BAB IV: ANALISIS MARKETING POLITIK TERHADAP KEMENANGAN PASANGAN GATOT PUJO NUGROHO-TENGKU ERRY NURADI
PROFIL DEMOGRAFI DAN PASANGAN GUBERNUR-WAKIL GUBERNUR SUMATRA UTARA TERPILIH
A. STRATEGI MARKETING POLITIK
5. Kekuatan Segmentasi
Segmentasi merupakan suatu kekuatan yang mendukung dalam pembagian struktur-struktur sosial masyarakat. Pada hal ini penulis mengklarifikasikan beberapa segmen yaitu suku, agama, ras dan segmen perilaku pemilihnya. Sehingga pada hal ini memungkinkan untuk menyusun beberapa strategi yang sesuai dengan karekteristik tersebut.
a. Segmentasi Kesukuan
Masyarakat Sumut yang heterogen memberikan peluang kepada kandidat untuk bisa meraup suara maksimal. Sumut merupakan gambaran kecil dari
Indonesia karena keberagaman suku dan agamanya. Terdapat lebih dari 15 suku bangsa yang bermukin di Sumut dengan Melayu, Batak dan Nias sebagai asli masyarakat Sumut. Dengan deskripsi sebagai berikut: Batak (41,95%), Jawa (32,62%), Nias (6,36%), Melayu (4,92%), Tionghoa (3,07%), Minangkabau (2,66%), Banjar (0,97%), lain-lain (7,45%)12.
Melihat dari komposisi masyarakatnya, maka pasangan Gatot merupakan pasangan dari suku yang memiliki jumlah besar di Sumut. Tetapi hal ini tidak dengan begitu saja menguntungkan pasangan ini, karena pesaing juga ada yang memiliki suku sama dengan suku yang dianut oleh pasangan ini. Sebagaiman yang penulis utarakan pada bab I halaman 7 tentang etnis dan agama calon gubernur dan wakil gubernur. Gatot yang bersuku jawa bukan merupakan putra jawa yang lahir di Sumatra melainkan pendatang. Pujakesuma (putra jawa kelahiran sumatra) merupakan perhimpunan masyarakat suku jawa yang cukup dikenal disumatra melalui ketua majelis pembina memilih mendukung pasangan Gus Irawan-Soekirman dari pada Gatot yang merupakan incumbent. Tetapi pasangan ini tetap mendapatkan dukungan dari masyarakat jawa.
Untuk mendapatkan dukungan dari semua etnis, pasangan Ganteng melakukan pendekatan kepada semua suku. Strategi pendekatan yang dilakukan melalui komunitas-komunitas kesukuan itu sendiri. Salah satu contoh dari pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan terhadap suku batak melalui jalur adat, Gatot yang merupakan keturunan dari suku jawa agar dekat dengan suku batak harus diberikan marga. Di tanah batak Gatot diberikan marga lubis,
12
kemudian dibatak karo dikasih marga bangun. Dan istrinya juga tidak luput dari hal itu, ditanah batak istrinya nobatkan menjadi marga nasution dan kemudian dibatak karo dikasih marga pelawi. 13
Pendekatan-pendekatan kultural seperti kebudayaan itu ternyata cocok untuk merangkul yang non muslim. Ini dibuktikan dengan kemenangan pasangan Ganteng ditiga kabupaten yang mayoritas bersuku batak dan beragama kristen. Ketiga kabupaten itu adalah kabupen Nias Selatan, Pakpak Bharat dan Tapanuli Tengah.
b. Segmentasi Agama
Agama merupakan suatu instrumen yang mampu mempengaruhi pilihan politik seseorang. Agama seorang kandidat bisa memberikan keuntungan dan kerugian bila masyarakat merasa memiliki kedekatan secara psikologis dan tidak mementingkan program kerja ataupun tidak melihat secara detail apa yang telah dilakukan dari seorang kandidat. Agama juga sering dijadikan alasan pemilih untuk menentukan pilihannya.
Sumut yang memiliki keberagaman agama tidak terlepas dari hal tersebut. Dimana agama selalu dijadikan alasan untuk menentukan pilihan. Jumlah penganut agama secara keseluruhan di Sumut agama Islam masih menjadi yang paling banyak dianut dan diurutan kedua adalah agam Kristen. Dalam kasus Pilkada kali ini, terdapat 8 calon yang berasal dari agama Islam baik itu sebagai calon gubernur maupun wakil gubernur, dan 2 kandidat lagi berasal dari agama kristen. Dari 8 kandidat terdapat 3 pasang calon yang berpasangan sesama agama
13
Islam dan sisanya satu menjadi calon gubernur dan satu lagi menjadi calon wakil gubernur.
