• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan terhadap Kekerasan Anak di Kabupaten Bantaeng Perspektif Siyasah Syar’iyyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Perlindungan terhadap Kekerasan Anak di Kabupaten Bantaeng Perspektif Siyasah Syar’iyyah"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN ANAK

DI KABUPATEN BANTAENG PERSFEKTIF SIYASAH SYARIYYAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum Pada Jurusan Hukum Tata Negara (Siyasah Syar`iyyah)

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar

Oleh:

IRMA ALPIANA NIM: 10200115045

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2021

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Irma Alpiana

Nim : 10200115045

Tempat/Tgl. Lahir : Bantaeng, 20 Oktober 1995 Jur/Prodi/Konsentrasi : Hukum Tatanegara

Fakultas : Syariah dan Hukum Alamat : Samata, Kabupaten Gowa

Judul :Perlindungan terhadap Kekerasan Anak di Kabupaten Bantaeng Perspektif Siyasah Syar’iyyah

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, Agustus 2022

Penyusun

Irma Alpiana NIM : 10200115045

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya yang dicurahkan kepada kita sekalian sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi dengan judul,

“Efektivitas Peran Komisi Pemilihan Umum dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Sinjai (Perspektif Siyasah syar’iyyah)” yang merupakan tugas akhir dan salah satu syarat pencapaian gelar Sarjana Hukum pada Universitas Islam Negeri Makassar. Salam dan shalawat senantiasa dipanjatkan kehadirat Nabi Muhammad SAW, sebagai Rahmatallilalamin. Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung terutama keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan mendoakanku, ayahanda Amiruddin dan ibunda Muliati dan yang dengan penuh cinta dan kesabaran serta kasih sayang dalam membesarkan, mendidik, dan mendukung penulis yang tidak henti-hentinya memanjatkan doa demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis tidak lupa dan dua saudari perempuan yang selalu memberi doa dan dukungannya serta pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Hamdan Juhannis, MA., PhD selaku Rektor Universitas Islam Negeri Makassar.

2. Bapak Dr. H. Muammar Muhammad Bakry, Lc., M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Makassar.

3. Bapak Dr. Hj. Rahmatiah HL, M.Pd selaku Wakil Dekan I Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

(5)

v

4. Bapak Dr. Marilang., S.H, M.H. selaku Wakil Dekan II Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

5. Bapak Dr. Saleh Ridwan, M.Ag. selaku Wakil Dekan III Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

6. Ibu Dr.Kurniati, S.Ag., M.H.I. selaku Ketua Jurusan Hukum Tata Negara dan Dr. Rahmiati, S.Pd., M.Pd. selaku Sekertaris Jurusanserta stafnya atas izin pelayanan, kesempatan dan fasilitas yang banyak diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak Dr. Hamzah, M.H.I selaku penguji I dan Dr. Jumadi, S.H.,M.H.

selaku penguji II yang telah menguji hasil penulisan skripsi oleh penulis guna mencapai kesempurnaan untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Hukum.

8. Bapak Dr. Hj. Halimah B, M.Ag dan Drs. H. M. Gazali Suyuti, M.H.I.

selaku Pembimbing I dan Pembimbing II atas segala bimbingan, arahan dan perhatiannya dengan penuh kesabaran serta ketulusan yang diberikan kepada penulis.

9. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang telah memberikan arahan dan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis, serta staff Akademik Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Makassar atas bantuan yang diberikan selama berada di Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Makassar

10. Sahabatku Siti Wahyuni, Nurwana , yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

11. Fina Rianto perempuan hebat yang selalu memberi support tiada henti- hentinya, selalu mengingatkan dan memberi semangat

(6)

vi

12. Kepada Ijal Hersan, Nur Alif Bashar, Rifaldi Islami, Haris Munandar, Nara Mahendra, Amri Amin, dan seluruh teman kelas HPK B yang tidak bisa saya sebut namanya satu-persatu serta teman-teman keluarga besar Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Angkatan SOMASI 2015 dan seluruh keluarga besar HPK yang tak bisa saya sebut namanya satu persatu.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan sumbangsih, baik moral maupun material kepada penulis selama kuliah hingga penulisan skripsi ini selesai.

Akhirnya hanya kepada Allah jugalah penulis serahkan segalanya, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat menghadapkan saran atau kritikan dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis persembahkan karya ini dan semoga semua pihak yang membantu mendapat pahala di sisi Allah swt., serta semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang, khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin Allahumma Aamiin.

Samata, 9 Oktober 2021 Penulis,

IRMA ALPIANA NIM:10200115045

(7)

vii DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan umum dinas pemeberdayaan masyarakat desa ... 18

B. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak ... 20

C. Kekerasan terhadap anak ... 25

D. Kekerasan anak dalam siyasah syar’iyyah ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan lokasi penelitian... 57

B. Pendekatan ... 57

C. Sumber data ... 58

D. Metode pengumpulan data ... 59

E. Instrumen penelitian ... 60

F. Teknik pengolahan dan analisis data ... 61

G. Pengujian keabsahan data ... 62

BAB IV PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN ANAK DI KAB.BANTAENG PERSFEKTIF SIYASAH SYARIYYAH A.Gambaran umum lokasi penelitian ... 64

B. Fungsi dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak ... 68

C. Faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan pada anak di Kabupaten Bantaeng ... 72

D. Bagaimana Bentuk kekerasan pada anak di Kabupaten Bantaeng ... 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Implikasi penelitian ... 86 DAFTAR PUSTAKA ...

(8)

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا Alif tidak

dilambangkan

tidak dilambangkan

ب Ba b Be

ت Ta t Te

ث ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

ج Jim j Je

ح ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)

خ Kha kh ka dan ha

د Dal d De

ذ Żal ż zet (dengan titik di atas)

ر Ra r Er

ز Zai z Zet

س Sin s Es

ش Syin sy es dan ye

ص ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

ض ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

ط ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

ع ‘ain ‘ apostrof terbalik

(9)

ix

غ Gain g Ge

ف Fa f Ef

ق Qaf q Qi

ك Kaf k ka

ل Lam l el

م Mim m em

ن Nun n en

و Wau w we

ه Ha h ha

ء hamzah ʼ apostrof

ى Ya y ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‘).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tuggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

اؘ fatḥah a a

اؘ kasrah i i

اؘ ḍammah u u

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

(10)

x ٸ

ؘ fatḥah dan yā’ ai a dan i

ٷ fatḥah dan wau au a dan u

Contoh:

َفْيَك: kaifa َل ْوَه: haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakatdan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat dan Huruf

Nama Huruf dan

Tanda

Nama

ى

ؘ ... | اؘ ... fatḥah dan alif atau yā’ ā a dan garis di atas

ى kasrah dan yā’ ī i dan garis di atas

وؘ dammah dan wau ū u dan garis di atas

Contoh:

َتام: māta ىَمَر: ramā َلْيِق: qīla ت ْومَي : yamūtu

Tā’ marbūṭah

Transliterasi untuk tā’ marbūṭahada dua, yaitu: tā’ marbūṭahyang hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah,dan ḍammah, transliterasinya adalah [t].

