Desa Sikeben. Inilah yang disebut swadaya murni dari masyarakat. Sistem kekerabatan

yang ada di Desa Sikeben ini berjalan sesuai dengan kebudayaan yang ada, karena

penduduknya mayoritas suku Karo.

Kegiatan lain yang terdapat di Desa Sikeben adalah Kerja Tahun yang

dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Kerja tahun adalah kegiatan

perayaan yang diadakan sebagai syukuran untuk meminta berkat dari Yang Maha

Kuasa saat masa tanam. Tetapi waktu pelaksanaan kerja tahun berbeda-beda di

masing-masing daerah yang termasuk dalam daerah kebudayaan Karo. Beberapa

daerah hanya melaksanakan ritual kerja tahun pada tahapan tertentu dalam kegiatan

pertanian. Ada yang merayakan di masa awal penanaman (merdang merdem), masa

pertumbuhan (nimpa bunga benih), masa menjelang panen (mahpah) ataupun pada

masa panen (ngerires).

11

Kerja Tahun di Desa Sikeben dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus memiliki

alasan tertentu. Awalnya masyarakat merayakan Kerja Tahun saat panen padi,

sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang mereka dapat. Musim panen padi

yang terjadi tidak tetap tanggalnya, sehingga masyarakat sepakat untuk membuat satu

jadwal yang tepat untuk memperingati perayaan. Hasil kesepakatan masyarakat desa

dan perantau menetapkan tanggal perayaan Kerja Tahun pada tanggal 17 Agustus.

Tanggal 17 Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai hari kemerdekaan dan

sebagai pesta Kerja Tahun bagi masyarakat Desa Sikeben.

(47)

Kegiatan Kerja Tahun yang diadakan di desa Sikeben ini sangat meriah dan

dilaksanakan selama dua hari. Pada hari pertama, pagi-pagi masyarakat

bersama-sama memasak makanan yang akan dimakan untuk acara malam dan esok harinya.

Kegiatan memasak yang di lakukan masyarakat secara bersama sesuai dengan

kebutuhan. Mulai dari memasak lauk dan sayur yang akan di makan pada saat

perayaan. Di hari pertama ini biasanya masyarakat akan “ngerires” (yang artinya

memasak lemang), lemang ini merupakan makanan khas yang ada pada saat acara

kerja tahun di Desa Sikeben. Selain dari lemang

masyarakat juga memasak “cimpa”

(makanan terbuat dari tepung yang isinya gula merah dan kelapa di bungkus

menggunakan daun pisang atau daun singkut). Terdapat juga berbagai penganan khas

lainnya untuk menyambut tamu yang datang saat perayaan. Dalam kerja tahun

biasanya teman dan sanak saudara dari luar daerah juga berdatangan untuk

berkunjung dan mengikuti kemeriahan kegiatan kerja tahun.

Selama kegiatan memasak berjalan, muda-mudi yang ada di Desa Sikeben

menyiapkan acara “gendang” (musik untuk acara pesta

) untuk acara malam hari.

Mereka akan mempersiapkan tari-tarian dan juga lagu-lagu yang akan di bawa pada

saat acara malam. Semua sudah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh muda-mudi

sehingga pada saat malam harinya hasilnya baik. Malam harinya setelah selesai

makan malam, masyarakat bersama-sama berkumpul di balai desa untuk menikmati

acara yang ada.

Keesokkan harinya merupakan acara puncak. Masyarakat mendatangi

(48)

acara yang ada karena selama setahun di hari itulah mereka dapat bertemu dengan

keluarga yang berada di Desa Sikeben ataupun yang di luar wilayah Kecamatan

Sibolangit. Masyarakat menikmati acara-acara yang disuguhkan dalam kegiatan kerja

tahun ini, bersama-sama selama dua hari membuat hati masyarakat bahagia.

Kerja tahun menjadi semacam perwujudan prinsip kebersamaan, silaturahmi

dan rasa syukur dalam masyarakat Karo. Setelah satu tahun disibukkan oleh kegiatan

bertani atau berladang yang juga dilaksanakan secara gotong royong, maka hasil dari

aktivitas pertanian itu juga harus disyukuri dan dinikmati secara gotong royo

Gambar

Tabel.2
Tabel.3
Tabel.5

Referensi

Dokumen terkait

Saat periode Serdang Doctor Fonds Hospitaal (1913-1950) tidak terjadi perubahan yang signifikan dalam sarana prasarana, tetapi jika dilihat dari struktur organisasi, tenaga medis,

Sedangkan penelitian ini membahas perubahan masyarakat yang awalnya menganggap pendidikan tidak penting namun seiring berkembangnya zaman pemikiran itu mulai berubah

Industri Kaeret Nusantara Merupakan Pabrik Karet yang memproduksi karet gelang, bahan – bahan yang terbuat dari karet, ban sepeda luar dan dalam, compound, sarung tangan,

(3) Dampak pengembangan Telaga Sarangan bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa Sarangan, yaitu adanya perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat misalnya mengubah

Desa Perkebunan Ramunia memiliki berbagai sarana dan prasarana mulai dari pertanian, pendidikan, kesehatan, jalan, olahraga, ibadah, dan administrasi.. Sarana dan

Pada periode beliau merupakan masa kemajuan pondok baik dari sarana prasarana maupun pendidikan, sehingga ribuan santri dari berbagai daerah mulai dari Madura, Surabaya,

Kendala seperti perizinan dari pemerintah, sarana dan prasarana penunjang, perencanaan yang belum sepenuhnya berjalan dengan baik, beberapa aspirasi dari masyarakat

Seiring dengan perjalanan waktu jumlah kunjungan wisatawan juga meningkat, masyarakat Desa Lumban Bulbul mulai membuat dan membenahi sarana dan prasarana yang