• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

D. Kekerasan anak dalam siyasah syar’iyyah

42

penganiaya, menjadi besifat keras, gangguan stres pascatrauma dan terlibat dalam penggunaan zat adiktif.

Mereka mungkin juga berupaya menutupi luka yang dideritanya dan tetap bungkam merahasiakan pelakunya karena ketakutan akan mendapatkan pembalasan dendam. Mungkin juga akan mengalami kelmabatan dalam tahap perkembangannya, sering mengalami kesulitan dalam hubungannya, sering mengalami kesulitan dalam hubungannya dengan teman sebayanya dan

menunjukkan tingkah laku menyakiti diri sendiri bahkan tingkah laku bunuh diri25.

43

kajian-kajian politik, seperti al-Siyasah al-Madaniyyah karya al-Farabi, siyasah merujuk pada

cabang filsafat yang mendalami seni berpolitik. Dalam fiqih Islam Sunni,

siyasah terdapat pada kata siyasah syar'iyyah, yang berarti pemerintahan berdasarkan hukum syariah. Kata tersebut merujuk kepada doktrin atau

dimensi politis dari hukum Islam, yang sudah ada sejak abad pertengahan untuk mengharmonisasikan hukum Islam dengan tuntutan dalam urusan politik.26

2. Pengertian syar‟iyyah

a. Pengertian syar‟iyyah menurut bahasa

Secara etimologi syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti:

puasa, shalat, haji, zakat dan seluruh kebajikan. Kata syariat berasal dari kata syar‟a al-syai‟u yang berarti menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Atau berasal dari kata syir‟ah dan syariah yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan alat lain. Syariat dalam istilah syar‟i hukum-hukum Allah yang disyariatkan kepada hamba-hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam

26https://id.wikipedia.org/wiki/Siyasah diakses pada tanggal 15 maret

44

Qur‟an dan sunnah nabi Saw dari perkataan, perbuatan dan penetapan. Syariat dalam penjelasan Qardhawi adalah hukum-hukum Allah yang ditetapkan berdasarkan dalil-dalil Al-Qur‟an dan sunnah serta dalil-dalil yang berkaitan dengan keduanya seperti ijma‟ dan qiyas.

b. Pengertian syar‟iyyah menurut istilah

Secara terminologis menurut ibnu akil adalah sesuatu tindakan yang secara praktis membawah manusia dengan membawah kemaslahatan dan terhindar dari kerusakan.27

Definisi ini lebih dipertegas oleh Abdurrahman taj yang merumuskan siyasah sebagai hukum-hukum yang mengatur kepentingan mrhara, mengorganisasi permasalahan umat sesuai dengan jiwa ( semangat) syariat dan dasar-dasarnya yang universal demi terciptanya tujuan-tujuan

kemasyarakatan, walaupun pengaturan tersebut tidak ditengaskan baik olrh Al-Qur‟an maupun al-sunnah.28

Bahansi merumuskan bahwa siyasah syar‟iyah adalah pengaturan kemaslahatan umat manusia sesuai dengan tuntutan syara. Sementara para fuqaha, sebagaimana di kutip

27 Wahbah zuhaily.”ushul fiqh”.kuliyat da‟wah al Islami. (Jakarta: Radar Jaya Pratama, 1997), 89

28 https://dadansetiana.wordpress.com/pengertian-siyasah-syariyyah-dan-fiqih-siyasah-serta- cakupan-dan-sejarah-munculnya/ diakses pada tanggal 17 februari

45

khallaf, mendefinisikan siyasah syariah sebagai kewenangan penguasa/pemerintah untuk melakukan kebijakan- kebijakan politik yang mengacu kepada kemaslahatan melalui peraturan yang tidak bertentangan dengan dasar-dasar agama, walaupun tidak terdapat dalil yang khusus untuk hal itu.

a. Hakikat siyasah syar‟iyyah

Dengan menganalisis defenisi-definisi yan dikemukakan para ahli diatas dapat ditemukan hakikat siyasah syar‟iyah, yaitu:.

