• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pengelolaan Sumberdaya Alam Secara Berkelanjutan .1 Konsepsi pengelolaan sumberdaya alam .1 Konsepsi pengelolaan sumberdaya alam

2.2.2 Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Alam

Kartodihardjo et al., (2000) mengatakan kelembagaan (institusi) baik formal maupun non-formal merupakan salah satu penentu dalam kinerja pembangunan. Perbedaan kelembagaan (institusi) dengan organisasi perlu ada pemahaman yang jeias dan pasti. Aturan-aturan dalam kelembagaan dipergunakan untuk menata aturan main dan pemain-pemain atau organisasi-organisasi yang terlibat, sedangkan aturan dalam organisasi-organisasi ditujukan untuk memenangkan permainan itu.

Schmid (1987) mendefinisikan institusi adalah seperangkat ketentuan yang mengatur masyarakat yang mana masyarakat tersebut telah mendefinisikan bentuk-bentuk aktivitas yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak tertentu terhadap pihak lainnya, hak-hak istimewa yang telah diberikan serta tanggung jawab yang telah mereka lakukan. Koentjaraningrat (1964) menyatakan bahwa kelembagaan atau pranata sosial merupakan suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kelompok-kelompok kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Kelembagaan dapat juga diartikan sebagai tatacara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok pada suatu kelompok kemasyarakatan. Berkaitan dengan hal tersebut kelembagaan merupakan suatu jaringan dari proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pelakunya sesuai dengan kepentingan individu dan kelompoknya.

Sanim (1999) menyebutkan bahwa pada dasarnya kelembagaan mempunyai beberapa fungsi, antara lain: (1) Memberikan pedoman kepada anggota-anggota masyarakat tentang bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap didalam menghadapi masalah-masalah di dalam masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan yang bersangkutan, (2) Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan, dan (3) Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial

artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

Peranan ketiga komponen tersebut saling berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaannya dalam memberikan layanan, hak dan kewajiban terhadap pemanfaatan dan penggunaan suatu sumberdaya. Berkenaan dengan gambaran tersebut, dalam suatu sistem kelembagaan harus mengandung perangkat aturan dari kelembagaan dan operasionalisasi kegiatan dari kelembagaan yang bersangkutan dalam masyarakat. Dengan perkataan lain sistem kelembagaan harus mengandung aturan-aturan atau norma-norma dalam masyarakat dan sistem.

GilIin (1987) dalam bukunya General Feature of Social Institution suatu kelembagaan harus bercirikan lima hal, yakni: (1) suatu institusi merupakan suatu organisasi dan pada pola-pola pemikiran dan kelakuan yang terwujud melalui aktivitas-aktivitasnya, (2) memiliki tingkat kekekalan tertentu, (3) mempunyai tujuan tertentu, (4) adanya alat untuk mencapai tujuan, dan (5) mempunyai karakteristik tertentu.

Suatu kelembagaan, dicirikan oleh tiga komponen utama, yang menurut Schmidt (1987) dalam Pakpahan (1990) adalah:

a. Batas kewenangan. Batas kewenangan ini akan menghasilkan keragaan seperti yang diharapkan, ditentukan oleh empat hal, yaitu perasaan para peserta sebagai suatu masyarakat, homogenitas, eksternalitas dan skala ekonomi. Israel (1990) menegaskan bahwa batas kewenangan berperan untuk mengatur penggunaan sumberdaya, dana dan tenaga dalam organisasi. Selain itu juga berperan dalam menentukan laju pemanfaatan sumberdaya, sehingga pada gilirannya akan menentukan sifat berkelanjutan sumberdaya tersebut dan pembagian manfaat bersih yang diperoleh masing-masing pihak.

b. Hak kepemilikan. Hak yang dimiliki oleh seseorang atau masyarakat terhadap sumberdaya tertentu yang diatur oleh peraturan, adat dan tradisi atau konsensus yang mengatur hubungan anggota masyarakat. Oleh karena itu tidak seorangpun yang dapat menyatakan hak atau hak penguasaan, apabila tanpa pengesahan dan masyarakat sekitarnya. lmplikasinya adalah (1) hak seorang adalah kewajiban orang dan (2) hak yang tercermin oleh kepemilikan adalah sumber kekuasaan untuk memperoleh sumberdaya. Bahwa property

right yang paling penting adalah faktor kepemilikan terhadap lahan, hasil produksi dan lain-lain.

c. Aturan perwakilan. Mengatur siapa yang berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan apa yang diambil dan apa akibatnya terhadap performance akan ditentukan oleh kaidah perwakilan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan.

Terdapat tiga komponen utama dalam kelembagaan, yakni; (1) organisasi atau wadah dan suatu kelembagaan, (2) fungsi dan kelembagaan dalam masyarakat, dan (3) aturan main yang ditetapkan itu sendiri (Sanim, 1999). Berkaitan dengan hal tersebut, organisasi dalam suatu sistem kelembagaan mempunyai fungsi pokok sebagai berikut, yakni (1) operative institution dan (2) regulative institution. Sebagai operative institution, suatu sistem kelembagaan harus menghimpun berbagai pola atau tata cara dan perangkat aturan dalam mengelola aktivitas masyarakat yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan. Sedangkan sebagai regulative institution, suatu sistem kelembagaan bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan setiap aktivitas anggota masyarakat yang menjadi bagian mutlak dan lembaga itu sendiri melalui sistem pengawasan dan kontrol.

