• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tannga

4. Kekerasan Ekonom

a. Tidak memberi nafkah pada istri;

b. Memanfaatkan ketergantungan istri secara ekonomis untuk mengontrol kehidupan istri;

c. Membiarkan istri bekerja untuk kemudia penghasilannya dikuasai oleh suami.

Bentuk bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terhadap perempuan menurut Undang-undang No.23 tahun 2004 tentang PKDRT: a. Kekerasan Fisik yaitu, perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh

meninju, menampar, menendang, mendorong, melempar sesuatu, menjambak rambut, mencekik, dan penggunaan senjata tajam.

b. Kekerasan Psikis yaitu, perbuatan yang bersifat verbal yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan penderitaan psikis berat pada seseorang. Misalnya mengejek, mencela, menghina, memaki dengan kata-kata kotor, mengancam akan menyiksa, membawa pergi anak-anak, dan akan membunuh, melarang berhubungan dengan keluarga atau dengan kawan dekat, atau melakukan intimidasi bahkan isolasi.

c. Kekerasan Seksual yaitu, pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang, yang menetap dalam lingkup rumah tangga, dan pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu, misalnya pemerkosaan.

d. Kekerasan Penelantaran Rumah Tangga yaitu, (kekerasan ekonomi , yaitu perbuatan menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau peemeliharaan kepada orang tersebut. Misalnya : membatasi pemberian nafkah, tidak merawat anak-anak, meningalkan rumah tangga dengan tidak bertanggungjawab,memaksa anak-anak mengemis, memaksa anak atau istri melakukan prostitusi.

28

b) Faktor Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga

Perilaku menyimpang dapat dikategorikan dalam bentuk kejahatan. Untuk mengetahui faktor pendorong atau penyebab seseorang melakukan kejahatan, kita tinjau hal-hal yang terdapat dalam hal krimonologi. Menurut Sutherland dan Cressey, Kriminologi adalah himpunan pengetahuan mengenai kejahatan sebagai gejala masyarakat. Yang termask dalam ruang lingkupnya adalah proses pembuatan perundang-undangan dan reaksi-reaksi terhadap pelanggaran tersebut.22

Peningkatan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga itu diantaranya dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, mulai dari faktor internal dan faktor eksternal. Secara internal, KDRT dapat terjadi sebagai akibat dari semakin lemahnya kemampuan adaptasi setiap anggota keluarga diantara sesamanya, sehingga setiap anggota keluarga yang memiliki kekuasaan dan kekuatan cenderung bertindak deterministik dan eksploitatif terhadap anggota keluarga yang lemah.

Secara eksternal, KDRT muncul sebagai akibat dari intervensi lingkungan diluar keluarga yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi sikap anggota keluarga, terutama orangtua atau kepala keluarga, yang terwujud dalam perlakuan eksploitatif terhadap anggota keluarga yang sering kali ditampakkan dalam pemberian hukuman fisik dan psikis yang traumatik baik kepada anaknya, maupun pasangannya.

22

Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam Perspektif

Menurut Farha Ciecik mengidentifikasi faktor penyebab KDRT ini sebagai berikut: pertama, adanya ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan baik dirumah tangga maupun dilingkungan publik. Kedua, ketergantungan istri terhadap suami secara penuh, terutama untuk masalah ekonomi, yang menjadikan istri berada dibawah kendali suami. Ketiga, sikap kebanyakan masyarakat terhadap KDRT yang cenderung abai dan mengangapnya sebagai persoalan internal sebuah keluarga. Keempat, pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama. 23

Konsep-konsep agama cenderung disalahartikan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan kekerasan. Misalnya konsep nuzyu, seringkali digunakan sebagai dasar kewenangan suami melakukan pemukulan terhadap istri. Kemudian konsep kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga yang seringkali dimaknai sebagai ketundukan istri terhadap kehendak suami dan sebagai pembenar adanya dominasi suami dalam rumah tangga.

Adapun faktor lain yang memicu terjadinya KDRT adalah adanyan budaya patriarki yang masih kuat sehingga laki-laki dianggap paling dominan baik didalam keluarga maupun lingkungan sekitar, himpitan ekonomi keluarga, himpitan masalah kota besar yang mendorong stress, kondisi lingkungan dan pekerjaan yang berat mendorong tingginya tempramental orang.

23

Farha Ciciek, Ikhtiar Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga; Belajar dari Kehidupan Rasulullah Saw. (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Gender, 1999),h.25-27

30

Menurut zastrow dan Browker pada tahun 1984 menyatakan bahwa ada tiga teori utama yang mampu menjelaskan terjadinya kekerasan, yaitu teori biologis, teori frustasi agresi, dan teori kontrol.24

Ada beberapa faktor yang sering dipandang sebagai pemicu KDRT, yaitu25 :

a) Problem atau pertengkaran masalah keuangan seringkali dapat menjadi pemicu timbulnya perselisihan di antara suami istri. Gaji yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga setiap bulan, sering menimbulkan pertengkaran, apalagi kalau pencari nafkah yang utama adalah suami. Dapat juga pertengkaran timbul ketika suami kehilangan pekerjaan. Ditambah lagi adanya tuntutan biaya hidup yang tinggi, memicu pertengkaran yang seringkali berakibat terjadinya tindak kekerasan.

b) Cemburu karena isteri bekerja dan memiliki penghasilan dan kedudukan yang lebih tinggi daripada suaminya.

c) Problem atau kelainan seksual seperti impotensi, hiperseks, frigid dan sadisme seksual

d) Pengaruh miras, narkoba dan perjudian dan hutang

e) Pertengkaran tentang anak ketidakserasian cara pandang terhadap pendidikan anak.

24

Rohmat Wahab, Kekerasan dalam Rumah Tangga Perspektif Psikologis dan Edukatif. artikel diakses pada tanggal 4 Maret 2016 dari http ://staff.uny.ac.id

25

Fathul Djannah dkk, Kekerasan Terhadap Istri. cet II(Yogyakarta : Lkis, 2007) h.17

c) Sanksi Bagi Pelaku KDRT

Sanksi bagi pelaku KDRT menurut undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang PKDRT terdapat dalam Bab VIII ketentuan pidana pasal 44 yang berbunyi :

1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ( lima) tahun atau denda paling banyak Rp.15000.000,00 ( lima belas juta rupiah).

2) Dalam hal perbuatan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan jorban mendapat jatuh sakit atau luks berat, dipidana penjara paling lama 10 ( sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp. 30.000.000,00 ( tiga puluh juta rupiah).

3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mengakibatkan matinya korban. Dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp.45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).

4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-sehari, dipidana dengan penjara paling lama 4(empat) bulan atau denda paling banyak Rp.5000.000,00 ( lima juta rupiah).

Pasal 45

1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 9000.000,00 ( sembilan juta rupiah).

2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimasud pada ayat 1 (satu) dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp.3000.000,00 ( tiga juta rupiah).

Pasal 46

(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud pasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp.36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).

Pasal 47

(1)Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

32

(1)Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 dan pasal 47 mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan atau mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

34

Dokumen terkait