• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

5) Kekuatan Tawar Menawar Pembel

Kekuatan tawar-menawar pembeli atau konsumen dikatakan cukup kuat, jika konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, konsumen membeli dalam jumlah banyak, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi, dan pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil. Konsumen “LBS” dapat dikatakan memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat dan kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi “LBS”. Semakin meningkatnya jumlah perusahaan makanan jadi sejenis bakery di Bogor yang menawarkan produk bervariasi dan semakin banyak jenisnya termasuk dari segi mutu dan harga jual produk. Hal ini mengakibatkan pembeli memiliki alternatif pilihan yang sangat beragam sehingga pembeli dapat memilih produk mana yang terbaik dengan harga yang relatif murah.

Selain itu, pembeli juga menghadapi biaya peralihan yang relatif kecil karena pembeli dapat dengan mudahnya berpindah dari satu perusahaan bakery ke

perusahaan bakery yang lain. Pembeli juga memiliki informasi yang lengkap tentang pasar karena pembeli mengetahui lokasi produksi atau toko dan harga jual dari masing-masing perusahaan bakery. Meskipun sampai saat ini “LBS” mengalami kelebihan permintaan atas produknya, akan tetapi perusahaan harus tetap waspada terhadap kondisi seperti ini dimana pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat terhadap produk bakery.

Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung pada perusahaan. Analisis faktor internal merupakan proses identifikasi terhadap faktor kelemahan dan kekuatan dari dalam perusahaan. Lingkungan internal dapat dianalisis dengan menggunakan analisis pendekatan fungsional, yaitu analisis yang dilakukan pada masing-masing fungsi dalam perusahaan dengan mengkaji manajemen dan sumberdaya manusia, pemasaran, keuangan, kegiatan produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi manajemen.

Manajemen

Untuk menganalisis fungsi manajemen usaha “LBS”, terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji, antara lain aspek perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan aspek pengendalian/kontrol.

1) Perencanaan

Saat ini usaha “LBS” belum memiliki perencanaan tertulis baik untuk jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hal ini terlihat dari belum adanya pernyataan visi, misi, dan tujuan perusahaan yang dirumuskan secara tertulis, jelas, dan spesifik. Meskipun demikian, kondisi ini tidak mempengaruhi pemilik “LBS” untuk mengembangkan usahanya. Hal ini terlihat dari keputusan yang diambil oleh pemilik “LBS” pada saat akan meningkatkan produksinya, dimana memperhatikan permintaan pasar tehadap produk “LBS”. Biasanya jika jumlah agen dan sales serta konsumen “LBS” semakin bertambah, maka dilakukan peningkatan produksi. Oleh karena itu, saat ini penjualan produk “LBS” semakin meningkat, bahkan cenderung terjadi kelebihan permintaan pasar.

2) Pengorganisasian

Struktur organisasi “LBS” seperti yang terlihat pada Gambar 7 menunjukkan bahwa posisi manejemen puncak dipegang langsung oleh direktur utama (pemilik) dan direktur operasional (suami pemilik), dimana pada posisi ini pemilik bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan strategis yang terkait dengan kelancaran usaha serta bertanggung jawab terhadap kebijakan terkait operasional perusahaan. Sedangkan pihak yang diberi wewenang oleh pimilik untuk menjadi menejer berasal dari luar keluarga, dimana posisi ini bertugas untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan pada setiap kegiatan perusahaan. Dalam menjalankan operasionalisasi perusahaan, pemilik “LBS” menerapkan pendekatan top down, dimana seluruh komando dilakukan langsung oleh pemilik perusahaan kemudian unit-unit di bawahnya hanya melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan.

3) Pemberian Motivasi

Meskipun pendekatan yang dilakukan oleh pemilik “LBS” lebih bersifat top

down dalam operasionalisasi perusahaan, akan tetapi pemilik tidak

menganggap karyawan sebagai bawahan melainkan sebagai rekan kerja. Hal ini karena peran serta karyawan juga terlibat dalam keberhasilan suatu usaha. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh pemilik untuk meningkatkan motifasi karyawan adalah dengan cara melibatkan diri (pemilik bersama suami) untuk ikut serta dalam proses produksi. Pemberian motivasi terhadap karyawan penting dilakukan karena terkait dengan loyalitas para karyawan terhadap perusahaan sehingga para karyawan tersebut tetap merasa nyaman selama bekerja.

