• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuatan Hukum dari MoU dan LoI menurut Hukum

MENURUT HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL DAN HUKUM INDONESIA

Dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata maupun dalam peraturan perundang-undangan lainya, tidak adal suatu ketentuan yang mengatur secara khusus Tentang Memorandum of Understand- ing60, yang ada adalah ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan

syarat-syarat sahnya kontrak.

59 Ibid, hal. 64.

60 Memmorandum of Understanding disingkat dengan MOU, sama dengan peng- ertian LOI atau Letter of Intent. Dalam Bahasa Indonesia disingkat dengan nota kesepahaman..

Apabila kita mengkaji dan menganalisis substansi MOU tampak- lah bahwa substansi nya berisi kesepakatan para pihak untuk melaku- kan kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan, seperti kerjasama dibidang ekonomi, pendidikan, pasar modal dan lainnya. Apabila elah terjadi penyesuaian pernyataan kehendak dan telah ditandatan- gani kerjasama itu maka MOU telah memiliki kekuatan untuk dapat dilaksanakan.Artinya adalah MOU memiliki kekuatan mengikat.

Akan tetapi dalam praktik, apabila ada salah satu pihak yang tidak melaksanakan Isi dari MOU maka pihak yang lain tidak pernah mempersoalkannya atau menuntut ke pengadilan. Salah satu pihak akan mengatakan bahwa MOU itu dalam keadaan tidur sehinga tidak pernah dipersoalkan secara hukum.

Ray wijaya mengemukakan :

” Dari sudut pandang Indonesia, tampaknya par ahli hu- kum Indonesia masih berbeda pendapat tentang makna dari Memmorandum of Understanding tersebut. Salah satu pihak mengatakan bahwa Memmorandum of Under- standing merupakan suatu gentlement agreement yang tidak mempunyai akibat hukum., sedangkan pihak yang lain mengangap MOU merupakan suatu bukti awal bahwa telah terjadi atau tercapainya saling pengertian mengenai masalah-masalah pokok, artinya telah terjadi pemahman awal antara para pihak yang bernegosiasi sebagaimana yang dituangkan dalam Memmorandum of Understand- ing oleh para pihak untuk melakukan kerjasama.. Oleh- karenanya, kesepakatan awal ini merupakan pendahuluan untuk merintis lahirnya suatu kerjasama yang sebenarnya, yang kemudian baru diatur dan dituangakan secara lebih rnci dalam perjanjian kerja sama atau joint venture dalam bentuk yang lebih formal..”61

61 Salim HS, et.al., Perancanh Kontrak dan MOU, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 54.

Pendapat lain juga mengatakan bahwa Memorandum of Un- derstanding (MoU) atau Nota Kesepakatan merupakan dan termasuk suatu perjanjian yang dibuat oleh 2 (dua) pihak yang berkepentingan untuk itu.62 Pasal 1338 KUHPerdata menyatakan bahwa semua per-

janjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh karenanya suatu MoU yang dibuat antara 2 (dua) belah pihak akan mengikat kedua belah pihak tersebut. Kedua belah pihak tersebut sedemikian rupa harus mematuhi seluruh ketentuan-ketentuan sebagaimana dinyatakan dalam klausula-klausu- la yang terdapat dalam MoU tersebut. Hal ini berarti bahwa apabila salah satu pihak yang terikat dalam MoU tersebut melakukan pelang- garan atas MoU, maka pihak yang lainnya dapat melakukan penuntu- tan di Pengadilan.

Hikmahanto Juwana mengemukakan pandangannya tentang penggunaan Istilah Memmorandum of Undestanding, ia mengemu- kakan bahwa :

“ Penggunaan istilah MoU harus dibedakan dari segi teoritis dan praktis. Secara teoritis, dokumen Mou Bu- kan merupakan hukum yang mengikat para pihak. Agar mengikat secara hukum, harus menindaklanjuti dengan sebuah perjanjian. Kesepakatan dalam Mou lebih bersi- fat ikatan moral. Secara praktis, Mou disejajarkan dengan perjanjian. Ikatan yang terjadi tidak hanya bersifat moral tetapi juga ikatan hukum. Titik terpendting bukan pada istilah yang digunakan tetapi pada isi atau materi dari nota kesepakatan tersebut” 63

Munir fuadi juga mengemukakan dua pandangan yang mem- bahas tentang kekuatan mengikat dari Memmorandum of Undestan- ding, yaitu Gentlement agreement dan agreement is agreement64.

62 Lihat Pasal 1338 KUHPerdata

63 Hikmahanto Juwana, Perancangan Kontrak Modul 1 sampai dengan IV Ja- karta, 2002, hlm.123.

64 Munir Fuadi, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktis, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2007, hlm 93-94.

