• Tidak ada hasil yang ditemukan

K ajian Kelembagaan Formal dan Informal Dalam Pengembangan Inovasi Spesifik Lokasi untuk Mendukung Pembangunan Pertanian di

VI INTISARI HASIL KEGIATAN

6.2. Kegiatan Pengkajian

6.2.7. K ajian Kelembagaan Formal dan Informal Dalam Pengembangan Inovasi Spesifik Lokasi untuk Mendukung Pembangunan Pertanian di

Propinsi Bengkulu

Pengkajian kelembagaan formal dan informal dalam pengembangan inovasi spesifik lokasi untuk mendukung pembangunan pertanian di Propinsi Bengkulu telah dilaksanakan di Propinsi Bengkulu pada tahun 2011. Tujuan pengkajian ini untuk mendapatkan system kelembagaan baik formal maupun informal dalam

pengembangan inovasi spesifik lokasi untuk mendukung pembangunan di Propinsi Bengkulu. Secara khusus tujuan pengkajian ini ada 3 yaitu : 1) mengetahui sistem kelembagaan formal dalam pengembangan inovasi spesifik lokasi; 2) mengetahui

sistem kelembagaan informal dalam pengembangan inovasi spesifik lokasi; 3) memformulasikan sistem kelembagaan formal dan informal dalam pengembangan

inovasi teknologi spesifik lokasi.

Prosedur kegiatan ada 3 yaitu : a.) kajian Kelembagaan Formal Dalam Pengembangan Inovasi Spesifik Lokasi. Kajian dilaksanakan melalui survei dan workshop. Dalam kegiatan survey akan diinventarisir kebijakan pembangunan pertanian, jumlah dan bentuk kelembagaan formal yang berhubungan dengan pengembangan inovasi padi, mandat dan ruang lingkup kegiatan, jenis dan sumber inovasi yang tersedia, bentuk dan cara pengembangan inovasi, sasaran pengguna inovasi, dan permasalahan dalam pengembangan inovasi. Survei dilaksanakan di tingkat Provinsi, sedangkan di tingkat Kabupaten dipilih dua kabupaten yang mewakili produktivitas padi tinggi dan rendah. Di masing-masing kabupaten dipilih dua kecamatan yang juga mewakili produktivitas tinggi dan rendah. b). kajian Kelembagaan Informal Dalam Pengembangan Inovasi Spesifik Lokasi. Kajian dilaksanakan melalui survei dan workshop. c). formulasi system kelembagaan formal dan informal dalam pengembangan inovasi spesifik lokasi.

Hasil kegiatan adalah kelompok kelembagaan formal yang melakukan inovasi spesifik lokasi untuk peningkatan produksi padi di tingkat Provinsi Bengkulu adalah

Gambar 12

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh), Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Tanaman Pangan dan Hortikultura, PT. Petani, PT. Pupuk Sriwijaya, PT. Petrokimia Gresik. Kelompok kelembagaan formal yang melakukan inovasi spesifik lokasi untuk peningkatan produksi padi pada tingkat kabupaten di Kabupaten Bengkulu Utara adalah Dinas Pertanian dan Peternakan serta Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3), sedangkan di Kabupaten Kaur adalah Dinas Pertanian dan Peternakan, dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K). Kelompok kelembagaan formal yang melakukan inovasi pertanian pada komoditas padi di lembaga tingkat kecamatan adalah Balai Penyuluhan Pertanian. Di Kabupaten Bengkulu Utara BPP yang berjumlah 12 BPP yang membina 14 kecamatan sehingga tiap kecamatan sebagian besar sudah memiliki 1 BPP. Kelembagaan formal tingkat kecamatan di Kabupaten Kaur yaitu BPP yang berjumlah 3 BPP yang membina 15 kecamatan sehingga tiap 5 kecamatan dibina oleh 1 BPP.

Kelompok kelembagaan informal yang melakukan inovasi pertanian pada komoditas padi di tingkat Provinsi Bengkulu ada yaitu KTNA Provinsi dan swasta sebagai distributor pestisida. Kelompok kelembagaan informal yang melakukan inovasi pertanian pada komoditas padi di tingkat Kabupaten Bengkulu Utara dan Kaur adalah Koperasi dan KTNA Kabupaten. Kelompok kelembagaan informal yang melakukan inovasi pertanian pada komoditas padi di tingkat kecamatan/desa di Kabupaten Kaur adalah Gapoktan dan Kelompok Tani, serta KTNA Kecamatan, sedangkan di Kabupaten Bengkulu Utara selain tersebut diatas juga ada SUBAK atau Kelompok Pemakai dan Pengguna Air (KP2A) yang berjumlah 4 SUBAK.

Sistem kelembagaan formal di Propinsi Bengkulu telah mendukung pengembangan inovasi spesifik lokasi khususnya dalam peningkatan produktivitas padi. Sistem kelembagaan informal di Propinsi Bengkulu telah mengacu pada Rencana Usaha Bersama kelompok dalam pengembangan inovasi spesifik lokasi dan peningkatan produksi padi. Koordinasi yang intensif antara lembaga formal dan informal di Propinsi Bengkulu telah mampu mengembangkan inovasi teknologi spesifik lokasi dalam rangka meningkatkan produktivitas padi

6.3. Kegiatan Diseminasi 6.3.1.

Pendampingan SL-PTT.

