• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuatan Surat Pengakuan Utang dilegalisasi Notaris sebagai Alat Bukti

SURAT PENGAKUAN UTANG 5.1 Tinjauan Umum Surat Pengakuan Utang

5.4. Kekuatan Surat Pengakuan Utang dilegalisasi Notaris sebagai Alat Bukti

Jika ditinjau dari sudut kekuatan hukumnya tata urutan kekuatan pembuktian surat/akta/tulisan (bukti tertulis) adalah :

a. Akta Notariil

b. Surat di bawah tangan yang dilegalisasi Notaris c. Surat di bawaah tangan yang di waarmerking

d. Surat di bawah tangan yang tanpa melibatkan pejabat umum (Notaris).

Kekuatan hukum sebagai pembuktian surat di bawah tangan yang dilegalisasi lebih kuat daripada Register (waarmerking). Untuk dokumen tertentu yang akan digunakan sebagai kelengkapan proses pengalihan kepemilikan hak atas suatu kebendaan atau hak-hak lainnya, mutlak yang diminta harus berbentuk legalisasi. Apabila surat/dokumen tersebut tidak dibuat oleh Notaris, maka tidak dapat

diterima sebagai kelengkapan proses Hak Tanggungan. Bila timbul permasalahan dikemudian hari, pihak bersangkutan harus membuat ulang persetujuan dan melegalisasikannya di hadapan Notaris.185

Pembuktian melalui Surat Pengakuan Utang notariil memiliki kekuatan yang berbeda dengan Surat Pengakuan Utang yang dibuat di bawah tangan, terhadap Surat Pengakuan Utang yang dibuat di bawah tangan beban pembuktian harus melalui proses persidangan biasa, dimana para pihak dihadapkan pada pemeriksaan saksi menyangkut kebenaran para pihak, kebenaran tanda tangan dan kebenaran persetujuan para pihak dalam isi perjanjian, pembuktian Surat Pengakuan Utang bawah tangan menjadi sangat fatal lagi apabila ada pihak yang tidak mengakui kebenaran kehadirannya menurut waktu dan tandatangan dalam akta di bawah tangan tersebut (mengingkari), sehingga memerlukan beban pembuktian bagi pihak yang disanggah untuk memberikan bukti lain. Sebaliknya Surat Pengakuan Utang notariil, kebenaran dalam Surat Pengakuan Utang notariil sepanjang tidak ada pembuktian sebaliknya dianggap sah, pihak yang menyanggah kebenarannya harus membuktikan sanggahannya tersebut.

Seorang Notaris memberikan kepastian tentang penanggalan dari pada aktanya yang berarti berkewajiban untuk menyebut dalam akta bersangkutan tahun, bulan dan tanggal pada waktu mana akta tersebut dibuat. Pelanggaran kewajiban tersebut berakibat akta tersebut kehilangan sifat otentiknya dan dengan demikian perjanjian tersebut hanya seperti suatu perjanjian yang dibuat di bawah tangan.

Adanya Legal Officer Bank juga mempunyai peran yang besar dalam pembuatan Surat Pengakuan Utang, 186 sehingga dalam

185 http://irmadevita.com/2012/legalisasi-dan-waarmerking.

186 Legal Officer perusahaan bank atau lembaga pembiayaan bertugas melakukan analisis yuridis, melakukan pemeriksaan dan penilaian jaminan, menyiapkan perjanjian kredit, melakukan pengikatan jaminan, melakukan penyimpanan legal dokumen, melakukan pengawasan kredit, serta melakukan upaya penyelamatan kredit bermasalah.

Untuk menjadi legal officer di dunia perbankan, terdapat beberapa standar kompetensi yang harus dipenuhi.

