• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI INTISARI HASIL KEGIATAN

6.2. Kegiatan Pengkajian

6.3.2. Pendampingan PSDSK

Telah dilaksanakan kegiatan Pendampingan PSDSK di Kabupaten Bengkulu Tengah dan Rejang Lebong. Pelaksanaan kegiatan Pendampingan Program Swasembada Daging Sapi Kerbau (PSDSK) di Bengkulu antara lain : koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu dan Dinas Peternakan Kabupaten Rejang Lebong dan Bengkulu Tengah, identifikasi kebutuhan pengkajian dan diseminasi untuk menggali potensi dan masalah di lokasi pendampingan, melaksanakan sosialisasi, apresiasi teknologi dan temu lapang teknologi yang akan diintroduksikan, melaksanakan pelatihan petani dan petugas, membuat materi diseminasi dan melaksanakan demplot teknologi. Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan pendampingan Karakteristik lokasi pendampingan memiliki potensi untuk pengembangan usaha peternakan sapi potong, namun perlu dukungan penerapan teknologi dan pembinaan yang lebih intensif. Pendampingan PSDSK di Kabupaten Bengkulu Tengah dan Rejang Lebong telah memperbaiki teknis pemeliharaan ternak sapi potong terutama dalam pemberian pakan tambahan, pembuatan kompos, dan pembuatan jerami fermentasi namun belum menunjukkan hasil yang optimal. Pendampingan PSDSK juga telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam mendeteksi tanda-tanda berahi dan mendeteksi kebuntingan pada ternak.

Capaian kegiatan pendampingan PSDSK.

1. Demplot penggemukan sapi potong di Desa Mojorejo, Sumber Urip dan Beringin Tiga Kabupaten Rejang Lebong.

2. Temu lapang budidaya sapi potong di Kabupaten Rejang Lebong

3. Menerbitkan buku pengawetan hijauan dan limbah pertanian sebagai pakan ternak.

Matriks Pelaporan Kegiatan Pendampingan PSDSK BPTP Bengkulu Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Matrik Pelaporan Pendampingan PSDSK BPTP Bengkulu Tahun 2011. No Kegiatan Informasi /data/yang ditampilkan

Pendampingan

PSDSK - Jumlah lokasi pendampingan: 2 kabupaten yaitu Kabupaten Bengkulu Tengah (3 kelompok ternak) dan Kabupaten Rejang Lebong (5 kelompok ternak) - Produktivitas (rata-rata) di lokasi pendampingan :

2,5 tahun menghasilkan 1 ekor anak sapi (CI 2,5), PBBH penggemukan sapi jantan : Sapi Bali 0,51 kg/ekor/hari, Sapi Simental 0,82 kg/ekor/hari

- Rekomendasi teknologi spesifik lokasi untuk wilayah: rekomendasi pembuatan kompos dengan activator EM4 dan stardec di Kabupaten Rejang Lebong dan Bengkulu Tengah, rekomendasi pakan tambahan untuk penggemukan sapi jantan dari limbah kulit kopi dan penggunaan probiotik starbio di Kabupaten Rejang Lebong, rekomendasi teknologi fermentasi jerami sebagai pengganti rumput di Kabupaten Bengkulu Tengah

- Rekomendasi varietas spesifik lokasi yang digunakan: Kabupaten Bengkulu Tengah : Sapi Lokal (Sapi Bali dan Sapi Madura), KAbupaten Rejang Lebong : Sapi Impor (Sapi Simental, Sapi Limosin, Sapi Bali dan Sapi Brahman Cross)

- Jumlah tenaga pendamping : 10 orang di Kabupaten Bengkulu Tengah, 14 orang di Kabupaten Rejang Lebong, dan frekuensi pendampingan: 3 minggu sekali

6.3.3. Kegiatan M-P3MI

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) yang dibangun merupakan unit percontohan penggunaan inovasi yang menyediakan opsi solusi terbaik terhadap persoalan peningkatan produksi pertanian. Fokus kegiatannya berbasis agroekosistem dan atau berbasis pada komoditas unggulan di perdesaan. Inovasi teknologi yang diuji cobakan dalam unit percontohan M-P3MI seperti teknologi budidaya padi dan jagung, merupakan teknologi yang matang dan siap digunakan pada skala pengembangan serta mempunyai potensi untuk memberikan dampak terutama dampak produksi yang tinggi. Tujuan kegiatan yaitu menyebarluaskan informasi teknologi produksi perbenihan padi dan jagung, Pembinaan Kelompok tani, dan mendukung program swasembada pangan Kementerian Pertanian. Prosedur pelaksanaan kegiatan yang dilakukan merupakan aplikasi dari Spektrum Diseminasi multi Channel (SDMC). Semua kegiatan yang ada pada M-P3MI merupakan wujud dari pelaksanaan SDMC di lapangan. Berdasarkan pada wujud kegiatannya, jenis mediasi dan saluran komunikasi pada SDMC dibedakan atas 4 bentuk yaitu : a) Pameran/Peragaan (In-house visitor display, public-display/Expo, visitor plot/petak percontohan, tecnology showcase/gelar teknologi), b) Forum Pertemuan (temu informasi, temu lapang, temu aplikasi teknologi, rapat kerja, rapat teknis, seminar, simposium, pelatihan, lokakarya,

Gambar 14.