Sedangkan tā’ marbūṭahyang mati atau mendapat harakat sukun,transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marbūṭahdiikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaankedua kata itu terpisah, maka tā’

(11)

xi marbūṭahituditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

ةَض ْوَر

ؘ ا

: ِلاَفْطﻷ rauḍah al-aṭfāl ةَلِضافْلا ةَنْيِدَمَلا: al-madīnah al-fāḍilah ةَمْكِحَلا: al-ḥikmah

4. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arabdilambangkan dengan sebuahtanda tasydīd ( ّ ), dalamtransliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonanganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

َان بَر : rabbanā َانْي جَن : najjainā قَحَلا : al-ḥaqq َمُّعن: nu“ima و دَع: ‘aduwwun

Jika huruf ى ber-tasydid diakhir sebuah kata dan didahuluioleh huruf kasrah ( ى) maka ia ditransliterasi seperti hurufmaddah menjadi ī.

Contoh:

ىِلَع : ‘Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

ىبَرَع : ‘Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby) 5. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkandengan huruf لا (alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasiini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika iadiikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Katasandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya.Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya

(12)

xii dandihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contoh:

سْم شَلا : al-syamsu (bukan asy-syamsu) ةلَزل زَلا : al-zalzalah (bukan az-zalzalah) ةَفَسْلَفَلا : al-falsafah

َدلبَلا : al-bilādu 6. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzahyang terletak di tengah dan akhir kata.Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan,karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

َن ْو رْمأت : ta’murūna ع ْو نَلا: al-nau‘

ء ْيَش: syai’un ت ْر ِّ مأ : umirtu

7. Penulisan Kata Arab yang lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalahkata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasaIndonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadibagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulisdalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam duniaakademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi diatas.

Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’ān), alhamdulillah, danmunaqasyah.

Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian darisatu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh.

Contoh:

Fī Ẓilāl al-Qur’ān

(13)

xiii Al-Sunnah qabl al-tadwīn

8. Lafẓ al-Jalālah (الله)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasanominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

ِالله نيِد dīnullāh ِللِاب billāh

Adapun tā’ marbūṭahdi akhir kata yang disandarkankepada Lafẓ al- Jalālah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:

ِالله ِةَمحر ْيِف ْم هhum fī raḥmatillāh 9. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenaiketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedomanejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya,digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat,

bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama dirididahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan hurufkapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal katasandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari katasandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-).

Ketentuan yang

sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yangdidahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teksmaupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Wa mā Muḥammadun illā rasūl

Inna awwala baitin wuḍi‘a linnāsi lallażī bi Bakkatamubārakan

(14)

xiv

Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh al-Qur’ān Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī

Abū Naṣr al-Farābī Al-Gazālī

Al-Munqiż min al-Ḍalāl

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abū (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, makakedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhirdalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

Abū al-Walīd Muḥammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abū al- WalīdMuḥammad (bukan: Rusyd, Abū al-Walīd Muḥammad Ibnu) Naṣr Ḥāmid Abū Zaīd, ditulis menjadi: Abū Zaīd, Naṣr Ḥāmid (bukan: Zaīd, Naṣr

ḤāmidAbū) B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subḥānahū wa ta‘ālā saw. = ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-salām

H = Hijrah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)

w. = Wafat tahun

QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS Āli ‘Imrān/3: 4

HR = Hadis Riwayat

(15)

xv

ABSTRAK Nama : Irma Alpiana

NIM : 10200115045

Fak/Jurusan : Syari’ah dan Hukum/ Hukum Tata Negara (Siyasah Syar’yyah)

Judul : Perlindungan Terhadap Kekerasan Anak Di Kabupaten Bantaeng Perspektif Siyasah Syar’iyyah

Pokok masalah adalah bagaimana perlindungan terhadap kekerasan anak di Kabupaten Bantaeng Perspektif Siyasah Syar’iyyah sub masalahnya adalah (1) Bagaimana fungsi Dinas pemberdayaan masyarakat desa, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam mengatasi kasus kekerasan pada anak di Kabupaten Bantaeng ?

(2) Faktor-faktor apa mempengaruhi terjadinya kekerasan pada anak di Kabupaten Bantaeng ? dan

(3) Bagaimana bentuk kekerasan pada anak di Kabupaten Bantaeng ?. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan Normatif Yuridis, Sosiologis, dan pendekatan syar’i. Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sumber data primer dengan mengadakan wawancara dan sumber data sekunder berupa menelaah buku-buku peraturan perundang-undangan dan publikasi lainnya yang ada relevansinya dengan judul ini. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selata.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Yang mana fungsi Dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan & perlindungan anak, yaitu pengaduan dan pendampingan, konseling, rehabilitasi, bantuan hukum, serta menfasilitasi pemberdayaan pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pengambilan keputusan dalam rangka kesetaraan dan keadilan gender; (2) didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi kekerasan pada anak di Kabupaten Bantaeng, yakni penggunaan Handphone yang menjadikan anak malas belajar, kurangnya keharmonisan, kurangnya pengawasan terhadap anak, dan faktor lingkungan; (3) Bentuk kekerasan terhadap anak yang sering terjadi di Kabupaten Bantaeng yaitu berupa kekerasan fisik (pukulan, tendangan, tamparan) dan kekerasan psikis (kata-kata kotor dan penghinaan).

Implikasi dari penelitian ini adalah: (1) Dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Kabupaten Bantaeng kiranya dapat menjalankan fungsinya sesuai yang dibuat oleh DPMDPPPA dan juga dapat meningkatkan kinerja dalam menanggulangi kekerasan terhadap anak di Kabupaten Bantaeng; (2) Diharapkan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Bantaeng agar menghindari kekerasan terhadap anak serta mengawasi lingkungan tempat anak bergaul; (3) Diharapkan kepada seluruh lembaga terkait agar memberi hukuman yang setimpal kepada pelaku kekerasan terhadap anak.

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Didalam kamus Indonesia peran adalah sesuatu yang menjadi bagian atauyang memegang pimpinan yang terutama. Peran adalah bentuk dari perilakuyang diharapkan dari seseorang pada situasi tertent. Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam sesuatu yang tertent, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukanperan tersebut, hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku yang di timbulkan oleh suatu jabatan tertentu.

Peran berarti sesuatu yang dimainkan atau dijalankan peran disifinisikan sebagai aktivitas yang di perankan atau dimainkan oleh seseorang yang mempunyai kedudukan atau social dalam organisasi. Peran menurut terminology adalah seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh yang berkedudukan dimasyarakat1

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak- hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan

1http://Kbbi.Kemdikbud.go.id/entri/peran diaksese pada tanggal 13 Maret 2021

1

(17)

2

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-hak anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.2

Anak adalah aset bangsa yang amat berharga yang menentukan kelangsungan hidup, kualitas, dan kejayaan suatu bangsa di masa yang akan datang.3Yang dimaksud anak dalam penelitian ini sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 08 Tahun 2012 yaitu berkaitan dengan anak terlantar. Anak terlantar adalah seorang anak berusia 6 (enam) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun, meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan oleh orang tua/keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tua atau keluarga.4

Secara psikologis, anak selalu ingin merasa dimanja dan diperhatikan secara lebih.Anak mampu menangkap segala sesuatunya lebih cepat.Anak cenderung mempunyai rasa ingin tahu, mencoba, dan belajar lebih cepat5

Guna mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

2Undang-undang Perlindnungan Anak Nomor 35 Tahun 2014, h.2.