Melihat komposisi pasangan calon yang seperti ini, agama Kristen bisa saja diuntungkan karena hanya ada 2 calon. Dan penganut agama kristen bisa saja memenangkan salah satu calon yang menjadi calon gubernur. Tetapi hal ini tidak terjadi, kedekatan pasangan Ganteng dengan masyarakat dan memiliki sifat yang religius meyakinkan masyarakat bahwa pasangan ini dapat mengayomi semua agama yang ada. Saat melakukan kunjungan ke kabupaten Dairi pada tanggal 15 Februari 2013, pasangan Gatot mendapatkan dukungan dari 160 orang pendeta yang lansung disampaikan oleh pendeta Esron Marpaung di gedung Djauli Manik14. Agama-agama lain yang ada di Sumut juga memberikan dukungannya secara terbuka yang disampaikan oleh pemuka agama masing-masing.
c. Segmentasi Ideologis 1) Partai Simpatisan
a) PKS
Partai Keadilan Sejahtera atau yang lebih kita kenal dengan sebutan PKS merupakan salah satu partai yang berasakan Islam di Indonesia. 15 walaupun berasaskan Islam, tetapi partai ini menganut ideologi terbuka yang menerima keberagaman dan terbuka dengan agama lain. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya 30 anggota legeslatif yang berasal dari agama non islam di kawasan
14
http://www.antarasumut.com/warga-dairi-dukung-pasangan-ganteng/ diakses pada 25 April 2014
15
http://www.pkssumut.or.id/2012/12/ad-art-partai-keadilan-sejahtera.html diakses pada 25 April 2014
timur indonesia yang sudah terjadi sejak tahun 2004.16 PKS juga dikenal memiliki kader militan yang akan mendukung semua keputusan dari pimpinannya.
Di Sumut, PKS merupakan partai yang masuk kedalam 5 besar perolehan suara pada pemilu 2009 dengan menempatkan 10 anggota legeslatif tingkat provinsi dibawah Partai Demokrat, Golkar dan PDI Perjuangan17.
b) Hanura
Partai ini berazaskan pancasila. Pada pemilu yang dilaksanakan pada tahun 2009, partai ini berhasil mendudukkan 18 perwakilannya di DPR RI dan mendapatkan 5 kursi untuk DPRD Sumut. Lahirnya partai ini berawal dari kegagalan mantan Panglima TNI Wiranto meraih posisi Ketua Umum Partai Golkar untuk meraih kursi Presiden pada Pemilu 2004. Partai ini memiliki visi yang menekankan pada kemandirin bangsa dan kesejahteraan rakyat.18
Partai ini mendukung pasangan Ganteng karena merasa yakin pasangan Ganteng akan memenangkan pilkada. Walaupun tidak menempatkan kader partainya sebagai pendamping Gatot, tetapi partai ini tetap serius mendukung. Ini dibuktikan dengan hadirnya Wiranto pada kampanye akbar yang dilaksanakan di alun-alun Stabat, Langkat. Wiranto berpesan agar masyarakat Sumut memilih pasangan Ganteng yang sudah terbukti dapat membawa kemajuan terhadap Sumut.19
16
http://nasional.kompas.com/read/2010/08/19/18161414/PKS:.Asas.Tetap.Islam..Ideolog i.Terbuka diakses pada 25 April 2014
17
http://www.fraksi.keadilan.sejahtera.dprd.sumut.html diakses pada 15 Juli 2013
18
http://nasional.sindonews.com/read/2013/01/08/12/705012/profil-partai-hanura diakses pada 25 April 2014
19
http://www.antaranews.com/berita/361310/anis-matta-dan-wiranto-kompak-dukung-gatot. diakses pada 25 April 2014
d. Segmentasi Perilaku Pemilih 1) Segmen Pemilih Rasional
Pilihan rasional muncul sebagai bagian revolusi behavioural dalam ilmu politik Amerika tahun 1950-an dan 1960-an yang berusaha meneliti bagaimana individu berperilaku dengan menggunakan metode empiris. Namun demikian, pilihan rasional berasal dari metodologi ilmu ekonomi. Anthony Down adalah pelopor dalam penerapan teori pilihan rasional bagi perilaku pemilihan umum.20 Inti dari pilihan rasional adalah ketika dihadapkan pada beberapa pilihan, maka orang akan melakukan atau memilih yang menurutnya berkemungkinan menghasilkan sesuatu yang terbaik.21 Pemilih dalam tipe ini selalu mempertimbangkan biaya dan keuntungan.