Dalam pengelolaan dalam sumberdaya kelembagaan berperan dalam penetapan dan pengaturan berbagai peraturan yang melembaga yang menetapkan berbagai tingkat pengawasan terhadap penggunaan sumberdaya atau barang dan jasa kepada para pengambil keputusan yang berbeda, baik individu maupun kelampok. Jadi hak-hak milik mengacu kepada hak-hak yang diberikan kepada pemilik sumberdaya dan pembatasan dalam penggunaan sumberdaya (Sanim, 1999).

Efektivitas kelembagaan dalam menggambarkan struktur hak-hak milik yang dapat mengalokasikan sumberdaya yang efisien tergantung pada pemenuhan syarat-syarat pendefinisian hak-hak kepemilikan, yakni (1) universal, (2) eksklusif, (3) dapat dipindahtangankan dan terjamin pelaksanaannya. Dengan perkataan lain kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya terkait erat dengan hak-hak kepemilikan.

Di sisi lain peranan kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya alam, diupayakan untuk (1) membangun kerangka umum pemanfaatan sumberdaya alam agar sistem dan prosedur pendayagunaan sumberdaya alam lebih etis, (2) mengarahkan dan mengatur pelaku pengguna sumberdaya alam sesuai dengan

segala sesuatu yang telah dikukuhkan dalam kerangka umum pemanfaatan sumberdaya alam (3) mengubah perilaku, kebijakan (pengaturan alokasi sumberdaya alam dan perlindungan sumberdaya alam) dan teknologi pemanfaatan sumberdaya alam (4) menginternalisasikan biaya oportunitas ke dalam nilai (harga) sumberdaya alam, dan (5) menjamin kepentingan untuk menunjang sistem keamanan pemanfaatan sumberdaya alam.

Peranan kelembagaan Iainnya dalam upaya penetapan manfaat dan biaya dan pengelolaan sumberdaya dengan memperhatikan dimensinya, yakni (1) dimensi temporal; yang berkaitan dengan manfaat yang bentambah segera atau manfaat bertambah setelah kurun waktu yang sama, (2) dimensi spasial; manfaat bertambah pada okasi tertentu atau manfaat bertambah sedikit (remotely), (3) kemampuan untuk diraba (tangibility); manfaat yang cukup jelas atau manfaat yang relatif untuk didefinisikan, dan (4) distribusi; manfaat bertambah pada orang-orang yang menanggung biaya pengelolaan atau manfaat bertambah pada orang lain.

Pengelolaan sumberdaya alam harus memperhatikan; (1) Keutuhan fungsi ekosistem, yaitu keterkaitan keanekaragaman, keselarasan, dan keberlanjutan dan ekosistem, (2) Memperhatikan dampak pembangunan terhadap Iingkungan dengan menerapkan sistem analisis mengenai dampak Iingkungan, sehingga dampak negatif dapat dikendalikan dan dampak positif dapat dikembangkan, (3) Kepentingan generasi masa depan bahkan diusahakan tercapainya transgenerational equity, sehingga kualitas dan kuantitas sumberdaya alam dijaga keutuhannya untuk generasi akan datang (4) Wawasan jangka panjang, karena perubahan lingkungan berlangsung penciutan sumberdaya alam tidak masuk pasar. Perhitungan penciutan ini dilakukan secara eksplisit. Komponen lingkungan yang tidak dapat dipasarkan seperti nilai sumberdaya hayati yang utuh di hutan, bebas polusi, bebas kebisingan, dan hal-hal lain yang meningkatkan kualitas lingkungan, sehingga proses ekonomi secara integral memperhitungkan kualitas lingkungan.

Di dalam pengelolaan sumberdaya alam tidak mudah untuk menentukan lembaga-lembaga mana yang seharusnya terlibat dan bagaimana susunan kelembagaannya. Kejelian dalam menentukan hal tersebut sangat esensial dalam mengevaluasi kelembagaan lokal. Ada beberapa hal yang perlu dikaji, yakni (1) pembatasan sumberdaya dan penggunaannya, (2) distribusi biaya dan

manfaatnya, (3) karakteristik sumberdaya, (4) karakteristik penggunaannya dan (5) pertimbangan pemilikan bersama.

Eksistensi kelembagaan dalam kaitannya dengan pengelolaan sumberdaya alam meliputi: (1) pentingnya peranan dan fungsi kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya, (2) munculnya kegagalan pasar, (3) kelembagaan mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda yang semuanya memiliki tugas yang jelas batasannya yang bersifat kompleks, formal, dan permanen, (4) kelembagaan mempunyal kekuasaan yang sah untuk membuat keputusan yang final dan mengikat, dan (5) kelembagaan mempunyai kewenangan untuk menggunakan paksaan fisik.