4) Pengelolaan Staf

Pengelolaan staf dalam perusahaan mencakup aktivitas seperti perekrutan, wawancara, penyeleksian, pelatihan, pengevaluasian, dan pemecatan karyawan. Pihak “LBS” melakukan pengelolaan staf seperti perekrutan dengan cara merekrut orang-orang yang berada di sekitar perusahaan. Pihak “LBS” juga melakukan penyeleksian dan wawancara terhadap calon karyawannya. Setelah menjalani proses penyeleksian dan wawancara, pihak “LBS” memberikan pelatihan selama 3 bulan terhadap calon karyawannya. Pihak “LBS” memiliki keuntungan dengan adanya proses pengelolaan staf atau manajemen sumberdaya manusia, karena perusahaan bisa memiliki karyawan yang sesuai sehingga dapat mempermudah kinerja perusahaan. 5) Pengendalian

Pada umumnya pihak “LBS” melakukan pengendalian hanya terbatas pada bidang produksi saja, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku dan pengolahan. Pengendalian dalam hal pengadaan bahan baku penting dilakukan karena terkait langsung dengan proses produksi pembuatan produk sehingga kontinuitas pembuatan produk tetap terjaga. Sama halnya dengan pengadaan bahan baku, pengendalian dalam pengolahan juga penting dilakukan karena terkait dengan kualitas atau mutu produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas produk biasanya pihak “LBS” melakukan sortasi terhadap produk yang dihasilkan. Proses sortasi dilakukan setelah pengukusan atau produk matang. “LBS” juga sudah membuat SOP untuk setiap proses produksi dari mulai persiapan bahan baku, pengadukan adonan, pencetakan kue, pengukusan, sampai dengan finishing.

Pemasaran

Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga, distribusi, dan aspek promosi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing bauran pemasaran pada perusahaan “LBS” :

1) Produk

Jenis bakery yang diproduksi oleh “LBS” termasuk dalam bolu, yaitu bolu yang memiliki cita rasa manis, bertekstur lembut, dan memiliki berbagai macam rasa. Produk “LBS” memiliki berbagai jenis rasa, antara lain rasa original yang bertopping keju, coklat, strawberry, capuchino, tiramisu dan blueberry. Ada juga Lapis Bogor green tea dan brownies talas original dan keju. Variasi rasa dari produk “LBS” dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Variasi Produk ”Lapis Bogor Sangkuriang”

Sumber : “LBS” (2012)

Selain melakukan variasi rasa, pihak “LBS” juga selalu mengutamakan kualitas rasa terhadap setiap produk yang dijualnya. Selain itu, pihak “LBS” juga mengangkat konten lokal seperti talas (tepung talas) sebagai bahan baku utama sehingga menciptakan cita rasa tersendiri pada produknya. Hal inilah yang dilakukan oleh “LBS” terhadap produknya, dimana kualitas rasa menjadi faktor penting yang menjadi perhatian “LBS”.

Kemasan yang digunakan oleh pihak “LBS” untuk membungkus produknya adalah dengan menggunakan kemasan kardus. Kemasan pada produk “LBS” dirancang khusus yakni dengan mencantumkan beberapa destinasi wisata Bogor dengan situs-situs bersejarah peninggalan kerajaan Tarumanegara dan Pajajaran pada kemasannya. Dengan kemasan yang khas itu, membuat produk “LBS” menjadi semakin menarik. Untuk labelisasi kemasan produk “LBS” sudah cukup baik karena telah dilengkapi label halal dari MUI dan P-IRT dari DEPKES, komposisi bahan baku, nama merk, website perusahaan, no costumer service, dan tanggal kadaluarsa. Kemasan ”LBS” dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Kemasan Produk “Lapis Bogor Sangkuriang”

Sumber : “LBS” (2012)

2) Harga

Harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan penerimaan bagi perusahaan sedangkan yang lainnya menimbulkan biaya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan

pemilik maka penetapan harga pada produk “LBS” didasarkan atas pendekatan persaingan, yaitu pemilik melakukan survei pasar mengenai harga produk bakery yang berkembang sehingga penetapan harga jual yang digunakan oleh pihak “LBS” dengan mengikuti harga produk sejenis yang sudah ada di pasaran. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan harga antara pihak “LBS” dengan produsen bakery sejenis lainnya. Secara umum penetapan harga jual pada “LBS” dibagi menjadi dua, yaitu penetapan harga jual untuk tipe pelanggan A dan harga jual untuk tipe pelanggan B. Tipe pelanggan A adalah para pelanggan “LBS” yang membeli produk bukan untuk dikonsumsi sendiri melainkan untuk dijual kembali (reseller). Sedangkan tipe pelanggan B, adalah para pelanggan “LBS” yang membeli produk untuk dikonsumsi sendiri atau melakukan pemesanan untuk acara-acara tertentu misalnya syukuran, pengajian, dan arisan. Oleh karena itu, penetapan harga jual pada pelanggan A akan lebih murah daripada pelanggan B. Gambaran umum mengenai penetapan harga jual produk “LBS” dapat dilihat pada Tabel 14.