3 Edi Suharto,Membangun Masyarakat Memberdayaan Rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 160.

4 Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia, Panduan Umum Program Kesejahteraan Sosial Anak, (Jakarta Kementerian Sosial RI, 2010), h.7.

5 Undang-undang No 35, Tahun 2014, Tentang Perlindungan Anak. H.3.

(18)

3

kelangsungan hidup, pengembangan fisik dan mental serta perlindungan dari berbagai mara bahaya yang dapat mengancam integritas dan masa depanmereka, perlu upaya pembinaan yang berkelanjutan dan terpadu. Dalam kenyataan, upaya pengembangan generasi muda, sering kali dihadapkan pada berbagai masalah dan tantangan yang sulit dihindari, antara lain dijumpai penyimpangan sikap perilaku sementara anak.

Ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian “Anak” dimata hukum positif Indonesia Lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjaring/person under age), orang yang dibawah umur atau keadaan dibawah umur (minderjarigheid/inferiority)6 atau kerap disebut sebagai anak yang dibawah pengawasan wali (minderjarige ondervoordij)

Pengertian anak itu sendiri jika kita tinjau lebih lanjut dari segi usia kronologis menurut hukum dapat berbeda-beda tergantung tempat, waktu dan untuk keperluan apa, hal ini juga akan mempengaruhi batasan yang digunakan untuk menentukan umur anak.

Dalam menyiapkan generasi penerus bangsa anak merupakan asset utama. Tumbuh kembang anak sejak dini adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan negara. Namun dalam proses tumbuh kembang anak banyak dipengaruhi oleh berbagai factor baik

6Lilik Mulyadi, Pengadilan Anak di Indonesia,(Bandung: Mandar Maju, 2005),h.3

(19)

4

biologis, psikis, sosial, ekonomi maupun kultural yang menyebabkan tidak terpenuhinya hak – hak anak.

Saat ini banyak masyarakat yang memperlakukan anak dengan perlakuan yang salah dan tidak wajar. Anak sebagai generasi penerus bangsa,selayaknya mendapatkan hak hak dan kebutuhannya secara memadai. Sebaliknya mereka bukanlah objek (sasaran) tindakan kesewenang wenangan dan perlakuan yang tidak manusiawi dari siapapun atau pihak manapun. Anak Sebagai generasi penerus bangsa, wajib bagi keluarga/orangtua untuk memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya

.

7 Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi anak telah disahkan Undang - Undang (UU) Perlindungan Anak yaitu UU No. 23 Tahun 2002 yang bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak – hak anak agar anak dapat hidup, tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas berakhlak mulia dan sejahtera.

Akibat kehilangan hak – haknya, banyak anak – anak menjalani hidup mereka sendiri. Oleh karena tidak memiliki arah yang tepat, maka banyak pula anak - anak mulai bersinggungan dengan hukum. Tindakan yang melawan hukum

seperti pencurian, perkelahian dan narkoba sangat sering dilakukan

7 Abu Huraerah, Kekerasan Pada Anak (Jakarta : Nuansa Cendekia,2006), h.79.

(20)

5

oleh anak. Hal ini terjadi karena mereka sudah kehilangan hak-hak yang seharusnya mereka miliki.

Pasal 13 (1) Undang – undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak disebutkan setiap anak selama dalam pengasuhan orangtua, wali atau pihak lain yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan :

a. Diskriminasi;

b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;

c. Penelantaran;

d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;

e. Ketidakadilan, dan f. Perlakuan salah lainnya.

Selanjutnya dalam Pasal 11 UU No. 23 tahun 2002 disebutkan pula bahwa setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. Anak adalah pemimpin masa depan siapapun yang berbicara tentang masa yang akan datang, harus berbicara tentang anak-anak.

Menyiapkan Indonesia kedepan tidak cukup kalau hanya berbicara soal income per kapita, pertumbuhan ekonomi, nilai investasi, atau indikator makro lainnya. Sesuatu yang paling dasar adalah sejauh mana kondisi anak disiapkan oleh keluarga,

(21)

6

masyarakat dan negara. Anak – anak yang karena

ketidakmampuan, ketergantungan dan ketidakmatangan baik fisik mental maupun intelektualnya perlu mendapat perlindungan, perawatan dan bimbingan dari orang tua (dewasa). Perawatan, pengasuhan serta pendidikan anak merupakan kewajiban agama dan kemanusiaan yang harus dilaksanakan mulai dari orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yaitu sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berusia delapan belas tahun. Bertitik tolak pada

konsep perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensip, maka Undang- undang tersebut meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas- asas Nondikriminasi, asas kepentingan yang terbaik untuk anak, asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan, serta as as penghargaan terhadap pandangan/pendapat anak.8

Negara hukum merupakan Negara yang berlandaskan hukum di mana segala permasalahan harus berdasarkan hukum yang berlaku demi tercapainya keadilan untuk seluruh rakyatnya begitu pun Negara Republik Indonesia yang merupakan suatu Negara yang menerapkan hukum sebagai panglima tertinggi demi menyelesaikan segala bentuk permasalahan yang timbul. Perbaikan hukum harus di

8 Zulfatun Ni’mah, Efektivitas Penengakan Hukum Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga” Mimbar Hukum 24, no.1 (2012): h.59.

(22)

7

lakukan dengan sigap dan berkelanjutan mengingat bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara yang mempunyai penduduk yang sangat besar dan terus meningkat dengan wilayah yang sangat luas.

Begitu pun Negara hukum

harus mempertahankan ketertiban dan memastikan keadilan bagi seluruh rakyat agar tercapai secara merata demi untuk tercapainya suatu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Satjipto Rahardjo menyebut bahwa penegakan hukum bukan masalah yang sederhana, bukan saja karena kompleksitas sistem hukum itu sendiri, tetapi juga rumitnya jalinan hubungan antara sistem hukum dengan sistem sosial, politik, ekonomi dan budaya masyarakat.9

Mengingat bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum maka hal-hal tentang kekerasan terhadap anak di Indonesia harus di berikan perhatian serius guna mengurangi kejahatan kekerasan terhadap anak, serta pemerintah harus memberikan hukuman terhadap kejahatan tersebut yang setimpal dan seadil adilnya.

Negara Indonesia yang merupakan Negara dengan mayoritas warga nya yang beragama Islam menjadikan Indonesia sebagai Negara yang berlandaskan pada hukum Islam baik dari segi pidana maupun ketatanegaraan ilmu yang mempelajari tentang ketatanegaraan yang berlandaskan pada aturan aturan Islam dan juga suatu suatu bidang ilmu yang mempelajari hal ihwal pengaturan

9 Rini Fitriani,”Peran Penyelenggara Perlindnungan Anak Dalam Melindungin dan Memenuhi hak-hak anak”, Samudera Keadilan 11, no.2 (2016): h.253.