Yang pertama adalah Kompetensi Teknis, yaitu memahami dan menguasai serangkaian ketrampilan dan pengetahuan teknis dalam bidang-bidang terkait dengan pekerjaan dan berbagai macam fungsi legal. Antara lain seperti Hukum Perbankan, operasioanl perbankan, hukum kontrak, hukum perusahaan, hukum acara, hukum benda & pengikatannya, hukum perjanjian, hukum perorangan, hukum pidana, hukum perburuhan, dasar-dasar risk management, internal control & compliance.

a. Kompetensi kedua yang juga harus dikuasai adalah Kompetensi Perilaku. Yaitu serangkaian perilaku yang wajib ditampilkan oleh seorang Legal Officer agar dapat

mengadakan perjanjian kredit dihadapan Notaris, Legal Officer dituntut peran aktifnya guna memeriksa aspek hukum dan kelengkapan yang diperlukan. Kemungkinan terjadi kekeliruan suatu perjanjian kredit/pengakuan utang yang dibuat secara notariil dapat saja terjadi. Sehingga Legal Officer tidak mutlak bergantung kepada Notaris, melainkan Notaris dianggap sebagai mitra atau rekanan dalam pelaksanaan suatu perjanjian kredit/pengakuan utang. Terhadap Surat Pengakuan Utang yang dibuat secara notariil ini, akan memberikan kekuatan pembuktian yang sempurna bagi para pihak, sempurna dalam artian kebenaran menyangkut isi Surat Pengakuan Utang yang berkaitan dengan kehendak para pihak, waktu pelaksanaan berkaitan dengan tanggal dibuatnya surat dan kebenaran para pihak yang menandatangani Surat Pengakuan Utang tersebut.

Menurut Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris, Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai perjanjian yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Dalam menjalankan kewenangannya, Notaris dituntut untuk mengetahui dan memahami permasalahan hukum yang akan dihadapi dalam menjalankan tugasnya.

Bahwa dalam membuat Surat Pengakuan Utang, Notaris harus berpedoman pada ketentuan perundangan-undangan yang berlaku dan menjamin kehendak para pihak yang tertuang dalam isi Surat Pengakuan Utang tersebut, kehendak yang kuat ini termasuk juga kebenaran dari persetujuan para pihak terhadap pembentukan isi Surat Pengakuan Utang tersebut. Walaupun Surat Pengakuan Utang yang

melaksanakan tugas secara efektif. Kompetensi ini antara lain meliputi memiliki daya analisa yang baik, berorientasi pada kualitas, memiliki kemampuan manajerial, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik secara lisan maupun tertulis, mampu membangun hubungan kerja yang baik, fokus pada pelanggan, memiliki komitmen terhadap pekerjaan, memiliki kemataangan, wawasan yang cukup dan bijaksana. b. Kompetensi ketiga adalah Pengalaman Kerja. Antara lain legal experience,

yaitu pengalaman dalam melakukan upaya hukum litigasi dan/atau non litigasi, pengalaman dalam menyusun suatu dokumen hukum atau aktivitas pemberian advis. Selain itu, dibutuhkan pula core banking experience, yaitu pengalaman pernah terlibat dalam melakukan aktivitas operasional pada unit kerja bank (antara lain: Treasury, Operation, Credit) sehingga memahami proses, sistem, prosedur dan alur kerja bidang tersebut.

dibuat di bawah tangan maupun Surat Pengakuan Utang yang dibuat dengan akta Notaris tidak memberikan kekuatan pembuktian yang sama, pada prinsipnya Surat Pengakuan Utang berfungsi sama, yaitu : a. Surat Pengakuan Utang merupakan alat bukti bagi Kreditur dan

Debitur untuk membuktikan adanya hak kewajiban yang timbal-balik antara Bank sebagai Kreditur dan nasabah yang meminjam sebagai Debitur.

b. Surat Pengakuan Utang digunakan sebagai alat bukti/sarana pemanfaatan atau pengawasan kredit yang sudah diberikan, karena Surat Pengakuan Utang berisi syarat dan ketentuan dalam pemberian kredit.

c. Surat Pengakuan Utang menjadi dasar perjanjian ikutannya, yaitu perjanjian pengikatan jaminan.

d. Surat Pengakuan Utang hanya sebagai alat bukti yang membuktikan adanya utang Debiturdan tidak mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu tidak memberikan kekuasaan langsung kepada Bank untuk mengeksekusi barang jaminan/agunan apabila Debitur tidak mampu melunasi utangnya