• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi atau relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (Sitorus 2004). Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) lahan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer, termasuk atmosfer serta segala akibat yang ditimbulkan oleh manusia di masa lalu dan sekarang.

Lillesand dan Kiefer (1997) mendefinisikan penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada suatu bidang lahan. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non-pertanian. Menurut Arsyad (1989) penggunaan lahan pertanian dibedakan atas tegalan, sawah, kebun, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung dan sebagainya, sedangkan penggunaan lahan non-pertanian dibedakan dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya.

Perubahan penggunaan lahan dapat diartikan sebagai suatu proses pilihan pemanfaatan ruang guna memperoleh manfaat yang optimum, baik untuk pertanian maupun non-pertanian (Junaedi, 2008). Menurut Winoto et al. (1996), perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lahan lain yang dapat bersifat permanen maupun sementara dan merupakan konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang.

Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya dari satu waktu ke waktu berikutnya (Martin 1993). Kajian ini bertujuan untuk mengetahui sumber emisi dari penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan untuk kebun kelapa sawit di Propinsi Riau.

Metode Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu 1) mengidentifikasi sumber emisi dari jenis penggunaan lahan pada zone pemanfaatan ruang 2) identifikasi perubahan penggunaan lahan untuk kebun kelapa sawit, 3) menghitung perubahan penggunaan lahan pada zone pemanfaatan ruang dan 4) menghitung perubahan penggunaan lahan untuk konversi kebun kelapa sawit. Diagram alir penelitian seperti pada Gambar 4.

24

Peta Potensi Desa

Identifikasi jenis penggunaan lahan untuk konversi kelapa

sawit Peta Penggunaan Lahan per

Kabupaten

Identifikasi Penggunaan lahan per Kabupaten

Peta kebun kelapa sawit tahun 2009 dan

2011 Peta Propinsi Overlay Mulai Overlay Selesai

Perhitungan luasan perubahan lahan: 1. Zone pemanfaatan ruang 2. Perubahan luas konversi kelapa sawit

Hasil identifikasi:

1. Jenis dan luasan zone pemanfaatan ruang 2. Perubahan luas konversi kelapa sawit Peta penggunaan lahan

tahun 2009 dan 2011

Gambar 4 Diagram alir identifikasi penggunaan lahan

Sumber emisi dari perubahan tutupan lahan merupakan sumber data aktivitas. Data aktivitas untuk perhitungan emisi dari perubahan penggunaan lahan adalah luas suatu penutupan lahan dan luas suatu lahan yang berubah dari suatu kelas penutupan menjadi kelas penutupan lainnya.

Identifikasi penggunaan lahan dilakukan dengan analisis dengan menggunakan Quantum GIS. Peta yang digunakan yaitu peta gabungan Propinsi Riau dan peta potensi desa pada tingkat kabupaten dan ditumpang susunkan (overlay) masing-masing dengan peta penggunaan lahan tahun 2009 dan peta penggunaan lahan tahun 2011. Pemilihan peta tahun 2009 berdasarkan Undang- Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan peta tahun 2011 dengan ditetapkannya Permentan Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit yang berkelanjutan (Indonesian Sustainaible Palm Oil/ISPO), Perpres No. 61/2011 tentang RAN_GRK, Perpres No. 71/2011 tentang inventarisasi gas rumah kaca (GRK) dan Inpres N0. 10/2011 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempunaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Gambut.

Untuk mendapatkan data konversi lahan menjadi kebun kelapa sawit dilakukan dengan carat tumpang susunpeta kebun kelapa sawit di Propinsi Riau dengan Peta penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan dianalis dengan menggunakan persamaan (Barano et al. 2013):

2 1 1 100% K K Luc x K    Dimana:

ΔLuc : Perubahan Penggunaan lahan

K1 : Luas Penutupan Lahan Tahun ke 1 (Ha)