(23)

8

urusan masyarakat dan negara dengan segala bentuk hukum, aturan dan kebijakan yang dibuat oleh pemegang kekuasaan negara yang sejalan dengan jiwa dan prinsip dasar syariat Islam untuk mewujudkan kemaslahatan masyarakat.

Masalah yang terjadi yamg ditemukan dilapamgam atau lokasi penelitian itu yang berbeda denagan teori penghapusan kekerasan, hal ini menyebabkan semakin banyaknya kekerasan yang terjadi di kabupaten bantaeng karena

kurangnya kesadaran hukum masyarakat terhadap tindak kekerasan yang terjadi pada anak. Dalam hal ini masyarakat harus berani melakukan pelaporan terhadap kasus-kasus yang terjadi pada anak, hal ini pun di permudah dengan adanya dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam menjadi wadah bagi masyarakat untuk melaporkan segala jenis tindak kekerasan terhadap anak khususnya di kabupaten Kantaeng.

Atas dasar itulah kemudian menjadi alasan penulis untuk menjadikan permasalahan dalam penulisan skripsi yang berjudul Peran Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam Mengatasi Kasus Kekerasan pada Anak di Kabupaten Bantaeng Telaah Hukum Tata Negara Islam. Kurang mendapatkan perhatian dikalangan masyarakat, lembaga kemasyarakatan maupun organisasi.

(24)

9

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menfokuskan penelitiannya mengenai Peran Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak dalam mengatasi kasus kekerasan pada anak dikabupaten bantaeng telaah hukum tatanegara Islam Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak dalam mengatasi kasus kekerasan pada anak dikabupaten bantaeng telaah hukum tatanegara Islam.

1. Fokus penelitian

a. Dinas pemberdayaan Masyarakat Desa Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak

b. Kekerasan pada Anak c. Hukum tata Negara Islam

2. Deskripsi Fokus

Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dari pembaca dan agar lebih memudahkan pemahaman terhadap makna yang terkandung dalam makna topik skripsi ini, maka penulis mengemukakan beberapa pengertian terhadap kata yang dianggap perlu.

(25)

10

No Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

1. Dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa serta tugas

pembantuan.

2. Kekerasan Pada Anak kekerasan terhadap anak mencakup semua bentuk perlakuan yang salah baik secara fisik dan/atau emosional, seksual, penelantaran, dan eksploitasi yang berdampak atau berpotensi membahayakan kesehatan anak, perkembangan anak, atau

harga diri anak

3. Siyasah Syar`iyyah Pengelolaan masalah-masalah Hukum bagi pemerintah Islam demi tercapainya kemaslahatan dan terhindarnya

kemudharatan serta tidak bertentangan dengan al-Quran dan sunnah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah telah dipaparkan diatas, maka pokok masalah pada penulisan proposal penelitian ini lebih spesifik tentang bagaimana Peran Dinas Pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam mengatasi kasus kekerasan pada anak dikabupaten bantaeng telaah Siyasah Syar`iyyah

Untuk memperjelas arah penelitian ini sesuai dengan permasalahan, maka berikut ini diuraikan dalam beberapa sub masalah antara lain:

(26)

11

1. Bagaimana fungsi Dinas pemberdayaan masyarakat

desa,,pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam mengatasi kasus kekerasan pada anak di Kabupaten Bantaeng ? 2. Faktor-faktor apa mempengaruhi terjadinya kekerasan pada anak

di Kabupaten Bantaeng ?

3. Bagaimana bentuk kekerasan pada anak di Kabupaten Bantaeng ?

D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu

Eksistensi kajian pustaka dalam bagian ini dimaksudkan oleh penulis untuk memberi pemahaman serta penegasan bahwa masalah yang menjadi kajian tentang Peran Dinas Pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam Mengatasi Kasus Kekerasan pada Anak di Kabupaten Bantaeng Telaah Hukum Tata Negara

Islam

.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa literatur yang relevan untuk mendukung penelitian. Beberapa referensi yang relevan dengan penelitian ini yaitu:

1. Bagong Suyanto, dalam bukunya masalah sosial anak . Buku ini menjelaskan secara panjang lebar tentang berbagai permasalahan- permasalahan yang terjadi pada anak-anak, yang di akibatkan situasi, kondisi, dan tekanan kultur dan stuktur menyebabkan mereka acap kali dilanggar hak-haknya.

Beberapa masalah sosial anak diantaranya anak- anak korban child abuse, anak-anak jalanan, anak-anak yang dilacurkan,

(27)

12

anak terlantar, anak-anak KDRT, anak perempuan korban pelecehan dan kekerasan seksual, perdagangan, dan penculikan anak, anak korban pedovilia, anak putus sekolah, dan masih banyak lagi kasus kekerasan anak yang harusnya menjadi tanggun jawab orang tua dan negara dalam melindungi hak-hak anak serta upaya perlindungan dan pemberdayaannya serta mengambil langkah antisipasi terhadap masalah-masalah tersebut, penellitian ini mempunyai perbedaan dengan penulis dari segi penerapan Hukum yang dimana penulis mengambil hukum Islam sebagai dasar penerapan terhadap kekerasan kepada anak- anak dan perempuan.10

2. Zainuddin Ali, “Kekerasan dalam Islam”. Buku ini membahas secara kritis tentang pandangan hukum kekerasan Islam (fiqh jinayah) terhadap tindak kekerasan sebagai bentuk perbandingan hukum kekerasan umum dan hukum kekerasan Islam yang didasarkan pada pemahaman dari dalil- dalil hukum yang detail dalam Al-quran dan Hadits sedangkan penulis meneliti tentang bagaimana pandangan Islam khusus terhadap anak-anak dan perempuan yang berada di Kabupaten bantaeng yang ditangani oleh dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan

10 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta, Kencana 2003).

(28)

13

dan perlinungan anak dan kaitanya terhadap Hukum Islam.11 3. Mirsal Gani, “perlindungan anak dari kekerasan”,jurnal

Quantum vol.XIV No.26. Tahun 2018. Dalam Jurnal ini membahas bahwa setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang harus dihormati dan dijunjung tinggi, dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak-haknya tanpa anak tersebut harus meminta. Hak-hak anak tersebut adalah hak untuk hidup, hak tumbuh kembang, hak berpartisipasi serta hak untuk dilindungi.Sampai saat ini, anak-anak Indonesia masih menghadapi banyak tantangan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan berbagai bentuk perlakuan yang tidak sepatutnya dilakukan terhadap anak masih sering terjadi di dalam keluarga dan masyarakat. Orang-orang yang diberi tanggungjawab dan kewajiban untuk mengasuh dan merawat anak, seperti orangtua, guru, pemuka masyarakat, pemuka agama, kakek, paman dan lain-lain justru melakukan kekerasan.Orangtua yang mempunyai masalah emosional biasanya tidak dapat meresponkebutuhan anak-anak mereka. Orangtua seperti ini mengalami problem kelekatan dengan anak. Mereka menunjukkan sikap tidak tertarik pada anak, sukar memberi kasih sayang, atau bahkan

11 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam,(Jakarta: Sinar Grafika, 2018).