Pencampuran Pakan Tambahan untuk ternak sapi (kiri), Aplikasi pakan tambahan untuk ternak sapi.(kanan)

sekolah lapang, kegiatan partisipatif lainnya), c) Media Cetak (Buku, Booklet, Komik, brosur, Leaflet, Flyer, Poster, Baliho, koran, Majalah/Jurnal, Tabloid, Warta/news letter, Buletin, Liptan), dan d) Media Elektronik/Digital (radio, televisi, internet, mobile phone (WAP), SMS Center, CD/VCD/DVD).

Hasil yang diperoleh yaitu keberhasilan pelaksanaan berdasarkan indikator yang dapat di nilai dari kegiatan : a) terjadinya peningkatan produktivitas padi dari produktivitas rata-rata petani antara 1,90 – 4,76 t/ha GKP sebelum dilakukan percontohan, menjadi masing-masing 5,44 ; 6,65 ; dan 5,96 t/ha GKP untuk varietas Inpari 6, 10, dan 13, b) terjadinya peningkatan optimalisasi penggunaan sumberdaya pertanian yaitu dari pengunaan pupuk setara Urea, SP-36, dan KCl masing-masing 348,00 ; 221,77 ; dan 37,66 kg/ha menjadi pengunaan pupuk berimbang setara Urea, SP-36, dan KCl masing-masing 297,83 ; 125,00 ; dan 75,00 kg/ha, c) tercapainya diversifikasi produk baik secara horizontal atau Vertikal sesudah dilakukannya percontohan.

Secara horizontal; lahan yang ditanam padi, selanjutnya ditanam padi kembali dan setelah panen pada bulan Februari 2012 akan ditanam kacang tanah, sedangkan lahan yang sebelumnya ditanam jagung, saat ini sedang ditanam padi. Secara vertikal; penanaman padi yang selama ini untuk produksi konsumsi, melalui petak percontohan dilakukan penangkaran benih, d) terjadinya peningkatan

Gambar 15

Pembuatan garis tanam dengan menggunakan caplek roda (kiri), Pertanaman Inpari 13

pemberdayaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis berupa kemitraan dengan BPSB dalam mensertifikasi benih yang dihasilkan, dan e) terjadinya peningkatan perkembangan jumlah adopter setelah pelaksanaan percontohan, yaitu jumlah dalam kelurahan sebanyak 4 orang menjadi 7 kelompok dan di luar kelurahan 3 kelompok (desa dampak yaitu Padang Merbau, Tanjung Seru, dan Tanjungan).

Keberhasilan penerapan M-P3MI di lapangan diukur berdasarkan indikator kinerja yang meliputi aspek penggunaan input, proses, output, outcome, benefit, dan dampak. Berdasarkan indikator tersebut, kegiatan M-P3MI telah memenuhi indikator tersebut dengan uraian indikatornya sebagai berikut :

 Peningkatan produktivitas :

Terjadinya peningkatan produktivitas padi dari produktivitas rata-rata petani antara 1,90 – 4,76 t/ha GKP sebelum dilakukan percontohan, menjadi masing-masing 5,44 ; 6,65 ; dan 5,96 t/ha GKP untuk varietas Inpari 6, 10, dan 13.  Peningkatan optimalisasi penggunaan sumberdaya pertanian :

Terjadinya peningkatan optimalisasi penggunaan sumberdya pertanian yaitu dari pengunaan pupuk setara Urea, SP-36, dan KCl masing-masing 348,00 ; 221,77 ; dan 37,66 kg/ha menjadi pengunaan pupuk setara Urea, SP-36, dan KCl masing-masing 297,83 ; 125,00 ; dan 75,00 kg/ha.

 Tercapainya diversifikasi produk baik secara horizontal atau Vertikal :

Tercapainya diversifikasi produk baik secara horizontal atau Vertikal sesudah dilakukannya percontohan: a) secara horizontal; lahan yang ditanam padi, saat ini sedang ditanam padi dan setelah panen pada bulan Februari akan ditanam kacang tanah, sedangkan lahan yang sebelumnya ditanam jagung, saat ini sedang ditanam padi. B) secara vertikal; penanaman padi yang selama ini untuk produksi konsumsi, melalui petak percontohan dilakukan penangkaran benih.

 Peningkatan pemberdayaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis :

Terjadinya peningkatan pemberdayaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis berupa kemitraan dengan BPSB dalam mensertifikasi benih yang dihasilkan.

Terjadinya peningkatan perkembangan jumlah adopter dari model percontohan setelah pelaksanaan percontohan, yaitu jumlah adopter dalam kelurahan sebanyak 4 orang menjadi 5 kelompok (131 orang) dan di luar kelurahan (desa dampak) sebanyak 5 kelompok (126 0rang).

Dokumen terkait