25

Hasil dan Pembahasan

Identifikasi sumber emisi zone pemanfaatan lahan

Tumpang susun peta yang dilakukan pada masing-masing kabupaten di Propinsi Riau diperoleh jenis lahan dan luasan penggunaan lahan. Hasil identifikasi dari peta penggunaan lahan terdapat 22 jenis tutupan lahan yang terdiri dari belukar rawa (Br), hutan lahan kering primer (Hp), hutan lahan kering sekunder (Hs), hutan mangrove primer (Hmp), hutan mangrove sekunder (Hms), hutan rawa primer (Hrp), hutan rawa sekunder (Hrs), hutan tanaman (Ht), pelabuhan udara/laut (Plb) perkebunan (Pk), pemukiman (Pm), pertanian lahan kering (Pt), pertanian lahan kering campuran (Pc), rawa (Rw), sawah (Sw), semak/belukar (B), savanna (S), tambak (Tm), tanah terbuka (T), transmigrasi (Tr), dan (A) tubuh air (SNI 2010). Hasil identifikasi ini merupakan aktivitas data yaitu jumlah luasan pada masing-masing tipe tutupan lahan.

Tabel 3 Perubahan luasan zone pemanfaatan ruang/tutupan lahan tahun 2009-2011 di Propinsi Riau

Tipe penggunaan lahan Tutupan Lahan (ha) LC (ha) LC (%) 2009 2011

Belukar rawa Br 854 735 981 903 127 168 14.9 Hutan lahan kering primer Hp 165 972 164 285 -1 687 -1.0 Hutan lahan kering sekunder Hs 510 163 493 364 -16 799 -3.3 Hutan mangrove primer Hmp 5406 5 160 -246 -4.6 Hutan mangrove sekunder Hms 161 046 160 290 -756 -0.5 Hutan rawa primer Hrp 329 206 198 863 -130 343 -39.6 Hutan rawa sekunder Hrs 1 250 116 1 219 453 -30 663 -2.5 Hutan tanaman Ht 400 330 434 365 34 035 8.5 Pelabuhan udara/laut Plb 868 868 0 0.0 Perkebunan Pk 2 397 307 2 353 381 -43 926 -1.8 Permukiman Pm 108 402 108 402 0 0.0 Pertambangan Tb 35 826 34 263 -1 563 -4.4 Pertanian lahan kering Pt 403 223 383 517 -19 706 -4.9 Pertanian lahan kering

campuran Pc 787 351 824 857 37 506 4.8 Rawa Rw 27 680 27 723 43 0.2 Sawah Sw 240 155 240 155 0 0.0 Semak/belukar B 767 761 765 080 -2 681 -0.3 Savana S 578 578 0 0.0 Tambak Tm 2 881 2 881 0 0.0 Tanah terbuka T 442 572 492 182 49 610 11.2 Transmigrasi Tr 8 610 8 610 0 0.0 Tubuh air A 71 985 71 993 8 0.0 Total 8 972 173 8 972 173 496 740 -23.287 Sumber: Hasil interpretasi data peta penggunaan lahan tahun 2009-2011.

Ket: (+) = penambahan luasan dan (-) = pengurangan luasan, LC=perubahan luasan lahan

Perubahan penggunaan lahan di setiap kabupaten berdasarkan hasil identifikasi diperoleh nilai perubahan luasan lahan tahun 2009 dan tahun 2011

26

(Tabel 3), matriks perubahan zone pemanfaatan ruang (Tabel 4) dan hasil identifikasi zone pemanfaatan ruang pada masing-masing kabupaten di Propinsi Riau ditampilkan pada Lampiran 1.

Hasil perubahan tutupan lahan tahun 2009 dan tahun 2011 terdapat nilai positif dan nilai negatif. Nilai positif menunjukkan terjadinya penambahan luasan lahan sedangkan nilai negatif menunjukkan bahwa terdapat pengurangan luasan lahan pada masing-masing tipe penggunaan lahan. Pada Tabel 3 terlihat bahwa terdapat jenis penggunaan lahan yang mengalami perubahan dan tidak mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi dapat berupa pengurangan luasan lahan maupun penambahan luasan lahan. Pengurangan luasan yaitu berkurangnya suatu luasan tipe penggunaan lahan yang digunakan untuk beberapa jenis peruntukan penggunaan lahan. Sedangkan penambahan luasan yaitu bertambahnya suatu jenis tipe penggunaan lahan tertentu karena terjadi konversi lahan.