(29)

14

tidak menyadari akan kehadiran anaknya. Banyak orangtua yang secara fisik selalu ada di samping anak, tetapi sama sekali tidak memenuhi kebutuhan emosional anak.Persoalan kekerasan terhadap anak tersebut tidak mungkin dibiarkan, dan perlu upaya perlindungan. Anak adalah generasi penerus yang akan memimpin bangsa ini. Upaya-upaya perlindungan anak harus senantiasa dibangun. Hak-hak anak mesti diperhatikan dan dipenuhi, seperti mendapatkan kasih sayang, gizi yang cukup, sekolah, sandang, serta aturan dalambentuk UU. Dengan demikian, diharapkan anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya, dan tidak ada lagi perlakuan salah terhadap anak, termasuk anak yang digabung dalam satu sel dengan tahanan orang dewasa.

4. Penny Naluria Utami “Pencegahan kekerasan terhadap anak dalam perspektif hak atas rasa aman di nusa tenggara barat”, jurnal ham vol. 9 No.1. Tahun 2018. Jurnal ini membahas tentang bagaimana kekerasan yang terjadi di Nusa Tenggara Barat bisa menurun atau bahkan hilang sama sekali berbeda dengan penulis yang menjelaskan bagaimana peran suatu dinas yang menangani tentang kekerasan pada anak dapat

mengatasi salah satu kasus yang marak terjadi di Kabupaten

(30)

15

bantaeng, penelitian terdahulu yang juga meneliti tentang kekerasan pada anak banyak membahas kekerasan pada anak dengan mengutamakan rasa aman berbeda dengan peneliti yang melihat suatu kasus kekerasan pada anak dari peran lembaga nya.12

5. Rabiah Al Adawiah “upaya pencengahan kekerasan terhadap anak”, jurnal keamanan nasional vol. 1 No.2.

tahun 2015 dalam jurnal ini membahas beberapa faktor terjadinya tindak kekerasan terhadap anak, yaitu faktor karakteristik pribadi anak, karakteristik pelaku kekerasan, lingkungan fisik, dan budaya. Kekerasan terhadap anak tidak hanya meliputi kekerasan fisik ataupun psikis (emosional), tetapi juga mencakup kekerasan seksual, kekerasan sosial, bahkan kekerasan yang diakibatkan oleh tradisi atau adat.Lokus atau tempat terjadinya kekerasan anak tidak hanya di ruang privat (domestik), melainkan juga terjadi di ruang publik, dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedekatan emosional dengan anak, bahkan hubungan darah.

Pelaku kekerasan terhadap anak justru adalah orang yang diharapkan oleh sang anak untuk mendapatkan perlindungan, orang yang mereka patut dipercaya, seperti orangtua atau kerabat anak, pengasuh, orang di sekitar

12 Penny Naluri Utami, Pencengahan Kekerasan Terhadap Anak Dalam Persfektif Hak Atas Aman Di Nusa Tenggara Barat vol 9, Nomor 1 juli 2018.

(31)

16

tempat tinggal anak, dan guru.Berbagai upaya dan kegiatan dalam mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak baik melalui sosialisasi, diseminasi, dan lain-lain, diharapkan terjadinya perubahan perilaku dalam pola mendidik anak tanpa kekerasan, termasuk pula perubahan pengetahuan (cognitive), perubahan sikap (affective), dan perubahan psikomotorik (psychomotoric) terhadap orang dewasa dalam memperlakukan anak. Diseminasi dapat dilaksanakan dalam bentuk seminar dan workshop, atau melalui media cetak dan elektronik, dalam suasana formal maupun informal.

Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian tersebut secara keseluruhan berbeda.Baik dari segi persepsi kajian maupun dari segi metodologi.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dalam rangka untuk mengarahkan pelaksana penelitian dan mengungkapkan masalah yang dikemukakan pada pembahasan pendahuluan, maka dikemukakan tujuan kegunaan penelitian:

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagaimana tercermin dalam perumusan masalah yang dikemukakan pada pembahasan pendahuluan, maka perlu dikemukakan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui fungsi Dinas Pemberdayaan masyarakat desa

(32)

17

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam mengatasi kekerasan anak di Kabupaten Bantaeng.

b. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan anak di Kabupaten Bantaeng.

c. Untuk mengetahui bentuk kekerasan anak di Kabupaten Bantaeng.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan, baik secara akademis maupun secara praktis, sebagai berikut:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan substansi disiplin dibidang ilmu hukum, khususnya di bidang hukum kekekerasan an.

b. Secara praktis, sebagai bahan yang dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah atau para pengambil keputusan dalam menyelesaikan permasalahan terutama perihal kekerasan terhadap anak.

(33)

18 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Tinjauan Umum Dinas pemberdayaan masyarakat desa

1. Pengertian Dinas pemberdayaan masyarakat desa a. Pengertian pemberdayaan masyarakat desa

Dalam Kamus Besar Bahasa istilah pemberdayaan berasal dari akar kata "daya",yang berarti tenaga atau kekuatan.1 Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya meningkatkan kemampuan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar mampu mewujudkan

kemandirian untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat yang lemah untuk bisa menjadi kuat, yang pasif menjadi aktif, dan yang tidak produktif untuk bisa menjadi produktif. Maka dapat ditarik dua point pemberdayaan masyarakat pada dasarnya terdapat dua unsur yaitu kuat dan lemah. Yang kuat memberikan kekuatan kepada yang lemah untuk tujuan sama-sama kuat dan bisa berdiri sendiri.

Pemberian kekuatan bisa dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, motivasi maupun bentuk asli kekuatan itu sendiri untuk

1 Desi Anwar, Kamus lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amalia, 2003), h.120.

(34)

19

meningkatkan kemampuan masyarakat.2

Sebuah dinas yang dibentuk oleh daerah pasti memiliki fungsinya masing- masing termasuk fungsi dibentuknya Dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan Perlindungan anak, dinas ini memiliki fungsi yaitu

:

1) Perumusan kebijakan teknis Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

2) Pelaksanaan kebijakan teknis Bidang Pengendalian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

4) Pelaksanaan administrasi dinas;

5) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Daerahsesuai dengan tugas dan fungsinya.

Prinsip pemberdayaan menurut Sunit Agus Tri Cahyono (2008:14) mengemukakan prinsip-prinsip pemberdayaan adalah sebagai berikut :

1). Pembangunan yang dilaksanakan harus bersifat local

2). Lebih mengutamakan aksi sosial 3). Menggunakan pendekatan organisasi

komunitas atau kemasyarakatan lokal

4). Adanya kesamaan kedudukan dalam hubungan kerja.

2 Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amalia, 2003), h.120.

(35)

20

5). Menggunakan pendekatan partisipasif, para anggota kelompok sebagai subjek bukan objek.

6). Usaha kesejahteraan sosial untuk keadilan.

Jadi prinsip pemberdayaan masyarakat didasarkan pada kebutuhan masyarakat dan peraturan yang berlaku di masyarakat tersebut, dilandasi oleh nilai dan norma yang berlaku pada masyarakat tersebut dan harus mampu menggerakan pasrtisipasi masyarakat agar lebih berdaya.

