• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang - Sejarah Perkembangan Desa Sikeben Kecamatan Sibolangit ( 1965-1998 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang - Sejarah Perkembangan Desa Sikeben Kecamatan Sibolangit ( 1965-1998 )"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

“Ilmu sejarah merupakan ilmu yang meliputi seluruh aktifitas manusia, dengan memperhatikan proses dan struktur yang tunggal dalam ruang dan waktu. Demikian halnya dengan sejarah itu sendiri, sejarah dipandang sebagai rangkaian peristiwa yang dialami manusia di dunia ini, dengan kejadian-kejadian yang datang silih berganti di masa lalu dan membentuk masa sekarang serta masa yang akan datang.” 1

Keadaan yang kita kenal pada saat ini merupakan hasil dari proses sejarah. Proses

yang dengan jelas menunjukkan bagaimana sistem kemasyarakatan dengan struktur ekonomi,

sosial dan politik, tumbuh, berubah dan mencapai tingkat perkembangannya sampai saat ini.

Perkembangan sering diidentikkan dengan perubahan. Perkembangan di suatu daerah atau

wilayah dengan sendirinya memberikan perubahan, bagi daerah tersebut baik itu secara

keseluruhan ataupun sebagian. Di dalam sejarah perkembangan desa ataupun kota

dipengaruhi oleh masyarakat setempat. Pertambahan atau berkurangnya penduduk

memberikan pengaruh yang besar bagi perubahan desa atau kota. Perubahan yang dimaksud

bisa dilihat melalui perilaku dari anggota masyarakat sehari-hari secara individual atau

kelompok.

(2)

Setiap gejala sejarah yang berhubungan dengan kehidupan sosial suatu

komunitas atau kelompok, disebut sejarah sosial. Adapun manifestasi kehidupan

sosial beraneka ragam, seperti kehidupan keluarga beserta pendidikannya, gaya hidup

yang meliputi pakaian, perumahan, makanan, perawatan kesehatan, segala macam

bentuk rekreasi, seperti permainan, kesenian, olahraga, peralatan, upacara, dan lain

sebagainya. Dengan demikian, ruang lingkup sejarah sosial sangat luas oleh karena

hampir segala aspek hidup mempunyai dimensi sosialnya.

2

Dalam memahami suatu proses, penelitian dan penulisan sejarah merupakan

suatu usaha untuk merekontruksi ataupun menulis kembali peristiwa sejarah dan

menyusunnya

menjadi

sebuah

historiografi yang lengkap. Historiografi pada

prinsipnya bukanlah sekedar suatu usaha penyuntingan ulang cerita lama. Untuk

menjadi disiplin ilmu, historiografi berkembang dengan menggunakan metode dan

pendekatan-pendekatan ilmu sosial. Sebab dengan menggunakan pendekatan

ilmu-ilmu sosial ruang lingkup sejarah tidak lagi dibatasi oleh pertanyaan-pertanyaan

tentang proses, tetapi juga mulai memikirkan mengenai struktur. Sejarah yang semula

bersifat cerita yang semata-mata deskriptif dan diakronik mulai menuju ke arah

tulisan yang analitis dan sinkronis.

3

2Sartono Kartodirdjo, Pendek atan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal. 50.

(3)

Dari sekian banyak tema penulisan sejarah, tema tentang sejarah sosial mempunyai

bahan garapan yang sangat luas dan beraneka ragam. Sejarah sosial menjadikan masyarakat

dengan segala aktifitasnya sebagai bahan kajian. Pada hakekatnya, untuk mencapai

kesempurnaan dalam masyarakat, manusia mempunyai rasa solidaritas yang sangat tinggi.

Setiap manusia akan selalu membutuhkan manusia lainnya dalam memenuhi kebutuhannya.

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa ada bantuan dari manusia

lainnya . Ketika membahas soal desa maka yang selalu ditonjolkan ialah sifat gotong-royong

yang kuat di mana orang-orangnya tidak mempunyai pamrih, suasananya harmonis dan suka

tolong-menolong.

Dasar terjadinya interaksi sosial adalah kontak sosial dan komunikasi.

Kontak sosial terjadi bila individu merasa ada individu lain di sekitarnya. Individu

secara sadar mengangap orang lain ada disekitar dirinya. Komunikasi terjadi setelah

ada informasi yang disampaikan, bisa bersifat komunikasi satu arah atau dua arah.