Tabel 4 Matriks penutupan lahan dan transisi penutupan lahan pada masing- masing tipe tutupan lahan tahun 2009-2011 (ribu ha) di Propinsi Riau

Pengurangan luasan lahan terbesar berturut-turut sebagai berikut: Hutan rawa primer (39.6%), pertanian lahan kering, hutan mangrove primer dan pertambangan masing-masing sebesar 4.8%, 4.6% dan 4.4%, hutan lahan kering sekunder (3.3%), rawa sekunder (2.5%), perkebunan dan hutan lahan kering primer masing-masing sebesar 1.8% dan 1%, hutang mangrove sekunder dan semak belukar masing-masing sebesar 0.5% dan 0.3%. Sedangkan penambahan

27

luasan tutupan lahan terjadi pada jenis belukar rawa (14.9%), tanah terbuka (11.2%), hutan tanaman (8.5%), pertanian lahan kering campuran (4.8%) dan rawa (0.2%). Sedangkan tipe penutupan lahan yang tidak mengalami perubahan yaitu pelabuhan udara, pemukiman, sawah, savanna, tambak dan transmigrasi.

Perubahan tutupan lahan yang bernilai positif tertinggi yaitu pada jenis belukar rawa yang berarti terjadi penambahan luasan sebesar 127 168 ha. Penambahan luas lahan belukar rawa berasal dari perubahan penggunaan lahan dari tipe lahan hutan mangrove sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder, perkebunan, pertanian lahan kering campuran dan semak belukar. Penambahan luasan terbesar yang kedua yaitu pada jenis tanah terbuka yang bertambah sebesar 49 620 ha. Perubahan luasan lahan tanah terbuka merupakan penambahan dari pertanian lahan kering campuran dan tanah terbuka, semak/belukar, hutan rawa sekunder serta bekas daerah pertambangan. Penambahan luasan pada pertanian lahan kering campuran sebesar 37 506 ha berasal dari belukar rawa, hutan primer, hutan sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder, hutan tanaman, perkebunan dan semak belukar. Sedangkan penambahan luasan pada hutan tanaman sebesar 34 035 ha yang berasal dari hutan rawa primer dan semak belukar.

Untuk perubahan tutupan lahan yang bernilai negatif berarti bahwa terdapat pengurangan luasan lahan pada tipe lahan tersebut. Pada Tabel 3 dan Gambar 6 terlihat bahwa pengurangan luasan lahan terbesar terdapat pada jenis hutan rawa primer sebesar 130 343 ha. Pengurangan luasan ini karena konversi atau lahan rawa primer berubah menjadi jenis pengunaan lahan lainnya (Tabel 4). Pengurangan luasan rawa primer karena berubah menjadi tipe belukar rawa, hutan rawa sekunder, hutan tanaman, perkebunan, pertanian lahan kering campuran dan tanah terbuka. Pengurangan luasan lainnya terjadi pada tipe lahan perkebunan sebesar 43 926 ha. Pada tipe lahan perkebunan terjadi perubahan menjadi hutan tanaman, pertanian campuran, belukar rawa dan tanah terbuka. Pada hutan rawa sekunder terjadi pula pengurangan luasan sebesar 30 663 ha menjadi hutan tanaman, pertanian campuran, perkebunan, semak belukar dan tanah terbuka. Pada pertanian lahan kering campuran mengalami pengurangan luasan lahan sebesar 19 706 ha menjadi hutan tanaman, perkebunan dan tanah terbuka. Sedangkan pada hutan lahan kering sekunder berkurang sebesar 1 687 ha yang berubah menjadi perkebunan, pertanian lahan kering campuran dan tanah terbuka. Pada hutan lahan kering primer juga mengalami pengurangan luasan lahan sebesar 1 687 ha. Lahan dari jenis hutan lahan kering primer tersebut berubah menjadi hutan sekunder, hutan tanaman, perkebunan dan pertanian lahan kering campuran. Demikian pula pada jenis lahan semak belukar juga mengalami pengurangan luasan sebesar 2 681 ha yang digunakan untuk hutan tanaman, perkebunan dan pertanian lahan kering campuran. Pada Gambar 5 juga terlihat bahwa pengurangan lahan lainnya pada hutan lahan kering sekunder, hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder, hutan rawa sekunder, perkebunan, pertambangan, pertanian lahan kering serta belukar rawa.

