BAB IV PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN ANAK DI
B. Fungsi dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan
Dalam penanganan tindak kekerasan, Dinas pemberdayaan masyarakat dan desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak mempunyai unit pelayanan tindak kekerasan yakni Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak yang disingkat P2TP2A yang memberikan layanan pelaporan penjangkaun konselin dan pendampingan kepada klient. Dalam hal ini juga, dinas pemberdayaan masyarakat desa pemeberdyaan perempuan dan perlindnungan anak mempunyai banyak mitra seperti unit PPA Polres Bantaeng, Pekerja Sosial (Dinas Sosial), Lembanga Bantuan Hukum (LBH) Kabupaten Bantaeng, Kejaksaan, Pengadilan Agama, dan Pengadilan Negeri.
Secara spesifik fungsi dari dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yaitu menyediakan pelayanan bagi masyarakat terutama bagi korban kekerasan terhadap anak, khususnya melakukan pendampingan penangana terhadap korban kekerasan.
Adapun fungsi khsusus dari unit pelayanan tindak kekerasan yakni Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam melaksanankan tugasnya menurut dari hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada kepala bidang Pemberdayaan permpuan dan Perlindungan anak oleh ibu Siti
69
Ramlah,S.E,MM,bahwa:
“fungsi dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam mengurangi maupun mencegah tindak kekerasan yang dilakukan terhadap anak ada beberapa point, yaitu :
a. Penanganan pengaduan dan pendampingan perempuan dan anak korban kekerasan.
b. Penyelenggaraan rujukan kasus yang memerlukan pelayanan kesehatan dan konseling bagi perempuan dan anak korban kekerasan
c. Menfasilitasi rehabilitasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan d. Penegakan dan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban kekerasan
e. Pemulangan dan reintegrasi bagi perempuan dan anak korban kekerasan f. Menfasilitasi pemberdayaan perempuan dan anak korban kekerasan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pengambilan keputusan dalam rangka terwujudnya Kesetaraan dan Keadilan Gender.
fungsi-fungsi tersebut kami jalankan dengan dibantu oleh beberapa lembaga lainya seperti ketika melakukan sosialisasi kami didampingi oleh beberapa orang dari gkantor Desa, ibu PKK dan juga biasa didampingi oleh anggota polsek bantaeng guna menciptakan sosialisasi yang tepat dan lancar.kami juga melalukan penegakan hukum terhadap korban kekerasan yang terjadi kepada perempuan dan anak agar proses hukumnya berjalan dengan lancar,dan juga kami melakukan semacam pembinaan psikologis kepada anak yang menjadi korban kekerasan.maka dari itu agar semua fungsi yang saya
70
sebutkan bisa tercapai maka kami berharap masyarakat juga bisa bekerja sama terutama korban dalam mencapai pencegahan dan penanganan tindak kekerasan terhadap anak, contohnya jika ada anak yang terkena tindak kekerasan maka diharapkan bahwa si anak tersebut bisa mengadu ke tetangga maupun orang disekitar dan selanjutnya melapor ke kantor supaya pelaku bisa kita tindak sesuai dengan aturan yang berlaku, karna kita sering dapatkan ada beberapa tindak kekerasan terhadap anak yang tidak melapor ke kantor karna alas an tidak tau dan takut untuk melakukan pelaporan ke kantor dians.