Berdasarkan pada fungsi diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan Perlindungan anak mempunyai fungsi memberi kebijakan terhadap perlindungan kekerasan terhadap anak dan perempuan serta pemberdayaan masyarakat yang berada di Kabupaten Bantaeng guna tercapainya daerah yang bebas kekerasan terhadap anak-anak dan perempuan.3

B. Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak

1. Pengertian Pemberdayaan Perempuan

Pemberdayaan perempuan adalah usaha mengalokasikan kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial. Posisi perempuan akan membaik hanya ketika perempuan dapat mandiri dan mampu menguasai atas keputusan- keputusan yang berkaitan

3Ayu Purnami Wulandari, Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Melalui Pelatihan Pembuatan Sapu Gelang di Desa Kajongan

Kecematan Bojong Sari Kabupaten Burgaligga (Universitas negeri yogyakarta), h.14.

(36)

21

dengan kehidupannya.

Permpuan adalah usaha sistematis dan terencana untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Pemberdayaan perempuan ” sebagai sumber daya insani, potensi yan dimiliki perempuan dalam hal kuantitas maupun kualitas tidak dibawah laki-laki. Namun kenyataannya masih dijumpai bahwa status perempuan dan peranan permpuan dalam masyarakat masih bersifat subordinatif dan belum sebagai mitra sejajar dengan laki-laki.

2. Tujuan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Untuk meningkatkan status, posisi dan kondisi perempuan agar dapat mencapai setrara dengan laki-laki Untuk membangun anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan bertaqwa serta terlindungi.4

3. Pengertian perlindungan Anak

Perlindungan Anak tersebut adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Perlindungan anak terkait erat dengan lima pilar yakni,orang

4 Http://bayoedarkochan. Wordprees.com/pendidikan-sekolah/ pemberdayaan perempuan di akses pada 11 februari 2021.

(37)

22

tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan negara.Kelimanya memiliki keterkaitan satu sama lain sebagai penyelenggara perlindungan anak. Dalam bentuknya yang paling sederhana, perlindungan anak mengupayakan agar setiap hak anak tidak dirugikan. Perlindungan anak bersifat melengkapi hak-hak lainnya menjamin bahwa anak-anak akan menerima apa yang mereka butuhkan agar mereka dapat bertahanhidup, berkembang dan tumbuh. Akan tetapi pada kenyataannva kondisi anak-anak di Indonesia masih begitu sangat memprihatinkan terutama yang menyangkut masalah pekerja anak, anak jalanan, dan anak-anak korban kekerasan seksual, eksploitasi seksual, dan eksploitasi seksual komersial

.

5

Perlindungan secara hukum inilah yang akan memberikan perlindungan hukum terhadap eksistensi dan hak-hak anak.

a. Anak sebagai subjek hukum Anak digolongkan sebagai makhluk yang memiliki hak asasi manusia yang terikat oleh peraturan perundang- undangan.

b. Persamaan hak dan kewajiban anak Seorang anak akan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan orang dewasa sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan. Adapun unsur eksternal dalam diri anak ialah:

5 Rini Fitriani, “Peran Penyelengaraan Perlindnungan Anak dalam Melindungi dan Memenuhi hak-hak anak.” Jurnal Hukum Samudrah Keadilan, vol 11, no 2, (juli 2016)

(38)

23

1). Adanya ketentuan hukum dengan asas persamaan dalam hukum (equality before thelaw)

2). Adanya hak-hak istimewa (privilege) dari pemerintah melalui Undang- Undang Dasar1945.

Pengertian perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dankewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik,mental dan sosial.

Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Kegiatan perlindungan anak membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya dengan hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.

Hukum merupakan jaminan bagi kegiatan perlindungan anak.

Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yang itu sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berusia delapan belas tahun.

Bertitik tolak pada konsep perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensip.

Anak seharusnya mendapatkan pendidikan dan perlakuan yang baik supaya menajadi seorang anak yang pintar dan mempunyai akhlak yang mulia, dalam hadist Rasulullah SAW menjelaskan bahwa metode pendidikan anak diperintahkan

(39)

24

melakukan shalat apabila berumur 7 tahun dan apabila berumur 10 tahun boleh dipukul. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abu Daud. Isinya yakni, Nabi Muhammad SAW bersabda:

Artinya:

Dari Amrin bin Syuaib dari Kakeknya telah berkata:

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

”Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya." (HR. Abu Dawud)6

1. Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW menganjurkan kita sebagai orang tua agar menyuruh anak untuk melaksanakan shalat.

2. Hadits tersebut menjelaskan tentang bolehnya orang tua untuk memukul anak apabila tidak melaksanakan shalat ketika telah mencapai umur 10 tahun. Ketika anak telah berumur 10 tahun hendaknya dipisahkan tempat tidurnya dengan orang tua.

6 Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy’ats Al-Sijistaji, Sunan Abu Dawud (Beirat Mu’assasah Al-Kitab Al-Thaqafiyah, 1988) Jus 1, No.418.

(40)

25

Menurut Abdul, perintah di sini maknanya dilakukan secara tegas, sebab pada umumnya perintah sholat sebenarnya sudah dilakukan orang tua sejak

sebelum usia tersebut. Anak-anak sejak usia empat tahun atau lima tahun sudah diajak orang tuanya melaksanakan sholatbersama- sama. Anak-anak melakukannya walaupun dengan cara ikut-ikutan atau menirukan gerakan- gerakan sholat. Anak pada usia ini, kata Abdul, sekadar ikut-ikutan, belum melakukannya secara baik, baik gerakan-gerakannya maupun bacaannya. Anak- anak kadang mau melakukannya dan kadang-kadang tidak mau melakukannya.

"Nah setelah usia anak mencapai tujuh tahun perintah orang tua hendaknya secara tegas tidak seperti pada saat usia dibawah tujuh tahun," katanya. Perintah sholat, kata Abdul, berarti pula perintah mengajarkan cara sholat, karena tidak mungkin anak hanya diperintahkan sholat sementara dia belum bisa melakukannya.7

C. Kekerasan Terhadap Anak

1. Pengertian Anak

Anak adalah amanat bagi orang tua, hatinya yang suci bagaikan mutiara yang bagus dan bersih dari setiap kotoran dan goresan.8 Secara umum menurut

7 https://republika.co.id/berita/qcu7m7320/alasan-mengapa-kita-diminta-ajari-anak- sholat-usia-7-tahun.

8Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan islam, (Yogyakarta: Pusat Pelajar Offset,

(41)

26

. para ahli, dikatakan bahwa anak adalah anugera dari tuhan yang maha kuasa yang harus dijaga, di dididk sebagai bekal sumber daya, anak merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Seorang anak hadir sebagai amana dari tuhan yang diriwayat, di jaga dan di didik yang kelak setiap orang tua akan diminta pertanggun jawaban atas sifat dan perilaku anak semasa di dunia. Secara harfiah anak adalah seorang cilak bakal yang kelak akan meneruskan generasi keluarga, bangsa dan Negara. Anak juga merupakan sebuah asset sumber daya manusia yang kelak dapat membantu membangun bangsa dan Negara.9

Anak sebagai amanah dari Allah, membentuk tiga dimensi hubungan, dengan orang tua sebagai sentralnya.Pertama, hubungan kedua orang tuanya dengan Allah yang dilatarbelakangi adanya anak.Kedua, hubungan anak (yang masih memerlukan banyak bimbingan) dengan Allah melalui orang tuanya.Ketiga, hubungan anak dengan kedua orang tuanya di bawah bimbingan dan tuntunan dari Allah.10

Adapun pengertian anak menurut undang-undang dan hukum Islam yaitu:

a. Pengetian anak menurut undang-undang, dalam Undang- Undang Republic Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindnungan anak menjelaskan bahwa yang dimaksud 1996), h.110.