28

Gambar 5 Perubahan luasan tutupan lahan tahun 2009 dan 2011 di Propinsi Riau Data hasil inventarisis jenis lahan dan perubahan tutupan lahan pada tahun 2009 dan tahun 2011 adalah data aktivitas. Data aktivitas adalah data luas lahan yang digunakan sebagai data tingkat emisi dari LULUC.

Konversi lahan untuk kebun kelapa sawit

Perubahan tipe tutupan lahan dan penggunaan lahan untuk konversi kebun kelapa sawit pada tahun 2009 dan tahun 2011 ditampilkan pada Tabel 5. Luas lahan kelapa sawit tahun 2009 di propinsi Riau sebesar 1 498 932 ha dan tahun 2011 seluas 1 680 759 ha atau terdapat penambahan luasan sebesar 181 827 ha.

Berdasarkan hasil pada Tabel 5 luasan kebun kelapa sawit pada tahun 2009 terbesar terdapat pada daerah dengan tipe tutupan lahan perkebunan 57.99%, kemudian pada belukar rawa sebesar 9.38%, pertanian campuran 7.51%, Semak belukar 5.59%, tanah terbuka 4.92%, hutan rawa sekunder 4.83% dan pertanian lahan kering sebesar 4.25%. Sedangkan pada tahun 2011 luasan kebun kelapa sawit terbesar terdapat pada daerah dengan tipe tutupan lahan perkebunan 57.68%, kemudian pada belukar rawa sebesar 9.93%, pertanian lahan kering campuran sebesar 7.55%, hutan rawa sekunder 6.18%, semak belukar 5.27%, tanah terbuka 4.56% dan pertanian lahan kering sebesar 3.81 %. Pada Tabel 5 juga menunjukkan bahwa pada tahun 2009 kelapa sawit ditemukan ditanam pada hutan lahan kering primer (Hp) seluas 184 ha atau 0.01%. Sedangkan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa tidak ada perubahan luas lahan pada tipe tersebut.

29

Tabel 5 Perubahan lahan menjadi kelapa sawit tahun 2009 dan tahun 2011 di Propinsi Riau

Tipe tutupan lahan Tahun 2009 (ha) % KS Tahun 2011 (ha) % KS  LC KS PL KS Total PL KS Total Belukar rawa Br 713 863 140 872 854 735 9.38 815 478 166 425 981 903 9.93 25 553 Hutan lahan kering primer Hp 165 788 184 165 972 0.01 164 101 184 164 285 0.01 0 Hutan lahan kering sekunder Hs 501 271 8 892 510 163 0.59 482 757 10 607 493 364 0.63 1 715 Hutan mangrove primer Hmp 4 952 454 5 406 0.03 4 706 454 5 160 0.03 0 Hutan mangrove sekunder Hms 153 255 7 791 161 046 0.52 152 478 7 812 160 290 0.47 21 Hutan rawa primer Hrp 321 187 8 019 329 206 0.53 190 844 8 019 198 863 0.48 0 Hutan rawa sekunder Hrs 1 177 531 72 585 1 250 116 4.83 1 115 896 103 557 1 219 453 6.18 30 972 Hutan tanaman Ht 382 300 18 030 400 330 1.20 409 772 24 593 434 365 1.47 6 563 Pelabuhan Udara/Laut Plb 868 0 868 0 868 0 868 0 0 Perkebunan Pk 1 526 511 870 796 2 397 307 57.99 1 386 495 966 886 2 353 381 57.68 96 090 Permukiman Pm 108 402 0 108 402 0 108 402 0 108 402 0 0 Pertambangan Tb 31 741 4 085 35 826 0.27 30 178 4 085 34 263 0.24 0 Pertanian lahan kering Pt 339 432 63 791 403 223 4.25 319 726 63 791 383 517 3.81 0 Pertanian lahan kering campuran Pc 674 593 112 758 787 351 7.51 698 322 126 535 824 857 7.55 13 777 Rawa Rw 27 261 419 27 680 0.03 27 304 419 27 723 0.02 0 Sawah Sw 213 697 26 458 240 155 1.76 213 697 26 458 240 155 1.58 0 Semak/Belukar B 683 881 83 880 767 761 5.59 681 200 88 389 765 080 5.27 4 509 Savana S 578 0 578 0 578 0 578 0 0 Tambak Tm 2 327 554 2 881 0.04 2 327 554 2 881 0.03 0 Tanah terbuka T 368 754 73 818 442 572 4.92 418 364 76 445 492 182 4.56 2 627 Transmigrasi Tr 3 064 5 546 8 610 0.37 3 064 5 546 8 610 0.33 0 Tubuh Air A 71 985 0 71 985 0 71 993 0 71 993 0 Total 7 470 614 1 498 932 8 972 173 100 7298 550 1 680 759 8 972 173 100 181 827