Pandangan pertama berpendapat bahwa Memmorandum of Un- destanding adalah suatu gentlement agreement. Maksudnya kekuatan mengikatnya suatu Memmorandum of Understanding tidak sama den- gan perjanjian biasa, sunnguhpun Memmorandum of Understanding

dibuat bentuk yang paling kuat, seperti dengan akta notaris sekalipun (tetapi dalam praktik jarang Memmorandum of Undestanding dibuat secara notarial) hanya sebatas penggikatan moral belaka, dalam arti tidak enforcable secara hukum, dan pihak yang wanprestas , misal- nya tidak dapat diganggu-gugat ke pengadilan. Sebagai ikatan moral, tentu jika wanprestasi, dia dianggap tidak bermoral, dan ikut jatuh reputasinya dikalangan bisnis.

Namun yang jelas, pendapat bahwa Memmorandum of Under- standing adalah hanya gentlement agreement yang bersifat faktual be- laka.

Pandangan kedua berpendapat bahwa sekali suatu perjanjian dibuat apapun bentuknya lisan atau tulisan , pendek atau panjang, leng- kap atau detail ataupun hanya diatur pokok-pokoknya saja, tetap saja merupakan perjanjian dan karenanya mempunyai kekuatan mengikat seperti layaknya suatu perjanjian, sehingga seluruh ketentuan pasal- pasal tentang hukum perjanjian telah bisa diterapkan kepadanya,

Menurut pendapat yang sebenarnya lebih formal dan legalitas ini, kalau suatu perjanjian mengatur hal-hal yang pokok saja, maka mengikatnyapun hanya pada hal-hal yung pokok tersebut. Atau jika suatu perjanjian hanya berlaku pada jangka waktu tertentu , maka mengikatnyapun hanya untuk jangka waktu tertentu juga , para pihak tidak dapat dipaksakan untuk membuat perjanjia yang lebih rinci dari Mou yang telah dibuatnya. Paling tidak selama jangka waktu perjan- jian masih berlangsung, para pihak tidak dapat membuat perjanjian dengan pihak lainnya. Hal ini tentu jika dengan tegas di tentukan un- tunya dalam Mou tersebut. Pelanggran terhadap ketantuan ini adalah wanprestasisehingga dapat digugat kepengadilan berdasarkan hukum yang berlaku.

Apabila kita memperhatikan pandangan yang kedua, maka jelaslah apabila salah satu pihak tidak melaksanakan substansi Mem- morandum of Understanding maka salah satu pihak dapat membawan- ya kepengadilan dan pengadilan dapat memerintahkan salah satu pihak untuk menjalankan isi dari Memmorandum of Understanding yang telah dibuatnya. Dalam realitasnya, ini berarti bahwa apabila salah satu pihak tidak melaksanakan Mou maka pihak lainnya tidak pernah menggugatnya kepengadilan. Ini berarti Mou hanya mempu- nyai kekuatan mengikat secara moral.

Dalam Mou yang dibuat para pihak telah ditentukan oleh para pihak telah ditentukan jangka waktu berlakunya. Jangka waktu ber- lakunya Mou tergantung kesepakatan para pihak. Ada yang menetap- kan jangka waktu berlakunya Mou selama 1 (tahun) jangka waktu itu dapat diperpanjang.

B. BENTUK DARI MEMMORANDUM OF UNDERSTAND- ING ATAU LETTER OF INTENT YANG BAIK MENURUT HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL.

Bentuk Memmorandum of Understanding yang dibuat antara para pihak adalah tertulis. Adapun substansi Mou telah ditentukan oleh kedua belah pihak. Dalam berbagai literatur tidak ditemukan tentang struktur atau susunan dari sebuah Memmorandum of Under- standing. Jadi tergantung dari para pihak, standard yang ada adalah ;

Tittel Memmorandum of Undestanding 1.

Pembukaan Memmorandum of Understanding 2.

para pihak yang membuat memmorandun of Understand- 3.

ing

Sustansi Memmorandum of Understanding 4.

Penutup 5.

Berikut ini adalah salah satu contoh MOU untuk hubungan bis- nis di Indonesia

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

This Memorandum of Understanding (the “MOU”) is made and en- tered into on the day of [**]

BETWEEN:

1. [PARTY A] a limited liability company established and ex- isting under the laws of the Republic of Indonesia (“Party A”)

AND:

2. [PARTY B] a limited liability company established and existing under the laws of the Republic of Indonesia (“PARTY B”]

(each of Party A and Party B a “Party”and together called the “Parties”).

WHEREAS:

A. The Parties have agreed to explore the feasibility of com- bining their respective business with a view to establishing an internet based business enterprise.

B. The Parties have agreed to enter into this MOU in order to set out the terms on which the Parties will advance the busi- ness discussions regarding this matter (hereinafter called the “Further Discussions”).

1. Appointment of Representatives

1.1 Each Party shall nominate a maximum of three (3) execu- tives (the “Nominated Executives”)to represent the respec- tive interests of the Parties in the Further Discussions. 1.2 Upon signing this MOU, each Party will notify the other

Party of its Nominated Executives.

1.3 In participating in the Further Discussions, the Nominated Executives shall engage in open and constructive business negotiations and use their best endeavours to reach a de-

finitive agreement regarding future cooperation, provided however that nothing in this MOU shall be construed as placing an obligation on the Parties to reach and/or enter into such definitive agreement regarding future coopera- tion.