Komunikasi yang terjadi dalam masyarakat memberikan dampak bagi masyarakat,

baik hasilnya memberi pengaruh positif ataupun negatife bagi perkembangan

masyarakat.

Kurangnya interaksi suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain akan

menyebabkan lambannya perkembangan masyarakat tersebut. Untuk membuka

keterasingan masyarakat tertentu ada berbagai cara yang dapat dilakukan antara lain

membuka komunikasi dengan masyarakat itu. Pembangunan sarana komunikasi dan

transportasi disuatu daerah sebenarnya berdampak meningkatkan frekwensi interaksi

masyarakat tadi dengan masyakat yang lain. Dengan adanya tambahan interaksi

(4)

Masyarakat desa sebagai suatu kelompok orang-orang yang hidup dan

bekerja sama dalam suatu wilayah, yang terikat dan bersatu adalah orang-orang yang

masih hidup dan mematuhi tradisi dan adat istiadat yang turun-temurun yang dapat

saja mengakibatkan ketidakmajuan desa. Ketidakmajuan desa itu antara lain

disebabkan oleh letak desa yang sangat tertutup/terisolir dari dunia luar untuk

dipengaruhi, terlalu menjunjung kepercayaan tradisional dan adat hingga mereka

menolak usaha-usaha untuk merubahnya, terlalu bersikap masa bodoh atatu terlalu

miskin untuk merubah cara-cara mereka tanpa rangsangan yang lebih banyak,

pertolongan dan pengajaran daripada yang mereka miliki, transportasi yang sangat

minim, serta masih kurangnya komunikasi dan informasi dari luar.

Masyarakat pedesaan dalam konteks umum sering disamakan dengan

masyarakat pertanian, karena dimana saja masyarakat desa hidup dengan pertanian

dan mereka kebanyakan penduduk miskin. Kemiskinan dan ketertinggalan sangat

dominan pada masyarakat desa, dibandingkan dengan masyarakat kota. Sektor

modern yang sangat besar sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi selalu

mendapat kesempatan yang sangat luas, sehingga membawa kecenderungan

melupakan potensi pedesaan. Timbulnya perubahan-perubahan atau variasi-variasi

pendekatan terhadap pembangunan pedesaan, sebagai usaha untuk menyentuh dan

memperbaiki taraf hidup kelompok masyarakat miskin disebabkan oleh kompleksnya

dan sukarnya mengatasi keterbelakangan pedesaan. Kesukaran tersebut tidak hanya

bersumber dari factor-faktor yang sifatnya ekonomis mikro, seperti kekurangan

(5)

juga hambatan-hambatan yang bersumber dari dimensi struktur masyarakat pedesaan,

seperti susunan kekuasaan dan pola-pola kelembagaan tradisional.

Desa Sikeben merupakan bagian dari Kecamatan Sibolangit. Awalnya desa

ini dikenal dengan sebutan Sikeben Kuta, karena letaknya terpencil jauh dari pusat

kota menyebabkan masyarakat kekurangan sarana dan prasarana. Desa ini dahulu

merupakan tempat penyimpanan padi atau yang sering di sebut lumbung (dalam

bahasa Karo disebut “keben”). Pertanian padi di desa ini pada saat itu menunjukkan

hasil yang memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya dua buah lumbung

padi. Tanaman sayur-mayur seperti buncis, mentimun, sayur paret, bayam, dan lain

sebagainya juga dihasilkan dari daerah ini. Kehidupan masyarakat yang ada di Desa

Sikeben ini sederhana karena jauh dari pusat kota.

Keberlangsungan hidup masyarakat desa Sikeben sangat akrab dan rasa

solidaritas di antara sesama masyarakat sangat kuat, diperkaya oleh tradisi dan

budaya yang turun-temurun dari nenek moyangnya. Tradisi dan budaya asli Karo

berlangsung dalam kehidupan masyarakat, baik dalam upacara adat maupun kegiatan

lainnya. Masyarakat menggantungkan hidup pada kekayaan sumber daya alam dan

lahan pertanian.

Gotong-royong adalah bentuk pelaksanaan pekerjaan yang berfungsi mengatasi

masalah kepentingan bersama. Desa Sikeben masih kental dengan sifat gotong-royong dalam

melakukan kegiatan, baik itu dalam acara suka, duka ataupun kerjasama dalah pekerjaan

sehari- hari. Sikap toleransi dan mau bekerjasama serta partisipasi menjadi bagian penting

dalam pembangunan desa . Kerjasama adalah suatu tradisi yang dipertahankan dari generasi

(6)

gotong-royong sepenuhnya dari masyarakat dimana dana hasil patungan masyarakat dan semua

kegiatan dilakukan oleh masyarakat desa Sikeben. Ada juga gotong-royong oleh masyarakat

dengan subsidi dari pemerintah. Gotong royong dan kerjasama membuat Desa Sikeben

mampu bertahan dan berkembang.