Masyarakat Sumut yang berada di 3 kabupaten yaitu Nias Selatan, Tapanuli Tengah dan Pakpak Bharat adalah salah satu contoh dari pemilih rasional. Keberadaan mereka sebagai masyarakat yang bersuku batak dan beragama Kristen lebih memilih pasangan Ganteng yang dianggap lebih memiliki integritas dan kapabilitas sebagai pemimpin. Mereka tidak mempermasalahkan tentang agama atau suku dari pasangan Ganteng.
2) Segmen Pemilih Psikologis
Pemilih psikologis merupakan pemilih yang menentukan pilihannya berdasarkan penilaian terhadap ideologi, program kerja dan kebijakan sebuah
20
David Marsh & Gerry Stoker, Teori dan Metode dalam Ilmu Politik (Bandung: Nusa Media, 2011), hal 77
21
David Marsh & Gerry Stoker, Teori dan Metode dalam Ilmu Politik (Bandung: Nusa Media, 2011), hal 76
partai, setelah menilai dan ia merasakan ada keterkaitan antara dirinya dengan partai, maka pemilih ini akan memutuskan untuk bergabung. Pemilih model ini disebut juga sebagai partisanship.22
Partisanship membentuk sebuah identitas politik individu untuk mengidentikkannya dengan sebuah partai. Pemilih model ini tidak akan segan-segan mengatakan kalau dirinya berasal dari partai A, dan pemilih model ini akan memperjuangkan partainya untuk menjadi pemenang di pemilu. Pemilih dalam model psikologis tidak akan mudah untuk berpaling ke partai lain. Pemilih model ini lebih cendrung menggunakan hak pilihnya di pemilu karena memiliki energi psikologis untuk memenangkan partainya dibandingkan model lain.23
PKS selaku partai pendukung pasangan ini merupakan partai yang memiliki pemilih model ini. Kader-kader partai akan selalu mendukung dan berupaya untuk memenangkan pasangan Ganteng. Dukungan itu bisa langsung dibuktikan dengan memilih pasangan Ganteng ketika hari pencoblosan dan ikut serta membantu pasangan Ganteng dalam mensosialisasikan pasangan ini kemasyarakat dan memilihnya pada hari pemilihan.
3) Segmen Pemilih Sosiologis
pemilih sosiologis merupakan tipe pemilih yang menekankan kepada karekteristik seorang calon kandidat melalui kedekatan kelas sosial, agama, dan kelompok etnik atau kedaerahan dan bahasa. Selain unsur kedekatan kelas sosial,
22
Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat, (Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2012), 22
23
Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat, (Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2012), 25
unsur kedekatan agama tampaknya menjadi hal yang paling berpengaruh pada pendekatan pemilih model sosiologis ini.24 Biasanya masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan memilih partai atau kandidat yang memiliki kedekatan agama sekalipun partai atau kandidat tersebut kurang berkompeten dibandingkan harus memilih partai atau kandidat yang beragama lain sekalipun lebih baik dari pada partai atau kandidat yang seagama dengannya.25 Dalam masyarakat agraris faktor sosiologis selalu lebih dominan. bila datang kesuatu pemilihan, mereka memusatkan perhatian pada kebutuhan dasar komunitas lokal dan wilayah sekitar. ini bisa disebabkan karena adanya sejumlah kepentingan politik bersama antar sesama warga.26
Tipe pemilih model ini harus kita akui masih gampang kita dapati. Dalam kasus Pilkada Sumut, tampaknya model ini tidak begitu menonjol, walaupun masih ada beberapa kasus. Ini dibuktikan dengan kemenangan beberapa calon dikampung halamannya. Untuk pasangan Ganteng yang bersuku Jawa-Melayu, pasangan ini menang didaerah pesisir pantai yang notabene bersuku melayu dan daerah-daerah yang merupakan basis dari suku jawa.
Dalam segmentasi perilaku pemilih diPilkada Sumut. Penulis berkesimpulan bahwa perilaku pemilih psikologis dan sosiologis masih berlaku. Tetapi, tidak sedikit juga masyarakat Sumut yang termasuk kedalam kategori pemilih rasional.
24
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Grasindo, 2010), 186
25
Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat, (Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2012), 14
26
Ichlasul Amal, Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1996), 86
Dan ini juga dibuktikan dengan menangnya pasangan Ganteng di 3 kabupaten yang telah penulis sebutkan sebelumnya.