1. Bahwa siyasah syar‟iyah berhubungan dengan pengurusan peraturan kehidupan manusia.

2. Bahwa pengurusan dan peraturan ini dilakukan oleh pemegang kekuasaan (ulu ai-amr).

3. Tujuan peraturan tersebut adalah untuk menciptakan kemaslahatan dan menolak kemudharatan.

4. Peraturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam.

Berdasarkan hakikat siyasah syar‟iyah ini dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber pokok siyasah syar‟iyah adalah al Quran dan al Sunnah. Kedua sumber-sumber inilah yang menjadi acuan bagi pemegang pemerintahan untuk

menciptakan peraturan perundang-undangan dan mengatur kehidupan rbe29.Di dalam QS. An-nisa/4 : 59

29 http://dadansetiana.wordpress.com/pengertian-siyasah-syariyyah-dan-fiqih-siyasah-

46

ََّللّٱ ْاوُعيِطَأ ْآَٰوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأَٰٓ َي َنَت نِإَف ۡۖأمُكنِم ِر أمَ ألۡٱ يِلْوُأَو َلوُسَّرلٱ ْاوُعيِطَأَو

ُهوُّدُرَف ٖء أيَش يِف أمُت أعَز

الًيِوأأَت ُنَس أحَأَو ٞرأيَخ َكِل َذ ِِۚرِخَٰٓ ألۡٱ ِم أوَيألٱَو ِ َّللّٱِب َنوُنِم أؤُت أمُتنُك نِإ ِلوُسَّرلٱَو ِ َّللّٱ ىَلِإ

Terjemahan Nya

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” 30

Taatlah kepada allah dan amalkanlah kitabnya;kemudian taatlah kepada rasul, karena beliau menerangkan bagi manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka. Sunnatu i-lah telah menetapkan, bahwa diantara manusia ada para rasul yang menyampaikan syari‟at Allah kepada mereka, dan kita wajib menaati mereka.

Kemudian taatlah kepada ulil amri, yaitu para umara, hakim, ulama, panglima perang, dan seluruh pemimpin dan kepala yang menjadi tempat kembali manusia dalam kebutuhan dan maslahat umum. Apabila mereka telah menyepakati sesuatu urusan atau hukum, mereka wajib taati. Dengan syarat, mereka harus dapat dipercya, tidak menyalahi perintah allah dan sunnah rasul yang mutawatir, dan didalam membahas serta meyepakati perkara mereka tidak ada pihak yang memaksa.

Adapun perkara ibadah dan hal-hal yang termasuk dalam keyakinan keagamaan, Ahlu „l-Halli wa „l-Aqdi tidak memepunyai urusan dengannya,

melainkan hanya diambil dari allah dan Rasulnya saja. Tidak ada satu orang pun yang berhak berpendapat tentang itu, kecuali hanya dengan memahaminya saja.

Apabila Ahlu „l-Halli wa „l‟-„Aqdi dari kaum mi‟minin telah ber-ijma‟ (sepakat) atas suatu urusan diantaranya kemaslahatan-kemaslahatan umat yang tidak ada nash-nya dari Allah, kemudian di dalam hal itu mereka bebas memilih dalam arti tidak dipaksa oleh kekuatan apapun wibawah seseorang, maka menaatinya adalah wajib. Hal ini pernah dilakukan oleh umar ketika bermusyawarah dengan ahlu „r-ra‟yi dari para sahabat tentang

30 Kementrian Agama RI, al-Qur`an dan Terjemahnya( Bekasi : Cipta Bagus Segara,2012) h. 87-88

47

kantor yang didirikannya dan tentang hal lain dari kemaslahatan-kemaslahatan yang diadakannya dengan pendapat ulil amri diantata para sahabat. Meskipun perkara tersebut belum pernah ada pada zaman nabi saw. Namun tidak ada seorang pun diantara para ulama mereka yang menentangnya.31

Dari sini dapat diketahui bahwa ayat menerangkan pokok-pokok agama di dalam pemerintahan Islam yaitu:

a) Pokok pertama ialah Al-Qur‟anu „l-karim; mengamalkannya merupakan ketaatan kepada Allah ta‟ala.

b) Pokok kedua adalah Sunnah Rasulullah saw, dan mengamalkannya merupakan ketaatan kepada Rasulullah saw.