Tempat Pariwisata di Bogor

No Sertifikat P-IRT dan Halal dari Lembaga

terkait

Pengetahuan tentang kandungan produk

Tabel 14. Penetapan Harga Jual Produk pada “Lapis Bogor Sangkuriang” Tahun 2012

No Nama Produk Penetapan Harga Jual (Rp/Box) Tipe Pelanggan A Tipe Pelanggan B 1 Lapis Original a. Keju b. Strawberry c. Blueberry d. Coklat e. Tiramissu 20000 25000

2 Lapis Green Tea (Keju) 22000 27000

3 Brownies a. Polos b. Keju 22000 25000 27000 30000 Sumber : “LBS” (2012)

Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa “LBS” telah melakukan penetapan harga jual yang berbeda kepada para pelanggannya. Penetapan harga jual yang lebih rendah untuk tipe pelanggan A karena produk yang dibeli tersebut akan didistribusikan kembali kepada pihak lain, sehingga harus memperoleh keuntungan dari proses pendistribusian tersebut. Adapun batas minimal pemesanan untuk pelanggan A atau reseller adalah sebanyak 20 Box/hari. 3) Distribusi

Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk menyalurkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkannya kepada konsumen. Menurut Umar (1999), biasanya hampir sebagian besar perusahaan atau seorang produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produknya dengan cara membangun suatu saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial. Secara umum, pihak “LBS” dalam mendistribusikan produknya melalui dua pola saluran. Penjelasan mengenai masing-masing saluran distribusi pada “LBS” dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Saluran Distribusi Produk pada “Lapis Bogor Sangkuriang ” Tahun 2012 Sumber : “LBS” 2012 Reseller Konsumen Lapis Bogor Sangkuriang

Gambar 10 menunjukkan saluran distribusi produk pada “LBS” yang terdiri dari dua pola saluran. Pola saluran yang pertama adalah “LBS” menyalurkan produknya kepada reseller selanjutnya disalurkan kepada konsumen. Para reseller yang dimaksud adalah kios atau toko kue lain yang ada di kota bahkan Kabupaten Bogor. Pola saluran yang kedua adalah “LBS” melakukan penjualan langsung kepada konsumen. Biasanya para konsumen ini langsung datang ke outlet-outlet resmi yang dimiliki “LBS”. Sistem pembayaran yang diterapkan oleh “LBS” adalah pembayaran secara tunai dan biasanya untuk semua pelanggan “LBS”, baik itu reseller maupun konsumen akhir. Hal inilah yang menjadi salah satu kekuatan bagi “LBS” karena adanya perputaran uang yang cepat.

4) Promosi

Menurut Umar (1999), pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk dan pendistribusian produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Dalam memasarkan produknya,kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh pihak “LBS” antara lain melalui media cetak elektronik, spanduk, papan reklame, dan pameran. Kegiatan promosi “LBS” dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Kegiatan Promosi “Lapis Bogor Sangkuriang”

Sumber : “LBS” (2012)

Selain itu, pihak “LBS” juga mendapatkan dukungan dari Desperindagkop Kota Bogor dalam memasarkan produknya. Beberapa peran yang telah diberikan oleh Disperindagkop Kota Bogor yaitu berupa pelatihan dan pengembangan. Dari awal mula berdiri, “LBS” telah diberi pelatihan

berupa penyuluhan dan sosialisasi mengenai beberapa perizinan yang harus dimiliki untuk sebuah usaha, khususnya usaha yang bergerak dalam bidang makanan. Selain itu, pembinaan yang dilakukan Disperindagkop Kota Bogor diwujudkan dalam bentuk pemberian pelatihan, mencarikan mitra untuk menyalurkan produk-produk UKM di Kota Bogor dan sekaligus membantu pemasaran melalui pameran ke luar daerah. Akan tetapi, salah satu hal penting yang dilakukan oleh pihak “LBS” untuk membina loyalitas pelanggan yaitu dengan membangun citra baik perusahaan melalui kualitas rasa dengan harga terjangkau.

Keuangan

Modal merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Modal ini tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan alat-alat produksi yang dimiliki oleh perusahaan. Modal yang digunakan dapat berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman. Modal awal yang digunakan untuk menjalani usaha “LBS” sepenuhnya berasal dari modal sendiri. Hal ini karena pada saat awal berdirinya, kapasitas produksi “LBS” tidak seperti sekarang ini. Meskipun demikian, pihak “LBS” juga pernah melakukan peminjaman kepada lembaga keuangan yaitu Bank Central Asia (BCA). Adapun tujuan peminjaman modal ini digunakan untuk membangun outlet untuk menunjang pemasaran produk “LBS”.