9 Www. Idjoel.com/ Pengertian anak menurut para ahli diakses pada 2 maret 2021.

10 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, h.110.

(42)

27

dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 ( delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

b. Pengertian anak menurut pandangan Islam, anak adalah titipan Allah SWT kepada orang tua, masyarakat bangsa dan Negara yang kelak akan

memakmurkan dunia sebagai rahmatan lil’alamin sebagai pewaris ajaran Islam.11

2. Pengertian Kekerasan

Kekerasan pada anak adalah kekerasan tindak kekerasan secara fisik, seksual, penganiyayan emosiona, atau pengabayaan terhadap anak.12

Menurut komisi perlindungan anak (KPA), “Kekerasan (bullying) adalah kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan oleh seseorang tau keluarga terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situsi dimana ada hasrat untuk melukai atau menakuti atau membuat orang tidak berdaya”.

Batas-batas kekerasan menurut Undang-Undang Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 ini adalah tindakan yang bisa melukai secara fisik maupun psikis yang berakibat lama, dimana akan menyebabkan

11 http://repository.radenintan.ac.id/1355/3/BAB_II. Di akses pada 2 maret 2021

12 Lahargo Kembareng ”Kekerasan Pada Anak”, Pdskji (Perlindungan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia), 18 Agustus 2014.

(43)

28

trauma pada anak atau kecacatan fisik akibat dari perlakuan itu.

Dengan mengacu pada defenisi, segala tindakan apapun seakan-akan harus dibatasi, dan anak harus dibiarkan berkembang sesuai dengan hak-hak yang dimilikinya (Hak Asasi Anak). Hak anak untuk menentukan nasib sendiri tanpa campur tangan dan pendapat dari orang lain.13

Kekerasan dalam arti sempit merujuk pada tindakan berupa serangan, perusakan, penghacuran terhadap diri (fisik) seseorang maupun milik atau sesuatu

yang secara potensial menjadi milik orang lain. Baca juga: Masalah Sosial: Definisi dan Faktor Penyebabnya Berarti, dalam pengertian ini kekerasan merujuk pada tindakan fisik yang bersifat personal, yaitu mengarah pada orang atau kelompok tertentu yang dilakukan secara sengaja, langsung, dan aktual.

Kekerasan dalam arti luas merujuk pada tindakan fisik maupun tindakan psikologik yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang, baik yang dilakukan secara sengaja maupun secara tidak sengaja, langsung atau tidak langsung, personal atau struktural.14

Jenis-jenis kekerasan Dalam buku Pengantar Sosiologi

13 http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34575/1/Sururin-FITK diakses pada 3 maret 2021

14 Cahya Dicky Pratama ”Kekerasan”, Kompas.Com, 25 November 2020

(44)

29

Konflik (2009) karya Novri Susan, dijelaskan beberapa jenis kekerasan, antara lain:

a. Kekerasan struktural Kekerasan struktural adalah kekerasan yang diciptakan oleh suatu sistem yang menyebabkan manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Baca juga: Jenis- Jenis Kelompok Sosial Contoh kekerasan struktural adalah tidak dilibatkannya peran masyarakat Papua di dalam industri Freeport dengan alasan tidak memiliki keterampilan atau keahlian yang memadai untuk industri. Karena tidak bisa mengakses pekerjaan dalam indsutri Freeport, maka masyarakat Papua tidak memiliki penghasilan yang bisa memenuhi berbagai kebutuhan dasar mereka, seperti pendidikan yang berkualitas dan kesehatan. Kekerasan langsung Kekerasan langsung bisa dilihat pada kasus pemukulan seseorang terhadap orang lain yang menyebabkan luka pada tubuh.

(45)

30

b. Kekerasan langsung bisa juga berbentuk ancaman atau teror dari suatu kelompok yang menyebabkan ketakukan dan trauma psikis. Contoh kekerasan langsung yang terjadi di Indonesia adalah kekerasan antara etnis Dayak dan Madura di Kalimantan, penculikan wartawan oleh gerakan separatis di Aceh maupun Papua, kekerasan antaretnis Ambon Kristen dan BBM Muslim, dan sebagainya. Baca juga: Kelompok Sosial:

Definisi dan Faktor Pembentuknya Kekerasan budaya Kekerasan budaya merupakan pemicu terjadinya kekerasan struktural dan kekerasan langsung. Sebab sifat budaya bisa muncul pada dua jenis kekerasan tersebut. Sumber kekerasan budaya bisa bersumber dari etnisitas, agama, maupun ideologi.

c. kekerasan budaya adalah persepsi masyarakat terhadap etnis China. Etnis China dipersepsikan pelit, kurang bisa bersosialisasi, hanya mau bekerja sama dengan etnis mereka sendiri, dan lain-lain. Contoh persepsi tersebut merupakan bentuk kekerasan budaya karena melalui persepsi tersebut masyarakat bisa menyisihkan etnis China dalam pergaulan sehari-hari.

d. Kekerasa Model Litke Robert F. Likte membuat skema definisi kekerasan pada dimensi fisik-psikologis dan personal- institusional. Kekerasan personal pada dimensi fisik dapat

(46)

31

berupa pemerkosaan, pembunuhan, dan perampokan.

e. Sedangkan kekerasan personal pada dimensi psikologis, dapat berupa paternalisme, ancaman personal, dan pembunuhan karakter. Sementara itu,

f. kekerasan institusional pada dimensi fisik dapat berupa kerusuhan, terorisme, perang.15

g. Kekerasan dalam rumah tangga yang banyak dialami oleh kaum perempuan dalam posisinya sebagai istri cenderung dipahami sebagai relasi vertical- kordinatif antara suami dan istri dimana suami diposisikan sebagai pemimpin rumah tangga dan istri diposisikan sebagai “pelayan” suami. Dalam konteks tersebut, ijab kabul sebagai ikrar “serah terima” dari wali perempuan kepada laki- laki yang mempersunting perempuan tersebut dianggap sebagai penyerahan diri secara total seperti yang digambarkan oleh Thomas Hobbes, yang dikenal sebagai filosof totalitarian pertama, sebagai

penyerahan total setiap hak dari individu atas individu lainnya yang dia pilih sebagai pemimpinnya dalam wujud konsepsi otokratis yang bersifat totaliter.16 Relasi yang bersifat vertikal- kordinatif antara suami dan istri dalam lingkungan domestik rumah tangga telah mereduksi relasi keduanya sebagai mitra

15https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/25/144443669/kekerasan-definisi-dan- jenis-jenisnya?page=all diakses pada tanggal 11 februari 2021

16A. D. Lindsay, The Modern Democratic State, (New York: Oxford University Press, 1955), h. 81

(47)

32

sejajar dalam membangun keluarga yang sakinah menuju penghambaan kepada Allah swt. sebagai tujuan primordial dari pernikahan itu sendiri. 17

h. Tidak seharusnya perempuan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga karna bagaimanapun perempuan itu terlahir dari tulang rusuk seorang pria yaitu, bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam yang paling atas sebelah kiri dalam keadaan tidur. Demikian juga yang ditakhrijkan Ibn Abi Hazm

selainnya dari hadis. Al-Nawawi menganggap sesuatu hal yang aneh.