Masa pemerintah kolonial rakyat dihantui rasa takut terhadap penindasan. Jika

mereka bertemu dengan bangsa asing maka mereka akan memutar arah agar tidak

berpapasan. Masyarakat yang ada di desa Sikeben banyak membuat jalan pintas menuju desa

lain untuk menghindari bertemu dengan pemerintah kolonial. Masa kolonial Belanda, akibat

letaknya yang cukup terpencil maka kebutuhan dan alat pemenuhan kebutuhan penduduk

Desa Sikeben masih cukup sederhana baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Dengan

berkembangnya pengetahuan dan teknologi maka pembangunan dan kebutuhan ekonomi juga

mengalami peningkatan. Sarana transpotasi menjadi salah satu fasilitas yang banyak

dibangun untuk memudahkan akses pengiriman hasil bumi ke pelabuhan . Karena adanya

kebutuhan-kebutuhan baru ini, terbentuklah perkumpulan-perkumpulan baru, seperti

perkampungan baru karena desa tidak dapat lagi menampungnya.4 Perkembangan kebutuhan

sarana tranportasi, maka pemerintah colonial membangun jalan untuk memudahkan

pengiriman hasil bumi, salah satunya jalan Medan- Brastagi yang membuka akses yang lebih

luas bagi desa kecil.

Keberadaan Desa Sikeben yang terisolasi, jauh dari jalan menimbulkan masalah

tersendiri. Sulitnya akses keluar-masuk desa, menyebabkan Desa Sikeben mengalami

keterbelakangan dan kekurangan informasi. Adat istiadat memberi pengaruh besar dalam

menjalankan sistem kemasyarakatan yang berkembang di Desa Sikeben. Agama juga

(7)

berpengaruh dalam masyarakat. Gereja punya andil dalam membuka pandangan masyarakat

tentang pentingnya pendidikan, agar masyarakat Desa Sikeben mampu membaca dan

menulis.

Adanya keinginan untuk menjadi lebih baik mendorong penduduk untuk

menyekolahkan anak- anak sehingga penduduk membangun sarana pendididkan formal

tingkat dasar secara swadaya dan berusaha menyekolahkan anak- anak ke kota karena

keterbatasan fasilitas pendidikan yang ada di desa. Mereka mengharapkan anak-anak akan

lebih maju dari pada orang tuanya. Bahkan mereka sering mengatakan bahwa yang terpenting

anak bisa sekolah, pintar dan maju. Dalam upaya memajukan anak, petani di Desa Sikeben

ini berusaha untuk meningkatkan hasil usaha taninya. Sumber penghasilan mereka yang

terutama berasal dari hasil pertanian, selain usaha lain seperti berdagang dan berternak.

Masyarakat Desa Sikeben yang awalnya bermukim di pelosok akhirnya keluar

menuju tempat-tempat yang lebih terjangkau transportasi. Pengaruh dari agama yang masuk

ke desa ini memberikan perubahan yang cukup besar. Seperti GBKP membangun sekolah

dan juga Partisipasi Pembangunan (PARPEM) bagi desa Sikeben. Gereja Katolik

membangun Biara Santa Clara di desa tersebut, hingga orang luar mengenal dan melakukan

kunjungan ke desa Sikeben. Perubahan yang ada di desa Sikeben ini menarik perhatian

penduduk yang berada lebih dalam lagi lokasinya dari desa ini, seperti Desa Bukum dimana

jalan menuju desa ini rusak parah dan sangat sulit melewatinya bila menggunakan kendaraan

roda empat. Perpindahan penduduk ke Desa Sikeben memberikan pengaruh yang cukup besar

(8)

Walaupun perkembangan telah terjadi, masih ada beberapa rumah tangga yang dari awal

adanya desa hingga sekarang perumahannya tetap seperti itu.5

Perubahan dan perkembangan yang terjadi di Desa Sikeben menarik perhatian

penulis untuk mengulasnya dalam sejarah sosial. Agar pembabakan waktu dalam

penulisan ini tidak terlalu meluas, maka ditentukan periodisasi. Penelitian diawali

mulai dari tahun 1965 di mana sejak tahun inilah penduduk mulai membuat

permukiman baru di pinggiran jalan. Penelitian diakhiri tahun 1998 yaitu berdirinya

Biara Santa Clara dimana pembangunan dan kunjungan orang-orang ke desa Sikeben

meningkat.