dan untuk sosialisasi kami harap masyarakat dari berbagai kalangan bisa hadir untuk mengetahui bagaimana dampakk jika kita melakukan tindak kekerasan terhadap anak dan bagaimana cara melapor jika suatu hari nanti ada anak yang terkena kasus kekerasan, karna kami dari pihak dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak terus berupaya agar tingkat kekerasan terhadap anak bisa berkurang atau bahkan bisa hilang, untuk sekarang tindak kekerasan terhadap anak di Kabupaten bantaeng sudah 39 kasus, 25 kasus terhadap anak dan 19 kasus dewasa kami harap kasus ini sudah yang terakhir karna di tahun sebelumnya di 2020 terdapat 48 kasus, 28 kasus anak dan 19 kasus dewasa,1 ”
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak memilki beberapa fungsi yang intinya diharapkan kepada seluruh masyarakat Bantaeng agar tindak kekerasan terhadap anak itu tidak dilakukan, oleh karna itu dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak menjalankan beberapa kegiatan yang melibatkan secara langsung masyarakat untuk melakukan pencegahan kekerasan terhadap anak, dan diharapakan masyarakat desa senantiasa hadir dalam sosialisasi yang dilakukan oleh dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Penulis merasa bahwa kekerasan terhadap anak di Kabupaten bantaeng dari segi penanggulangan dan penindakan masih perlu di tingkatkan karna jumlah kasus di tahun 2020 yang berjumlah 48 kasus hampir sama dengan jumlah kasus
1 Siti Ramlah S.E.M.M, Kepala Bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, wawancara, Bantaeng 5 Oktober 2021
71
kekerasan di tahun 2021 sejumlah 39 kasus, penulis berharap agar jumlah kasus di tahun yang akan datang agar bisa menurun drastis.
dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sudah sangat bagus dalam segi fungsi termasuk dalam pendampingan hukum agar korban kekerasan dapat melapor ke pihak berwajib dan pelaku menjalankan proses hukum sesuai dengan aturan yang ada, tinggal melihat bagaimana implementasi fungsi tersebut didalam masyarakat apakah berjalan dengan apa yang kita harapkan agar tindak kekerasan anak di Kabupaten Bantaeng ini bisa berkurang.
C. factor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan pada anak di kabupaten Bantaeng.
Dalam suatu tindak kekerasan yang terjadi pada anak di kalangan masyarakat di Kabupaten Bantaeng maka perlu kita ketahui factor-faktor apa saja kah yang mengakibatkan tindakan kekerasan terhadap anak di kabupaten Bantaeng ini bisa terjadi, maka dari itu penulis menanyakan beberapa pertanyaan kepada pelaku maupun pihak terkait dalam hal ini dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di kabupaten bantaeng, penulis mendapatkan beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya tindak kekerasan terhadap anak.
Dalam wawancara yang penulis lakukan di kantor dinas pemberdayaan masyarakat desa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Kabupaten bantaeng, penulis melakukan wawancara dengan ibu Masita, S.Sos selaku Seksi
72
perlindungan anak dan tumbuh kembang anak menuturkan beberapa poin tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan terhadap anak di Kabupaten Bantaeng.Masita, S.Sos mengatakan bahwa :
Foto.3 wawancara dengan ibu Masita, S.Sos
“ Dalam kasus kekerasan kepada anak yang sering dilakukan oleh orang tua maupun keluarga dan orang lain biasanya dilandasi dengan beberapa faktor yang mendasar, faktor-faktor inilah yang menjadi penyebab seringnya terjadi kekerasan terhadap anak di Kabupaten Bantaeng, faktor-faktor ini kami dapatkan berdasarkan laporan dari para korban dan pelaku tindak kekerasan terhadap anak, faktor-faktor ini bermacam-macam mulai dari hal-hal sepeleh sampai dengan hal-hal yang serius yang dapat mengakibatkan terjadinya kasus kekerasan terhadap anak salah satu fakor yang menjadi penyebab terjadinya tindakan kekerasan terhadap anak Di Kabupaten Bantaeng ini ialah penggunaan handphone, penggunaan Handphone dikalangan anak-anak zaman sekarang ini seakan akan tidak dapat di pisahkan bahkan sudah