Fukaha meyakini bahwa hadis tersebut mengandung makna bahwa perempuan diciptakan dari sesuatu yang bengkok, dan perempuan itu seolah-olah (Auja‟) karena berasal dari yang bengkok. Kalimat dhamir itu ditujukan kepada tulang rusuk, bukan kepada tulang rusuk yang paling di atas. Dhamir juga menunjukkan kepada mu‟annas dan muzakkar, tetapi hadis ini ditujukan kepada makna perempuan, dikuatkan dengan kalimat dan maksud dari kalimat dipatahkannya adalah bermakna talaq berdasarkan hadis riwayat Muslim dari Sufyan dari Abi al- Zanad sebagaimana telah disebutkan.18

1. Jenis-jenis kekerasan pada anak

a. Kekersan fisik. Bentuk ini paling mudah dikenali.

17 Hamzah, ”Pernikahan Di bawah Umur (analisis tentang konsekuensi peminadaan) al- daulah, vol 6, no 1, (juni 2017)

18 Halimah“Penciptaan Wanita‟‟ YinYang, vol5, No 1, (Januari-Juni 2010)

(48)

33

Terkategorisasi sebagai kekerasan jenis ini adalah;

menampar, menendang, memukul/meninju, mencekik, mendorong, menggigit, membenturkan, mengancam dengan benda tajam dan sebagainya. Korban kekerasan ini biasanya tampak secara langsungpada fisik korban seperti; luka memar, berdarah, patah tulang, pingsang, dan bentuk lain yang kondisinya lebih berat.19

b. Kekerasan psikis. Kekerasan jenis ini tidak gitu mudah untuk di kenali.

Akibat yang dirasakan oleh korban tidak membrikan bekas yang nampak jelas bagi orang lain. Dampak kekerasan jenis ini akan berpengaruh pada situasi perasaan tidak aman dan nyaman, menurunnya harga diri serta martabat korban, wujud konkret kekerasan atau pelanggaran jenis adalah; pengguna kata-kata kasar, penyalagunaan kepercayaan, mepermalukan

orang di depan orang lainatau didepn umum, melontarkan ancaman dengan kata-kata, dan sebagainya. Akibat adanya perilaku tersebut biasanya kerban akan merasa rendah diri, minder, merasa tidak berharga, dan lemah dalam membuat keputusan (decision making).

c. Jenis kekerasan seksual. Termasuk dalam kategori ini adalah

19Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak, (jakarta, kencana, 2003), h. 28-30.

(49)

34

segala tindakan yang muncul dalam bentuk paksaan atau mengancam untuk melakukan hubungan seksual (sexual intercourse), melakukan penyikasaan atau bertindak sadis serta meninggalkan seseorang –termasuk mereka yang tergolong masih berusia anak-anak-setelah melakukan hubungan seksualitas. Segala perilaku yang mengarah pada tindakan pelecehan seksual terhadap anak-anak, baik di sekolah, di dalam keluarga, maupun dilingkungan sekitar tempat tinggal anak juga termasuk dalam kategori kekerasan atau pelanggaran terhadaap hak anak jenis ini. Kasus pemerkosaan anak, pencabulan yang dilakukan oleh guru.

Orang lain, bahkan orang tua tiri yang sering terekspos dalam pemberitaan berbagai media massa merupakan contoh konkret kekerasan bentuk ini.

d. Jenis kekerasan ekonomi. Kekerasan jenis ini sangat sering terjadi di lingkungan keluarga. Perilaku melarang pasangan untuk bekerja atau mencampuri pekerjaan pasangan untuk bekerja atau mencampuri pekerjaan pasangan, menolak memberikan uang atau mengambil uang, serta mengurangi jatah belanja bulanan merupakan contoh konkret bentuk kekerasan ekonomi. Pada anak-anak, kekerasan jenis ini sering terjadi ketika orang tua memaksa anak yang masih berusia dibawah umur untuk

(50)

35

dapat memberikan kontribusi ekonomi keluarga, sehingga fenomena penjual kotang, pengamen jalanan, dan lain-lain kian merebak terutama di perkotaan.20

Kasus tindak kekerasan dan pelanggaran terhadap hak anak, acap kali kurang memperoleh perhatian publik, karen selain data dan laporan tentang kasus clild abuse memang nyaris tidak ada, juga karena kasus ini sering kli masihterbungkus oleh kebiasaan masyarakat yang meletakkan masalah ini sebagai persoalan intern keluarga, dnan tidak layak atau tabu untuk diskspos, keluar secara terbuka. Seperti dikatan Harkristuti Harkrisnowo (1998), bahwa rendahnya kasus tindak kekerasan terhadap anak yang diketahui publik salah satunya disebab sering terjadinya penyelesaian kasus semacam ini dilakukan secara kekeluargaan dalam tindak penyidikan, sehingga kasus tindak kekerasan yang dialami anak- anak tidak direkam oleh aparat sebagai suatu tindak pidana. Padahal, kalau mau jujur sebenarnya kasus tindak kekerasan, eksploitas, dan bahkan tindak pelecehan seksual terhadap anak tidak hanya terjadi di kehidupan jalanan di kota besar yang memaang keras, di sektor industri atau dunia ekonomi yang konon sering disebut bersifat eksploitatif, melainkan juga dapat ditemui di dunia pendidikan, di kehidupan sehari-hari masyarakat, dan bahkan dilingkungan kelurga yang seacara normatif sering dikatakan sebagai tempat paling aman

20Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak, (jakarta, kencana, 2003), h. 28-30.

Referensi

Dokumen terkait

Kartu kanban yang digunakan adalah kartu kanban production instruction (PI-Kanban) yang akan memberikan perintah produksi core dan kartu kanban part withdrawal (PW-Kanban)

Kedua : Uraian secara rinci mengenai persyaratan kompetensi petugas kesehatan Puskesmas Pemurus Dalam sebagaimana yang dimaksud pada DIKTUM PERTAMA dimuat

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 560/Menkes/Perlr'lll/1 989 tentang Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat Menimbulkan \Nabah, Tatacara Penyampaian Laporannya

a. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Kooperatif tipe Picture and Picture dapat meningkatkan aktivitas belajar biologi materi pokok sel peserta didik kelas XI MAN

Uji hipotesis terdiri dari uji-t yang digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelas IX D sebagai kelas eksperimen dan kelas IX G

Penelitian dilakukan untuk menentukan respons 6 genotipe tanaman cabai [Meteor, Rimbun, Tornado, F1(12X14), IPBC12, dan 35C2] terhadap infeksi PYLCV dan mempelajari

Dalam upaya untuk mencegah lebih banyak anak menjadi korban wasting – bentuk paling parah dari masalah gizi – UNICEF menyediakan makanan terapeutik siap pakai untuk anak-anak di