c) Pokok ketiga ialah ijma‟ yaitu ahlu „i-halli wa „l-„aqdi yang dipercaya oleh umat. Mereka itu ialah para ulama; para paglima tentara; para pemimpin maslahat-maslahat umum, seperti pedagang, pembuat barang dan petani; kepala pekerja; pemimpin partai; direktur dan pimpinan redaksi surat kabar; ketaatan kepada mereka adalah ketaatan kepada ulil amri.

d) Pokok keempat ialah memeriksa masalah-masalah yang diperselisihkan pada kaidah-kaidah dan hukum-hukum umum yang diketahui di dalam Al-Kitab dan sunnah; yaitu firmannya:

“kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur‟an) dan Rasul (sunnahnya)”.

Kempat pokok-pokok ini adalah sumber-sumber syari‟at.

Dan harus ada sekelompok orang yang bertugas memeriksa masalah-masalah yang dipertentangkan didalam Al-Kitab dan sunnah, yaitu para ulama yang dipilih oleh ulil amri. Kemudian, para pemerintah wajib menjalankan hukum yang telah ditetpkan oleh mereka, dengan demikian, Negara Islam terbagi kepada dua kelompok manusia;

pertama, kelompok yang menerangkan hukum-hukum, mereka disebut “badan legislatif” dan kelompok pemerintah yang menjalankan ketetapan, mereka disebut “badan eksekutif”.32

b. Definisi sistem pemerintahan dan siyasah syar‟iyah

Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan pemerintahan. Kata sistem merupakan terjemahan dari

31Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi (Semarang:Toga Putra, 1986), h.119-

120

32Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi (Semarang:Toga Putra, 1986), h.120-

48

kata system (bahasa inggris) yang berarti susunan, tatanan, jaringan, atau cara. Sedangkan pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah. Dan dalam kamus bahasa Indonesia, kata-kata itu berarti:

1. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatu.

2. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintahkan suatu wilayah, daerah atau, Negara.

3. Pemerintahan adalah perbuatan, cara, hal, urusan dalam pemerintahan.

Maka dalam arti luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintaha yang dilakukan oleh badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif disuatu Negara dalam rangka dalam mencapai tujuan penyelengaraan Negara. Dalam arti yang sempit, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekitif beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelengaraan Negara. Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai kmponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi dalam mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan.33

Dunia internasional juga telah bersepakat untuk membuat sebuah aturan yang mengatur tentang perlindungan anak. Maka pada

33 http://dadansetiana.wordpress.com/pengertian-siyasah-syariyyah-dan-fiqih-siyasah- serta-cakupan-dan-sejarah-munsulnya/di aksse pada tanggal 15 februari 2021

49

tanggal 28 November 1989 Majelis Umum PBB telah mengesahkan Konvensi Hak Anak (KHA), setahun setelah KHA disahkan, maka pada tanggal 25 Agustus 1990 pemerintah Indonesia meratifikasi konvensi tersebut melalui Keputusan Presiden No.36 Tahun 1990 dan mulai berlaku sejak 5 Oktober 1990.

Dengan ikutnya Indonesia dalam mengesahkan konvensi tersebut maka Indonesia terikat dengan KHA dan segala konsekuensinya.

Artinya, setiap menyangkut tentang kehidupan anak harus mengacu pada KHA dan tidak ada pilihan lain kecuali melaksanakan dan internasional. Dalam mewujudkan pelaksanaan KHA maka pemerintah Indonesia telahmembuat aturan hukum dalam upaya melindungi anak. Aturan hukum ter-sebut telah tertuang dalam UU No 23. TAHUN 2002 tentang perlindungan anak yang disahkan apada tanggal 22 Oktober 2002. Jadi jelaslah bahwaperlindungan anak mutlak harus dilakukan karena mulai dari tingkat inter- nasional dan nasional sudah memiliki instrumen hukum.

Bagaimana pandangan Islam tentang perlindungan anak dan kekerasan anak dalam34rumah tangga?