2. Rumusan Masalah

Yang menjadi landasan dalam sebuah penelitian itu sendiri adalah apa yang menjadi

akar permasalahnnya. Maka berdasarkan latar belakang di atas, utuk mempermudah

penulisan dalam upaya menghasilkan penelitian yang objektif, pembahasannya dirumuskan

terhadap masalah-masalah sebagai berikut :

1.

Bagaimana sejarah Desa Sikeben?

2.

Bagaimana kehidupan masyarakat Desa Sikeben sebelum tahun 1965?

3.

Bagaimana perkembangan kehidupan masyarakat Desa Sikeben selama

periode 1965-1998?

4.

Apa saja faktor penyebab terjadinya perkembangan Desa Sikeben selama

periode 1965-1998?

(9)

3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Setelah mengetahui apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan, maka

yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah apa yang menjadi tujuan penulisan serta

manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan :

1.

Mengetahui sejarah Desa Sikeben.

2.

Mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat Desa Sikeben sebelum tahun

1965.

3.

Mengetahui bagaimana perkembangan kehidupan masyarakat Desa Sikeben

selama periode 1965-1998.

4.

Mengetahui apa saja faktor penyebab terjadinya perkembangan Desa Sikeben

selama periode 1965-1998.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan adalah sebagai berikut :

1. Menambah referensi dan literature mengenai Perkembangan Desa Sikeben yang

berguna terhadap dunia akademis, terutama dalam studi Ilmu Sejarah guna

membuka ruang penulisan sejarah yang berikutnya.

2. Menjadi masukan bagi masyarakat yang ada di Desa Sikeben agar dapat lebih

meningkatkan lagi perkembangan di masa yang akan datang.

3. Menambah wawasan pembaca mengenai perkembangan masyarakat yang ada di

(10)

4. Tinjauan Pustaka

Dalam memahami masalah penelitian ini, diperlukan beberapa refrensi yang dapat

dijadikan panduan penulisan nantinya dalam bentuk tinjauan pustaka.

Soedjito dalam bukunya yang berjudul : Aspek Sosial Budaya Dalam Pembangunan

Pedesaan ( 1987 ), menjelaskan tentang bagaimana kehidupan desa pada zaman penjajahan

yang akhirnya meninggalkan bekas-bekas kebudayaan yang ada pada masyarakat pedesaan.

Dalam buku ini juga menjelaskan sosial budaya yang ada pada masyarakat pedesaan

sehingga memberikan pengaruh yang begitu besar bagi masyarakat pedesaan. Dari buku ini

juga dapat dilihat persoalan-persoalan mengenai proses perubahan dalam masyarakat

pedesaan serta memiliki kesamaan dengan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis.

Buku terbitan Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Seminar Sejarah Lokal:

Dinamika Masyarakat Pedesaan (1983), oleh Muhammad Takari, dkk memberikan

gambaran tentang ciri- ciri masyarakat desa di Indonesia. Menunjukan persamaan dan juga

perbedaan gejala yang timbul di beberapa desa berbeda melalui adat istiadat, kerukunan

beragama, dan konflik yang terjadi dalam kaitannya terhadap pertumbuhan atau kemunduran

suatu desa.

Buku Robert Chambers yang berjudul, Pembangunan Desa “Mulai Dari Belakang”

(1996), menceritakan tentang bagaimana perjalanan sebuah desa yang berawal dari

keterbelakangan hingga nantinya berubah menjadi desa yang berkembang. Pembangunan

yang terjadi dimulai dari kehidupan desa yang di awal terbentuknya hingga memberikan

perbandingan bagi desa yang mulai menunjukan perkembangan. Perubahan yang terjadi di

desa dipengaruhi oleh pemuka dan penggerak yang ada di desa tersebut dengan dukungan

(11)

harus menbedakan akibat dari tujuan yang berbeda-beda. Pembangunan desa yang didukung

dari kerja sama yang baik antara penduduk dan pemerintahan desa dapat menghasilkan desa

yang maju dan berkembang.