73
menjadi sesuatu yang wajib dimiliki oleh para anak-anak, itu dikarenakan di dalam handphone terdapat banyak aplikasi atau game yang sangat di senangi sekali oleh anak-anak, terutama untuk game yang biasa kita kenal seperti freefire,mobile legend dan game-game lainya, bahkan ada beberapa game yang mengakibatkan anak-anak tersebut mengeluarkan uang untuk mendapatkan beberapa fitur didalm game tersebut, jadi hal ini memicu anak-anak untuk meminta uang kepada orang tua mereka hanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagi mereka, hal inilah yang sering menjadi alasan para orangtua melakukan tindak kekerasan kepada anak-anak mereka, apalagi jika keluarga tersebut berasal dari kalangan yang tidak mampu, maka dari itulah terkadang emosi muncul didalam diri para orangtua karna mereka berpikir dari pada membelli hal-hal seperti itu lebih baik mereka membeli beras atau lauk untuk kebutuhan hidup mereka, bukan hanya dikalangan keluarga yang mempunyai kondisi ekonomi yang sulit bahkan dalam keluarga yang ekonominya baik sering juga terdapat kasus kekerasan terhadap anak dengan faktor handphone tersebut misalnya seorang anak yang setiap harinya bermain handphone sehingga tidak mementingkan hal-hal lain seperti belajar, mengaji, atau bahkan untuk makan pun mereka malas-malasan dan itulah yang menjadi faktor bagi orangtua untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap anak-anak mereka dan faktor selanjutnya yaitu keharmonisan dalam rumah tangga, faktor ini merupakan suatu faktor internal yang marak terjadi didalam sebuah kehidupan berumah tangga, hal ini disebabkan oleh kurang adanya komikasi yang membangun serta komunikasi yang bersifat romantisme sehingga kasih saying didalam sebuah keluarga tidak ada, selain komunikasi faktor lain yang menyebabkan kurangnya kerharmonisan dalam keluarga adalah tidak tercapainya kebutuhan sehari-hari sehingga menyebabkan emosi dalam diri seseorang yang mengakibatkan seseorang sering marah bahkan main tangan kepada anak maupun anggota keluarga lainya, dampak lain daripada faktor ini adalah adanya rasa cemburu yang berlebih sehingga kadang anak yang menjadi korban, jadi itulah yang menjadi faktor pemicu terjadinya kekerasan terhadap anak.2
Memicu pada penjelasan yang diberikan oleh ibu Masita selaku selaku Seksi perlindungan anak dan tumbuh kembang anak dapat penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa kemajuan teknologi yang berlebih seperti sekarang ini harus dilakukan pengawasan terhadap anak,tetapi cara menyampaikan teguran kepada anak kiranya melalui sebuah pendekatan halus tanpa melakukan sebuah tindakan
2 Masita,S.Sos, Seksi perlindungan anak dan tumbuh kembang anak wawancara,Bantaeng, pada tanggal 5 Oktober 2021
74
kekerasan yang berhubunga dengan fisik, dan untuk faktor kurangnya keharmonisan dalam keluarga kiranya seluruh anggota keluarga dapat menyempatkan waktu sedikit untuk melakukan sebuah komunikasi atau jika bisa para anggota keluarga dapat meluangkan waktu untuk berlibur bersama keluarga supaya kerhamonisan dalam keluarga itu terjaga dan tindakan kekerasan terhadap anak bisa berkurang.
Selain penjelasan oleh ibu Masita, penulis juga melakukan sebuah wawancara bersama salah satu pelaku tindak kekerasan terhadap anak guna untuk mengetahui apa saja factor penyebab sehingga pelaku sering melakukan tindak kekerasan terhadap anak dan untuk menjaga nama baik dan kerahasiaan pelaku maka penulis melakukan perubahan nama dan sensor terhadap wajah pelaku untuk nama pelaku penulis memberikan nama samaran atas nama ibu mawar.
Berikut hasil wawancara dari pelaku tindak kekerasan terhadap anak di Kabupaten Bantaeng.