Mewujudkan keutuhan dalam rumah tangga adalah dambaan setiaporang. Hal itu sangat tergantung pada setiap orang dalam lingkup rumahtangga tersebut untuk memahami perannya, terutama

34Purnama rozak,” Kekerasan Terhadap Anak dalam Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam”, volume 9, nomor 1,(Oktober 2013)

50

kadar kualitas perilaku dan pengendalian diri setiap orang dalam lingkup rumah tanggatersebut. Keutuhan dan kerukunan rumah tangga dapat terganggu jika kualitas dan pengendalian diri tidak dapat dikontrol, yang pada akhirnya dapat terjadi kekerasan dalam rumah tangga sehingga timbul rasa tidak aman, ketidakadilan, maupun ketidaknyamanan terhadap orang yang berada dalam lingkup rumah tangga. Hal ini sesuai dengan tujuan per- nikahan dalam Islam yaitu membentuk keluarga yang sakinah mawadah warahmah.

Keluarga adalah tempat pertama kali anak belajar mengenal aturan yang berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sudah barang tentu dalam proses belajar ini, anak cenderung melakukan kesalahan. Bertolak dari kesalahan yang dilakukan, anak akan lebih mengetahui tindakan- tindakan yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, patut atau tidak patut.Namun orang tua menyikapi proses belajar

menghormatinya maka akan memiliki pengaruh yang negatif dalam hubungan anak yang salah ini dengankekerasan. Bagi orang tua, tindakan anak yang melanggar perlu dikontrol dan dihukum. Banyak orang tua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar.

Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengupayakan kesejahteraan, per- lindungan, peningkatan kelangsungan hidup, dan mengoptimalkan

51

tumbuhkembang anaknya.

Dalam Islam setiap anak yang dilahirkan ke dunia adalah dalam keadaan suci, maka orang tua dan lingkunganlah yang akan membentuk karakternya. Apakah karakternya baik atau jelek tergantung bagaimana didikan orang tuanya dan lingkungan di mana dia tinggal. Karena padaperiode-periode awal kehidupannya, anak akan menerima arahan dari kedua orang tuanya. Maka tanggung jawab untuk mengarahkan anak kepada kebaikan, berada di atas pundak orang tua. Sebab periode-periode awal dari kehidupan anak merupakan periode yang paling penting dan sekaligus rentan.

Anak adalah karunia Allah Yang Maha Kuasa yang harus kita syukuri. Ia merupakan penerus garis keterunan yang dapat melestarikanpahala bagi orang tua sekalipun orang tua sudah meninggal. Ia adalah Amanat Allah yang wajib ditangani secara benar. Karena dalam dirinyamelekat martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hatinya yang suci merupakan permata tak ternilai harganya, masih murnidan belum terbentuk. Dia bisa menerima bentuk apa pun yang diinginkan dan corak manapun yang diinginkan. Jika dia dibiasakan pada kebaikandan diajarinya, tentu ia akan tumbuh pada kebaikan dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Akan tetapi, jika dia diabaikan dibiarkan

52

seperti layaknya hewan, maka ia akan menderita dan rusak. Karena seorang anak tidak melihat kecuali orang orang di sekitarnya dan tidak meniru kecuali orang- orang di sekitarnya pula.

Anak-anak berhak menerima sesuatu dari orang tuanya, dan orang tuawajib memberikan sesuatu itu pada anaknya. Mengingat tanggung jawabnya orang tua terhadap anak-anak, maka agar tidak terjerumus kepada kedzaliman dikarenakan menyia- nyiakan hak hak-anak, hendaknyaorang tua memperhatikan hal- hal sebagai berikut:35

1. Hak untuk hidup

2. Hak mendapat nama yang baik 3. Hak disembelihkan aqiqah-nya

4. Hak untuk mendapatkan ASI (selama dua tahun) 5. Hak makan dan minum yang baik

6. Hak diberi rizki yang baik

7. Hak mendapatkan pendidikan Agama 8. Hakmendapatkan pendidikan shalat

9. Hak mendapat tempat tidur terpisah antara laki-laki danperempuan 10. Hakmendapatkan pendidikan dengan pendidikan adabyang baik 11. Hak mendapat pengajaran yang baik

12. Hak mendapat pengajaran al-Qur‟an

35Purnama rozak,” kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga perspektif hukum Islam”, volume 9, nomor 1,(Oktober 2013)