Penambahan luas lahan kelapa sawit di tahun 2011 yaitu sebesar 181 827 ha. Penambahan tersebut berasal dari tipe tutupan lahan belukar rawa (25 553 ha), hutan mangrove sekunder (21 ha), hutan rawa sekunder (30 972 ha), hutan tanaman (6 563 ha), perkebunan (96 090 ha), pertanian lahan kering campuran (13 777 ha) dan tanah terbuka (2 627 ha). Perubahan tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 6.

Pada Gambar 6 terlihat bahwa sumber jenis penggunaan lahan untuk penanaman tanaman kelapa sawit terdapat pada daerah perkebunan. Selain itu. pula hasil identifikasi menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit juga ditanam pada sumber jenis lahan belukar rawa. hutan rawa sekunder. pertanian lahan kering. pertanian lahan kering campuran. semak belukar dan tanah terbuka.

30

Luasan lainnya yang relatif lebih kecil berasal dari jenis penggunaan lainnya kecuali pada jenis savanna tidak terlihat adanya tanaman kelapa sawit.

Gambar 6 Luasan kelapa sawit tahun 2009 dan 2011 di Propinsi Riau Pengurangan luasan lahan terbesar berturut-turut terdapat pada: tipe penggunaan lahan hutan rawa primer, perkebunan, hutan lahan kering sekunder, pertanian lahan kering campuran, rawa, hutan mangrove primer dan hutan lahan kering primer masing-masing sebesar 2.567%, 0.479%, 0.241%, 0.210%, 0.028% 0.008% dan 0.001%. Sedangkan penambahan luasan tutupan lahan yaitu pada belukar rawa, tanah terbuka, hutan rawa sekunder, hutan tanaman, pertanian lahan kering, pertambangan, pelabuhan udara, semak belukar dan pemukiman. Nilai perubahan penambahan luasan lahan dari nilai yang terbesar berturut-turut sebagai berikut: 1,516%, 0.931%, 0.390%, 0.225%, 0.210%, 0.190%, 0.042%, 0.026%, 0.003% dan 0.01%. Sedangkan tipe penutupan lahan yang tidak mengalami perubahan yaitu hutan mangrove primer, savanna, tambak dan transmigrasi.

Simpulan

Berdasarkan hasil identifikasi perubahan penggunaan lahan di Propinsi Riau diperoleh:

1. Jumlah luasan perubahan penggunaan lahan tahun 2009 dan tahun 2011 di Propinsi Riau adalah sebesar 496 740 ha.

2. Jenis lahan terbesar yang mengalami pengurangan luasan tutupan lahan yaitu hutan rawa primer sebesar 39.6%.

31

3. Jenis lahan terbesar yang mengalami penambahan luasan tutupan lahan yaitu belukar rawa sebesar 14.9%.

4. Jumlah luasan lahan yang dikonversi menjadi kebun kelapa sawit dari tahun 2009-2011 sebesar 181 827 ha.

5. Luasan lahan terbesar untuk konversi lahan menjadi kelapa sawit yaitu tutupan lahan perkebunan sebesar 96 090 ha.

Saran

Hasil identifikasi jenis lahan dan perhitungan perubahan luasan lahan digunakan untuk menghitung emisi CO2 dengan menggunakan analisa perubahan

32

4.

PERHITUNGAN EMISI CO

2

AKIBAT PERUBAHAN

Dokumen terkait