Pendampingan merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan program strategis Kementerian Pertanian. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan pendampingan SL-PTT Tahun 2011 dilaksanakan di 10 Kabupaten/kota, dari bulan Januari sampai dengan Desember 2011. Kegiatan utama pendampingan meliputi koordinasi intern dan antar institusi; narasumber maupun pelaksana apresiasi, pelatihan, sosialisasi maupun temu lapang; pameran, penyediaan dan distribusi bahan informasi teknologi; bahan display dan Demfarm; pelaksanaan display dan Demfarm VUB. Hasil pendampingan menunjukkan bahwa: 1). telah dilaksanakan koordinasi di tingkat Kabupaten, Provinsi maupun tingkat Pusat. 2). menjadi narasumber pada pelatihan PL II, PL III di 10 Kabupaten/Kota dan BPP. 3). melakukan 4 kali kegiatan temu lapang, temu usaha dan apresiasi dengan peserta 414 orang 4). melakukan 2 kali pameran 5). mengintroduksi VUB Inpari 3, 6, 10 dan 13 sebanyak 7.775 kg dan disebarluaskan ke 10 Kabupaten/kota. 6). melakukan demfarm VUB seluas 33,5 ha di 6 Kabupaten (Bengkulu Selatan, Seluma, Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Lebong). 7). masil demfarm dan display berkisar antara 5,5 – 9,5 t/ha. 8). Dari kegiatan demfarm telah dihasilkan sekitar 25 kg benih padi yang diproses oleh PT Pertani dan PT SHS. Pada demfarm jagung yang dilaksanakan di kabupaten Rejang lebong menunjukkan bahwa hasil jagung varietas Sukmaraga (6,5 kg/ha) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Lamuru (2,2 t/ha). Untuk perbaikan pelaksanaan pendampingan disarankan: 1). CPCL hendaknya disiapkan lebih awal, sehingga pada bulan Februari sudah dapat diterbitkan dan disahkan. 2). perlu penyederhanaan mekanisme penyaluran BLBU agar benih sampai pada sasaran tepat waktu. 3). ketersediaan pupuk khususnya pupuk bersubsidi Ponska dan urea perlu mendapat prioritas agar tersedia tepat waktu dan jumlahnya. 4). tim Teknis pelaksana SL PTT di tingkat provinsi dan kabupaten perlu segera dibentuk agar koordinasi dapat berjalan efektif, efisien dan optimal serta bersinergi dan terpadu.

5). perlu dibangun kemitraan yang saling menguntungkan antara BPTP Bengkulu, penangkar dan supplier benih (PT. Pertani dan PT. SHS).

Pendampingan dilaksanakan di 10 kabupaten/kota yang meliputi 60% dari unit SL- PTT di Provinsi Bengkulu.

 Pendampingan mampu meningkatan kapasitas sumberdaya manusia (>1200 orang) bagi petani, penyuluh/petugas lapangan dalam bentuk kegiatan yang bersifat teoritis dan praktis.

 Pendampingan terbukti dapat mempercepat adopsi dan difusi komponen teknologi PTT padi dan jagung di Bengkulu, khususnya komponen teknologi yang cukup mudah diadopsi dan sebagai faktor penentu produktivitas adalah VUB padi (Inpari 6, 10 dan 13) telah berpotensi untuk diadopsi secara luas untuk mengurangi dominansi varietas Ciherang dan IR 64 dan VUB Jagung (Sukmaraga dan Lamuru), sistem tanam legowo, tanam bibit muda (padi : 15-18 hari), dan pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman.

 Introduksi benih padi varietas inpari 3, 6, inpari 10 dan inpari 13 sebanyak 7725 kg yang berlabel ungu berasal dari Sukamandi telah didistribusikan di 10 kabupaten yaitu di Kabupaten Lebong, Rejang Lebong, Kepahiang, Bengkulu Utara, Seluma, Kaur, dan Bengkulu Selatan dan benih jagung varietas

Gambar 13.

Keragaan tanaman padi fase bunting (kiri), Keragaan tanaman jagung menjelang fase pembungaan (kanan)

Sukmaraga dan Lamuru sebanyak 100 kg yang berlabel putih berasal dari Balit Serealea-Maros. Serta meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani padi dan jagung > 15% pada lokasi demfarm, demfarm padi di 6 kabupaten yaitu Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Seluma dan Bengkulu Selatan seluas 33,5 hektar dan demfarm jagung di Kabupaten Rejang Lebong seluas 5 hektar, dengan produktivitas jagung komposit varietas Sukmaraga produktivitasnya tinggi (6,5 t/ha) dan berpotensi untuk di kembangkan di Bengkulu.