53

13. Hak mendapat pendidikan dan pengajaran baca tulis

14. Hak mendapat perawatan dan pendidikan kesehatan

15. Hak mendapat pengajaran keterampilan Islami memberantaspengangguran 16. Hak mendapat tempat yang baik dalam hati orang tua

17. Hak mendapat kasih sayang

Dari pernyataan diatas menjelaskan dalam hukum Islam anak berhak mendapatkan berbagai jenis Hak yang harus ditepati guna menciptakan seorang anak yang berguna bagi agama dan negara, didalam Al`quran juga menjelaskan tentang bagaimana memperlakukan keluarga khususnya anak agar bisa menjadi

selamat di akhirat. Dalam Q.S At Tahrim 66/6 Menjelaskan bahwa :

َٰٓ َلَم اَهأيَلَع ُةَراَجِحألٱَو ُساَّنلٱ اَهُدوُقَو ا ٗراَن أمُكيِلأهَأَو أمُكَسُفنَأ ْآَٰوُق ْاوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأَٰٓ َي ٌةَكِئ

َنوُرَم أؤُي اَم َنوُلَعأفَيَو أمُهَرَمَأ َٰٓاَم َ َّللّٱ َنوُص أعَي َّلَّ ٞداَدِش ٞظ َلًِغ

Terjemahanya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”36

Adapun asbabun nuzul ayat ini yaitu Diriwayatkan ketika turun ayat ini maka Sayyidina Umar bin khattab berkata: “Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga kami?”

Rasulullah Shallahu alaihia wasalam. menjawab: “Larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkanlah

mereka melakukan apa yang Allah memerintahkan kepadamu

melakukannya. Begitulah caranya meluputkan mereka dari api neraka.

Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras, mereka dikuasakan mengadakan penyiksaan di dalam neraka, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

36Kementrian agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bekasi:Cipta Bagus Segar,2012)

h.560.

54

diperintahkan-Nya kepadanya.

Ayat Enam diatas menggambarkan bahwa dakwa dan pendidikan harus bermula dari rumah. Ayat diatas, walau secara redaksional tertuju kepada kaum pria (Ayah), itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka.

Ayat ini tertuju kepada perempuan dan lelaki (ibu dan ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya ayat yang memerintahkan berpuasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuanya. Ayah atau ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan suatu rumah tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis.37

Terjemahnya.

Abu Nu'man Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Nafi' dari Abdullah ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalain akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya.

Dan seorang budak juga pemimpin atas atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai

pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalain adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya."38

Orang tua dan anak, mengenai hak dan kewajiban mereka

37M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Ciputat: Lentera Hati, 2009), h 177-178

38 Ibnu Hajar Al‟Asqalani, Fath al-Bari bi Sharh Sahih al-Bukhari(Beyrut:Dar al-Fikr, 1996), Jilid 10, 314.

55

dalam Islam, adalah seperti yang digambarkan hadits Nabi Muhammad SAW: “Tidak termasuk golongan umatku, mereka yang (tua) tidak menyayangi yang muda, dan mereka yang (muda) tidak menghormati yang tua” (Riwayat al- Turmudzi). Jadi, kewajiban orang tua adalah menyayangi dan haknya adalah memperoleh penghormatan dari anaknya. Berbicara mengenai ha, pasti di sisi lain ada kewajiban. Sebaliknya, kewajiban anak adalah penghormatan terhadap kedua orang tua dan haknya adalah memperoleh kasih sayang.

Idealnya, prinsip ini tidak bisa dipisahkan. Artinya, seorang diwajib- kan menghormati jika memperoleh kasih sayang. Dan orang tua diwajibkan menyayangi jika memperoleh penghormatan. Ini timbal balik, yang jika harus menunggu yang lain akan seperti telur dan ayam. Tidak ada satupun yang memulai untuk memenuhi hak yang lain. Padahal biasanya, seseorangmemperoleh hak jika telah melaksanakan kewajiban. Karena itu, yang harus di dahulukan adalah kewajiban. Tanpa memikirkan hak yang mesti diperoleh. Orang tua seharusnya menyayangi, dengan segala perilaku, pemberian dan perintah kepada anaknya selamanya.

Begitu juga anak, harus menghormati dan memuliakan orang tuanya, selamanya.

57

57

Dokumen terkait