Salah satu kelemahan usaha yang berskala kecil dan menengah, misalnya UMKM adalah keterbatasan dalam pengelolaan keuangan secara rapi dan baik. Kondisi ini tidak terjadi pada “LBS” karena perusahaan memiliki sumberdaya manusia yang ahli dalam pembukuan keuangan. Hal inilah yang menjadi salah satu kekuatan perusahaan.

Produksi dan Operasi

Ketersediaan bahan baku secara berkelanjutan merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan produk. Dalam proses produksi bolu lapis, bahan-bahan yang dibutuhkan terdiri dari tepung terigu (tepung talas) sebagai bahan baku utama. Sedangkan bahan baku tambahan yaitu telur, gula, mentega, keju,dan lainnya. Kebutuhan akan bahan baku utama maupun bahan baku tambahan dapat dipenuhi dari distributor “LBS” yang berada di Jakarta dan Bogor. Hal ini didukung dengan adanya hubungan baik dengan pemasok, sehingga pengiriman bahan baku utama maupun bahan baku tambahan senantiasa tepat waktu.

Kegiatan produksi memerlukan beberapa alat pembantu yang memadai agar produksi dapat berjalan dengan baik. Peralatan yang digunakan untuk proses produksi dan operasi “LBS” terdiri dari oven, mixer, timbangan, loyang, dan lain- lain. Kapasitas produksi perusahaan “LBS” yaitu 3700 box per hari. Akan tetapi, kapasitas produksi perusahaan yang sebesar itu belum cukup untuk memenuhi permintaan konsumen yang tinggi. Adapun jam kerja produksi di perusahaan “LBS” terdiri dari 3 shift kerja. Shift pertama dari jam 7 pagi sampai dengan jam 4 sore, shift kedua dari jam 3 sore sampai jam 12 malam, dan shift ketiga dari jam 11 malam sampai jam 8 pagi. Kurangnya jumlah peralatan yang dimiliki perusahaan menyebabkan terhambatnya perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksinya.

Penelitian dan Pengembangan

Bidang penelitian dan pengembangan merupakan salah satu bagian dari suatu perusahaan yang memiliki fungsi terkait dengan pengembangan produk baru atau riset pasar. Biasanya perusahaan harus memiliki anggaran biaya tersendiri untuk menjalankan departemen litbangnya sehingga tidak semua perusahaan memiliki bidang ini. Pada umumnya Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak memiliki bidang litbang karena adanya keterbatasan tenaga ahli dalam mengelola manajemen perusahaan. Disamping itu, faktor keterbatasan modal juga menjadi penyebab utama sebuah perusahaan tidak memiliki bidang ini.

Saat ini “LBS” termasuk salah satu usaha kecil menengah yang tidak memiliki bidang litbang. Hal ini dikarenakan usaha yang masih berskala kecil sampai menengah dimana orientasinya hanya terbatas pada bagaimana modal yang digunakan untuk menjalankan usaha dapat kembali dan memperoleh keuntungan dari penjualan produknya. Ketiadaan bidang penelitian dan pengembangan (litbang) dalam perusahaan merupakan kelemahan bagi “LBS”. Sistem Informasi Manajemen

“LBS” sebagai perusahaan makanan jadi tentu memerlukan sistem informasi, namun “LBS” masih menggunakan sistem informasi ini secara konvensional. “LBS” menggunakan komputer hanya sebatas pada pengelolaan informasi yang sifatnya sangat mendasar. Penggunaan komputer hanya digunakan untuk proses input data dalam rangka pengelolaan database yang terkait dengan penjualan produk dan beberapa kegunaan dasar lainnya, padahal penggunaan komputer dapat memberikan informasi yang lebih besar dan berguna untuk perkembangan perusahaan ke depan. Salah satu teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan komputer adalah internet, dengan internet dapat dengan mudah membuat situs resmi, dengan adanya situs resmi orang tidak perlu susah-susah mencari informasi tentang “LBS”, cukup dengan membuka situs “LBS”, orang akan mengetahui produk, harga, dan tempat yang ditawarkan oleh “LBS”. “LBS” sudah memiliki situs resmi, akan tetapi situs ini belum dikelola dengan baik oleh perusahaan. Maka dapat dikatakan salah satu kelemahan yang dimiliki “LBS” dari faktor teknologi informasi ini adalah teknologi informasi tersedia belum dapat dimaksimalkan perusahaan.

Dokumen terkait