• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Metode Pembelajaran Talking Stick

2. Kelebihan Metode Pembelajaran Talking Stick

Metode Talking Stick memiliki beberapa kelebihan. Menurut Shoimin (2016: 199), kelebihan metode Talking Stick antara lain sebagai berikut: a) menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran, b) melatih peserta didik memahami materi dengan cepat, c) memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai), dan d) peserta didik berani mengemukakan pendapat. Metode Talking Stick dapat membuat siswa memahami materi dengan cepat karena guru menyajikan materi kepada siswa, dan siswa mempelajari materi baik mandiri maupun bersama teman kelompoknya. Selain itu, siswa dilatih keterampilannya dalam berbahasa, terutama keterampilan berbicara ketika siswa harus menjawab pertanyaan dari guru saat memegang stick.

Metode Talking Stick sangat tepat digunakan dalam pengembangan proses pembelajaran PAIKEM (Partisipatif, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). “Pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat” (Suprijono, 2011: 109). Siswa dilatih berani berbicara untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan guru. Menurut Shoimin (2016: 198), “selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat peserta didik aktif”. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat dari Manuaba, dkk., (2014) yang menyatakan bahwa “metode Talking Stick merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses

39

pembelajaran”. Metode ini dirancang dengan pendekatan belajar yang berpusat pada siswa (student centered). Siswa dapat belajar aktif, tidak hanya duduk, diam, dan mendengarkan guru, melainkan terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Fujioka (1998) mengungkapkan pandangannya tentang metode Talking Stick bahwa

use this method when you want the students to listen to others as part of a learner-centered curriculum. This method takes the focus off the teacher, as the sole purveyor of knowledge. And by using it, students are encouraged to learn from each other.

Pendapat tersebut menekankan bahwa metode Talking Stick cocok diterapkan pada kurikulum yang berpusat pada siswa, dan guru bukanlah satu-satunya sumber belajar.

Metode Talking Stick dikemas dalam bentuk permainan (game) berbantu tongkat untuk menambah antusiasme belajar siswa sekaligus menguji kesiapan siswa dalam pembelajaran. Menurut Sani (2015: 279), “permainan dapat menciptakan suasana santai dan menyenangkan sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk mengikuti pelajaran bahasa”. Sementara itu, menurut Rusmajadi (2010: 267), “game itu selain menyenangkan, juga melatih setiap orang untuk terlibat dan menghilangkan kekakuan di ruang kelas”. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat dari Dobson dalam artikelnya yang berjudul “Try One of My Games” (Rusmajadi, 2010: 267) yang mengungkapkan bahwa “I my self have found that a good language game is a wonderful way to break the routine of classroom drill, because it provides fun and relaxation while remaining very much within the framework of language learning – and may even reinforce tɒat learninɑ”. Pendapat tersebut menekankan bahwa sebuah permainan pada pembelajaran bahasa merupakan sebuah cara yang luar biasa daripada latihan

40

berulang-ulang (drill) di ruang kelas karena menyajikan kegiatan yang menyenangkan dan rileks.

Game dapat mengatasi kebosanan siswa dalam belajar, menghilangkan rasa kantuk maupun lelah. Game juga membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Menurut Brewster (2002: 172), “they are not only motivating and fun but can also provide excellent practice for improving pronunciation, vocabulary, grammar and tɒe four lanɑuaɑe skills”. Siswa tidak hanya termotivasi dan merasa menyenangkan ketika melakukan permainan, tetapi juga mengembangkan pelafalan kata, kosakata, tata bahasa, serta empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Proses pembelajaran dengan metode Talking Stick juga diiringi dengan musik. Campbell (2002: 220) mengungkapkan pandangannya tentang musik:

Musik membawa suasana positif dan santai bagi banyak kelas, juga memungkinkan integrasi indra yang diperlukan untuk ingatan jangka panjang. Musik berfungsi pula sebagai latar belakang dalam sejumlah ruang kelas untuk meredam bunyi-bunyi industri atau lalu lintas, dan musik dapat digunakan secara berhasil untuk menimbulkan kegairahan, melepaskan stres sebelum ujian, dan untuk memperkuat pokok bahasan.

Musik dapat mengurangi ketegangan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru. Campbell (2002: 220) menambahkan bahwa pelajaran musik membantu membaca, bahasa (termasuk bahasa asing), matematika, dan prestasi akademik keseluruhan. Hal tersebut berdasarkan pada sebuah tinjauan komprehensif terhadap ratusan studi yang berbasis empiris antara 1972 dan 1992 yang berasosiasi dengan Future of Music Project. Dengan demikian, musik mampu membuat suasana kelas menjadi menyenangkan, santai, dan membantu menguasai pelajaran bahasa.

41

3. Kelemahan Metode Pembelajaran Talking Stick

Metode Talking Stick memiliki beberapa kelemahan. Menurut Shoimin (2016: 199), kelemahan metode Talking Stick antara lain sebagai berikut: a) membuat siswa senam jantung, b) siswa yang tidak siap tidak bisa menjawab, c) membuat peserta didik tegang, dan d) ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru. Metode Talking Stick membuat siswa senam jantung, tegang, dan cemas, karena siswa tidak tahu kapan musik akan berhenti sebagai tanda akan mendapat pertanyaan dari guru. Siswa merasa takut jika tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu, siswa yang tidak siap mendapat pertanyaan dari guru, akan berakibat siswa tidak bisa menjawab pertanyaan. Metode ini diiringi dengan musik sebagai upaya mengatasi rasa tegang, takut, maupun cemas. Musik yang dipilih adalah musik yang bernada ceria, penuh motivasi. Musik bernuansa ceria mengubah suasana tegang menjadi rileks.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa metode Talking Stick merupakan metode pembelajaran kooperatif yang yang menggunakan tongkat (stick). Tongkat bergulir dari satu siswa ke siswa lain dengan diiringi musik. Ketika musik berhenti, maka siswa yang membawa tongkat akan mendapat pertanyaan seputar materi pelajaran dari guru. Metode ini cocok diterapkan bagi siswa SD karena metode ini dikemas dalam bentuk permainan (game) yang menyenangkan sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan dan menambah antusiasme siswa sehingga siswa termotivasi untuk belajar bahasa. Namun, metode ini dapat membuat siswa cemas jika siswa tidak dapat menjawab

42

pertanyaan dari guru. Sebagai solusinya, metode ini diiringi dengan musik yang dapat mengurangi ketegangan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru.

Dokumen terkait