Buku yang berjudul Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa secara

Partisipatif (1996) oleh Robert Chambers, mengkaji tentang partisipasi dan tanggapan

masyarakat dalam upaya membangun desa. Dari sini dapat dilakukan pendekatan untuk

mengetahui tingkat kerjasama masyarakat dalam menanggapi, menanggulangi dan mengatasi

masalah yang berhubungan dengan kepentingan bersama dalam merancang pembangunan

desa tersebut.

Koentrjaraningrat dalam buku : Beberapa Pokok Antropologi Sosial (1967),

menjelaskan bagaimana batasan-batasan kajian yang terdapat di kehidupan sosial masyarakat.

Dengan buku ini nantinya penulis dapat menjelaskan perjalanan kehidupan penduduk dari

jaman hanya masih mengandalkan fasilitas seadanya saja hingga nantinya berkembang

mengunakan fasilitas yang lebih memadai. Perjalanan kehidupan penduduk ini menjadi

bagian dari penulisaan skripsi untuk desa Sikeben yang dari awal hanya sebuah desa kecil

(12)

5. Metode Penelitian

Untuk menghasilkan suatu tulisan sejarah maka penulis memerlukan metode atau

tekhnik pengumpulan data sampai ke tahap penulisan. Oleh karena itu penulis menggunakan

metode penulisan sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.6

Tahap pertama heuristik (pengumpulan sumber) yang sesuai dan mendukung objek

yang diteliti. Hal ini dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dan penelitian

lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan menggunakan beberapa buku, majalah,

artikel, skripsi dan karya tulis yang pernah ditulis sebelumnya dan berkaitan dengan

Perkembangan Desa Sikeben. Penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan metode

wawancara terhadap informan-informan yang terkait dengan penelitian, seperti wawancara

dengan pemimpin dan mantan pemimpin desa, pegawai Kecamatan Sibolangit, juga kepada

penduduk setempat yang sudah lama berdomisili di Desa Sikeben.

Tahapan kedua yang dilakukan adalah kritik. Dalam tahapan ini kritik dilakukan

terhadap sumber yang telah terkumpul pada kegiatan heuristic kemudian di saring dan

diseleksi. Data yang terkumpul tersebut baik merupakan data hasil wawancara maupun data

tulisan/pustaka akan disaring dan diseleksi guna mengetahui keauntetikan serta

kesahihannya. Kritik sumber ini terbagi dua, yakni kritik ekstren meliputi berbagai sumber

yang penulis kumpulkan baik berupa dokumen atau sumber pustaka dimana aspek fisiknya

tersebut diuji dengan memperhatikan aspek dominan yang mempengaruhi kondisi dokumen

itu sehingga mendapat sumber yang autentik. Selanjutnya kritik intern adalah berupa

pengujian atas keaslian isi data yang kita

(13)

peroleh, apakah data tersebut dapat dipercaya berdasarkan komposisi dan legalitas data. 7

Tahapan ketiga adalah interpretasi. Data yang diperoleh dianalisis sehingga

melahirkan satu analisis yang baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang

diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada

membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang

tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif pada perkembangan Desa Sikeben.

Tahap terakhir adalah historiografi, yaitu penulisan sejarah. Pada tahap ini,

studi ini berusaha untuk memahami sejarah sebagaimana yang dikisahkan, sehingga

mampu disaj

ikan dengan jelas ” Sejarah Perkembangan Desa Sikeben Kecamatan

Sibolangit (1965-

1998)”.

Referensi

Dokumen terkait

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para guru MAN Kendal khususnya dan masyarakat pada umumnya tentang pembinaan disiplin belajar siswa

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi manajemen Rumah Sakit untuk dapat merumuskan startegi pemasaran yang tepat dalam meningkatkan

Sektor pertanian merupakan andalan untuk meningkatkan kesejahteraan sebagian masyarakat Indonesia karena sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di desa dan bekerja di

a) Bagi Masyarakat, khususnya pelaku aktif organisasi di masyarakat diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan masukan dan.. motivasi mengenai urgensi

Program Dokumenter “Kauman Undercover” diharapkan mampu menjadi salah satu referensi bagi masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami sejarah perkembangan suatu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam manjalankan program-program yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat khususnya pada

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya dalam membahas tentang rasa syukur dan harga

Bagi Perusahaan Sebagai masukan, saran atau pertimbangan dalam menjalankan kegiatannya agar lebih baik lagi terutama yang berkaitan dengan sikap kerja dan pengalaman kerja terhadap