• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

D. Kelekatan

3. Gaya kelekatan

Gaya kelekatan merupakan hasil kombinasi dari representasi mental akan diri yang positif atau negatif serta representasi mental akan orang lain yang positif atau negatif. Oleh karena itu, gaya kelekatan dapat didefinisikan sebagai bentuk ikatan emosional yang bersifat khusus antara dua individu yang dipengaruhi oleh sejauh mana representasi mental

seseorang positif atau negatif dan sejauh mana representasi mental mengenai orang lain positif atau negatif. Bowbly (1991) mengatakan bahwa gaya kelekatan berawal pada masa bayi dan proses pembentukannya dipengaruhi oleh pengalaman dan peristiwa yang berasal dari kesadaran bayi terhadap keberadaan pengasuhnya sebagai figur kelekatan dan akhirnya menimbulkan kepercayaan dan harapan akan kehadiran dan pemberian dukungan darinya. Oleh karena itu, gaya kelekatan yang ditunjukkan seseorang saat dewasa dibentuk oleh pengalaman masa kecil individu tersebut dengan pengasuhnya yang akan mempengaruhi perilaku interpersonal individu sepanjang hidup. Berikut macam-macam gaya kelekatan yang diuraikan oleh Bartholomew & Horowitz (1991), yaitu:

a. Gaya kelekatan aman (secure attachment)

Individu dengan kelekatan aman memiliki representasi mental akan diri dan orang lain yang positif. Individu dengan gaya kelekatan aman memiliki ciri-ciri, yaitu self-esteem yang tinggi dan positif, mencari kedekatan interpersonal tetapi juga memberikan otonomi pada pasangan (Baron & Byrne, 2003). Hal ini dikarenakan individu dengan gaya kelekatan ini memiliki kepercayaan yang penuh pada pasangan mereka. Selain itu, individu dengan gaya kelekatan aman juga mudah merasa nyaman dalam hubungan, memiliki tingkat ketergantungan yang rendah terhadap pasangan, dapat bekerja sama untuk menyelesaikan masalah, bersahabat, dan penuh kasih sayang (Lopez

dkk., 1997, dalam Baron & Byrne, 2003). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa individu dengan gaya kelekatan aman akan menjadi individu yang mandiri namun tidak pernah ragu meminta pertolongan orang lain jika memang membutuhkannya.

Di dalam menjalin hubungan interpersonal, individu dengan gaya kelekatan aman relatif mudah untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain. Mereka juga tidak khawatir bila ada orang lain yang ingin dekat dengan mereka atau meninggalkan mereka (Shaver, Hazan, and Bradshaw, 1988, dalam Weber & Harvey, 1994). Oleh karena itu, individu dengan gaya kelekatan aman akan mudah menjalin komunikasi dengan setiap orang, begitu juga dengan pasangan mereka. b. Gaya kelekatan terpreokupasi (preoccupied attachment)

Individu dengan kelekatan terpreokupasi memiliki representasi mental akan diri yang negatif dan representasi mental akan orang lain yang positif. Oleh karena itu, ia memiliki pandangan yang negatif tentang diri namun memiliki harapan yang positif bahwa orang lain akan mencintai dan menerima (Baron & Byrne, 2003). Individu ini memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap pasangan disertai dengan mencari kedekatan dalam hubungan. Hal ini dikarenakan mereka yang memiliki gaya kelekatan ini memiliki rasa malu karena merasa “tidak pantas” menerima cinta dari orang lain dan cenderung untuk berusaha keras dan terus-menerus untuk dapat menerima keadaan dirinya sendiri (Lopez dkk., 1997, dalam Baron &

Byrne, 2003). Hal tersebut mereka lakukan dengan cara mendapatkan pengakuan dan penilaian yang tinggi dari pasangan romantisnya. Ini membuat individu dengan gaya kelekatan terpreokupasi menjadi tergantung dengan pasangannya (Bartholomew & Horowitz, 1991).

Feeney & Noller (1996) mengatakan bahwa individu dengan gaya kelekatan terpreokupasi merasa nyaman akan kedekatan dengan pasangannya dan sangat cemas akan keberlangsungan hubungan dengan pasangannya. Kesimpulannya adalah individu dengan gaya kelekatan terpreokupasi akan menjadi individu yang sangat tergantung dengan orang lain terutama pasangannya.

Saat menjalin hubungan interpersonal, individu dengan gaya kelekatan terpreokupasi selalu merasa cemas bahwa pasangannya tidak benar-benar mencintainya atau ingin terus bersamanya (Shaver, Hazan, and Bradshaw, 1988, dalam Weber & Harvey, 1994). Mereka sering diliputi oleh rasa cemburu dan emosi yang tidak menentu. Pasangan mereka sering merasa enggan karena mereka selalu menuntut pasangannya untuk dekat dan bersama mereka (Shaver, Hazan, and Bradshaw, 1988, dalam Weber & Harvey, 1994). Hal tersebut menyebabkan komunikasi antara individu gaya kelekatan terpreokupasi dengan pasangannya menjadi kurang baik. Rasa cemburu dan emosi tidak menentu yang dimiliki oleh individu ini akan mudah menimbulkan pertentangan dan pertengkaran di antara individu ini dengan pasangannya.