75
Foto.5 wawancara ibu mawar
“Assalamu alaikum warahmatullahi wabarhakatu, jadi faktor yang menjadi penyebab saya melakukan tindak kekerasan terhadap anak yaitu karena pada saat itu saya menyuruh anak saya untuk belajar , tetapi pada saat itu anak saya tidak mempedulikan perintah saya dan malah lebih asik bernain handphone, dan setelah beberapa kali saya menyuruh anak saya, anak saya malah balik menjawab dengan nada yang tinggi itulah yang membuat emosi saya naik, dan saya mengambil sapu dan langsung memukul anak saya, mungkin dengan emosi saya yang sudah di atas sehingga pukulan saya terlalu keras dan membuat anak saya meringis kesakitan, sehingga menimbulkan luka memar dan itulah salah satu bukti tindak kekerasan saya terhadap anak saya, seandainya tidak ada jawaban dengan suara yang keras dari anak saya mungkin tidak terjadi hal-hal seperti tadi, mungkin salah satu faktor yang membuat anak saya menjadi membangkan yaitu karena terlalu asik dalam memainkan game di handphonenya, dan juga karna anak saya sering bergaul dilingkungan yang dihuni oleh beberapa orang yang dasarnya sering melakukan perlawanan dan juga sering berkata kasar jadi, anak saya mungkin karna sudah terbiasa dengan lingkungan yang seperti itu maka dia juga ikut-ikutan melakukan hal seperti itu, saya sendiri menyesal Karena melakukan hal yang sudah membuat anak saya terluka, saya pribadi mengaku refleks dalam melakukan hal tersebut
76
mungkin Karena sudah emosi ataupun merasa tidak enak diperlakukan seperti itu.”3
Dari pernyataan yang diberikan oleh pelaku yang kami samarkan namanya menjadi mawar penulis mendapatkan beberapa informasi yang melatar belakangi terjadinya kekerasan terhadap anak yaitu perilaku anak yang tidak dapat meninggalkan rutinitas bermain handphone terutama game online seperti sekarang yang banyak diganrungi oleh semua kalangan baik dari kalangan orang dewasa maupun anak-anak dan itulah yang menyebabkan ibu mawar melakukan tindakan kekerasan terhadap anaknya karna sang anak tidak mematuhi perintah sang ibu dan lebih memilih bermain game online dan bahkan sang anak membalas perintah sang ibu dengan nada bicara yang sangat keras sehingga sang ibu terpancing emosi lalu melakukan tindakan kekerasan kepada anaknya dan juga perilaku membangan tersebut tercipta karena pergaulan sang anak di lingkungan yang sering melontarkan kata-kata kasar sehingga sang anak mengikuti cara berperilaku teman-teman di lingkunganya jadi, penulis disini mendapatkan informasi bahwa perilaku seorang anak tergantung dari dimana anak tersebut bergaul, jadi orang tua harus mengawasi setiap pergaulan yang ditempati anaknya, apakah lingkungan tersebut tidak memberi dampak negatif sehingga sang anak juga dapat berperilaku baik.
Tetapi sebagai sesosok seorang ibu tindakan yang dilakukan oleh bu mawar seharusnya dapat dihindari apabila sebagai seorang ibu bisa lebih bersabar meskipun ada sedikit perlawanan maupun perbuatan yang tidak menyenangkan.
3 Mawar,pelaku,wawancara,Bantaeng pada tanggal 7 Oktober 2021
77
Selain pelaku penulis juga mewawancarai salah satu tokoh masyarakat yang berada di sekitaran tempat tinggal si korban, penulis melakukan wawancara kepada tokoh masyarakat guna untuk mengetahui bagaimana faktor terjadinya
tindak kekerasan terhadap anak, dan untuk men
Mengetahui bagaimana cara mengatasi tindak kekerasan terhadap anak di Kabupaten bantaeng.
Berikut hasil wawancara dari tokoh masyarakat yaitu bapak Ramli.
“Kekerasan terhadap anak ini merupakan sebuah tindakan yang menurut saya sangat berbahaya karena mengingat bahwa anak memiliki fisik yang masih belum kuat jadi jika anak menerima sebuah pukulan maka sangat fatal karna memiliki fisik yang lemah dan bukan dari segi fisik tapi juga dari segi mental anak-anak ini masih belum siap untuk menerima bentakan-bentakan ataupun makian yang bersifat merusak mental seorang anak yang dapat menyebabkan rasa trauma, dan untuk faktor yang menyebabkan seorang anak ini mendapat perlakuan kekerasan ialah karena mereka sering tidak mematuhi apa yang di perintahkan oleh orang tua mereka sehingga membuat orang tua tersebut emosi dan melakukan tindakan kekerasan, faktor ini sering disebabkan oleh anak-anak yang keseringan bermain game di
78
handphone mereka sehingga pikiran anak-anak tersebut lebih mementingkan game mereka disbanding belajar, mengaji ataupun membantu orang tua mereka, saya rasa itulah faktor yang menyebabkan seringnya terjadi kekerasan terhadap anak4.”