2. Scope of the Further Discussions

In the conducting the Further Discussions, the Parties shall address a range of issues and topics designed to facilitate the Parties entering into a definitive agreement. The key matters to be agreed between the Parties shall include (amongst other matters):

The merger and acquisition model most appropriate in all the circum- stances and acceptable to both Parties:

(i) Asset valuation methods and parameters;

(ii) Post merger and acquisition shareholding and management structuring;

(iii) Short term and long term business strategies for the surviv- ing entity;

(iv) Share lock up and divestiture plans and restrictions apply- ing to the Parties; and

(v) A time schedule for implementation of the agreed matters.

3. EXCLUSIVITY

3.1 Each of the Parties agree that it will not, during the term of this MOU, solicit, offer, or otherwise deal with any third Parties with respect to the potential investment, sale or other transaction relating to each of the Parties’ respective business or any interest therein.

3.2 Each of the Parties hereby represents to the other Party that neither it nor any of its respective advisers is now in discussions or negotiations with any person other than the other Party re- lating to any potential investment, sale or any other transac- tion relating to that Parties’ business or any interest therein.

4. CONFIDENTIALITY

Each Party agrees that any and all information in connection with this MOU is derived from the other Party (however acquired and in whatever form) will be treated by it as confidential (the “Confidential Information”), and no Party will disclose any Confidential Informa- tion to a third Party or otherwise seek to exploit any Confidential Information without the prior written consent of the Party originally possessing the Confidential Information; provided that this under- taking will not apply to information which (a) comes into the public domain through no fault of the Party using such Confidential Infor- mation, or (b) is required to be furnished to pursuant to any prevailing laws, regulations or judicial orders.

5. TERMINATION

This MOU shall terminate thirty (30) days after the execution of this MOU by the Parties, unless otherwise terminated earlier or extended in writing by the mutual agreement of the Parties.

To give effect to this Article 5, the Parties waive the second and the third sentences of Article 1266 of this Indonesian Civil Code to the extent that a court pronouncement is required to terminate this Agree- ment.

6. GOVERNING LAW; JURISDICTION

All further documentation will be drafted and executed in English. The English language shall be the prevailing language of this agree- ment unless required otherwise pursuant to the prevailing laws and regulations in the Republic of Indonesia. The agreements will be gov- erned by Indonesian law.

In the event of any dispute arising out of this MOU which can not be settled amicably, such dispute will be referred to the Central Ja- karta District Court (Pengadilan Negeri Jakarta Pusat), and the Par- ties expressly submit to the non-exclusive jurisdiction of the Central Jakarta District Court, without prejudice to each Party’s right to bring proceedings in any court or tribunal having jurisdiction over another Party or any of its assets.

7. MISCELLANEOUS

This MOU is intended to form a framework for further meaningful discussions between the Parties and does not support to set out the key terms to be included in any future definitive agreements between the Parties.

This MOU, including the undertakings herein, is binding upon the Parties and their respective officers, successors and assigns.

IN WITNESS WHEREOF, this MOU is accepted and agreed upon by the Parties as of the day and year first written above.

_________________ By: Name: Title: _________________ By: Name: Title:

Jadi Memmorandum of Understanding memiliki dua versi pendapat mengenai kekuatan hukumnya, dimana pendapat yang pertama menyebutkan bahwa Mou hanya mempunyai kekuatan mengikat secara moral. suatu gentlement agreement. Maksudnya kekuatan mengikatnya suatu Memmorandum of Understanding tidak sama dengan perjanjian biasa, sunnguhpun Memmorandum of Understanding dibuat bentuk yang paling kuat, seperti dengan akta notaris sekalipun (tetapi dalam praktik jarang Memmorandum of Undestanding dibuat secara notarial), hanya sebatas penggikatan moral belaka, dalam arti tidak enforcable secara hukum, dan pihak yang wanprestas , misalnya tidak dapat diganggu-gugat ke penga- dilan. Sebagai ikatan moral, tentu jika wanprestasi, dia dianggap tidak bermoral, dan ikut jatuh reputasinya dikalangan bisnis. Pan- dangan kedua berpendapat bahwa sekali suatu perjanjian dibuat apapun bentuknya lisan atau tulisan , pendek atau panjang, len- gkap atau detail ataupun hanya diatur pokok-pokoknya saja, tetap saja merupakan perjanjian dan karenanya mempunyai kekuatan mengikat seperti layaknya suatu perjanjian, sehingga seluruh ke- tentuan pasal-pasal tentang hukum perjanjian telah bisa diterapkan kepadanya.

Bentuk Mou pada dasarnya tidak memiliki standard, akan tetapi ditentukan oleh para pihak sendiri. Akan tetapi biasanya bentuk dasar Mou adalah titel Memmorandum of Undestanding; Pembukaan Memmorandum of Understanding; para pihak yang membuat memmorandun of Understanding; Substansi Memmo- randum of Understanding; dan yang terakhir adalah penutup.

BAB 5

ARBITRASE DAN MEKANISME

PENYELESAIAN SENGKETANYA