 Distribusi benih display dan demfarm padi pada luasan 309 hektar, demfarm dan display dapat dimanfaatkan sebagai penangkaran untuk meningkatkan stok benih di Provinsi Bengkulu sudah mencapai 25 ton.

 Koordinasi dengan pihak dinas/intansi yang terkait di 10 kabupaten/kota, dan telah terkumpul data CPCL, Kontak Person Penyuluh Pendamping di 10 kab/kota.  Nara sumber pada kegiatan PL II dan PL III di Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu

dan 10 Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

 Menerbitkan buku pedoman teknis budidaya jagung dan kacang tanah mendukung Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu.

 Melaksanakan temu lapang, temu usaha untuk percepatan adopsi teknologi. Matriks Pelaporan Kegiatan Pendampingan SL-PTT BPTP Bengkulu Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Matrik Pelaporan Kegiatan Pendampingan SL-PTT BPTP Bengkulu Tahun 2011.

No Kegiatan Informasi /data/yang ditampilkan 1 Pend. SL-PTT:

- Padi Jumlah Lokasi Pendampingan :

- 10 Kabupaten/Kota (Bengkulu Selatan, Kaur, Seluma, Kota Bengkulu, Bengkulu Utara, Mukomuko, Lebong, Rejang Lebong, Kepahiang dan Bengkulu Tengah). a. Luas pendampingan :Provinsi : 37.375 hektar

b. SL-PTT BPTP : 337 hektar ( Sawah, Rawa, dan Lahan Kering)

- Produktivitas rata-rata di lokasi pendampingan (Tahun 2011) :

- Kab. Bengkulu Selatan : LL : 5.03 ton/ha, SL : 4.29 ton/ha, Non SL : 3,55 ton/ha

Non SL : Sambungan Tabel 11

No Kegiatan Informasi /data/yang ditampilkan

- 4,00 ton/ha

- Rekomendasi teknologi spesifik lokasi untuk wilayah : Ada 12 komponen teknologi :

1. Varietas Unggul Baru ( VUB ) : Inpari 3,6,10 dan 13 2. Benih bermutu dan berlabel : Label ungu

3. Pemberian bahan organic : 2 ton/ha (jika tersedia) 4. Pengaturan populasi tanaman secara optimum :

Dengan sistem legowo 4 : 1 dengan jarak tanam 20 x20 x10

5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan kebutuhan tanaman dan status hara tanah :

Ponska 250 kg/ha dan Urea 150 kg/ha:

- 125 kg/ha ponska diberikan pada umur 7 HST - 125 kg/ha ponska diberikan pada umur 21-25 HST - 50 kg/ha urea diberikan pada umur 21-25 HST - 100 kg/ha urea diberikan pada umur 45 HST

6. Pengendalian OPT dengan PHT : Untuk hama, penyakit dan gulma

7. Pengolahan tanah : Sempurna

8. Penggunaan bibit muda : Umur kurang dari 21 hari 9. Jumlah bibit/lubang : 1-3 bibit

10. Pengairan secara efektif dan efisien : Intermitten/ berselang – seling

11. Penyiangan : Secara manual atau khemis 12. Panen : Tepat waktu dan segera dirontok

- Rekomendasi varietas spesifik lokasi yang digunakan : a. Inpari 3 dan 13 produktivitasnya tinggi di seluruh

kabupaten/kota (Bengkulu Selatan, Kaur, Seluma, Kota Bengkulu, Bengkulu Utara, Mukomuko, Lebong, Rejang Lebong, Kepahiang dan Bengkulu Tengah), dengan produktivitas 7,40 ton/ha dan rata-rata produktivitas 6,85 ton/ha.

b. Inpari 6 produktivitasnya tinggi kabupaten Kepahiang yaitu 9,5 GKP ton/ha

c. Inpari 10 produktivitasnya tinggi di kabupaten Seluma, Kepahiang dan Bengkulu Selatan dengan produktivitas tertinggi 5,85 ton/ha dan rata-rata 5,80 ton/ha

- Jumlah tenaga pendamping dan frekuensi pendampingan :

a. Jumlah tenaga pendamping : 18 orang

Sambungan Tabel 11

No Kegiatan Informasi /data/yang ditampilkan 2 SL-PTT

Jagung - Jumlah lokasi pendampingan : 1 kabupaten, yaitu Kabupaten Rejang Lebong - Produktivitas (rata-rata) di lokasi untuk wilayah:

a. Sukmaraga : produktivitas rata-rata 6,50 KP ton/ha b. Lamuru : produktivitas rata-rata : 3,04 KP ton/ha - Rekomendasi teknologi spesifik lokasi untuk wilayah :

a. VUB : Sukmaraga dan Lamuru b. Jarak tanam : 75 x 20 cm

c. Pemupukan : Ponska 400 kg/ha dan Urea 200 kg.ha - Rekomendasi varietas spesifik lokasi yang digunakan :

Sukmaraga

- Jumlah tenaga pendamping dan frekuensi pendampingan : 3 kali per bulan

Dokumen terkait