Berdasarkan pada penjelasan pak Ramli selaku tokoh masyarakat setempat bahwa menurut dari pengalamanya, terjadinya kekerasan terhadap anak sering terjadi disebabkan oleh sikap membangkan dan melawan sehingga membuat orang tua tersebut menjadi emosi dan melakukan tindakan kekerasan.
D. Bentuk kekerasan pada anak di Kabupaten Bantaeng
Dalam tindak kekerasan yang sering terjadi baik yang dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa biasanya mempunyai bentuk kekerasan yang berbeda-beda baik dengan perlakuan yang keras maupun dengan perlakuan yang sedang-sedang, tindakan ini biasanya melalui gerakan fisik yang bisa menimbulkan adanya luka lebam maupun mengeluarkan darah.
Disini penulis melakukan wawancara kepada beberapa orang untuk mengetahui bagaimana saja bentuk kekerasan yang sering di terima oleh para korban tindakan kekerasan di usia anak-anak, yang pertama peneliti melaukan wawancara dengan salah satu korban tindakan kekerasan yang ada di Kabupaten Bantaeng,
Wawancara ini dilakukan di rumah korban kekerasan terhadap anak di Kabupaten Bantaeng, dan untuk menjaga privasi sang korban maka nama dan wajah korban kami sensor untuk kenyamanan si korban.
4 Ramli, tokoh Masyarakat,wawancara,Bantaeng pada tanggal 7 Oktober 2021
79
Berikut hasil wawancara terhadap kekerasan anak di Kabupaten Bantaeng dari sudut pandang sang korban.
Foto 6. Wawancara dengan Rian
“ Saya pernah mengalami tindakan kekerasan oleh ibu saya beberapa tahun yang lalu pada saat itu kejadianya saya disiruh oleh ibu saya untk pergi belanja di warung tapi saya lebih memilih bermain game online di handphone saya jadi saat itu ibu saya mengambil sapu dan langsung memukul saya sampai kaki saya menjadi lebam, pada saat setelah kejadian tersebut saya menangis dan didengar oleh tetangga saya jadi tetangga saya yang melaporkan tindak kekerasan ini ke kantor dinas setempat, tetapi
80
saya tidak menindak lanjuti karna saya memaafkan hal tersebut karena murni saya yang malas untuk menuruti perintah orang tua.5”
Berdasarkan pengakuan sang korban bahwa bentuk kekerasan tersebut biasanya berupa pukulan maupun bentakan yang mampu merusak mental sang anak bentuk kekerasan ini memang sering terjadi baik antara orang dewasa dengan anak-anak maupun dewasa dengan sesame dewasa,
tindakan pemukulan ini biasanya menggunakan tangan kosong tapi, adajuga yang menggunakan benda benda yang dekat dengan si pelakuu seperti sapu, kayu bahkan tidak segang melemparkan beberapa benda kepada si korban, selain tindakan yang berbentuk fisik ada juga tindakan yang bersifat psikis yaitu lontaran kata-kata kasar atau menjatuhkan mental sang korban seperti menghina keluarga, mengatai dengan kata binatang, maupun dengan nada yang keras.
Peneliti berharap bahwa tindakan kekerasan terhadap anak di Kabupaten Bantaeng ini bisa berkurang atau bahkan hilang karena anak-anak merupakan salah satu karunia yang diberikan tuhan kepada ita dan kita yang menerima karunia tersebut harus menjaganya bukan malah menelantarkan atau bahkan melakukan kekerasan terhadap anak tersebut.