c. Gaya kelekatan takut-menghindar (avoidant-fearful attachment)

Individu dengan kelekatan takut-menghindar memiliki representasi mental akan diri yang negatif dan representasi mental akan orang lain yang negatif. Oleh karena itu, individu dengan gaya kelekatan ini mengembangkan self-esteem yang rendah dan negatif (Baron & Byrne, 2003). Individu ini memiliki tingkat ketergantungan terhadap pasangan yang tinggi disertai pula dengan tingkat menghindari kedekatan dengan orang lain yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya individu ini menilai dirinya tidak pantas untuk dicintai, melihat tidak terdapatnya cinta dari orang lain, dan justru mengharapkan mendapat penolakan dari pasangan romantisnya.

Feeney & Noller (1996) mengatakan bahwa individu dengan gaya kelekatan takut-menghindar sebenarnya sangat menginginkan keintiman tetapi ia memiliki ketakutan yang sangat tinggi akan disakiti dan mendapat penolakan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa individu dengan gaya kelekatan takut-menghindar adalah individu yang menginginkan kedekatan dengan orang-orang di sekitarnya tetapi ada ketakutan ia akan disakiti atau ditolak oleh orang lain. Pada akhirnya, sikap menghindar muncul sebagai bentuk dari ketakutan akan penolakan dari orang-orang di sekitarnya, termasuk juga pasangannya.

Individu dengan kelekatan takut-menghindar akan merasa tidak nyaman saat menjalin kedekatan dengan orang lain. Mereka juga sering sulit untuk mempercayai orang lain sepenuhnya (Shaver, Hazan, and Bradshaw, 1988, dalam Weber & Harvey, 1994). Oleh karena itu, individu ini sering merasa cemas dan cenderung untuk bersikap menghindar saat menjalin hubungan interpersonal dengan pasangannya sehingga komunikasi yang terjalin di antara mereka pun tidak dapat berjalan dengan baik.

d. Gaya kelekatan menolak (dismissing attachment)

Individu dengan kelekatan menolak memiliki representasi mental akan diri yang positif dan representasi mental akan orang lain yang negatif. Individu ini memiliki tingkat ketergantungan yang rendah terhadap pasangan dan tingkat menghindari kedekatan dengan orang lain yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh self-esteem yang tinggi tetapi ia sangat menjaga dirinya dari kekecewaan akan hubungan romantis dengan cara menghindari hubungan romantis, menjaga kualitas kemandirian dengan selalu mengandalkan dirinya sendiri sehingga tak mudah disakiti oleh orang lain (Baron & Byrne, 2003).

Feeney & Noller (1996) mengatakan bahwa individu dengan gaya kelekatan menolak merasa tidak nyaman akan kedekatan dengan pasangan dan tidak cemas terhadap keberlangsungan hubungannya karena ia tidak terlalu menganggap penting arti dari sebuah hubungan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan individu dengan gaya kelekatan

menolak akan menjadi individu yang sangat mandiri dan tidak membutuhkan orang lain.

Individu yang memiliki gaya kelekatan menolak akan sering mengalami konflik saat menjalin hubungan dengan orang lain. Hal tersebut dikarenakan individu ini merasa layak memperoleh hubungan akrab namun tidak mempercayai pasangan yang potensial. Akibatnya adalah kecenderungan untuk menolak orang lain pada suatu titik di dalam hubungan untuk menghindari diri agar tidak menjadi seseorang yang ditolak (Baron & Byrne, 2003). Oleh karena itu, individu dengan kelekatan menolak akan sulit mencapai komunikasi yang mendalam dengan pasangan mereka. Individu ini akan menghindari interaksi langsung berhadapan dan lebih memilih kontak impersonal seperti catatan atau e-mail (McGowan, Daniels, & Byrne, 2000, dalam Baron & Byrne, 2003).

Persamaan dari individu dengan gaya kelekatan takut-menghindar dan gaya kelekatan menolak adalah mereka sama-sama merasa tidak nyaman akan kedekatan hubungan dan cenderung menghindarinya. Perbedaan utama yang membedakan dua pola tersebut berasal dari penilaian mereka akan keberhargaan dirinya. Individu dengan gaya kelekatan menolak menilai dirinya berharga dan individu ini berusaha mempertahankan harga dirinya dengan mengandalkan diri sendiri dan menjaga kemandirian diri. Hal ini membuat mereka tidak bergantung pada pasangan, tidak mencemaskan

hubungan, dan menghindari kedekatan karena kurang menganggap penting suatu hubungan.

Berbeda dengan individu gaya kelekatan menolak, individu dengan gaya kelekatan takut-menghindar menilai dirinya tidak berharga sehingga mereka mencari harga dirinya dari penilaian positif orang lain terhadap dirinya. Hal ini membuat ia sangat tergantung pasangan dan membuat mereka sangat cemas terhadap hubungan yang dibina. Hal ini dikarenakan mereka juga sangat takut ditinggalkan oleh pasangannya (Griffin & Bartholomew, 1994).

Dokumen terkait