Selain dengan si korban Rian peneliti juga melakukan wawancara kepada seorang korban lagi yang bernama arya, arya ini mendapatkan perlakuan kekerasan bukan dari keluarga mereka melainkan dengan orang lain yang
5 Rian,korban,wawancara,Bantaeng pada tanggal 9 Oktober 2021
81
nampaknya kerjadian ini cukup berbeda daripada kasus sebelumnya yang menimpa si rian. Berikut wawancara dari si korban atas nama arya :
Foto.7 wawancara dengan arya si korban
“Awal kejadianya pada saat itu saya bermain bola dengan beberapa teman saya di salah satu lapangan dekat sini pada saat main bola saya tidak sengaja menendang kaki lawan saya jadi dia menangis lalu pulang kerumahnya mengadu ke orang tua nya, jadi orang tuanya datang ke lapangan tempat saya bermain bola, setelah tiba dilapangan saya di panggil oleh bapaknya dan di marah-marahi, tidak puas memarahi dia langsung menampar saya dan menendang bagian belakang saya, saya ditampar dengan keras dan membuat pipi saya bengkak dan bagian belakang saya sakit, saya langsung melapor ke orang tua saya dan orang tua saya menindak lanjuti kejadian tersebut ke kantor polisi terdekat6.”
6 Arya,Korban,wawancara, Bantaeng, Pada tanggal 9 Oktober 2021
82
Menurut keterangan korban kekerasan yang dialami oleh arya dia di pukul di bagian wajah dan di tendang bagian belakang sehingga korban mengalami luka di pipi dan memar di bagian belakang, hal ini sangat disyangkan karna awal mula kejadian ini hanya masalah sepeleh antara sesama anak-anak dan dilikungan bermain, orang tua yang melakukan kekerasan tersebut perlu di beri hukuman sebagaimana aturan yang telah di teteapkan oleh pemerintah perihal tentang kekerasan terhadap anak.
seharusnya hal seperti tadi yang terjadi di lingkungan bermain tidak perlu melibatkan orang tua apalagi sampai meelakukan tindakan kekerasan yang dapat membuat seorang anak menderita luka.
Selain mewawancarai korban guna mengetahui apa saja bentuk kekerasan yang di terima, penulis juga melakukan wawancara kepada toko agama setempat guna untuk mengetahui bagaimana tindakan kekerasan kepada anak ini didalam hukum islam.
Dan juga bagaimana padangan beliau terhadap kekerasan yang dilakukan terhadap anak di Kabupaten Bantaeng ini yang bagaimana kita tau untuk sementara tindak kekerasan terhadap anak di Bantaeng ini sudah mencapai angka 21 kasus tindak kekerasan terhadap anak.
Wawancara ini diharapakn juga kepada seluruh masyarakat Kabupaten Bantaeng agar menjahui yang namanya tindakan kekerasan apalagi jika yang menajadi korban ialah anak-anak yang umunya masih perlu mendapatkan bimbingan dan kasi sayang oleh semua orang.
83
Berikut merupakan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada ustadz ali di kediaman nya.
Wawancara bersama ustadz ali :
Foto.8 wawancara dengan ustadz ali
“assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatu, baik sesuai dengan pertanyaan dari pewawancara mengenai bagaimana islam mengenai tindakan kekerasan terhadap anak khususnya di Kabupaten Bantaeng,jadi tindakan kekerasan ini di dalam islam jelas tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan salah satu pihak mengalami rasa sakit, atau bahkan dapat menyebabkan seseorang kehilangan nyawa, jadi didalam islam secara tegas dan jelas melarang kekerasan terhadap anak. Tetapi ada salah satu hadist mengatakan “perintahkanlah anak-anakmu untuk solat ketika mereka berumur tujuh tahun. Pukulah mereka jika sampai berusia sepuluh tahun mereka tetap enggan untuk melaksanakan solat7”.
Jadi menurut ustadz alil yang saya wawancarai beliau mengatakan bahwa tindakan kekerasan didalam ajaran Islam memang sangat dilarang karena hal
7 Ust Ali, Tokoh Agama,wawancara, Bantaeng pada tanggal 10 Oktober 2021